Anda di halaman 1dari 29

KONSEP SEKOLAH DAI HIDAYATULLAH

Ciomas, Bogor – Jawa Barat

BAB I : PENDAHULUAN

Rasional

Allahu yarhamuhu Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah, pernah mengatakan :

“ Zaman ini sebenarnya sudah menunggu kedatangan seorang Nabi untuk membawa surah al-Alaq
(wahyu pertama). Tetapi itu tidak mungkin, karena tidak ada lagi Nabi sesudah Muhammad saw, dan al-
Qur’an telah cukup menjadi pedoman hidup manusia sepanjang masa. Oleh karena itu, muballigh-lah
yang berfungsi sebagai Nabi, dan muballighlah yang harus tampil mengumandangkan surah al-Alaq itu
kepada manusia.” ( dalam buku Sistimatika Wahyu )

Maksud dari ucapan beliau tersebut adalah : betapa umat ini sangat membutuhkan bimbingan
wahyu, sebagaimana Nabi saw dahulu dengan wahyu itu membimbing masyarakat Arab yang
sebelumnya disebut al-Qur’an sebagai ‘ benar-benar dalam kesesatan yang nyata’, menjadi
generasi terbaik dalam sejarah manusia. Beliau berkeyakinan bahwa hanya dengan kembali
kepada wahyu berbagai problema yang melanda masyarakat modern saat ini dapat
diselesaikan. Karena itu, beliau sangat ingin mencetak dai-dai yang dapat mengemban misi
kenabian ini dan siap ditugaskan ke berbagai wilyah yang membutuhkan kehadiran dakwah
Islam di sana.

Kepedulian atau tanggung jawab yang sangat kuat untuk menyelamatkan nasib umat itu
sesungguhnya menjadi ciri setiap Nabi/Rasul dan para pewaris misi kenabian yang hendak
melakukan pembaharuan terhadap kondisi masyarakatnya. Itulah yang disebut dengan ‘Jiwa
Kenabian’ , sebagaimana disitir al-Qur’an berikut :
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. Qs. At-Taubah/9 : 128.

Karena dorongan oleh semacam Jiwa Kenabian inilah kemudian Hidayatullah lahir
danmenetapkan dakwah dan tarbiyah sebagai mainstream organisasi ini.

Sekolah Dai Hidayatullahsebagai pendidikan yang khusus dibuat untuk mencetak para kader dai
menjadi kebutuhan yang sangat perlu untuk mewujudkan idealitas tersebut. Diharapkan dari
lembaga pendidikan ini akan lahir para dai yang memiliki bekal ilmu cukup, terlatih, dan
tangguh, yang siap ditugaskan kemana saja. Merekalah yang akan menggerakkan dakwah ke
seluruh pelosok Nusantara. In syaa Allah.

Visi
Menjadi lembaga pendidikan khusus untuk dai yang terpercaya dalam upaya mendukung
tegaknya peradaban Islam.

Misi

1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk mencetak kader-kader da’i yang


profesional, berkualitas, dan ikhlas memandu umat.

2. Membuat jaringan Sekolah Dai Hidayatullah di wilayah-wilayah strategis di seluruh


Nusantara

Tujuan

Setidaknya ada tiga sifat wajib yang diidealkan oleh almarhum Ustadz Abdullah Said tentang
seorang dai, yakni :
1. hilangnya perasaan istaghna (puas dengan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang
lain) dalam dirinya,
2. tumbuhnya rasa tanggung jawab keumatan,
3. Ia memerlukan jumpa dengan Allah sehubungan dengan beratnya tugas dan tanggung
jawab.

Dengan tujuan melahirkan para dai yang seperti itulah lembaga pendidikan ini dibuat.

BAB II
MANHAJ PENDIDIKAN
Sistimatika Wahyu (SW) adalah manhaj Hidayatullah. Lahirnya SW ini berawal dari keinginan
kuat Ustadz Abdullah Said untuk memahami rahasia keberhasilan dakwah Nabi saw yang begitu
cepat dan spektakuler. Sebuah bangsa yang sebelumnya terbenam dalam lumpur
kejahiliayahan, hanya dalam masa kurang dari seperempat abad, tiba-tiba berubah menjadi
generasi terbaik yang pernah dilahirkan di muka bumi. Dari gurun yang tandus itu lahirlah para
khalifah agung, jenderal tangguh, ulama jenius, dan ribuan manusia yang malam harinya
bagaikan rahib, dan siang harinya bagaikan singa. Jelas, semua keberhasilan Rasululullah saw itu
karena bimbingan wahyu. Namun, bagaimana pola Nabi saw dalam mengajarkan wahyu, apa
yang diajarkan, serta bagaimana metode dalam mengajarkan wahyu itu, patut dipertanyakan.
Dan apakah itu masih dapat dipergunakan kembali di zaman ini ?

“ .......mengapa terjadi demikian ? Dimana jawabannya ? Menghadapi kenyataan-kenyataan di atas, mari


kita mencari dan menyusun jawaban, berdasarkan hidup Rasulullah saw.” ( Sistimatika Nuzulnya
Wahyu:Alternatif Menuju Kebangkitan Islam, kumpulan ceramah Ustadz Abdullah Said yang disusun
oleh Ir. Albar Azier. )

Setelah merenung cukup lama dan terus bertanya dalam hati mengapa dakwah kita tidak bisa
seperti dakwah Nabi saw yang berhasil begitu cepat dan gemilang, padahal al-Qur’an yang
digunakan sama, akhirnya beliau berkesimpulan bahwa letak kekeliruannya ada pada cara
mempelajari dan menyelami al-Qur’an yang tidak sistematis, karena tidak berdasarkan urut-
urutan turunnya wahyu. Pemikiran ini semakin menguat ketika beliau membaca Tafsir Sinar,
suatu tafsir yang ditulis berdasarkan urut-urutan wahyu karya Buya Abdul Malik Ahmad. (
Mencetak Kader, Perjalanan Hidup Ustadz Abdullah Said Pendiri Hidayatullah, karya Ustadz
Manshur Salbu )

Jadi SW adalah salah satu cara untuk ittiba’ kepada Rasulullah saw. Ittiba’ pada Nabi saw adalah
cara/metode yang telah dipraktikkan oleh para sahabat Nabi saw dan menjadi ciri generasi
terbaik ini, yang kemudian diikuti oleh para ahlus sunnah wal jama’ah ‘ala minhaji nubuwwah.

Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) atau kadang kala disebut Pola Dasar Sistematika Nuzulnya
Wahyu yang secara berurutan meliputi : al-‘Alaq : 1-5 , al-Qalam : 1-7, al-Muzzamil : 1-10 , al-
Muddatstsir : 1-7, dan al-Fatihah : 1-7 kemudian ditetapkan sebagai pola pendekatan yang
digunakan oleh Hidayatullah untuk memahami Al-Qur’an dan menerapkannya, atau sebagai
pola dasar untuk membangun kepribadian Islami ( syakhsiyah islamiyah) dan masyarakat
muslim (mujtama’islami) yang kelak siap menerima Islam secara kaffah. ( Lihat Pedoman Dasar
Organisasi (PDO) Hidayatullah). Pola ini bukan sekedar dijadikan konsep, namun benar-benar
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, SW ini telah menjadi manhaj
Hidayatullah.

