Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ PERUBAHAN AKIDAH YANG DILAKUKAN RASULULLAH SAW


DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KONTEKS KEHIDUPAN
KEKINIAN “

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akidah Akhlak

Disusun Oleh:
-Ahmad bulqini
-ika Oktavia
-kholillah chairumiftah
- Laila Suaidah
Dosen Pengampu :
Awan Mulyadi M.P.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI STAIHAS HAJI AGUS SALIM
TAHUN 2021-2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah untuk kita semua, karena samapi detik ini masih
diberikan kesempatan untuk hidup di dunia untuk memperbaiki diri menjadi orang
yang lebih baik lagi.
Shalawat serta salam kami limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
semoga kelak di yaumul akhir kita mendapat syafaat darinya. Aamiin. Kami
ucapkan Alhamdulillah makalah ini telah selesai dikerjakan dengan
sebaikbaiknya. Adapun makalah ini berjudul “Perubahan Akidah yang
dilakukan Rasulullah SAW dan Implementasinya dalam konteks kehidupan
kekinian”
Dengan terbentuknya makalah ini semoga bermanfaat untuk kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu untuk
diperbaiki. Maka dari itu, untuk para pembaca kami senantiasa menerima kritik
dan saran dari Anda semua.

Pariaman, Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN


A. Lata Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Akidah Masyarakat Arab
Jahiliah..................................................................
B. Akidah Rasulullah
Saw..................................................................................
C. Metode Rasulullah Saw di dalam Melakukan
Perubahan Revolusioner Akidah Masyarakat Jahiliah...................................
D. Tantangan yang Dihadapi Rasulullah
Saw....................................................
E. Implementasi Akidah dan Metode Perubahan Akidah yang Dilakukan
Rasulullah Saw dalam konteks kehidupan kekinian .....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Lata Belakang
Keberhasilan dakwah Rasulullah dalam menata bidang keagamaan, sosial
dan budaya masyarakat, telah dibuktikan dengan dua fakta sejarah yang sangat
penting dalam kehidupan umat manusia. Pertama, menyebarnya umat Islam di
berbagai Negara sebagai wujud adanya sikap penerimaan umat manusia terhadap
kebenaran ajaran Islam. Kedua, kokohnya sendi-sendi kebudayaan Islam yang
mengangkat harkat dan martabat manusia telah berhasil menggeser kebudayaan
jahiliyah yang membuat manusia teralienasi dari kebudayaannya sendiri. Sebagai
puncak keberhasilan mengharmoniskan Islam dan masyarakat, Rasulullah
bersama sahabat dan masyarakat membangun negara Madinah untuk menopang
kehidupan keagamaan dan kebudayaan masyarakat.
Setting kesejarahan ini tentu menjadi data yang tidak terbantahan atas
keberhasilan dakwah Rasulullah yang melampaui dua periode (Makkah dan
Madinah) dengan segala karakteristik dan perubahannya baik dalam bidang
keagamaan maupun sosial kebudayaan. Perubahan yang begitu cepat dalam aspek
keagamaan dengan sistem kepercayaan Islami, yang dilanjutkan dengan penataan
pada aspek sosial dan kebudayaan masyarakat, tentu banyak menyita perhatian
dan pertanyaan dalam era kekinian, terutama dalam menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan sosial kebudayaan masyarakat lokal, relevansinya dengan gerakan
pembaharuan yang dilakukan Rasulullah di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah
ini. Padahal kita semua tahu, bahwa posisi kebudayaan masyarakat lokalpada
waktu itu sudah tumbuh dan berkembang.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Akidah Masyarakat Arab Jahiliah?


b. Bagaimana Akidah Rasulullah Saw
c. Metode Rasulullah Saw di dalam Melakukan

1
Perubahan Revolusioner Akidah Masyarakat Jahiliah
d. Tantangan yang Dihadapi Rasulullah Saw
e. Implementasi Akidah dan Metode Perubahan Akidah yang Dilakukan
Rasulullah Saw dalam Konteks Kekinian?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui Akidah Masyarakat jahiliyah.


b. Untuk mengetahui akidah Rasullah SAW.
c. Untuk mengetahui Metode Rasulullah SAW didalam melakukan perubahan
Revolusioner akidah masyarakat jahiliyah
d. Untuk mengetahui Implementasi akidah etode Rasulullah SAW didalam
melakukan perubahan Revolusioner akidah dalam konteks kekinian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akidah Masyarakat Arab Jahiliah

