Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDY ISLAM

MEMAHAMI HAKIKAT TAJDID DALAM KEHIDUPAN

Disusun oleh :
Syafiq Baehaqi : 21.01.0.0001
Raihan Habibi : 21.01.0.0004
Andrian Soleh : 21.01.0.0006

Dosen pengampu : Junaedi Abdillah, M.Pd.I

TEKNIK INFORMATIKA
STMIK MUHAMMADIYAH PAGUYANGAN BREBES
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Study slam
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebaga agama yang telah berkembang selama berabad-abad lemib
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya
        Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang tajdid. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
    Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen mata
kuliah  kami  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang
akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................6
A. Pengertian Tajdid.............................................................................................................................6
B. Bentuk Tajdid.................................................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTASA...................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjalan umat Islam dari masa ke masa selalu naik turun. Pembangunan peradaban
islam terbaik ialah oleh Rasulullah Saw. tak dapat di elak, karena memang sudah
dirancang oleh Allah bahwa Muhammad adalah manusia terpilih untuk menunjukkan
umat manusia ke jalan yang benar, yaitu islam.
Islam itu bukan hanya agama rohaniah, tetapi islam adalah selamat. Barang siapa
berpegang teguh pada ajaran islam dan mengamalkannya, maka ia akan selamat.
Manusia tidak perlu bingung harus bagaimana. Karena islam telah memberikan
jalannya. Yaitu berupa Alquran dan Hadis. Itu merupakan kunci dari kehidupan manusia.
Islam tidak lepas dari hukum. Karena objek dari islam adalah manusia. Manusia itu
bisa melakukan apa saja, ia selalu berkembang, hal itu dapat kita lihat dalam sejarah.
Manusia zaman dahulu dengan manusia zaman sekarang berbeda. Karena itu
diwahyukannya lah Alquran kepada manusia. Alquran tidak dapat dirubah-rubah lagi,
karena isinya sudah lengkap, serta Alquran juga didampingi oleh Hadis Nabi sebagai
penjelas.
Seiring berjalannya waktu, islam pada akhir abad pertengahan mengalami
kemunduran. Maka dari iru, muncullah sosok pembaharu. Hal ini sejalan dengan Hadis
Nabi saw. bahwa senantiasa akan muncul dalam setiap kurun waktu seratus tahun
seorang pembaharu agama yang di utus Allah untuk umat ini.(HR Abu Daud).
Pembaharuan inilah yang diperlukan umat islam saat ini, khususnya pembaharuan
hukum islam. Walaupun alquran dan hadis sudah final dan tidak dapat di ubah-ubah lagi.
Tetapi penafsirannya dapat dirubah menurut waktu dan tempat, yaitu mengenai ayat-ayat
yang bersifat zanni. Karena keadaan dahulu dengan sekarang berbeda. Itu sebabnya,
diperlukan pembaharuan-pembaharuan dalam hukum islam ini.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian tentang Tajdid
2. Hakikat dan Penerapan Tajdid dalam kehidupan sehari-hari