Manhaj ini berisi konsep-konsep penting atau nilai-nilai. Ia membahas berbagai hal yang
merupakan penanaman nilai, konsep, visi, standar, dan model kepribadian serta keyakinan.
Manhaj ini akan menjadi sebuah suatu dokumen yang akan memberi ilham kepada orang. Ia
membuat seseorang bangga menjadi bagian dari organisasi. Manhaj ini berlaku sebagai
benchmark pribadi, memandu, dan membentuk prilakunya. Sehingga ia yang akan memberi
bentuk dan warna yang khas dan sekaligus bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri.
Manhaj ini tidak hanya berurusan dengan fakta dan data. Ia berkaitan dengan pendekatan
metodologis. Artinya, bagaimana data dan fakta itu dipahami. Data dan fakta yang ada itu harus
diselaraskan dengan manhaj ini. Begitulah konsekuensi sebuah manhaj. Seperti kata Roshental,
suatu institusi cenderung berjalan di atas konsep-konsep penting (mabda’ asasi) atau nilai-nilai
yang telah ada sejak kelahirannya. Jika konsep-konsep itu tidak lagi digunakan secara benar ,
maka itu merupakan pertanda yang jelas, bahwa institusi itu telah mati.

Pendidikan untuk dai ini pun – baik proses maupun hasilnya - seluruhnya merujuk dan dijiwai
oleh manhaj ini. Ia diterjemahkan dalam proses belajar mengajar, kultur, manajemen,
pengambilan keputusan, pembinaan SDM dan seluruh aspek lainnya yang hendak diraih oleh
lembaga ini. Konsekuensinya, guru, pengasuh, murid, karyawan dan seluruh civitas lembaga ini
harus memahami manhaj ini dengan baik karena mereka adalah bagian yang berperan penting
dalam memperagakan manhaj ini dalam kehidupan nyata.
Secara garis besar kandungan SW adalah sbb :

Surah al-‘Alaq : 1-5. Wahyu yang pertama kali diturunkan inimemberikan gambaran yang jelas
tentang arah dan tujuan dakwah dan tarbiyah dalam Islam. Dengan menyatakan bahwa Dia
adalah Sang Pencipta dan Sang Pemberi Ilmu, berarti semua yang ada di alam semesta ini,
khususnya manusia yang dituju oleh wahyu ini, berhutang kepada-Nya : hutang wujud dan
hutang ilmu pengetahuan. Seluruh anugerah dan kemuliaan yang ada pada manusia, bahkan
dirinya sendiri sesungguhnya adalah milik-Nya.

Bila manusia memiliki kesadaran tersebut, yang mana ini merupakan kesadaran beragama yang
paling dasar sekaligus yang paling kuat, lalu ia bersedia untuk tunduk dan menyerahkan dirinya
kepada Allah, maka dikatakan bahwa ia telah menerapkan adab yang benar. Ia telah
menempatkan dirinya dengan semestinya dalam keseluruhan tatanan alam semesta. Dan,
dengan demikian, berarti ia telah menegakkan mizan (timbangan) dengan adil, karena
sesungguhnya Allah telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan maqam
(derajat) dan maratib (level)-nya masing-masing, sehingga semuanya menjadi seimbang dan
harmonis. Semuanya bertasbih kepada-Nya, kata Al-Qur’an. Semuanya tunduk dan patuh
kepada-Nya, baik sukarela maupun terpaksa, hingga bayang-bayang mereka.

Hanya dengan tunduk dan patuh kepada Allah manusia akan dapat memenuhi tujuan dari
penciptaannya, karena Dia telah berfirman : ‘ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali
untuk mengabdi kepada-Ku’ (illa liya’buduni)’. Ibnu Abbas menafsirkan kalimat illa liya’buduni
ini dengan illa liya’rifuni (kecuali untuk ber-ma’rifat kepada-Ku), karena sesungguhnya
pengabdian dalam pengertian yang paling mendalam pada akhirnya berarti mengenal diri-Nya
(ma’rifah).Jika tujuan seluruh aktivitas manusia adalah untuk ber-ma’rifah kepada-Nya, maka
demikianlah pula mestinya tujuan dakwah dan tarbiyah yang merupakan bagian dari aktivitas
manusia.

Untuk mengantarkan kepada ma’rifah ini, yang pertama kali diajarkan oleh al-Qur’an adalah
agar manusia meng-iqra’ (membaca/mengenal) asal-usul dirinya, maqam dan maratibnya di
alam semesta, dan hubungannya dengan Penciptanya, sehingga ia menjadi manusia yang ber-
adab, yaitu manusia yang dapat meletakkan segala sesuatu dengan tepat. Manusia beradab
(insan adabi) adalah individu yang dapat memahami sepenuhnya akan individualitasnya dan
hubungan yang tepat dengan diri, Tuhan, masyarakat, dan alam yang tampak maupun yang
gaib. Ia mengetahui kedudukan dirinya di tengah-tengah pelbagai tingkatan manusia dan
ciptaan lainnya, yang harus dipahami sebagai sesuatu yang telah disusun secara hierarkis dan
logis ke dalam tingkatan-tingkatan (derajat) kebaikan yang berdasarkan kriteria al-Qur’an
mengenai kecerdasan, keilmuan, dan kebaikan (ihsan), dan harus berbuat selaras dengan ilmu
pengetahuan itu secara positif, terpercaya dan terpuji.

Untuk itu, iqra’ yang diserukan bukanlah iqra’ yang biasa, namun : “ iqra’ bismi rabbika”. Iqra’
bismi rabbika adalah pembacaan yang tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri,
namun pembacaan yang dilandasi sikap rendah hati (tawadhu’) dan kesediaan untuk
menyandarkan dirinya kepada Allah, Sang Pencipta dan Sang Pemberi Ilmu. Pantangan bagi laku
iqra’ bismi rabbika ini adalah cara pandang istaghna (puas dengan diri sendiri) dan tindakan
istakbar ( menolak kebenaran dan meremehkan orang lain).

Dengan iqra bismi rabbika ini, maka berlakulah apa yang dikatakan oleh para bijak :

‘ Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya’ (man ‘arafa nafsahu, ‘arafa rabbahu )’.
Surah al-Qalam : 1-7.Ayat-ayat ini mengajarkan satu konsep yang penting dalam dunia
pendidikan, yaitu konsep tentangkebenaran dan kebahagiaan.Lewat ayat-ayat ini Allah
menegaskan kepada Rasul-Nya bahwa ukuran kebenaran dan kebahagiaan itu tidak dinilai
berdasarkan apa yang dapat diraih dan apa yang telah diciptakan manusianya, namun seberapa
jauh semua itu dapat membuat mereka semakin tunduk dan patuh kepada Allah swt. Betapa
pun canggih dan hebatnya peradaban suatu bangsa, namun bila hal itu tidak mengantarkannya
semakin dekat kepada kehendak-Nya, maka peradaban itu tidak dapat dinilai baik. Berkali-kali
al-Qur’an mencontohkan bahwa berapa banyak peradaban di masa lalu yang begitu besar dan
melegenda, namun kemudian hancur tinggal puing sejarah dan tidak dianggap sebagai warisan
yang bernilai bagi kemanusiaan lantaran perbuatan-perbuatan mereka yang menyelisihi
kehendak Allah dan Rasul-Nya.

Lewat ayat-ayat ini, al-Qur’an telah mendefinisikan dengan jelas dan tegas tentang
‘ilmu/kebenaran’dan apa yang disebut dengan keberuntungan/kebahagiaan itu
sesungguhnya,kemudian meminta Nabi saw untuk memilih dan menetapinya dengan tanpa
ragu dan gamang. Mendefinisikan, memilih, dan kemudian menetapi ilmu/kebenaran ini adalah
sesuatu yang sangat penting, karenaIslam adalah agama yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan
yang jelas dan benar dan tindakan nyata berdasarkan ilmu tersebut.Tanpa upaya ini hanya akan
menyebabkan kehancuran fondasi dasar yang tidak hanya menjadi akar bagi agama, tetapi juga
bagi semua jenis sains (ilmu pengetahuan).