1. Definisi Masa jahiliyah


Jahiliyah (bahasa Arab: ‫جاهلية‬, jahiliyyah) adalah konsep dalam agama
Islam yang berarti “ketidak tahuan akan petunjuk ilahi” atau “kondisi ketidak
tahuan akan petunjuk dari Tuhan”. Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa
Arab sendiri, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-Islam sebelum diturunkannya
al-Qur’an. Pengertian khusus kata jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak
memperoleh bimbingan dari Islam dan al-Qur’an.
Pada umumnya, pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas
adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap
Allah, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan
keturunan, kebesaran dan lain sebagainya. Namun “Jahiliyyah” tidak hanya
khusus pada saat itu, tidak hanya khusus pada zaman tertentu dan tidak pula kaum
tertentu. Jahiliyyah bisa terjadi kapanpun dan masyarakat manapun dengan syarat
terdapat unsur-unsur yang telah disebutkan, walaupun zaman ini adalah zaman
sains atau tekhnologi.
Dalam perspektif (pandangan) Al-Qur`an, ”Jahiliyyah” adalah suatu sikap
atau keadaan masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam,
entah mereka itu bergelar Doktor ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh
terhadap Islam maka mereka diberi stempel “Jahiliyyah”. Al-Qur`an telah
menerangkan tentang sikap Jahiliyyah ini, diantaranya yaitu ketika Musa a.s
menyuruh kaumnya untuk mentaati perintah Allah agar mereka menyembelih
kurban. Namun Apa tanggapan kaumnya terhadap Musa, “mereka berkata, apakah
engkau mengejek kami hai Musa. Musa menjawab, aku berlindung dari
orangorang yang bodoh.” (al-Baqarah:67)

3
2. Peradaban Arab Pra-Islam Jahiliyyah
Sebelum Islam diperkenalkan dan diperjuangkan oleh Muhammad saw
sebagai fondasi peradaban baru, bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang ada di
sekitarnya telah memiliki peradaban. Maka dalam pembahasan ini, akan
diungkapkan beberapa aspek peradaban Arab pra-Islam, di antaranya agama,
politik, ekonomi dan seni budaya.
a. Agama pra-Islam
Sebelum kedatangan Islam yang dibawa oleh Muhammad, di dunia Arab
terdapat bermacam agama yang dianut oleh masyarakat Arab. yaitu paganisme
[penyembah berhala], Kristen, Yahudi, dan Majusi. Menurut Nurcholish Madid,
masyarakat Arab telah mengenal agama tauhid semenjak kehadiran Ibrahim
alaihissalam. Peninggalan agama Ibrahim masih tersisa ketika Islam
diperkenalkan pada masyarakat Arab dan peninggalan agama Ibrahim yang masih
sangat terasa adalah “penyebutan Allah sebagai Tuhan mereka”.
Secara fisik peninggalan nabi Ibrahim dan Ismail yang masih terjaga dan
terpelihara sampai sekarang adalah Baitullah atau Ka’bah yang berada di pusat
kota Mekkah. Dalam catatan sejarah, bahwa sebelum menjelang kelahiran Islam,
bangsa Arab masih “menempatkan Allah sebagai Tuhannya”, walaupun dalam
perkembangan berikutnya mengalami proses pembiasaan yang mengakibatkan
terjadinya “pengingkaran prinsip tauhid”.
Pada umumnya, bangsa Arab saat itu menjadikan berhala sebagai sesuatu yang
sangat dekat dengan mereka, yang dianggap membimbing dan menentukan
kehidupan mereka. Oleh karenanya, masyarakat Arab pada saat itu disebut sebagai
penyembah berhala atau paganisme. Hal yang menyebabkan bangsa Arab
menyembah berhala, yaitu setiap mereka pergi ke luar kota Mekkah, mereka
selalu membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah, mereka menyucikan batu
dan menyembahnya di manapun mereka berada. Lama kelamaan, kemudian
berkembang dengan dibuatkan patung yang terbuat dari batu untuk disembah dan
orang-orang selalu mengelilinginya [thawaf]. Mereka memindahkan dan
menempatkan patung-patung tersebut di sekitar Ka’bah yang jumlahnya mencapai
360 buah.