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dala makalah ini, yakni :
1. Mengetahui pengertian tajdid.
2. Mengetahui dan memahami hakikat jajdid dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tajdid
At-Tajdid menurut bahasa, maknanya adalah menghidupkan, membangkitkan dan
mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran tentang tiga unsur yaitu
keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian dihidupkan dan
dikembalikan.Kata "Tajdid" diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar "Jaddada-
Yujaddidu-Tajdiidan" yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon
dalam gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat.
Gerakan ini diilhami dari Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi dan
Pemikiran Al-Afghani yang dibuang di Mesir. Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam
beberapa Organisasi seperti Sarekat Islam, Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga
Persatuan Islam di Jawa. Gerakan ini pula pernah menjadi ruh perjuangan Tuanku Imam
Bonjol dalam menggerakkan kaum Paderi. Gerakan ini kemudian mengalami Kanter dari
Akademisi Jawa Kejawen yang kemudian menggabungkan diri dalam Budhi Oetomo dan
Ulama Jawa yang bergabung dalam Nahdhatul Ulama. Meski gerakan ini kini sudah
mulai melemah, namun semangatnya kini terus diwariskan pada generasi berikutnya
hingga muncullah Jaringan Islam Liberal yang memiliki visi Tajdid ini meski kemudian
ditentang oleh para Tokoh ummat Islam yang aktif dalam Organisasi yang dulunya
mengusung ruh Tajdid.
Tajdid sering diperselisihkan dan disimpangkan dari pengertian yang benar.
Istilah ini sering didefinisikan dengan beragam definisi yang menyimpang. Padahal
mereka juga tahu bahwa istilah ini berasal dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sehingga mestinya pengertiannya yang benar adalah yang dimaksudkan oleh Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang disampaikan kepada para sahabat. Kemudian
pengertian itu disampaikan oleh para Sahabat kepada generasi setelahnya secara
bersambung dan estafet. Oleh karena itu, yang berkompeten menjelaskan pengertian
istilah ini menurut syari’at adalah para Ulama salaf dari kalangan sahabat, tabi’în dan
tabi’ut tabi’în serta para ulama besar yang sudah terkenal dan masyhur serta diterima oleh
kaum muslimin dari generasi ke generasi.
Berikut, pernyataan para ulama tersebut tentang pengertian at-tajdid secara global
1. Pengajaran agama, menghidupkan sunnah-sunnah serta menolak
kedustaan atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penjelasan ini
dapat ditemukan dalam perkataan Imam Ahmad bin Hambal dalam
pengertian at-tajdîd. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allâh Azza wa
Jalla membangkitkan untuk manusia pada tiap penghujung seratus tahun
orang yang akan mengajarkan sunah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan menolak kedustaan atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam .
2. Memurnikan agama, membela aqidah yang benar, menjelaskan sunnah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , membela ahlussunnah serta
menghancurkan kebid’ahan. Ketika menjelaskan tentang tajdid, al-
Munawi menyatakan, “Maksudnya adalah memberikan penjelasan tentang
sunnah dari bid’ah, memperbanyak ilmu, membela ahli ilmu dan
menghancurkan kebid’ahan dan menghinakannya. Oleh karena itu imam
Ahmad bin Hambal menyatakan, “Dalam satu hadits diriwayatkan bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus orang yang akan meluruskankan
agama umat ini pada tiap penghujung seratus tahun.”
3. Menghidupkan kembali ma’alim (syiar) agama yang telah melemah dan
menghilang. Juga menghidupkan semua sunnah, ilmu aqidah dan ibadah
yang mulai dilupakan atau bahkan telah dilupakan oleh banyak kaum
Muslimin. Abu Sahli ash-Shu’luki (wafat tahun 369 H) mengatakan,
“Allah telah mengembalikan agama ini setelah sebagian besar syiarnya
hilang dengan perantara Imam Ahmad bin Hambal.
4. Menghidupkan ilmu (ihya’ul ilmi), Ilmu agama ini akan dibawa oleh
orang-orang yang terpercaya pada setiap generasi. Mereka akan
menghapus tahrif (perubahan) yang dilakukan oleh orang-orang yang
melewati batas, ta’wil (penyimpangan arti) yang dilakukan oleh orang-
orang yang bodoh dan kedustaan yang dilakukan oleh orang-orang yang
berbuat kepalsuan.
5. Membangkitkan kembali upaya mengamalkan al-Qur`an dan sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam seluruh aspek kehidupan dan
mengukur berbagai hal yang baru dengan al-Qur`an dan sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Muhammad bin Sulaiman al-Alqami
(wafat tahun 969 H) menyatakan, “Tajdid adalah menghidupkan kembali
pengamalan al-Qur`an dan sunnah serta apa yang menjadi tuntutan
keduanya.”
6. Ta’shilul ilmi (membuat kaedah-kadah dasar ilmu yang benar) dan
mengajak orang untuk mengambil agamanya dari sumber yang asli
melalui para ulama disertai dengan mentarbiyah (mendidik) manusia
diatas pemahaman agama yang benar