Ilmu pengetahuan itu tidak bersifat netral atau bebas nilai. Ia adalah produk sebuah peradaban
sekaligus pembentuknya. Ilmu pengetahuan selalu dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
keagamaan, kebudayaan, dan filsafat yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia
yang membawanya. Setiap kebudayaan memiliki pemahaman yang berbeda-beda mengenai
ilmusebagai pembentuk peradaban – meskipun di antaranya terdapat beberapa
persamaan.Lantaran sifat ilmu yang tidak netral dan ruang lingkupnya yang tidak terbatas inilah
- sementara umur dan kemampuan manusia terbatas -, maka seseorang : pertama, ia harus
tepat dalam memilih ; kedua : teguh dan teratur dalam menetapinya. Jika tidak, maka akan
terjadi pemborosan potensi dan sumber daya yang ia miliki.

Pesan surah ini telah begitu jelas bahwa : selamanya manusia itu tidak akan menemukan
kebenaran, tidak akan mencapai kedewasaan,dan tidak dapat meraih kebahagiaan yang hakiki,
kecuali bila mereka bersedia menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Penciptanya dan
mengikuti Nabi-Nya.Sejarah telah menunjukkan bahwa ketika manusia tidak bersedia
sepenuhnya mengikuti tuntunan wahyu, lalumulai memasukkan unsur-unsur asing ke dalam
wahyu yang murni, maka itulah awal mula terjadinya kerusakan moral manusia.
Umat Islam, oleh karena itu, perlu meng-Islamkan ilmu pengetahuan masa kini. Proses
Islamisasi ilmu ini seperti halnya metabolisme dalam tubuh manusia : tidak semua diserap, tapi
juga tidak semua ditolak. Harus ada penapisan yang benar. Proses penapisan atau pemurnian
ini hanya akan bisa dilakukan bila seseorang dapat membedakan dengan jelas antara Islam yang
murni dengan unsur-unsur yang bukan Islam. Umar bin Khaththab mengatakan :

“ Simpul-simpul Islam akan terurai satu demi satu bila di dalam Islam ini telah tumbuh orang-orang yang
tidak mengerti jahiliyyah.” (Majmu’ Fatawa , Ibnu Taimiyyah)

Karena itu, membuat furqan (pembeda) dengan memilih menonjolkan tingkah laku yang benar
dan tepat sebagai kebalikan dari tingkah laku yang salah dan tidak sesuai adalah adab kedua
terpenting yang diajarkan dalam Islam.
Islam adalah satu-satunya jalan yang akan mengantarkan kepada kebenaran dan kebahagiaan
yang hakiki, sehingga ketika Ali ra. bertanya kepada Nabi saw tentang jalan yang paling mudah
dan tepat dalam meraih kebahagiaan, beliau menjawab bahwa jalan itu adalah jalan kalimat
tauhid la ilaha illallaha.

” Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb alam semesta. Dan tidak
mensekutukan-Nya. Demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang yang pertama kali berserah
diri (kepada Allah).”
Surah al-Muzzammil : 1-10. Surahinimengajarkan kepada kita satu hal penting dalam dunia
pendidikan, yaitu tentang fungsi pendidikan. Fungsi pendidikan menurut Islam bukanlah untuk
menghasilkan warga negara dan pekerja yang baik sebagaimana pendidikan Barat yang bersifat
utiliter,tetapi untuk menciptakan manusia yang baik (manusia yang beradab). Manusia yang
baik sudah pasti seorang pekerja dan warga negara yang baik, tapi tidak sebaliknya. Manusia
yang baik adalah orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan
Yang Haq ; yang memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain
dalam masyarakatnya ; yang terus berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju
kesempurnaan sebagai manusia yang beradab.

Sikap meremehkan pendidikan yang berusaha membina dan mengembangkan manusia secara
fundamental dan komprehensif akan menimbulkan serentetan permasalahan keruhanian,
kejiwaan dan kesehatan, dan aneka krisis kemanusiaan lainnya yang sangat menyedihkan.
Raison d’etre manusia adalah pertumbuhan dan perkembangan spiritualnya yang membuat
jiwa rasionalnya menjadi pengendali jiwa kebinatangannya. Begitu juga tujuan akhir lembaga
pendidikan dalam Islam adalah perkembangan setinggi-tingginya potensi intelektual-spiritual
semua yang terlibat di dalamnya. Hal ini berarti bahwa aspek intelektual-spiritual harus menjadi
prioritas dibandingkan aspek-aspek fisikal dan finansial dalam meraih segala aktivitas dan
tujuan lembaga.

Fokus utama surah al-Muzzamil ini adalah pencerahan spiritual dan internalisasi nilai-nilai Al-
Qur'an ke dalam diri seseorang dengan menjadikan ibadah dan taqarrub kepada Allah sebagai
sarananya. Ibadah-ibadah yang diperintahkan dalam surah inimerupakan sarana untuk
mempersiapkan diri seseorang dalam menerima wahyu. Wahyu adalah anugerah diberikan
Allah kepada siapa yang Ia kehendaki. Setiap anugerah selalu disertai tanggung jawab. Semakin
besar anugerah itu, maka semakin besar pula tanggung jawab yang menyertainya. Jika
seseorang ingin mendapatkan ‘qaulan tsaqila’ (perkataan yang amat berat) ini dan senantiasa
‘terbimbing’ oleh Allah dalam setiap tindak-tanduknya, maka ia mesti melakukan pendekatan
kepada Allah dengan mujahadah ‘yang lebih dari yang difardlukan’ , sebagaimana tersebut
dalam hadits berikut :

Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah berfirman : Barang
siapa memusuhi wali-Ku, sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Dan tidaklah
seorang hamba ber-taqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dari apa yang
aku fardlukan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa ber-taqarrub kepada-Ku dengan amalan-
amalan nawafil hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku sebagai
pendengarannya ketika ia mendengar, menjadi penglihatannya ketika ia melihat, sebagai
tangannya ketika ia berjuang, sebagai kakinya ketika ia berjalan. Dan jika ia meminta kepada-
Ku niscaya Aku memberinya. Jika ia berlindung kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya
”(HR. Bukhari)

Pencapaian kualitas-kualitas, sifat-sifat dan perilaku yang baik untuk mendisiplinkan pikiran dan
jiwa merupakan unsuradab ketiga terpenting dalam Islam. Dan al-Ghazali mengatakan bahwa
tidak ada sarana yang paling efektif untuk membentuk karakter yang baik pada diri seseorang
kecuali dengan menyibukkannya dengan ibadah kepada Allah dan menuntut ilmu.

Surah al-Muddatstsir : 1-10. Surah ini menjelaskan tentang tanggung jawab orang berilmu.
Setiap orang berilmu adalah pewaris misi kenabian . Misi seorang nabi adalah menciptakan
masyarakat yang bermoral dan bertahan di muka bumi seperti yang dikehendaki oleh Allah
SWT.Karena itu, sebagaimana halnya seorang Nabi,setiap orang berilmu memiliki dua tanggung
jawab: pertama, mengamalkan ilmunya ; kedua, menyebarkan ilmunya. Jalan hidup seorang
‘alim adalah ikhlas, yaitumengabdikan seluruh hidupnya semata-mata untuk mengagungkan
nama Allah, memelihara dirinya dari berbuat dosa, tidak mengharapkan keuntungan duniawi,
dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, serta sabarmenanggung akibatnya.