4
Selain itu, ada juga patung-patung yang tetap berada di luar Mekah, dan
beberapa patung yang terkenal, yaitu Manah atau Manata di dekat Yatsrib atau
Madinah, Al-Latta di Taif (menurut catatan sejarah ini adalah patung yang tertua),
Al-Uzza di Hijaz, dan Hubal atau patung terbesar yang terbuat dari batu akik yang
berbentuk manusia dan diletakkan di dalam Ka’bah. Mereka percaya bahwa
menyembah berhala-berhala tersebut bukan berarti menyembah wujudnya, tetapi
hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan. Pernyataan
sebagaimana diterangkan dalam Qur’an, “Kami tidak menyembah kepada mereka,
tetapi hanya agar mereka mendekatkan diri kepada Tuhan sedekatdekatnya.”
[QS. Az-Zumar: 3].
Setelah masuknya Islam, maka masa itu disebut sebagai masa jahiliyah,
masa kegelapan, masa kebodohan dalam hal agama, bukan dalam bidang eknomi
perdagangan dan sastra. Mereka beragama dengan “mengagungkan anggapan
anggapan mereka sendiri”, dan berpengaruh pada perilaku sehari-sehari yang
akhirnya menyimpang dari hakikat ber-Tuhan itu sendiri. Sebagai contoh, yang
tercatat dalam sejarah, bahwa beberapa perilaku bangsa Arab pra- Islam adalah
“membunuh anak perempuan”, perilaku ini menjadi “kebanggaan bagi mereka”
dan apabila membiarkan anak perempuan itu hidup, hal ini menjadi suatu
kehinaan bagi sang bapak. Mereka juga “melembagakan perbudakan, kebisaan
minum arak dan judi”, dan sebagainya.
Dalam kehidupan keagamaan bangsa Arab pra-Islam, ajaran agama Nabi
Ibrahim masih berbekas dan masih berpengaruh di kalangan mereka. Tetapi
sebagian di kalangan bangsa Arab masih ada yang tidak menyukai menyembah
berhala dan perilaku-perilaku di atas. Mereka adalah “Waraqah bin Naufal dan
Usman bin Huwairis”, yang menganut agama Kristen, Abdullah ibnu Jahsy yang
ragu-ragu (ketika Islam datang ia menganutnya tetapi kemudian ia menganut
agama Masehi). Zaid bin Umar, tidak tertarik kepada agama Masehi, tetapi ia juga
enggan menyembah berhala sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan
menjauhi berhala dan “tidak mau memakan bangkai dan darah” sikap ini juga
dilakukan oleh Umayah bin Abias-Salt dan Quss bin As’idah al-Iyadi, juga
mempunyai sikap yang sama.

5
Perkembangan agama Masehi, banyak dianut oleh penduduk Yaman,
Najran, dan Syam (sekarang Syria, Palestina, Libanon), sedangkan agama Yahudi
dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran yang tinggal di Yaman dan Yastrib
(Madinah) yang cukup besar jumlahnya, serta dianut oleh kalangan orang-orang
Persia. Dalam perkembangan agama Masehi (Kristen), para penganutnya
berselisih satu sama lain, seperti pandangan tentang kesucian Maryam (sampai
sekarang). Apakah Maryam lebih utama dari anaknya Nabi Isa al Masih, ataukah
anaknya yang lebih utama dari ibunya (Maryam)? Mereka berpencar-pencar
menjadi banyak sekte. Dalam perselisihan itu, kaum Yahudi tidak melerainya,
bahkan mereka tidak menyukai kaum Masehi, dikarenakan kaum Masehi telah
mengusir kaum Yahudi dari negeri Palestina. Dipihak lain, hubungan kaum
Yahudi dengan bangsa Arab yang menyembah berhala justru cukup baik dan
orang-orang Arab sendiri tidak mau mengikuti agama (Masehi) orang-orang yang
berselisih paham dan bagi mereka cukuplah menyembah berhala [paganisme].
3. Sistem Politik
Bangsa Arab pra-Islam di sekitar Mekah, khususnya suku Quraisy
mengembangkan “sistem pemerintahan oligarki” yang membagi-bagi kekuasaan
berdasarkan bidang bidang tertentu. Ada kabilah tertentu yang bertugas
menangani masalah peribadatan, ada yang bertugas menangani bidang pertahanan,
ada pula yang bertugas dalam pengembangan perekonomian.
4. Ekonomi dan Kesenian
Bangsa Arab termasuk suku bangsa yang senang dan gemar berdagang dan
kesenian. Dalam bidang ekonomi, bangsa Arab telah mencapai perkembangan
yang pesat. Mekah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal melainkan
sudah menjadi jalur perdagangan dunia yang penting pada saat itu, karena
posisinya menghubungkan antara utama (Syam), selatan (Yaman), timur (Persia)
dan barat (Mesir dan Abessinia).
Keberhasilan Mekah menjadi pusat perdagangan Internasional, hal ini
dapat terwujud karena kejelian Hasyim, tokoh penting suku Quraisy yang
merupakan kakek buyut Muhammad saw, dalam mengisi kekosongan peranan
suku bangsa lain di dalam bidang perdagangan di Mekah sekitar abad keenam
masehi. Kegiatan peredaran dagang mereka, seperti dikisahkan atau dicatatkan

6
dalam Qur’an : “Tuhan telah membiasakan kaum Quraisy dalam perjalanan di
musim dingin dan musim panas. Karena itu hendaklah menyembah Tuhan Ka’bah
ini, yang telah memberi mereka makan diwaktu kelaparan dan mengamankan
mereka dari ketakutan” [QS. Quraisym 106:1-4].