Fenomena tajdid, sebenarnya telah terjadi jauh sebelum Islam lahir dan akan terus
berlangsung hingga sekarang ini. Mujadid sebelum Islam adalah para Nabi yang telah
dibebani tugas tajdid. Peristiwa ini telah diisyaratkan dalam hadits Nabi saw., beliau
bersabda: “Yang membimbing Bani Israil adalah para Nabi, tatkala Nabi yang satu wafat
maka Nabi yang lain akan datang menggantikannya…” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Tajdid yang mereka lakukan bukan pada ranah ushul agama, melainkan pada syariatnya
saja. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. yang telah memberikan keringanan
syariatnya Bani Israil.
Islam adalah agama terakhir yang pernah ada dimuka bumi hingga akhir nanti.
Islam sendiri juga telah melakukan tajdid atas agama-agama sebelumnya. Jika mujadid
adalah para Nabi, maka apakah mungkin saat ini akan ada mujadid baru mengingat Nabi
Muhammad saw adalah penutup para Nabi.? Jika demikian, maka yang pasti akan
meneruskan mata rantai mujadid adalah ulama. Mengapa demikian? Karena ulama adalah
pewaris Nabi, mereka dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan Nabinya Bani
Israil dalam hal mengemban tugas tajdid seperti sabda Nabi: “Ulamanya umatku seperti
Nabinya Bani Israil”.
Secara global, tajdid di dalam Islam mencakup dua macam, yakni tajdid al-‘ilmi
dan tajdid al-‘amali. Yang dimaksud dengan tajdid al-‘ilmi adalah membangkitkan
kembali hukum syariat yang telah luntur agar lebih bergairah dan hidup. Menghidupkan
kembali ilmu-ilmu keislaman serta berusaha menjawab permasalahan-permasalahan
kekinian. Bidang ini meliputi tajdid dalam ranah akidah, hadits, tafsir, fikih, ushul fikih
dan lainnya. Dalam ranah akidah misalnya, seorang mujadid akan senantiasa
mengembalikan dasar akidah umat Islam kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Kemudian
mengkorelasikan akidah dengan aktifitas yang mereka kerjakan serta menjelaskan
manfaat dan pengaruh akidah terhadap ketenangan jiwa mereka. Dalam hal ini, seorang
mujadid dituntut untuk tanggap atas perkembangan pemikiran yang menyesatkan di
lingkungan umat Islam yang dapat merusak akidah mereka.
Contoh tajdid al-‘ilmi dalam ranah fikih adalah menjawab segala jenis
permasalahan kontemporer sembari mempertimbangkan kondisi umat serta adat
kebiasaan mereka. Untuk zaman sekarang ini, sudah saatnya membutuhkan
institusi/lembaga yang berhak mengeluarkan fatwa kolektif. Seorang mujadid juga harus
menjelaskan kepada umat bahwa perbedaan pendapat/khilafiah adalah suatu
kenisacayaan, karena itu dilarang keras fanatik terhadap suatu madzhab. Dan yang tidak
kalah pentingnya adalah menampakkan keluwesan dan kemudahan fikih dalam
kehidupan.
Adapun maksud yang kedua, tajdid al-‘amali adalah tajdid terhadap kondisi umat
Islam. Seorang mujadid akan berusaha untuk menghubungkan kembali segala aktifitas
umat Islam dengan Tuhannya, Nabinya dan agamanya. Contoh tajdid dalam ranah ini
adalah tajdid dalam pendidikan spiritual dan peningkatan iman. Tajdid dalam prilaku
individu dan sosial. Tajdid dalam bidang interaksi dan dialog antar peradaban. Tajdid
dalam menanggapi segala macam subhat keagamaan, semisal feminisme, sekularisme,
liberalisme, HAM, Islamphobia, dan lain-lain.
Adapun batasan batasan tajdid adalah sebagai berikut:
1. Di dalam tajdid harus dibedakan antara wahyu Ilahi dan pemikiran Islam. Wahyu
Ilahi adalah sesuatu yang mutlak kebenarannya dan tidak ada tajdid dalam ranah
ini, karena ia ma’shum. Adapun pemikiran Islam adalah produk ulama Islam yang
senantiasa membutuhkan tajdid.
2. Tajdid berlaku pada kondisi sosial, politik, ekonomi, dan penghayatan keagamaan
umat Islam. Seorang mujadid harus menyadari dan memahami problem kekinian
tentang kondisi tersebut agar dapat dicarikan solusi cerdas untuk menjaga
kemashlahatan umat Islam.
3. Permasalah tajdid merupakan permasalahan yang benar-benar dikuasai oleh
seorang mujadid yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang singkron.
Dengan demikian, akan tertolak dengan sendirinya bila ada seorang yang
mencoba untuk melakukan tajdid tapi tidak memiliki kompetensi dalam
permasalahan tersebut, seperti Syahrur, Arkoun, Nasr Hamid dan lain sebagainya.
4. Tajdid juga berkisar pada permasalahan-permasalahan yang memang dibutuhkan
oleh umat Islam.