Itu bermakna bahwa ikhlas itu hanya akan menemukan maknanya bila ditempatkan dalam
kehidupan sosial. Seorang individu yang dalam keadaan terisolasi tidak memiliki apa-apa, sebab
dalam keadaan itu ia tidak lagi menjadi individu, ia adalah segala sesuatu.Tidak ada seorang
muslim pun yang memahami pandangan hidup al-Qur’an akan menegasikan atau mengabaikan
kewajiban sosialnya. Ia mengetahui bahwa meskipun di akhirat nanti bersifat individual,
hukuman Tuhan dalam sejarahnya juga bersifat sosial. Hukuman Tuhan juga dikenakan pada
dirinya jika ia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban yang diperintahkan. Karena itu, tidak
bisa tidak, setelah mendapatkan pendidikan yang cukup, setiap lulusan satu lembaga
pendidikan dalam Islam harus segera turun ke gelanggang, untuk menjadi agent of change di
tengah-tengah masyarakat, menyebarkan dakwah Islam. Seorang ‘alim harus membuat dirinya
menjadi sebaik-baik manusia dengan membuat ilmunya bermanfaat bagi masyarakat. Imam
Asy-Syafi’i berkata bahwa ( yang disebut ) ilmu itu bukanlah apa-apa yang dihafalkan, akan
tetapi ilmu adalah apa-apa yang bermanfaat. Dan Nabi saw sendiri mengatakan :

“ Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia (yang lain)”


Untuk keperluan inilah sesungguhnya suatu lembaga pendidikan Islam itu didirikan.

Surah AL-FATIHAH : 1-7. Al-Fatihah artinya Pembuka, semacam kunci yang akan menjadi
pemandu untuk memahami bangunan peradaban Islam yang akan ingin ditegakkan, yakni
seluruh nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an. Ia juga disebut dengan Umm al-Kitab. Al-
Bukhari menyebutkan dalam awal kitab at-Tafsiir : “ Disebut Umm al-Kitab, karena al-Fatihah
ditulis pada permulaan al-Qur’an dan dibaca pada permulaan shalat. Ada juga yang
berpendapat bahwa ia disebut demikian karena seluruh kandungan al-Qur’an kembali kepada
apa yang dikandungnya.” ( Tafsir Ibnu Katsir,dalam pembahasan tentang al-Fatihah)

Ibnu Jarir mengatakan : “ Orang Arab menyebut semua yang mencakup atau mendahului
sesuatu – jika ada hal-hal lain yang mengikutinya dan ia sebagai pemuka yang meliputi hal-hal
tersebut – dengan nama umm. Misalnya, umm al-ra’s, sebutan untuk kulit yang melapisi otak
(kepala).
Mereka juga menyebut bendera dan panji yang menyatukan sebuah pasukan dengan umm.” (
Tafsir Ibnu Katsir,dalam pembahasan tentang al-Fatihah)

Jadi al-Fatihah adalah al-Qur’an in a nutshell* yang mencakup, menyatukan, dan memandu
seluruh isi al-Qur’an. Selama penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an masih merujuk dan
berpedoman kepada isi al-Fatihah, maka ia tidak akan keluar dari yang semestinya. ( * Istilah yang
dipakai Prof. M.Dawam Raharjo dalam Ensiklopedi al-Qur’an)

Dalam pandangan Ustad Abdullah Said, hubungan antara empat surah terdahulu (al-Alaq, al-
Qalam, al-Muzzammil, dan al-Muddatstsir ) dengan al-Fatihah adalah sbb :

“.....dapat ditamsilkan bahwa wahyu pertama sampai ke empat berfungsi sebagai pendahuluan untuk
memasuki al-Qur’an (dalam hal ini adalah al-Fatihah). Wahyu pertama sampai ke empat ini dapat
memberi pengenalan kepada kita tentang maksud dan tujuan Allah menurunkan al-Qur’an ini. Dapat
pula dilihat bahwa al-Fatihah menempati kedududukan yang khas, dibanding empat surah lainnya (
yaitu, ia diturunkan sekaligus lengkap satu surah). Sehingga al-Fatihah dipandang sebagai ummul
Qur’an, yakni sebagai kesimpulan dari isi al-Qur’an.”

“ Berdasarkan kronologi ini, dapat diambil kesimpulan : diperlukan wahyu pertama hingga keempat
untuk menghantar kita mampu menerima al-Fatihah. Kalau nilai-nilai yang tumbuh dari proses wahyu
pertama hingga keempat telah dimiliki, kemudian kita dihantar memasuki dan memiliki nilai-nilai yang
terkandung dalam al-Fatihah, maka nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an akan dimiliki
keseluruhan.” ( dalam buku Sistimatika Wahyu)

Demikianlah manhaj Hidayatullah dalam mendidik para kadernya dalam ber-Islam secara
kaffah. Dapat disimpulkan bahwa jalan untuk ber-Islam secara kaffah ( seperti yang diajarkan
oleh al-Fatihah) menurut manhaj Sistimatika Nuzulnya Wahyu adalah :

1. Mengenal Allah (ma’rifatullah)


2. Memilih dan menetapi atau membenarkan Islam (tashdiq)
3. Mendekatkan diri kepada Allah hingga tahapan dapat ‘bersatu’ dengan-Nya (tauhid).
4. Mengabdikan seluruh hidupnya semata hanya untuk Allah (ikhlash).

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib ra :
Pemulaan ad-din adalah ma’rifatullah
Kesempurnaan ma’rifatullah adalah dengan tashdiq
Kesempurnaan tashdiq adalah dengan tauhid
Dan kesempurnaan tauhid adalah dengan ikhlash

BAB III
MUATAN DAN STRUKTUR KURIKULUM

Muatan Kurikulum
Ilmu terbagi dalam dua bagian :
Pertama, ma’rifah (ilmu iluminasi, ilmu pengetahuan tentang Tuhan). Ilmu seseorang mengenai
Tuhan ini adalah pemberian Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang berusaha mendekat
kepada-Nya dengan beribadah dengan tulus dan berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar.
Ma’rifah ini adalah makanan bagi jiwa manusia. Ma’rifah ini tidak bisa diketahui melalui akal
yang tidak dilengkapi dengan wahyu. Perjalanan spiritual Nabi Ibrahim as dalam mencari Tuhan
adalah bukti yang sangat kuat bahwa akal yang lepas dari bimbingan wahyu memiliki
kemampuan yang sangat terbatas (Qs.Al-An’am/ 6 : 75-77).

Ma’rifah ini adalah Al-Qur’an dan Sunnah, atau dalam perspektif hukum disebut syariat, atau
dalam perspektif spiritual disebut ilmu laduni (‘ilm ladunni) dan hikmah. Ma’rifah ini
merupakan ilmu tertinggi dan selalu menjadi rujukan dan pedoman bagi semua formulasi sains
dan aktivitas umat. Atas dasar inilah ilmu ini dianggap ilmu fardlu’ain.

Kedua, ‘ilm atau sains. Ilmu ini berkaitan dengan fisik dan objek-objek yang berhubungan
dengannya, yang bisa dicapai melalui penggunaan daya intelektual dan jasmaniah. Ilmu
pengetahuan ini bersifat acak dan pencapaiannya menempuh jalan yang bertingkat-tingkat. Ilm
ini tidak terbatas. Sedangkan alam, kapasitas, jangka hidup, dan kebutuhan manusia itu
terbatas. Karena itu manusia harus membatasi dirinya dalam mencari ‘ilm, karena mustahil bagi
seseorang untuk memperoleh semua sains. Umat Islam perlu mengatur sistem pendidikannya
sehingga mereka bisa mempelajari, mengembangkan, dan menerapkan semua sains yang
diperlukan untuk mengangkat dan menyebarkan nilai-nilai luhur dan ajaran-ajaran Islam serta
semua sains yang bisa memperkuat dominasi agama ini di dunia. Atas dasar inilah, pencapaian
ilmu pengetahuan kategori kedua ini dianggap sebagai fardlu kifayah.