5. Seni Budaya
Pada kehidupan bangsa Arab, sastra mempunyai arti penting dalam
kehidupan mereka. Bangsa Arab mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair
yang diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz, Majinnah, dan Zu Majaz.
Bagi yang memiliki syair yang bagus, ia akan mendapat hadiah, dan mendapatkan
kehormatan bagi suku dan kabilahnya serta syairnya digantungkan di Ka’bah
dinamakan almu’allaq al-sab’ah. Menurut catatan sejarah, bangsa Arab adalah
bangsa yang “kemampuannya menghafalnya” sangat tinggi, khususnya hafalan
terhadap syair-syair.
6. Ilmu Bangsa Arab sebelum Islam
Lingkungan bangsa Arab sebelum Islam adalah padang pasir yang tandus,
perjalanan kehidupan sepanjang hari dan malam, tidak menemukan suatu
kehidupan lain kecuali jarang sekali. Sesungguhnya lingkungan seperti ini,
membuat bangsa yang bermukim disitu, jauh dari ilmu pengetahuan dan
peradaban, karena diantara faktor yang terpenting dalam penyebaran ilmu
pengetahuan adalah kemudahan transportasi, dan banyaknya dinamika serta
komunikasi yang tetap dengan dunia luar. Demikianlah keadaan bangsa Arab di
zaman jahiliah, tiada bagi mereka satupun dalam ilmu pengetahuan, bahkan tiada
satupun kehidupan yang rasional tampak disana. Akan tetapi, yang berkembang di
kalangan mereka ialah kebodohan, dan yang merata bagi mereka adalah kebutaan
dalam tulis baca.
Adapun pengetahuan mereka yang umum dikenal adalah khurafat (cerita
bohong) dan dongeng-dongeng. Tidak mengherankan bahwa wahyu (ayat) yang
pertama diturunkan itu adalah suatu perintah yang jelas dan tegas kepada Nabi,
agar beliau membaca, padahal beliau tidak dapat membaca. Ayat itu juga berseru
agar beliau belajar menulis dengan kalam (pena), padahal beliau berada dalam
lingkungan yang belum pernah belajar atau mengajar.

7
Islam adalah agama ilmu dan kesejahteraan. Demikianlah keistimewaan
Al-Qur’an yang meliputi berbagai keistimewaan, terutama dia adalah seruan
kepada ilmu. (QS. 96: Al-Alaq: 1-5). Lafadz ilmu dan pecahannya telah
berulangkali tersebut dalam Al-Qur’an hingga sebanyak 765 kali (dalam berbagai
tempat) dan mendorong manusia melakukan penelitian terhadap apa yang
dipelajarinya dalam berbagai ayat seperti dalam Surat Yunus : 101, Surah
AlAnkabut : 20, Ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan berbagai cabang ilmu
berjumlah 750 ayat, dan tiap-tiap cabang ilmu disebutkan lebih dari satu ayat.

C. Akidah Rasulullah SAW


Masa Rasulullah Saw. merupakan periode pembinaan akidah dan peraturan
peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah
yang belum ada jawabannya dikembalikan langsung kepada Rasulullah Saw.
sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya. Masing-
masing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya dengan dalil-dalil,
sebagaimana telah terjadi dalam agama-agama sebelum Islam. Rasulullah
mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah Swt. dan Rasul-Nya serta
menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam
segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Allah Swt. berirman dalam al-
Anfāl [8]:46,
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantahbantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar. QS. al-Anfāl [8]: 46
Ketika Rasulullah Saw masih hidup seluruh urusan agama Islam baik
pemahaman, pengalaman ajaran Islam dapat langsung diterima dan melihat contoh
Rasulullah Saw.. Apabila ada masalah-masalah urusan agama Islam bahkan
urusan kemasyarakatan para sahabat dapat menanyakan langsung kepada
Rasulullah Saw., sehingga perbedaan pemahaman dan pandangan urusan agama
Islam tidak terlihat dan terjadi. Para sahabat menerima dan memahami kandungan
al-Quran dan hadis yang berkaitan dengan akidah dan sifat-sifat Allah tanpa

8
mempersoalkan makna di sebaliknya. Untuk itu, pada zaman Nabi Saw.
kepercayaan umat Islam adalah sangat kukuh dan teguh.
Dalam QS. al-Ikhlas, misalnya, dengan ayat itu sudah cukup kukuh untuk
menjadi pegangan mereka. Untuk itu ilmu Tauhid atau permasalahan akidah
belum timbul secara langsung atau belum muncul sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri. Namun begitu, semenjak zaman nabi perbahasan ilmu tauhid telah
dipelajari terutama sewaktu berdakwah di Mekah. Tauhid merupakan perkara
yang amat ditekankan oleh Nabi Saw. Perbedaan pendapat memang dibolehkan
tetapi jangan sampai pada pertengkaran, terutama dalam masalah akidah ini.
Demikian pula dalam menghadapi agama lain, kaum muslimin harus bersikap
tidak membenarkan apa yang mereka sampaikan dan tidak pula mendustainya.
Yang harus dikata kaum muslimin adalah telah beriman kepada Allah dan wahyu-
Nya, yang telah diturunkan kepada kaum muslimin juga kepada mereka. Tuhan
Islam dan Tuhan mereka adalah satu Esa. Bila terjadi perdebatan haruslah
dihadapi dengan nasihat dan peringatan. Berdebat dengan cara baik dan dapat
menghasilkan tujuan dari perdebatan, sehingga terhindar dari pertengkaran.
Sehingga tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang berkepanjangan,
karena Rasul sendiri menjadi penengahnya. Allah Swt. berirman dalam QS. an-
Nạhl[16]:125,
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk QS. an-Nạl
[16]:125”
Pada prinsipnya, ada dua karakteristik akidah di masa pembentukan atau
pertumbuhan Islam, yaitu sederhana dan integral. Maksudnya, ajaran-ajaran
tentang tauhid disampaikan secara sederhana tanpa ada pembahasan yang rumit
dan bertele-tele. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini
menggambarkan kesederhanaan itu. Rasulullah Saw.. ditanya: “Wahai Rasulullah
Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang
akan menjadi penghuni neraka?” Rasulullah saw.. menjawab: “Ya.” Kemudian
beliau ditanya lagi: “Jadi untuk apa orang-orang harus beramal?” Beliau.

