Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

AGAMA ISLAM DAN KESEMPURNAANNYA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Pertemuan Ke 2
Dosen Pembimbing :
AGUS RISWANDI, M.Pd

Disusun oleh:
NAMA : RUDI SANTOSO
NIM : 2155202130
PRODI : TEKNIK INFORMATIKA

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Kitab suci samawi yang bernama Al-Quran adalah sumber inspirasi kehidupan umat
manusia. Mengapa? Karena semua yang dibutuhkan oleh manusia tersedia di dalamnya. Jika
kita belum menemukan apa-apa di dalamnya, padahal kita senantiasa membacanya, boleh jadi
interaksi kita dengan Al-Quran belum sempurna, karena kita membacanya hanya sekedar
membaca, tanpa melihat aspek lain yang justru lebih penting.
Melalui makalalah ini ,saya berusaha memberikan ilmu yang sudah saya dapat.
Walaupun dangkal, ingsya Allah dapat bermanfaat bagi penulis dan semua yang membacanya.

Tulang Bawang, 08 Oktober 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Judul ...................................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................10
E. Definisi Konsep...................................................................................................11
F.Sistematika Pembahasan........................................................................................12
BAB II PEMBAHASAN

A. Akidah.................................................................................................................13
1. Pengertian Akidah.........................................................................................14
2. Ruang Lingkup Pembahasan Akidah............................................................17
B. Syari’ah................................................................................................................23
1. Pengertian Syari’ah........................................................................................23
2. Ruang Lingkup Syari’ah................................................................................25
C. Akhlak.................................................................................................................26
1. Pengertian Akhlak.........................................................................................26
2. Ruang Lingkup Akhlak.................................................................................27
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk

menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi

seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat

manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan

sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.1

Islam juga merupakan ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk

mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran Islam

hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran itu tidak diamalkan dalam

kehidupan manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan

manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam

keseluruahan ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam dapat diketahui, dihayati, dan

diamalkan oleh manusia dari generasi kegenerasi berikutnya. Sebaliknya tanpa dakwah

terputuslah genersi manusia yang mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap

dari permukaan bumi.2

Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, tranformasi, tranmisi,

dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat. Dakwah mengandung arti panggilan

dari Allah SWT, dan Rasulullah SAW. Untuk umat manusia agar percaya ajaran Islam

dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupanya.3

Firman Allah SWT:

1
Abdur Rasyad Shaleh, Manajeman Dakwah Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang 1993), Cetke-3, h. 1
2
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media 2004), Cet ke-1, h.55
3
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011), h. 3

‫ل‬
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An-
Nahl:125).4

Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakna tugas sederhana yakni

kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasulullah SAW: “Ballighu

„anni walau ayat.” Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus

dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-

nilai keIslaman oleh sebab itu aktivitas dakwah harus berangkat dari kesadaran pribadi

yang yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok dengan kemampuan minimal

dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah tersebut.5 Kewajiban berdakwah terletak

pada setiap persoalan atau individu seorang muslim berdasarkan kemampuan maupun

profesi masing-masing beserta cara maupun media yang dimiliki. 6 Dan salah satu tempat

yang dapat dijadikan untuk mengembangkan dakwah dalam melalui aktivitas- aktivitas

dakwah yang dilaksanakannya adalah Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah.

Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. dengan dakwah,

Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya tanpa dakwah, Islam akan

semakin jauh dari masyarakat, dan selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam

kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju

terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui

dakwah, dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya, dari hal-hal yang

4
Departemen Agama,Al-Qur‟an dan Terjemahan (Surabaya: Mahkota,1990), h. 383
5
Munzier Suparta, Metode Dakwah,(Jakarta: Kencana, 2009), Cet. Ke-3. h.viii
6
Rafifudin Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah,cetakan I (bandung: cv Pustaka Setia,1957), h. 12
dapat membawa pada kehancuran. Karena pentingnya dakwah itulah, maka dakwah

bukanlah pekerjaan yang dipikirkan dan dikerjakan sambil lalu saja, melainkan pekerjaan

yang telah diwajibkan bagi setiap pengikutnya, sesuai dengan kemampuannya masing-

masing.7

Dakwah menjadikan perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama

rahmatanlilalamin yang harus didakwakan kepada seluruh manusia, yang dalam

prosesnya melibatkan unsur : da‟i (subyek), maaddah (materi), thoriqoh (metode),

wasilah (media), dan mad‟u (objek) dalam mencapai muqashid (tujuan) dakwah yang

melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8

Pondok Pesantren berarti tempat tinggal para santri, istilah santri sendiri berasal

dari bahasa Tamil “sattiri” berarti orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau

bangunan keagamaan secara umum.9

Di Indonesia Pondok Pesantren adalah lembaga pendididkan keagamaan Islam.