Hubungan antara kedua kategori ilmu ini sangat jelas. Ilmu yang pertama harus menjadi
pemandu dan pembimbing ilmu yang kedua. Karena ilmu yang pertama menerangkan sebenar-
benarnya hubungan antara diri manusia dan Tuhan, dan menjelaskan maksud dari mengetahui
sesuatu dan tujuan kehidupan yang sebenarnya. Tanpa ilmu yang pertama, ilmu pengetahuan
yang kedua akan membingungkan manusia dan secara terus menerus menjebak mereka dalam
suasana pencarian tujuan dan makna kehidupan yang meragukan dan salah.

Pemahaman dan aplikasi yang benar mengenai fardlu’ain dan fardlu kifayah adalah ciri khas
dan elemen universal prinsip-prinsip intelektual dan spiritual Islam periode awal. Penekanan
pada kategori ini juga didasari atas kesadaran bahwa :
a. Ilmu yang tidak terbatas
b. Kewajiban manusia untuk mempelajarinya.
Nabi bersabda,” Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimat.”
Terhadap hadits ini Al-Zarnuji mensifatkan bahwa kewajiban individu bukan pada
pencarian semua aspek ilmu pengetahuan, melainkan apa yang diperlukan untuk
menjaga tempat seseorang dalam kehidupan atau fardlu’ain. Pendapat fundamental ini
menjadi petunjuk pendidikan yang memiliki tujuan yang mendalam, praktis, dan
komprehensif jika dilengkapi dengan prinsip-prinsip dasar hukum dan pendidikan yang
lain bahwa ” segala sesuatu yang menjadikan sesuatu itu wajib, maka ia dengan
sendirinya adalah wajib.” Karena prinsip yang kreatif dan kaya ini, ahli pendidikan
mengembangkan konsep-konsep seperti, ilmu-ilmu pendahuluan (muqaddimat) dan
ilmu-ilmu alat (‘alat). Walaupun tidak penting, ilmu-ilmu pendahuluan sebagai alat tidak
bisa dipisahkan dari ilmu-ilmu yang lebih tinggi dan oleh karenanya harus dikuasai dan
diajarkan secara proporsional. Hal ini berarti bahwa karena mencari ilmu tingkat tinggi
secara keagamaan adalah wajib dan sarana yang lebih baik untuk memperolehnya
merupakan sesuatu yang disyaratkan, maka Muslim diwajibkan menguasai ilmu-ilmu
yang membantu memperoleh ilmu-ilmu yang lebih tinggi, seperti ilmu dan ketrampilan
membaca, menulis, dan menghitung. Dengan demikian, cakupan fardlu’ain ini sangat
luas sesuai dengan perkembangan dan tanggung jawab spiritual, sosial, dan profesional
seseorang. Harus diingat bahwa, fardlu ‘ain bukanlah ilmu yang menjadi spesialisasi,
karena spesialisasi (penjurusan) itu sudah masuk kategori fardlu kifayah. Fardlu kifayah
adalah kewajiban-kewajiban yang jika dilaksanakan oleh seorang/beberapa orang
Muslim, kewajiban semua komunitas di tempat tersebut telah dilaksanakan. Konsep
utama dalam fardlu kifayah adalah kecukupan. Justifikasinya berdasarkan perintah-
perintah al-Qur’an untuk jihad ( Qs. 9 : 5, 36, 41. 111, 122 dan Qs. 4 : 95 ).
c. Kehidupan dan kemampuan manusia terbatas. Karena itu harus ada batasan kebenaran
bagi setiap objek ilmu pengetahuan sehingga sesuatu yang kurang dan lebih dari
batasan itu merupakan suatu kesalahan dan kebatilan. Sikap ini tidak bermakna harus
ada batasan dalam mencari ilmu pengetahuan, karena objek ilmu pengetahuan memiliki
batasan yang berbeda-beda. Sebaliknya, sikap ini mendorong sifat kejelasan dan
ketepatan yang akan membuat proses pendidikan menjadi lebih jujur, terarah, praktis,
dan lebih bermakna bagi orang yang mencarinya. Prinsip ilmiah ini diambil dari ayat al-
Qur’an Qs. An-Najm/53 : 17 dan Qs. Al-Kahfi/18 : 21-22.

Ketiga hal itulah yang memotivasi pembagian dan pengklasifikasian ilmu pengetahuan dalam
Islam dan juga yang menjadi landasan bagi penyusunan kurikulum sebuah lembaga pendidikan
dalam Islam. Dengan kata lain, muatan kurikulum dalam pendidikan Islam harus dipilih dengan
tepat dan diorganisir sedemikian rupa, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
benar dan baik. Hasrat akan ketepatan dan keteraturan adalah karakteristik tradisi intelektual
Islam.
Secara alami, kurikulum pendidikan Islam juga diambil dari hakikat manusia yang bersifat ganda
(dual nature), yaitu pertama, aspek fisikal, materi dan emosionalnya yang lebih berhubungan
dengan pengetahuannya mengenai ilmu-ilmu fisikal dan teknikal atau fardlu kifayah ;
kedua,aspek yang berdimensi permanen dan spiritual ( ruh, qalb, nafs, dan aql ) yang lebih
berhubungan dengan ilmu inti atau fardlu’ ain. Ilmu pengetahuan yang baik adalah ilmu
pengetahuan yang dapat memenuhi atau memiliki dua aspek tersebut. Pengkategorian di atas
tidak menunjukkan dualistis karena :
- Pertama, ilmu-ilmu tersebut sudah pasti memiliki tingkat yang berbeda-beda, tingkat
validitas atau pun eksklusivitas yang berbeda. Pendidikan Islam sangat
mempertimbangakan adanya hierarki dalam pengetahuan. Tanpanya akan terjadi
kebingungan, kesemerawutan, dan ketidakadilan.
- Kedua, saling melengkapi satu sama lain. Contoh, walaupun lebih tinggi dibandingkan
ilmu-ilmu intelektual (al-‘ulum al-‘aqliyyah), ilmu-ilmu agama (al-‘ulum al naqliyyah)
tidak dapat dijelaskan (diterima) tanpa ilmu-ilmu intelektual, terutama pada zaman kita
sekarang ini. Sebaliknya, ilmu-ilmu intelektual tanpa ilmu-ilmu agama akan
menyesatkan dan sangat sofistis.

Dalam perspektif Islam, jika tidak ada unsur kategori ilmu fardu’ain yang memadai, kurikulum
pendidikan yang dijalankan akan menjadi tragedi besar bagi individu dan bangsa.

Target Kurikulum
1. Mencetak Dai yang menguasai bahasa arab tulis dan lisan
2. Mencetak Dai yang hafal Al-Quran degan bacaan yang standar dan mutqin
3. Membekali dai dgn Ilmu yang sangat dibutuhkan oleh umat
4. Mengkader Dai untuk menjadi Dai Penggerak Peradaban Umat dan pemberi solusi
Struktur Kurikulum
Sekolah Dai Hidayatullahini diorientasikan untuk pendidikan kader dai selama 1 tahun.
Berdasarkan waktu yang tersedia dan tujuan yang hendak dicapai, maka disusun struktur
kurikulum sbb :

Keterangan : 1 jam pelajaran = 45 menit.

Pengaturan Beban Belajar

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh murid untuk
mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur (PT), dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT). Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan murid.
• Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh murid yang dirancang oleh guru untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh guru.

• Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa


pendalaman materi pembelajaran oleh murid yang dirancang oleh guruuntuk mencapai
standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh murid.

• Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur ini 50% dari alokasi waktu
tiap mata pelajaran. Lewat PT dan KMTT inilah diharapkan ‘kekaderan’ murid dapat
terbentuk.