9
menjawab: “Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah
menjadi takdirnya.” Namun begitu, manusia telah dikurniakan akal pikiran, maka
begitu juga para sahabat ada diantara dan kalangan mereka yang memiliki tabiat
suka mencari tahu dan berikir yang telah mendorong sesetengah sahabat untuk
memikirkan dzat Allah. Namun begitu, Rasulullah Saw., menengahi mereka
berbuat demikian, sebagaimana sabda yang diriwayatkan daripada Abu Nu’aim.
Nabi Saw. juga telah menengahi dan melarang daripada berbantah dalam masalah
Qadar. Dimana pada suatu ketika Nabi Saw. menemui para sahabat sedang waktu
itu mereka sedang berdebat tentang perkara Qadar.
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah keluar menemui kami sedangkan
waktu itu kami berselisih dan bertengkar tentang soal qada’ dan qadar. maka
baginda memarahi kami sehingga merah padam muka baginda, lalu baginda
bersabda “ Apakah ini yang disuruh kepada kamu? Atau apakah aku diutuskan
karena itu ? sesungguhnya orang-orang yang terdahulu daripada kamu binasa
apabila mereka itu berselisih didalam perkara yang seperti ini. Aku berharap
supaya kamu sekalian tidak lagi berselisih mengenainya. Dikatakan akidah di
masa Rasul Saw.. bersifat integral, karena ajaran itu berhubungan langsung
dengan aspek ibadah dan akhlak. Masalah akidah dibicarakan selalu dalam
konteks ibadah dan akhlak. Begitu pula sebaliknya. Hal ini telah dipraktikkan oleh
Nabi Saw.. dan para sahabat sejak periode Mekkah sampai periode Madinah. Pada
masa ini, Tauhid murni Islam adalah suatu tauhid praktikal amaliy, yaitu apa yang
tersimpan dalam keimanan mereka, itulah yang tampak pada akhlak tingkah laku
mereka yang mulia.
Tauhid ini hanya dapat diambil secara qudwah, yaitu dengan melihat contoh
dari seorang insan yang sudah merealisasikannya, bukan dari sekadar teoriteori
ilmiah. Permasalahan- permasalahan tentang akidah dan tauhid selalu terjawab
secara jelas dan terang pada masa itu karena setiap ada perbedaan atau
pertentangan, Rasulullah Saw., selalu turun tangan dan menjelaskannya secara
benar dengan mengikuti pada wahyu. Diantara sabda Nabi saw. yang
membicarakan masalah akidah sebagai berikut :

10
a. Penjelasan bahwa Islam memiliki 5 rukun yang harus dibangun, dan
keislaman tidak sempurna apabila tidak melaksanakan lima rukun Islam
tersebut. Karena Nabi Muhammad menjawab dengan demikian :
Rasulullah menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya
tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau
mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan
mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.”

b. Iman mencakup enam perkara, yaitu : ِ


Rasulullah menjawab, “Engkau beriman kepada Alloh, kepada para
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat
dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk”. Orang tadi berkata, “Engkau
benar”.
c. Penjelasan tentang ihsan, yaitu manusia beribadah kepada Allah dengan
peribadatan ‫ َر‬NNNNَ‫ل َط َو ٌةبَْغ‬V‫ب‬
َ menginginkan dan mencari, seolah-olah ia
melihatNya. Ia ingin sampai kepada-Nya. Derajat ihsan inilah yang paling
sempurna. Jika tidak sampai pada keadaan ini, maka kepada derajat kedua,
yaitu beribadah kepada Allah dengan peribadatan ‫ َو ٌخ‬V‫ٌف‬
ْ ‫ره َو‬V
َ ْ‫ ب‬rasa takut
terhadap siksa-Nya. Karna itu nabi besabda: “Jika kamu tidak melihatnya,
maka ia melihatmu”.
Pada masa Rasulullah, persoalan-persoalan yang yang berhubungan dengan
akidah justru muncul dari kaum musyrikin dan munaiqin. Kaum musyrikin
mengangkat permasalahan qadar tujuannya ialah untuk membenarkan perbuatan
jahat dan dosa yang mereka kerjakan, yaitu menisbatkan perbuatan mereka kepada
kehendak Allah. Dengan demikian perbuatan mereka seakan-akan direstui oleh
Allah dan merupakan kehendak Allah. Sedangkan kaum munaik mengeluarkan
komentar-komentar yang mengindikasikan qadariyah. Tidak lain maksudnya
untuk melemahkan semangat umat Islam dalam peperangan Uhud yang
berpangkal dari kedengkian dan iri hati mereka terhadap Rasulullah Saw..