dalam perkembangan selanjutnya, Pondok Pesantren menjadi satu kesatuan sistem yang

menampung berbagai fungsi. Pondok Pesantren, selain menyelenggarakan fungsi sebagai

tempat untuk mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama

Islam(tafaqquh fid-din) dalam pengertian yang lebih luas, tafaqquh fid-din tidak hanya

berarti mendalami ilmu semata, tetapi juga mengamalkan dan menyebarluaskan

ajaranIslam kepada masyarakat pada semua lapisannya. Oleh sebab itu, para ulama dan

kyai, selain alim dalam ilmu-ilmu keIslaman, juga berperan sebagai da’i dan muballigh

yang berperan menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam kepada masyarakat luas.

Peran ini tidak hanya dilakukan oleh tamatan Pondok Pesantren yang berhasil menduduki

tingkat Ulama atau Kyai, tetapi oleh hampir semua lulusan pondok. Dalam tingkatan yang

7
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 37
8
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.2
9
Zamarkhasy Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,(Jakarta: LP3S,
1994), h.18
berbeda-beda, para tamatan Pondok Pesantrenpada umumnya akan mengambil peran

sebagai pemimpin masyarakat dibidang kehidupan beragama, juga menjalankan fungsi

sebagai pusat pengembangan masyarakat dan pusat pemberdayaan sumber daya

manusia.10

Salah satu tugas Pondok Pesantren adalah penyebaran ajaran dan pengetahuan

agama Islam (Dakwah Islamiyah) Dakwah Islamiyah sendiri tentunya membutuhkan

tenaga-tenaga yang memahami ilmu pengetahuan Islamyang dihasilkan melalui

pengkajian-pengkajian keIslaman di Pondok Pesantren. Posisi demikian menjadikan

Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan dakwah Islamiyah, Tugas Pondok

Pesantren dalam dakwah Islamiyah pun sesungguhnya merupakan manifestasi dari

pemahamanyang paripurna dalam tafaqquh fid-din, Karena pelaksanaan dakwah

Islamiyah merupakan perintah agama.11

Pesantren sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di Indonesia

memiliki persepsi yang plural. Pesantren bisa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga

pembinaan moral, dan lembaga dakwah.12

Menurut Azyumardi Azra secara spesifik memberikan klasifikasi fungsi esensi

dari pesantren, yaitu : a. Transmisi ilmu pengetahuan Islam (transmission of Islamic

knowlagde), b. Pemeliharaan tradisi Islam (maintenance of tradition), c. pembinaan

calon-calon ulama (reproduction of ulama).13

Sejak awal berdiri sampai sekarang, Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah telah

banyak memberikan kontribusi pemahaman keagamaan terhadap mesyarakat. Hal ini

terbukti, masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang dulu

10
Departeman agama RI direktorat jendral kelembagaan agama Islam, Pondok Pesantrendan Madrasah
Diniyah, (Jakarta : DJ II, 2003) , h.88
11
Departeman agama RI direktorat jendral kelembagaan agama Islam, Pondok Pesantrendan Madrasah
Diniyah, (Jakarta : DJ II, 2003) , h.89
12
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi menuju Demokratisasi Intstitusi, (Jakarta

:PenerbitErlangga), h. xiii
13
Wahyu Ilaihi, Harjan Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007) ,h. 183
mesyarakatnya mayoritas abangan, yaitu masyarakat yang melakukan kebiasaan-

kebiasaan yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. 14 Namun setelah adanya aktivitas-

aktivitas dakwah yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah,

masyarakat mulai ramai melakukan kegiatan keagamaan, mulai Bahtsul masail, Pengajian

Kitab kuning, istighosah, tadarusal-Qur’an, tahlil, dhiba’, jamaah yasin, pondok

ramadhan, kegiatan hari besar Islam, Haul, dan kegiatan dakwah para nelayan sekitar dan

pengajian Ustadz-ustadzah serta pelatihan dan pendelegasian kader da’i.

Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah sebagai lembaga tafaqquhfiddin,

mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran dan pelestarian Islam. Dan

yang menjadikan berbeda dengan Pondok Pesantren yang lainya adalah Aktivitas dalam

pembinaan kader da’i yang memberikan fasilitas pelatihan intensif dan juga

pengembangan masyarakat atau pendelegasian da’i. Dengan demikian jelaslah bahwa

Pondok Pesantren sebagai lembaga dakwah Islam di Indonesia walaupun pada dasarnya

memiliki tujuan yang sama yaitu mendidik para kader-kader kyai, dan ulama.

Namun dalam realitasnya memiliki aktivitas dan metode dakwah tersendiri pada masing-

masing pesantren. Dengan begitu Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah menunjukkan

aktivitas-aktivitas dan metode dakwah dalam menyebarluaskan agama Islam untuk

mempersiapkan generasi muda yang siap dalam menyiarkan ajaran Islam baik secara bil-

lisan, bil-qolam dan bil-hal.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti

dalam bentuk judul:“Aktivitas Dakwah Di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”.

B. Rumusan Masalah

14
Nuril, Ahmad, Nurul, Yaqin Dkk, K.H Moh.Baqir Adelan (Organisatoris, Ulama, Dan Teknokrat),
(Surabaya : Terbit Terang, 2009), h. 27
Penelitian ini memfokuskan pada rumusan masalah,sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas dakwah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatut

Tholabah ?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah di Pondok Pesantren

Tarbiyatut Tholabah ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren

Tarbiyatut Tholabah.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah di Pondok

Pesantren Tarbiyatut Tholabah.


D. Manfaat Penelitian

Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritik

a. Memberikan kecerdasan berfikir, serta menggugah kita tentang kedudukan ilmu

pengetahuan secara utuh dan lengkap, guna diabdikan kepada kenyataan dan

kebenaran.

b. Memungkinkan kita untuk mengembangkan diri dalam memperoleh ilmu

pengetahuan secara kritis dan mandiri, khususnya bidang komunikasi dan ilmu

dakwah.

c. Untuk mengetahui aktivitas dakwah di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah .

2. Manfaat Secara Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa digunakan sebagai evaluasi,

sekaligus informasi untuk lebih meningkatkan lagi, aktivitas dakwah di

Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah.

b. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah khasanah

perbendaharaan pada perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai

referensi dan bahan pembanding bagi mahasiswa yang akan mengadakan

penelitian serupa atau lanjutan.


E. Definisi Konsep

Mengingat adanya judul yang komprehensif di dalam mengkaji masalah penelitian

ini, maka peneliti memendang perlu untuk menjelaskan judul diatas secara rinci dan

jelas.Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerancuan pembahasan serta spesifikasi

masalah sehingga nampak jelas.

1. Aktivitas

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia aktivitas diartikan keaktifan

kegiatan, kesibukan.15 Jadi kalau dikorelasikan dengan dakwah, maka aktifitas

yang dimaksud disini adalah segala bentuk kegiatan yang bernuansa Islami dalam

rangka menyebarkan syi’ar Islam.16

2. Dakwah

Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), kata dakwah berasal dari bahasa

arab yaitu dari fi’ilmadhida’a, yad’u, yang artinya mengajak, mengundang, atau

memanggil, kemudian menjadi kata da‟watun yang artinya panggilan, undangan

atau ajakan.17

Dakwah menurut Moh. Ali Aziz, dalam buku Ilmu Dakwah, mengatakan

“Dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang

lain, dengan berbagai cara yang bijaksana, untuk terciptanya individu dan

masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua

lapangan kehidupan”.18

3. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren pada dasarnya adalah sebuah lembaga pendidikan Islam

yang didalamnya mengkaji, memahami, menghayati dan mengembangkan ilmu-

15
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,1997), h. 20
16
Yoyon Mudjiono, Metodologi Dakwah, (Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1989), h. 5
17
M.Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1997),h.5
18
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 11
ilmu keIslaman al-Islam al-syar’iyah, yang dibimbing oleh para ulama dan

kyai, pengajaran dilembaga ini bertumpu pada bahan pelajaran yang

termuat dalam kitab-kitab yang sudah baku dalam dunia keilmuan Islam

dengan tradisi dan disiplin yang sudah berjalan berkesinambungan selama

berabad-abad.19

Menurut Zamarkhsyari Dhofier dalam bukunya “Tradisi Pesantren”

mengatakan, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional

dimana di dalamnya terdapat pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab

Islam klasik dan kyai sebagai tokoh sentralnya.20

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan sesuatu yang menghantarkan ke


tujuan

skripsi.