Pengaturan Alokasi Waktu Pendidikan


Jadwal Pelajaran

JADWAL PELAJARAN ANGKATAN KE 9


SENIN SELASA RABU
JAM
KELAS A KELAS B KELAS A KELAS B KELAS A KELAS B
05:00 - 06:15 Aqidah Dalil Fiqih Aqidah
07:45 - 08:15 Tilawah 1 Juz Tilawah 1 Juz Tilawah 1 Juz
08:15 - 09:45 GranD MBA Tahsin Fiqih Ibadah Bahasa Arab
09:45 - 10:00 ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT
10:00 -11:30 Tahsin GranD MBA Fiqih Ibadah Bahasa Arab
13:00 - 14:00 GranD MBA Tahsin Nahwu Shorof Tazkiyyah Nafs
16:00 - 17:00 Tahsin GranD MBA Shorof Nahwu Fiqih Ibadah
18:00 - 19:00 Muroja'ah Mandiri Halaqoh Tahfidz Halaqoh Tahfidz
20:00 - 21:00 Muhadloroh Muhadloroh Muhadloroh
KAMIS JUM'AT SABTU AHAD
JAM
KELAS A KELAS B KELAS A KELAS B KELAS B KELAS A& B
05:00 - 06:15 Fiqih Da'wah TAHFIDZ Pembekalan Tematik
07:45 - 08:15 Tilawah 1 Juz Tilawah 1 Juz Kader Tilawah 1 JUZ
08:15 - 09:45 Retorika Dakwah Ulumul Hadits Syarah Hadits
09:45 - 10:00 ISTIRAHAT ISTIRAHAT I ISTIRAHAT
10:00 -11:30 Bahasa Arab Tahfidz IR Dosen Tamu
D
13:00 - 14:00 Nahwu A Nahwu B Hadits AN Istirahat
16:00 - 17:00 Sirah Nabawi Bahasa Arab M Halaqoh Manhaj
18:00 - 19:00 Muroja'ah Mandiri Halaqoh Tahfidz Halaqoh Tahfidz Kisah Qur'ani
20:00 - 21:00 Munaqosyah Fiqhiyah Nobar Muhadloroh Muhadloroh
Pengajar Sekolah Dai Hidayatullah:
Bahasa Arab, Tazkiyah, Aqidah, Halaqoh Manhaj Ust. Saepudin Abdullah, Lc
Dalil Fiqih, Fiqih Ibadah, Munaqosyah Fiqhiyyah, Nahwu A, Siroh, Kisah Qurani Ust. Ahmad Zainuddin, Lc
Nahwu B, Muhadoroh Ust. Ardiyansyah Rusydi, A.Md., S.St.
Shorof, dan Muhadhoroh Ust. Ali Mukmin Damanik
Hadits Ust. Rusli. S.Pd
Tahfidz, Muhadoroh Ust. Fityan Faqih
Tahsin Ust. Agung Tranajaya, M.Si
Kelembagaan Ust. Shohibul Anwar, M.H.I.
Pembekalan Kader , Fiqih Da'Wah Ust. Samani, S.Ag
Syarah Hadits Arbain Ust Ahmad Nurhidayat, Lc., M.S.I.
Ulumul Ust. Ridho
Hadits
Retorika Dakwah Balebat
Ust. Iwan Abdullah, M.S.I.
Tematik Ust. Budi

Pengaturan kegiatan/waktu belajar murid adalah sbb :

1. Reguler

Adalah waktu belajar yang ditentukan secara umum oleh ma’had seperti tabel di atas
2. Tambahan

Jam tambahan ini khusus untrou’rk : remidi, pengayaan, atau akselerasi. Remidi,
pengayaan atau akselarasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan,
dan dikoordinasikan dengan Waka Akademik.

3. Insidentil

Kegiatan belajar yang sewaktu-waktu diperlukan untuk mendukung pembelajaran di


sekolah, guru mendapatkan hak insentif di luar jam kerja. Untuk pengaturan insentif
diatur dibagian keuangan ma’had.
Ketuntasan Belajar

Standar Ketuntasan Belajar Minimal ( SKBM ) adalah batas ketuntasan minimal yang harus
dicapai oleh murid untuk setiap kompetensi dasar pada semua mata pelajaran. Standar
ketuntasan pendidikan minimal pada tiap kompetensi dasar ditentukan oleh guru berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain :

a. Kompleksitas materi (kedalaman dan keluasan materi, waktu yang tersedia, standar

minimal, penilaian
b. Intake murid (kemampuan intelektual, adab, latar belakang, pola pendidikan, bakat-

minat, motivasi, kemandirian )


c. Daya dukung (kemampuan guru, sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, bahan

ajar, dan lingkungan )

KOMPONEN KETUNTASAN KETERANGAN


1. Al-Qur’an
2. Bahasa Arab
3. Hadits
4. Manhaj
5. Ilmu Da’wah
6. Kepemimpinan Islam
7. Keterampilan Menulis
8. Kekaderan
9. Ujian Terbuka

• Murid yang belum dapat mencapai ketuntasan belajar harus mengikuti program
remidi (remidial program) sampai mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan.
• Yang telah mencapai ketuntasan belajar dapat mengikuti program pengayaan
(enrichment program),
• Sedangkan murid yang dapat mencapai ketuntasan belajar lebih dari 90% dapat
mengikuti percepatan (accelerated program).

Kriteria Kelulusan Murid


Murid dinyatakan lulus jika :

a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester pada kelas yang diikuti

b. Tuntas untuk pelajaran prasyarat : al-quran dan bahasa arab, plus tidak terdapat lebih dari

2 pelajaran yang di bawah nilai skbm


c. Memiliki nilai adab minimal 75 untuk setiap mata pelajaran.

d. Kehadiran dalam kegiatan pembelajaran minimal 75% dari jumlah pertemuan per mata

pelajaran
e. Lulus ujian terbuka

Prinsip-prinsip Penilaian
Beberapa prinsip penilaian antara lain :

1. Prinsip integral dan komprehensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan
menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran baik pengetahuan, keterampilan
maupun sikap/nilai.
2. Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara terencana, terus menerus, dan
bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkah laku murid
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian
harus sudah direncanakan bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester
dan dilaksanakan sesuai dengan program yang telah disusun.
3. Prinsip obyektif yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang handal
dan dilaksanakan secara obyektif, sehingga dapat menggambarkan kemampuan yang
diukur.
4. Dilakukan dengan mengacu pada indikator-indikator dari masing-masing Penilaian
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
5. Penilaian pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar murid.
Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dan murid, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria
tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakekatnya merupakan kompetensi-kompetensi
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Kompetensi
tersebut dapat dikenali melalui sejumlah indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
6. Hasil karya/kerja murid dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam
mengambil keputusan.

Perlu dicatat bahwa satu jenis penilaian tidak dapat mengumpulkan informasi hasil dan
kemajuan belajar murid secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberi
gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap seseorang.
Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai
dengan pengalaman belajar yang dialami. Untuk itu dalam pelaksanaan penilaian guru
diharapkan menggunakan beragam jenis penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi murid.
Sketsa Kalender Akademik

Tanggal Kegiatan Jumlah hari


01 Januari 2023 s/d 02 Juli 2023 Masa pendaftaran 183 hari
01 Juni 2023 s/d 02 Juli 2023 Kedatangan 32 hari
03 Juli 2023 s/d 09 Juli 2023 Orientasi Mahasiswa Baru 6 hari
10 Juli 2023 s/d 27 Oktober 2023 Kegiatan KBM semester ganjil 96 hari
29 Juni 2023 s/d 02 Juli 2023 Libur Idul Adha 4 hari
30 Oktober 2023 s/d 05 November 2023 Ujian PAS semester ganjil 6 hari
06 November 2023 s/d 12 November 2023 Daurah 7 hari
11 November 2023 Batas akhir pengumpulan nilai PAS 1 1 hari
13 November 2023 Pembagian Raport PAS semester ganjil 1 hari
13 November 2023 s/d 01 Maret 2024 Kegiatan KBM semester genap 96 hari
04 Maret 2024 s/d 10 Maret 2024 Ujian PAS semester genap 6 hari
18 Maret 2024 s/d 22 Maret 2024 Daurah 12 hari
18 Maret 2024 Batas akhir pengumpulan nilai PAS 2 1 hari
20 Maret 2023 Pembagian Raport PAS semester genap 1 hari
23 Maret 2023 s/d 20 April 2023 PDL (praktek dakwah lapangan ) 29 hari