D. Tantangan Yang Dihadapi Rasulullah Saw


Di bawah ini beberapa Tantangan akidah pada zaman Rasulullah :

11
a) Prasangka buruk kaum jahiliyah, sebagaimana irman Allah ketika kaum
musyrikin menang pada perang Uhud. Sebagian kaum Muslimien
menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan
bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum muslimin dari
kaum kair.
Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka
berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu hak campur tangan dalam urusan
ini? QS. Ali Imran [3]:154
b) Ketika orang-orang kair menanamkan dalam hati mereka kesombongan
yaitu kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada
Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada
mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu
dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Siapa Al-Husayn ibn Sailam? Pencerahan Akidah Dari Yahudi menuju Islam
Al-Husayn ibn Sailam adalah seorang rabi Yahudi di Yastrib Madinah yang
dihormati dan disegani di kota itu baik di kalangan orang Yahudi maupun
non-Yahudi.
Pada kurun waktu yang cukup lama, kesehariannya dia beribadah, mengajar
dan berkhotbah di kuilsinagog. Selanjutnya dia bertekad untuk mengabdikan diri
mendalami kitab Taurat. Dalam pengabdiannya itu dia terpaku dan selalu
terngiang pada beberapa ayat dalam kitab Taurat yang meramalkan tentang
kedatangan seorang nabi yang akan melengkapi dakwah nabi-nabi terdahulu.
AlHusayn menunjukan ketertarikannya dan segera bergegas ketika mendengar
berita tentang kehadiran seorang nabi di Mekkah, Dia berkata: “Ketika saya
mendengar kabar kehadiran seorang Nabi utusan Tuhan, saya mulai
mengumpulkan informasi dan membuat catatan tentang siapa namanya,
silsilahnya, sifatsifatnya, waktu dan tempat asalnya dan kemudian saya
mencocokannya dengan apa yang ada dalam kitab suci kami”.
Dari catatan yang saya buat itu makin menguatkan keyakinan saya tentang
bukti otentik kenabiannya sekaligus membenarkan tujuan misinya. Akan tetapi
saya menyembunyikan keyakinan saya itu dari orang-orang Yahudi” Setelah

12
bertanya kepada Rasulullah Saw., tentang tanda-tanda hari kiamat, puaslah hati
Al-Husayn ibn Sailam atas jawaban tersebut dan menyatakan “Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan saya bersaksi
bahwa engkau adalah utusan Allah” Setelah bertemu Rasulullah Saw., dihadapan
orang Yahudi Dia berkata “Wahai orang-orang Yahudi Sadarilah akan adanya
Tuhan dan terimalah segala risalah yang menyertai Muhammad. Demi Tuhan,
kalian semua pasti mengetahui bahwa dia itu utusan Tuhan dan kalian bisa
menemukan tanda kenabian pada dirinya, tersebutlah namanya dan sifat-sifatnya
dalam kitab Taurat kalian. Demi diri saya sendiri, saya bersaksi bahwa dia
utusan Tuhan. Saya memiliki keyakinan tentang dia dan percaya. Dia orang yang
benar. Saya mengenal dia “ Dan setelah peristiwa itu, Nabi Saw. memberi nama
baru baginya yakni Abdullah bin Salam.

E. Metode Rasulullah SAW didalam Melakukan Perubahan Revolusioner


Akidah Masyarakat Jahiliyah

Nabi Muhammad saw dalam mengubah akidah masyarakat Arab jahiliyah


menjadi masyarakat yang maju dan beradab. Masyarakat yang semula keadaannya
dilanda oleh konflik berkepanjangan, terjadi penindasan atas yang lemah, tidak
memperhatikan kaum wanita, jauh dari suasana keadilan, dan lain-lain, ternyata
berhasil diubah dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Oleh karena yang melakukan dan memimpin perubahan itu adalah seorang
utusan Tuhan, yaitu Nabi Muhammad SAW maka perlu metode perubahan itu
sebagai perubahan masyarakat dengan metode prophetik atau kenabian. Ada
beberapa hal penting yang perlu dicatat, bagaimana Nabi Muhammad berhasil
mengubah masyarakat dalam waktu yang amat singkat. Berikut ini adalah metode
yang digunakan Rasulullah SAW :

1) Nabi Muhammad membangun kesadaran masyarakat tentang eksistensi


dirinya. Bahwa keberadaan manusia di muka bumi adalah sebagai makhluk
dan tentu ada Dzat yang menciptakan dan atau membuatnya. Terkait dengan