Dalam sistematika pembahasan ini, nantinya akan berisi tentang alur

pembahasan yang terdapat dalam bab pendahuluan sampai penutup.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB II
PEMBAHASAN

POKOK-POKOK AJARAN ISLAM

Pokok-pokok ajaran Islam terdiri dari tiga macam, diantaranya sebagai


berikut:

A. Akidah

Dalam Islam, akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi

ialah alquran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu

dari segala sesuatu untuk dipercaya dengan suatu keimanan yang tidak boleh

dicampuri oleh keragu- raguan.1 Tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan

kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki

akidah atau menunjukkan kualitas iman yang ia miliki. Karena iman itu bersegi

teoritis dan ideal yang hanya dapat diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup

dan kehidupan sehari-hari.

Manusia hidup atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai

kepercayaan memberikan corak kepada kehidupan. Atau dengan kata lain, tinggi

rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan yang

dimilikinya. Sebab itulah kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman.

1
Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: PT. ALMA’ARIF, 1989), 119-120.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


1. Pengertian Akidah

Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan,

dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk ‘aqidatan (akidah) berarti

kepercayaan atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah bahwa

keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat

dan mengandung perjanjian. Makna akidah secara etimologis ini akan lebih jelas

apabila dikaitkan dengan pengertian terminologisnya, seperti diungkapkan oleh

Syekh Hasan al Banna dalam Majmu’ar Rasaail:

“Aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib

diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi

keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”

Dikemukakan pula oleh Abu Bakar al Jazairi dalam kitab Aqidah al-Mukmin:

yang dinukil oleh Tim Depag RI, Pendidikan Agama Islam, 2000:102 bahwa

“Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu, (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu

dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan

kebenaran itu”.

Dari dua pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan

dalam memahami akidah secara tepat dan jelas, yaitu:


a. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan potensi yang

dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk memahami dan mengerti kebenaran,

sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan mana yang baik dan mana

yang buruk. Dalam berakidah hendaknya manusia menempatkan fungsi alat

tersebut pada posisinya masing-masing. Sejalan dengan hal ini Allah Swt

berfirman:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl 16:78).2

b. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan

keraguan. Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan, manusia harus

memiliki ilmu sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan sepenuh hati setelah

mengetahui dalil-dalilnya, Allah Swt., berfirman:

Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, menyakini bahwasannya al-Qur’an
itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang
yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj 22:54).3

c. Akidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang

menyakininya. Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara keyakinan

lahiriyah dan batiniah. Pertentangan antara kedua hal tersebut akan melahirkan

kemunafikan. Sikap munafik ini akan mendatangkan kegelisahan. Allah Swt.,

berfirman:

2
Alquran, 16 (An-Nahl): 78.
3
Alquran, 22 (Al-Hajj): 54.
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari

kemudian”. Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman.

(QS. Al-Baqarah 2:8).

d. Apabila seseorang telah menyakini suatu kebenaran, maka konsekuensinya ia

harus sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan

kebenaran yang diyakininya itu.

Akidah Islamiyah berisikan ajaran tentang apa saja yang harus dipercayai,

diyakini dan diimani oleh setiap orang Islam. Karena agama Islam bersumber

kepada kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan, maka akidah merupakan sistem

kepercayaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut

Muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem

kepercayaan Islam karena itu aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar Islam

yang pertama dan utama.