Total jumlah hari KBM 192 hari


Kalender Akademik Sekolah Dai Hidayatullah
KALENDER AKADEMIK SEKOLAH DAI ANGKATAN KE 9
6 Juni 2023 10 Oktober 2023 2 Februari 2024
١١ ‫ ذو الحجة‬- ‫ذو القعدة‬ ١٤٤٤ ٣ ‫ ربيع األخر‬- ‫ربيع األول‬ ١٤٤٥ ٧ ‫ شعبان‬- ‫رجب‬ ١٤٤٥
Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
28 29 ٢٧ 30 ٢٨ 31 ١ 1 ١٢ 2 ١٣ 3 ١٤ 1 ١٥ 2 ١٦ 3 ١٧ 4 ١٨ 5 ١٩ 6 ٢٠ 7 ٢١ 28 ٧ 29 ٨ 30 ٩ 31 ١٠ 1 ٢٠ 2 ٢١ 3 ٢٢
4 ١٥ 5 ١٦ 6 ١٧ 7 ١٨ 8 ١٩ 9 ٢٠ 10 ٢١ 8 ٢٢ 9 ٢٣ 10 ٢٤ 11 ٢٥ 12 ٢٦ 13 ٢٧ 14 ٢٨ 4 ٢٣ 5 ٢٤ 6 ٢٥ 7 ٢٦ 8 ٢٧ 9 ٢٨ 10 ٢٩
11 ٢٢ 12 ٢٣ 13 ٢٤ 14 ٢٥ 15 ٢٦ 16 ٢٧ 17 ٢٨ 15 ٢٩ 16 ١ 17 ٢ 18 ٣ 19 ٤ 20 ٥ 21 ٦ 11 ١ 12 ٢ 13 ٣ 14 ٤ 15 ٥ 16 ٦ 17 ٧
18 ٢٩ 19 ١ 20 ٢ 21 ٣ 22 ٤ 23 ٥ 24 ٦ 22 ٧ 23 ٨ 24 ٩ 25 ١٠ 26 ١١ 27 ١٢ 28 ١٣ 18 ٨ 19 ٩ 20 ١٠ 21 ١١ 22 ١٢ 23 ١٣ 24 ١٤
25 ٧ 26 ٨ 27 ٩ 28 ١٠ 29 ١١ 30 ١٢ 1 ٢٥ 29 ١٤ 30 ١٥ 31 ١٦ 1 ١ 2 ٢ 3 ٣ 4 ٤ 25 ١٥ 26 ١٦ 27 ١٧ 28 ١٨ 29 ١٩ 1 ٢٠ 2 ٢١
7 Juli 2023 11 November 2023 3 Maret 2024
١٢ ‫ محرم‬- ‫ذو الحجة‬ ١٤٤٤ ٤ ‫ جمادي األول‬- ‫ربيع األخر‬ ١٤٤٥ ٨ ‫ رمضان‬- ‫شعبان‬ ١٤٤٥
Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
25 26 27 28 29 ٢٩ 30 ٢ 1 ١٣ 29 ٥ 30 ٦ 31 ٧ 1 ١٧ 2 ١٨ 3 ١٩ 4 ٢٠ 25 ٦ 26 ٧ 27 ٨ 28 ٩ 29 ١٠ 1 ٢٠ 2 ٢١
2 ١٤ 3 ١٥ 4 ١٦ 5 ١٧ 6 ١٨ 7 ١٩ 8 ٢٠ 5 ٢١ 6 ٢٢ 7 ٢٣ 8 ٢٤ 9 ٢٥ 10 ٢٦ 11 ٢٧ 3 ٢٢ 4 ٢٣ 5 ٢٤ 6 ٢٥ 7 ٢٦ 8 ٢٧ 9 ٢٨
9 ٢١ 10 ٢٢ 11 ٢٣ 12 ٢٤ 13 ٢٥ 14 ٢٦ 15 ٢٧ 12 ٢٨ 13 ٢٩ 14 ٣٠ 15 ١ 16 ٢ 17 ٣ 18 ٤ 10 ٢٩ 11 ٣٠ 12 ١ 13 ٢ 14 ٣ 15 ٤ 16 ٥
16 ٢٨ 17 ٢٩ 18 ٣٠ 19 ١ 20 ٢ 21 ٣ 22 ٤ 19 ٥ 20 ٦ 21 ٧ 22 ٨ 23 ٩ 24 ١٠ 25 ١١ 17 ٦ 18 ٧ 19 ٨ 20 ٩ 21 ١٠ 22 ١١ 23 ١٢
23 ٥ 24 ٦ 25 ٧ 26 ٨ 27 ٩ 28 ١٠ 29 ١١ 26 ١٢ 27 ١٣ 28 ١٤ 29 ١٥ 30 ١٦ 1 ٢٥ 2 ٢٥ 24 ١٣ 25 ١٤ 26 ١٥ 27 ١٦ 28 ١٧ 29 ١٨ 30 ١٩
8 Agustus 2023 12 Desember 2023 4 April 2024
١ ‫ صفر‬- ‫محرم‬ ١٤٤٥ ٥ ‫ جمادي األخرة‬- ‫جمادى اآلوىل‬ ١٤٤٥ ٩ ‫ شوال‬- ‫رمضان‬ ١٤٤٥
Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
30 ١٢ 31 ١٣ 1 ١٤ 2 ١٥ 3 ١٦ 4 ١٧ 5 ١٨ 26 3 27 4 28 5 29 ٦ 30 ٧ 1 ١٧ 2 ١٨ 31 ٢٠ 1 ٢١ 2 ٢٢ 3 ٢٣ 4 ٢٤ 5 ٢٥ 6 ٢٦
6 ١٩ 7 ٢٠ 8 ٢١ 9 ٢٢ 10 ٢٣ 11 ٢٤ 12 ٢٥ 3 ١٩ 4 ٢٠ 5 ٢١ 6 ٢٢ 7 ٢٣ 8 ٢٤ 9 ٢٥ 7 ٢٧ 8 ٢٨ 9 ٢٩ 10 ١
11 ٢ 12 ٣ 13 ٤
13 ٢٦ 14 ٢٧ 15 ٢٨ 16 ٢٩ 17 ٣٠ 18 ١ 19 ٢ 10 ٢٦ 11 ٢٧ 12 ٢٨ 13 ٢٩ 14 ١ 15 ٢ 16 ٣ 14 ٥ 15 ٦ 16 ٧ 17 ٨ 18 ٩ 19 ١٠ 20 ١١
20 ٣ 21 ٤ 22 ٥ 23 ٦ 24 ٧ 25 ٨ 26 ٩ 17 ٤ 18 ٥ 19 ٦ 20 ٧ 21 ٨ 22 ٩ 23 ١٠ 21 ١٢ 22 ١٣ 23 ١٤ 24 ١٥ 25 ١٦ 26 ١٧ 27 ١٨
27 ١٠ 28 ١١ 29 ١٢ 30 ١٣ 31 ١٤ 1 ١٥ 2 ١٦ 24 ١١ 25 ١٢ 26 ١٣ 27 ١٤ 28 ١٥ 29 ١٦ 30 ١٧ 28 ١٩ 29 ٢٠ 30 ٢١ 1 ٢٢ 2 ٢٣ 3 ٢٤ 4 ٢٥
9 September 2023 1 Januari 2024 5 Mei 2024
٢ ‫ ربيع األول‬- ‫صفر‬ ١٤٤٥ ٦ ‫ رجب‬- ‫جمادى األخرة‬ ١٤٤٥ ١٠ ‫ ذو القعدة‬- ‫شوال‬ ١٤٤٥
Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
27 1 28 2 29 3 30 4 31 ٥ 1 ١٥ 2 ١٦ 31 ١٨ 1 ١٩ 2 ٢٠ 3 ٢١ 4 ٢٢ 5 ٢٣ 6 ٢٤ 28 ١ 29 ٢ 30 ٣ 1 ٢٢ 2 ٢٣ 3 ٢٤ 4 ٢٥
3 ١٧ 4 ١٨ 5 ١٩ 6 ٢٠ 7 ٢١ 8 ٢٢ 9 ٢٣ 7 ٢٥ 8 ٢٦ 9 ٢٧ 10 ٢٨ 11 ٢٩ 12 ٣٠ 13 ١ 5 ٢٦ 6 ٢٧ 7 ٢٨ 8 ٢٩ 9 ٣٠ 10 ١ 11 ٢
10 ٢٤ 11 ٢٥ 12 ٢٦ 13 ٢٧ 14 ٢٨ 15 ٢٩ 16 ٣٠ 14 ٢ 15 ٣ 16 ٤ 17 ٥ 18 ٦ 19 ٧ 20 ٨ 12 ٣ 13 ٤ 14 ٥ 15 ٦ 16 ٧ 17 ٨ 18 ٩
17 ١ 18 ٢ 19 ٣ 20 ٤ 21 ٥ 22 ٦ 23 ٧ 21 ٩ 22 ١٠ 23 ١١ 24 ١٢ 25 ١٣ 26 ١٤ 27 ١٥ 19 ١٠ 20 ١١ 21 ١٢ 22 ١٣ 23 ١٤ 24 ١٥ 25 ١٦
24 ٨ 25 ٩ 26 ١٠ 27 ١١ 28 ١٢ 29 ١٣ 30 ١٤ 28 ١٦ 29 ١٧ 30 ١٨ 31 ١٩ 1 ٢٠ 2 ٢١ 3 ٢٢ 26 ١٧ 27 ١٨ 28 ١٩ 29 ٢٠ 30 ٢١ 31 ٢٢ 1 ٢٣