13
itu, diperkenalkan oleh Muhammad kepada umat manusia tentang Dzat Yang
Maha Pencipta, atau konsep tentang Ketuhanan. Kesadaran tentang ketuhanan
itu dianggap penting, sebab berawal hingga berakhirnya kehidupan ini tidak
pernah lepas dari kemauan dan kekuasaan Tuhan. Dari mana awal kehidupan
ini, untuk apa, dan kemudian akan ke mana adalah pertanyaan mendasar yang
harus diketahui jawabnya dan disadari oleh masing-masing orang secara
mendalam. Keyakinan tentang konsep ketuhanan itu akan mendasari semua
perbuatan manusia baik yang diketahui oleh orang maupun yang tidak.
Mendasarkan keyakinan itu maka segala bentuk perbuatan manusia dipandang
memiliki makna dan konsekuensi yang jelas. Dalam berekonomi misalnya,
maka semua yang dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang sangat erat berrkaitan dengan penciptaan mereka itu.
2) melakukan perubahan masyarakat harus ada pembimbing, contoh, tauladan,
inspirator, dan bahkan pedoman yang dijadikan sebagai petunjuknya.
Pembimbing, tauladan, inspirator itu adalah Nabi Muhammad sendiri.
Sedangkan jika dilihat tentang siapa Muhammad itu, maka jawabnya adalah
orang yang memiliki sifat mulia, yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathonal.
Nabi dikenal oleh masyarakat sebagai seorang yang terpercaya, apa saja yang
dilakukannya hanya untuk Tuhan dan masyarakat yang dilayani, dan
dicintainya. Sedemikian besar kepercayaan masyarakat tehadap pemimpin
perubahan itu hingga utusan Allah itu diberi julukan al amien, yang artinya
adalah orang yang terpercaya.
3) selain dirinya selalu dijaga oleh Allah dari kesalahan dan dosa atau disebut
sebagai seorang maksum, nabi Muhammad di dalam melakukan perubahan
masyarakat dibekali dengan kitab suci, yaitu al Qur'an. Lewat petunjuk al
Qur'an itulah, Nabi Muhammad sehari-hari melakukan tugasnya di dalam
memimpin perubahan masyarakat jahiliyah hingga menjadi masyarakat yang
beradab dan bermartabat, hingga hasilnya dikenal dan diakui sampai sekarang
ini. Sekalipun sebagai utusan Tuhan, tugas itu ternyata tidak mudah dilakukan.
Banyak pihak yang menolak dan bahkan melawan usaha dakwah itu.
Orangorang, yang atas gerakan perubahan itu, merasa akan terganggu atau

14
terugikan, maka mereka berusaha menolak dan bahkan melawannya dengan
cara apapun.
Menghadapi resistensi dari para tokoh masyarakat jahiliyah itu, nabi tidak
melawan dan atau sekedar berusaha mengalahkan, melainkan menghadapi
dengan akhlaknya yang mulia. Sebagai pembawa misi dakwah, tugasnya
bukan untuk mengalahkan, dan atau mencari kemenangan, melainkan ia
menyadari sepenuhnya bahwa tugasnya adalah mengajak kepada kebaikan,
kemuliaan, kesucian, dan kebahagiaan hidup. Ukuran keberhasilan dakwah
bukan terletak ketika orang-orang memusuhi menjadi binasa atau hancur,
melainkan tatkala mereka itu berubah menjadi masyarakat yang beradab,
damai, adil, dan sejahtera hidupnya.
4) hal lain yang perlu diketahui bahwa selain mengajak dan menyerukan
bertauhid, Nabi Muhammad memilih tempat yang strategis sebagai basic
dakwahnya, yaitu berpindah ke Madinah. Di tempat itu, utusan Allah itu
menyatukan dua kelompok masyaraat yang berbeda, yaitu kaum MUhajirin
dan Kaum Anshar, mendirikan masjid, membuat perjanjian perdamaian
dengan kaum Nasrani dan Yahudi, menyebar luaskan ilmu pengetahuan,
menjalankan tugas-tugas yang berkaitan dengan kehiduan masyarakat,
memimpin berbagai kegiatan ritual, dan bahkan juga mengembangkan
ekonomi untuk mensejahterakan rakyatnya. Nabi dalam kaitannya dengan
pengembangan ekonomi, pernah mengambil kebijakan berupa membuka lahan
pertanian yang subur dan strategis, yaitu di khaibar. Sebagai catatan penting
lainnya, bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah hingga akhirnya berhasil
adalah oleh karena selalu mengedepankan akhlak mulia atau akhlakul
karimah.

Akhirnya sudah barang tentu, sejarah kehidupan seseorang tokoh yang


hidup dalam waktu yang lama dan mencakup medan yang luas, maka tidak akan
mungkin bisa diuangkap lewat tulisan singkat seperti ini. Akan tetapi, gambaran
singkat dan sederhana ini kiranya bisa dijadikan sebagai informasi awal, yaitu
tentang bagaimana membangun dan atau melakukan perubahan masyarakat
hingga akhirnya berhasil secara gemilang.