Selain batasan tajdid sebagaimana pembahasan di atas, Paradigma keagmaan dalam


Islam juga memerlukan tajdid, di antara contoh-contoh paradigma yang penting
digerakkan adalah sebagai berikut:

1. Tajdid dari paradigma berlebihan/ifrath dan penyepelean/tafrith ke paradigma


moderat/wasathiyah. Moderat/wasathiyah adalah paradigma yang disyariatkan
oleh Islam. Yang dimaksud dengan wasathiyah disini adalah keadilan, kebaikan,
dan tawasuth antara dua kutub yang tercela. Dari wasathiya ini akan membuahkan
rasa aman, kekuatan, keselarasan dan persatuan.
2. Tajdid dari paradigma perpecahan dan perbedaan menuju paradigma kesatuan dan
persatuan. Perbedaan adalah suatu hal yang niscaya, ia tidak bisa dihindari karena
Allah sudah menghendaki perbedaan. Yang perlu ditekankan dalam paradigma
kagamaan/keislaman adalah bagaimana mensikapi perbedaan tersebut. Karena
itulah, penting untuk membedakan antara perpecahan/firqah dan perbedaan/khilaf.
Perpecahan adalah suatu hal yang buruk dan tercela sedangkan perbedaan
adakalanya tercela dan terpuji.Contoh dari perbedaan yang tercela adalah berbeda
dalam permasalahan akidah. Berbeda dalam suatu perkara yang sudah
pasti/qath’i, seperti wajibnya shalat, puasa, zakat, dan haji serta haramnya minum
khamr. Adapun contoh dari perbedaan yang terpuji adalah perbedaan pendapat
dalam hal menetapkan thalaq satu dan thalaq tiga. Praktik doa qunut dalam shalat
subuh. Beda pendapat dalam hal batasan aurat wanita. Maka dalam perbedaan
semacam ini (al-khilaf al-mahmud) tidak diperkenankan adanya perpecahan di
antara umat Islam.
3. Tajdid dari paradigma memberatkan/ta’sir keagamaan menuju paradigma
memudahkan/taisir dalam keagamaan. Taisir disini meliputi pemahaman dan
penerapan.
4. Tajdid dari paradigma tanfir menuju paradigma tabsyir. Yang dimaksud tabsyir
adalah paradigma dakwah yang lebih menekankan cinta kepada manusia agar
senang beribadah kepada Allah. Sedangkan tanfir adalah kebalikan dari tabsyir,
yakni dakwah dengan cara pemaksaan.