Akidah Islamiyah dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim disebut

dengan rukun iman. Rukun iman itu meliputi iman kepada Allah, iman kepada

malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul

Allah, dan iman kepada hari akhir serta iman kepada qada’ dan qadar.4

Berdasarkan firman Allah Swt:

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-

4
Muhammad Syahrur, Islam dan Iman; Aturan-aturan Pokok (Yogyakarta: Jendela,
2002), 26.
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- juahnya. (QS. An-Nisa’ 4:136).5

2. Ruang Lingkup Pembahasan Akidah6

a. Ilahiah, yaitu pembahasan tentang sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan)

seperti wujud Allah Swt., nama-nama Allah Swt., dan sifat-sifat Allah Swt., dan

lain-lain.

b. Nubuwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

nabi dan rasul termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah Swt., mukjizat

dan sebagainya.

c. Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan roh.

d. Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui

melalui sam’i yakni dalil naqli berupa alquran dan as-Sunnah, seperti alam

barzakh, akhirat, azab kubur, dan sebagainya.

Disamping sistematika di atas, pembahasan akidah bisa juga mengikuti

sistematika rukun iman. Yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-

malaikat Allah, iman kepada iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-

rasul Allah, dan iman kepada hari akhir serta iman kepada qada’ dan qadar.

5
Alquran, 4 (An-Nisa’): 136.
6
Razak, Dienul Islam, 160.
Namun, penulis akan lebih menekankan pembahasan tentang iman kepada hari

akhir, sesuai dengan judul penulis tentang “Eskatologi menurut Prof. Achmad

Baiquni dan KH. Misbach Mustafa Bangilan Tuban Jawa Timur.”

Iman kepada hari akhir adalah masalah yang paling berat dari segala macam

akidah dan kepercayaan manusia. Sejak dari zaman purba, manusia telah

membicarakan dan mendiskusikannya sampai ke zaman modern kita. Persoalan ini

sebagai pokok pembahasan kami, sebab iman kepada akhirat akan membawa

manusia kepada keyakinan adanya suatu hidup lagi di alam lain sesudah hidup

duniawi, adanya hidup kembali bagi manusia sesudah matinya. Dan hidup yang

kedua itulah yang menjadi tujuan akhir dari perputaran roda kehidupan. Demikian

esensinya masalah ini, manakala kita membaca alquran dan hadis-hadis Nabi

makan yang dipersoalkan adalah iman dan Islam, pastilah tekanannya kepada dua

segi yakni iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir.

Pola iman kepada hari akhir itu sebagai berikut:

a. Bahwa jagat raya ini dengan seluruh makhluk yang ada didalamnya akan hancur

lebur. Dalam proses kehancuran itu akan terjadi gempa besar dengan gunung-

gunung menjadi laksana debu beterbangan, air laut mendidih meluap-luap, bumi

retak-retak, bintang-bintang berguguran, langit digulung, sedang manusia pada

mabuk pitam. Kemudian musnahlah segala makhluk, baik yang

bernyawa maupun tidak bernyawa. Hanyalah Allah yang Maha Perkasa yang tetap

hidup. Itulah yaumul qiyamah (hari kiamat besar). Sesuai firman Allah yang

berbunyi:

“Segala sesuatu di jagat raya ini akan binasa, hanya Tuhanmu yang memiliki
kebesaran dan kemuliaan akan kekal”.7
b. Bahwa setelah semuanya binasa maka akan tiba fase kedua, yaitu pembangkitan.

Semua manusia dibangkitkan kembali dari kuburnya, itulah yaumul ba’ast (hari

pembangkitan). Kemudian manusia dikumpulkan di padang Mahsyar. “Sungguh

Dia (Allah) akan mengumpulkan kamu kepada hari kiamat, tak ada keraguan

padanya.”8

c. Setelah manusia dibangkitkan kembali dan dikumpulkan semuanya, maka

diperlihatkanlah kepada mereka seluruh amal dan perbuatannya di dunia. Film

sejarah hidupnya selama di dunia dipertontonkan dengan jelas. Inilah yaumul

‘ardh (hari pertontonan).