15
Oleh karena sejarah perubahan masyarakat itu dilakukan oleh seorang
utusan Allah, maka konsep dalam tulisan ini sengaja disebut dengan Metode
prophetik. Bisa saja sementara orang mengatakan bahwa, apa yang dilakukan oleh
seorang nabi tidak akan mungkin sepenuhnya bisa ditiru. Namun alasan itu
kiranya bisa dipatahkan dengan mengatakan bahwa, untuk apa seorang diutus
menjadi contoh atau tauladan, manakala tidak akan bisa dilaksanakan. Atau, jika
tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, maka bukankah boleh ditiru sebagiannya.

F. Implementasi Akidah Dan Metode Perubahan Akidah Yang Dilakukan


Rasulullah Saw Dalam Konteks Kehidupan Kekinian
Implementasi adalah berasal dari bahasa inggris yakni “implementation”.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan. Implementasi
merupakan penyediaan saran untuk melaksanakan sesuatu yangmenimbulkan
dampak atau akibat terhadap sesuatu. Dari pengertian diatas dapat diketahui
bahwa implementasi menyangkut tiga hal, yaitu: Adanya tujuan atau sasaran
kebijakan, Adanya aktivitas/ kegiatan pencapaian tujuan Adanya hasil kegiatan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses
yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatann sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri dan kegiatan yang terencana
dilakukan secara sungguhsungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai
tujuan kegiatan. Berikut ini Implementasi Yang Dilakukan Rasulullah Saw Dalam
Konteks Kehidupan Kekinian sebagai berikut :
1) Aqidah dalam individu
Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman
dalam kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan
kekuasaan Allah swt, berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah
dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan
bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar

16
sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat
hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.
2) Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan
saling menyayangi sesuai dengan ajaran islam. Contoh implementasi aqidah
dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa
sebelum melakukan sesuatu.
3) Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga
hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai
cara, antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta
suatu masyarakat yang tentram dan harmonis. Contoh implementasi aqidah
dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong, toleransi,
musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di
depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.

4) Aqidah dalam kehidupan bernegara


Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan
bernegara yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu
sendiri. Tak perlu lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya
sudah memiliki SDM yang tinggi berkat penerapan aqidah yang benar.
Apabila hal ini terlaksana dengan baik, maka negara tersebut akan
memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua warganya akan hidup
layak dan sejahtera.
5) Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap
pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan
negaranya. Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan.
Dalam menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada
ketetapan Alqur'an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki
penyelesaian yang pasti dalam Al-qur'an dan hadist, maka akan dibuat

17
keputusan bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran tersebut. Segala
keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar dan
diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu kehidupan
berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jahiliyah (bahasa Arab: ‫جاهلية‬, jahiliyyah) adalah konsep dalam agama
Islam yang berarti “ketidak tahuan akan petunjuk ilahi” atau “kondisi ketidak
tahuan akan petunjuk dari Tuhan”. Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa
Arab sendiri, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-Islam sebelum diturunkannya
al-Qur’an. Pengertian khusus kata jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak
memperoleh bimbingan dari Islam dan al-Qur’an.
Masa Rasulullah Saw. merupakan periode pembinaan akidah dan peraturan
peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah
yang belum ada jawabannya dikembalikan langsung kepada Rasulullah Saw.
sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya.
Masingmasing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya dengan dalil-
dalil, sebagaimana telah terjadi dalam agama-agama sebelum Islam. Rasulullah
mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah Swt. dan Rasul-Nya serta
menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam
segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih fokus dan detail dalam menyajikan materi tentang makalah ini
dengan sumber - sumber yang lebih banyak tentunya dan dapat dipertanggung
jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Kalasik Hingga

Moderen, Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab & Lesfi, 2003.

Mujani, Saiful, dkk., Benturan Peradaban: Sikap dan Perilaku Islamis Indonesia

terhadap Amerika Serikat, Jakarta: PPIM-UIN Jakarta bekerjasama dengan

Freedom Institue dan Penerbit Nalar, 2005.

Setiawan, M. Nur Kholis, dkk., Merajut Perbedaan, Membangun Kebersamaan,

Yogyakarta: Dialogue Centre Press, 2011.

Shiddiqi, Nourouzzaman, Tamaddun Muslim: Bunga Rampai Kebudayaan

Muslim, Jakarta: Bulan Bintang,1986. , Pengantar Sejarah Muslim,

Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983.


Sodiqin, Ali, “Dasar Teologis Integrasi Islam dan Budaya Lokal” dalam Ali

Sodiqin, dkk., Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Pusat

Kajian Sejarah dan Budaya Islam (PKSBI) Jurusan SKI UIN Sunan Kalijaga,

2009.

19

Anda mungkin juga menyukai