Masa pendaftaran 1 Januari - 31 Mei : Kedatangan Santri baru


Kedatangan Santri baru 27 Juni - 3 Juli : Masa Orientasi santri baru
Masa Orientasi santri baru 9 - 12 Juli : Libur Hari Raya Idul Adha
Kegiatan KBM 24 - 30 Oktotober : Ujian PAS 1 ( Penilaian Akhir Semester )
Hari Libur (hari raya jumat / hari raya idul adha) 31 Oktober-6 November : Dauroh 1
Ujian PAS ( Penilaian Akhir Semester ) 16 Okto -22 & 19 Feb-23 : Batas akhir pengumpulan soal PAS
Kegiatan Dauroh 5 Nov-22 & 18 Maret - 23 : Batas akhir pengumpulan nilai raport
PDL ( Praktek Dakwah Lapangan ) 27 Februai-5 Maret : Ujian PAS 2 ( Penilaian Akhir Semester )
Batas akhir pengumpulan soal PAS 7 November & 20 Maret : Pembagian raport
Batas akhir pengumpulan nilai raport 6 - 19 Maret - 2023 : Dauroh 2
Pembagian raport 23 Maret - 20 April 23 : PDL
Rihlah 6 Nov & 19 Maret : Rihlah
Tarhib Ramadhan 22 Maret : Tarhib Ramadhan
Raport Sekolah Dai Hidayatullah

Syahadah Kelulusan
Standar Kelulusan Mahasantri Sekolah Da`i

1.Menguasai dasar dasar Aqidah ahlusunah waljamaah serta aktualisasinya


2.Memiliki hafalan 5 juz dengan mutqin
3. Mampu menerjemahkan Al-Quran serta mengetahui tata bahasanya dan
menguasai metode ajar
4.Mampu membaca kitab gundul
5. Mampu membaca Al-Quran sesuai dengan makhroj dan tajwid yang benar
serta bisa mengajarkanya
6.Mendapatkan sanad matan Al jazari (bagi yang berhak)
7. Menguasai bahasa arab secara tulis dan lisan
8.Menguasai Fiqih ibadah dengan mengetahui landasan landasan dalilnya serta memahami
fiqih empat madzhab disertai dengan aktualisasinya
9.Memiliki hapalan hadits arbain nawawi
10.Mampu melaksankan da,wah fardiyah dengan metode sesuai sunah Rosulullah saw .
11.Memahami dasar manhaj dakwah hidayatullah (Sistematika Wahyu)

BAB IV
PENGELOLAAN SEKOLAH DAI HIDAYATULLAH

Struktur Organisasi
Sekolah Dai Hidayatullah ini merupakan salah satu program dari Pos Dai Hidayatullah Pusat.
Struktur Organisasi Sekolah Dai Hidayatullah Ciomas Bogor adalah sbb :

Pembina :
Shohibul Anwar, MHi
Samani, S.Ag.
Pengawas :
Agung Tranajaya, MPsi.
Pengurus Sekolah Dai Hidayatullah :

Mudir : Saepudin Abdullah,Lc.


Ka. Akademik : Ahmad Zaenuddin,Lc.
Bendahara : Jemi Esmawan
Fund Rising : Budiman, Asnawir, , Abdul Muin

Pendanaan Sekolah Dai Hidayatullah

Seluruh murid/santri santri dibiayai penuh dengan anggaran Rp. 1 juta per murid/per bulan. Saat ini ada
sekitar 40 murid ( sesuai dengan kapasitas asrama yang ada ), sehingga total pembiayaan yang diserap
oleh Sekolah Dai Hidayatullahini per bulan sekitar Rp. 50-60 juta, yang meliputi pendananan untuk :
konsumsi, daya, kegiatan akademik, gaji guru, kebersihan, dll.

Sumber pendanaan ini diperoleh dari donatur dari masyarakat, baik yang bersifat perorangan atau
lembaga yang tertarik untuk membiayai program ini.

Ke depan akan diperlukan dana yang amat besar untuk perluasan lahan, penambahan lokal kelas,
pembagunan guest house, pembagunan rumah pengurus, perpustakaan, dapur umum, penambahan
asrama, dll.

Peserta Sekolah Dai Hidayatullah

Sekolah Dai Hidayatullah ini dimulai pada tanggal tgl 17 Agustus 2015. Lama pendidikan di Sekolah Dai
Hidayatullahini adalah satu (1) tahun. Angkatan kedelapan ini saat ini berjumlah 35 orang. Mereka
berasal dari utusan-utusan Pengurus Daerah (PD) Hidayatullah dan juga dari luar Ormas Hidayatullah.

Ke depan, harapannya peserta Sekolah Dai Hidayatullah ini akan semakin banyak dan merata dari
seluruh PD-PD Hidayatullah se-Indonesia, utusan-utusan dari lembaga lain, utusan-utusan dari
perusahaan-perusahaan yang memerlukan dai untuk menggerakkan dakwah di tempat kerja, utusan
dari masjid-masjid, utusan dari daerah-daerah terpencil/perkotaan yang membutuhkan dai untuk
menyebarkan Islam di daerah tersebut, dll. Jelasnya, peserta Sekolah Dai Hidayatullah adalah siapa saja
yang bersedia menjalankan proyek besar “ Bersama Dai Membangun Negeri”.

Anda mungkin juga menyukai