B. Bentuk Tajdid
Bentuk Tajdid Berikut dipaparkan para mujadid dan bentuk-bentuk tajdid mereka,
yang dilakukan baik oleh ulama salaf maupun ulama modern, sebagai perbandingan
untuk memilih dan memilah mana yang sesuai dengan ajaran Islam dan mana yang tidak
sesuai:
1. Tajdid pada Zaman al-Khulafa al-Rasyidun
a. Tajdid Abu Bakar al-Shiddiq:
 Memerangi kaum murtad
 Mengumpulkan al-Quran
 Memulai gerakan ekspansi Islam
b. Tajdid Umar bin Khattab:
 Membuat Kalender Hijriyah
 Memperluas daerah ekspansi Islam dan membangun kota-kotanya
 Menciptakan keadilan sosial di kalangan muslimin
 Menjaga pedoman akhlak di masyarakat
 Memperbaharui fikih politik dan administrasi.
c. Tajdid Usman bin Affan:
 menyebarkan kebudayaan Islam dan memperluas pembangunan
negara
 Mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf (Mushaf Usmani)
d. Tajdid Ali bin Abi Thalib:
 Memerangi aliran ekstrem dalam agama
 Memerangi kelompok Khawarij yang menyimpang akidahnya
2. Tajdid setelah Zaman al-Khulafa al-Rasyidun
a. Khalifah Umar bin Abdul Aziz:
 Mengembalikan sistem pemerintahan dari kerajaan ke khilafah,
 Membentuk bait al-mâl, untuk kesehjahteraan Kaum Muslim
 Menerapkan prinsip keadilan dalam hukum
 Memperbaiki perangai rakyat dan amar makruf dan nahi mungkar.
b. Imam al-Syafi’i:
 Pembukuan Usul Fikih
 Pembetulan beberapa penyimpangan dalam akidah,
 Pembelaan terhadap sunah
c. Imam al-Asy’ari:
 Memerangi para penyeleweng akidah
 Menampilkan metode baru dalam pembahasan akidah
 Meluruskan pendapat mutakalimun dalam bidang akidah.
d. Imam al-Ghazali:
 Mengkritik para filosof tentang beberapa perkara
 Mengkritik penyelewengan terhadap Ilmu Kalam
 Mengkritik ahli kebatinan
 Mengkritik ahli tasawuf yang menyeleweng.
e. Ibn Taimiyyah:
 Menghidupkan kembali manhaj salaf dalam pemikiran dan akidah
 Menepis pertentangan antara akal dan wahyu
 Memerangi pemikiran dan perbuatan para ahli sihir
 Mengkritik para ahli logika, mutakalim, filosof, dan sufi dalam
bIdang akidah
 Membersihkan akidah dan syariah dari bidah dan khurafat
 Membuka pintu ijtihad dan memerangai taklid.
3. Tajdid pada Zaman Modern
a. Muhammad bin Abd al-Wahhab:
 Menjelaskan ulang pengertian tauhid
 Memberantas bidah dan khurafat
 Membuka pintu ijtihad dalam bidang fikih dan memerangi taklid.
b. Jamaluddin al-Afghani:
 Membebaskan ikatan taklid dan membuka pintu ijtihad
 Berhukum kepada al-Qur’an dan hadis
 Meluruskan pemahaman yang salah terhadap prinsip-prinsip Islam
 Menolak aliran naturalisme dan menegaskan pentingnya agama
 Seruan terhadap pembentukan Pan-Islamisme dan berpegang
terhadap mazhab salaf.
c. Muhammad Abduh:
 Memerangi bidah dan khurafat
 Seruannya agar dibuka pintu ijtihad
 Reformasi dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan bahasa Arab
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gerakan tajdid memang sangat diperlukan dalam perjalanan terjal umat Islam.
Melihat kemunduran atau menurunnya performa peradaban Islam. Dahulu di zaman
keemasan Islam, yaitu tiga abad pertama hijriyah merupakan pengalaman yang tak
terlupakan. Apabila kita amati sejenak seakan-akan kesuksesan mengsilamisasi dunia
akan tercapai. Tetapi realitasnya peradaban tinggi itupun lambat laun menurun. Gerakan
tajdid hukum islam memiliki pengertian suatu gerakan untuk mengembalikan
pemahaman Agama yang berdasarkan Alquran dan Hadis yang menafsirkan hukum Islam
untuk masa sekarang dan yang akan dating.

B. Saran
dalam makalah yang jauh dari sempurna ini, tentunya terdapat banyak
kesalahankesalahan. Terutama mengenai pendapat-pendapat penulis pribadi. Karenanya,
penulis membuka pintu kritik dan saran yang luas, untuk menjadikan makalah ini lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTASA

Zarkasyi, Amal Fathullah. "Tajdid dan Modernisasi Pemikiran Islam." TSAQAFAH 9.2


(2013): 395-418.
Ala, Khalil Abu H}amid Abu. 1979. Jawanib min Turats al-Hindi al-Islami. Kairo:
Maktabah al-Ma’arif al-Haditsah.
Al-’Alami, al-Hasan. T. Th. Tajdid al-Fikr al-Islami. al-Qunaitirah: Maktabah al-Turas al-
Islami.

Anda mungkin juga menyukai