“Pada hari itu, manusia akan pergi berpecah-pecah untuk diperlihatkan kepada
mereka akan kerja-kerja mereka. Barangsiapa yang mengerjakan seberat
timbangan atom kebaikan, tentu akan dilihatnya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan seberat timbangan atom kejahatan niscaya akan dilihatnya pula.”9

7
Alquran, 55 (Ar-Rahman) : 26-27
8
Alquran, 4 (An-Nisa’) : 87.
9
Alquran, 99 (Al-Zalzalah) : 6-8.
24

d. Setelah film sejarah hidupnya dipertontonkan, tibalah saat menghisab,

memperhitungkan secara adil amal perbuatan baik dan buruk manusia. Di depan

mahkamah keadilan Allah, manusia akan memperoleh keputusan paling adil,

tanpa aniaya sedikitpun. Inilah saat yaumul hisab (hari perhitungan) atau yaumul

wazn (hari pertimbangan).10

“Dan Kami letakkan timbangan keadilan pada hari kiamat, sebab itu seorang
tidak akan teraniaya sedikitpun. Andaikata ada amalnya hanya sebesar biji sawi,
niscaya Kami perhitungkan jua. Dan cukuplah Kami saja yang menghitung”.11

e. Fase keputusan, setiap manusia setelah melalui proses pengadilan di hadapan

kekuasaan Allah yang Maha Adil dan Bijaksana, kemudian mereka menerima

balasan perbuatannya. Perbuatan baik akan masuk surga dan perbuatan jelek akan

masuk neraka. Inilah fase terakhir, yang dinamakan yaumul fashl (hari keputusan).

“pada hari ini akan diganjari setiap jiwa atas usahanya dan tidak ada seorang pun
yang akan teraniaya”.12

Dengan demikian iman kepada hari akhir, mempunyai nilai yang sangat

tinggi dalam kehidupan manusia di dunia. Ia menunjukkan kehidupan di dunia ini

ada artinya, bukan hidup yang sekedar hanya hidup dan tidak ada kelanjutannya.

Seluruh amal perbuatan manusia tidak ada yang sia-sia. Apa yang dikerjakan

sekarang adalah bekal untuk kehidupan yang akan datang.

10
Abdurrahman Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam (Jakarta: GEMA INSANI,
1998), 547.
11
Alquran, 21 (Al-Anbiya’): 47.
12
Alquran, 23 (Al-Mu’minun): 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


Iman kepada hari akhir membawa efek yang positif dalam kehidupan

bersama dalam masyarakat. Ia mengajarkan agar kita menjadi manusia shalih,

manusia yang banyak manfaatnya kepada sesama insan. Hidup duniawi adalah

ibarat tanah ladang tempat bertanam, sedang di akhirat masa untuk mengetam

(memanen).

Tentang hari kiamat pasti datangnya, diawali dengan kiamat- kiamat

kecil (qiyamat sughra) yaitu kematian-kematian dari seorang- seorang, dan

akhirnya dengan terjadinya kiamat besar (qiyamat kubra) yaitu hancurnya jagat

raya. Keyakinan ini adalah ajaran inti dari seluruh agama-agama yang dibawa

oleh para Nabi. Ilmu pengetahuan pun mendukung akan kebenaran keyakinan

ini. Seperti dalam bukunya Prof. Achmad Baiquni yang berjudul Alquran dan

Ilmu Pengetahuan Kealaman.

Untuk itu matahari dapat kita jadikan bahan pembuktian. Bahwa dalam

proses masa, ia akan padam dengan sendirinya yang tentu membawa musnahnya

makhluk hidup di bumi ini, dimana mereka menggantung hidupnya pada sinar

matahari. Matahari adalah satu dari jutaan bintang yang terdapat di langit, ia

adalah sebuah bola api gas yang sangat panas. Dengan cahaya yang

dipancarkannya ke bumi maka ia menjadi sebab berlangsungnya kehidupan

seluruh makhluk hidup di bumi. Cahaya matahari yang panas itulah menyebabkan

peredaran angin, pergantian musim, dan turunnya hujan di bumi. Oleh para ahli

telah diperkirakan bahwa garis tengah matahari 1.400.000 kilometer, sedang

temperatur atau panas di permukaannya 6000 derajat celcius, dan panas


intinya 20.000.000 derajat celcius. Panas itu dihasilkan oleh reaksi nuklir yang

terus menerus, disertai dengan kehilangan zat-zat sebesar 40.000.000 ton

perdetik.13 Matahari sebagaimana arang yang terbakar pijar yang setiap detik

materinya habis terbakar tentu akhirnya arang akan habis menjadi debu, padamlah

ia. Maka dengan perhitungan matahari kehilangan zat- zatnya karena terbakar

selama 4 juta ton perdetik, ia baru akan padam dalam waktu lebih 15 milyar tahun

lagi. Tentu saja menurut kita masih lama, tetapi yang penting bahwa matahari itu

pasti padam. Matahari adalah sumber energi dan tenaga, jika matahari padam

maka semuanya akan beku tidak akan ada angin yang bertiup, tidak ada hujan,

semua berhenti dan mati, maka tamatlah semua kehidupan yang ada di bumi ini.

Hukum fisika juga mendukung, bahwa daya rotasi dan revolusi benda-

benda langit tidaklah abadi, suatu waktu akan berakhir, disamping itu gaya

gravitasi yang mendatangkan ketimbangan terhadap benda-benda langit, juga ada

waktunya gaya itu hilang. Kalau sudah terjadi demikian maka benda-benda langit

seluruhnya akan bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain.

Dalam kosmologi diketahui bahwa jagat raya ini sedang dalam struktur

tebuka, alam semesta dalam keadaan mengembang atau berexpansi, bahwa

galaksi-galaksi yang menyusun jagat raya ini bergerak menjauhi satu sama lain

dengan kecepatan yang tinggi yaitu sepertiga dari kecepatan cahaya. Itulah yang

dinamakan kiamatnya alam semesta.

13
Razak, Dienul Islam, 164.
Alquran telah memberikan ramalan ilmiah dalam surah al-Anbiya’ 21:

104. Demikian ajaran Islam semakin terungkap kebenarannya karena ia memang

adalah ajaran dari Yang Maha Benar, Allah Swt.

Semua ini adalah pengajaran bagi manusia, bahwa hidupnya ini tidak

kekal, alam semesta pun juga demikian. Tujuannya agar manusia hidup di dunia

ini untuk menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya yaitu amal shalih dan takwa

kepada Allah Swt.

B. Syari’ah

1. Pengertian Syari’ah

Syara’a-Yasyra’u–Syar’an artinya membuat undang-undang, menerangkan

rute perjalanan, adat kebiasaan, jalan raya. Syara’a– Yasyra’u–Syuruu’an artinya

masuk ke dalam air memulai pekerjaan, jalan ke air, layar kapal, dan tali panah

(Mahmud Yunus, 1989:195).

Syari’ah juga berarti jalan lurus, jalan yang lempang, tidak berkelok-kelok,

jalan raya. Penggunaan kata syari’ah bermakna peraturan, adat kebiasaan, undang

undang, dan hukum (Ahmad Wason Munawwir, 1984:762).

Syari’ah menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, syariat Islam

berarti jalan yang harus ditempuh seorang muslim. Sedangkan menurut istilah,

syari’ah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur

hubungan manusia dengan alam semesta atau dengan pengertian lain, syari’ah

adalah suatu tatacara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk

mencapai
keridhaan Allah Swt seperti dirumuskan di dalam Alquran yang berbunyi:

Dan kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu.14

Sesuai dengan pengertian di atas, maka syari’ah mencakup seluruh

aspek kehidupan manusia sebagai individu, masyarakat, dan sebagai subyek alam

semesta.

Syariah Islam mengatur pula tata hubungan seseorang dengan dirinya

sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang shaleh. Islam mengakui manusia

sebagai makhluk sosial, sehingga syariah mengatur tata hubungan antara manusia

dengan manusia dalam bentuk muamalah, sehingga terwujud kesholehan sosial.

Kesholehan sosial merupakan bentuk hubungan yang harmonis antara individu

dengan lingkungan sosial sehingga dapat dilahirkan bentuk masyarakat yang

saling memberikan perhatian dan kepedulian yang dilandasi oleh rasa kasih

sayang. Dalam hubungan dengan alam, syari’ah Islam meliputi aturan dalam

mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia

14
Alquran, 5 (Al-Maidah): 48.
dengan alam untuk mendorong saling memberi manfaat sehingga terwujud

lingkungan alam yang subur dan makmur.

2. Ruang Lingkup Syari’ah15

a. Ibadah yaitu beberapa peraturan yang mengatur hubungan vertikal (hablum

minAllah), terdiri dari: syahadat, salat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu.

Thaharah (mandi, wudlu, tayammum), qurban, shodaqoh dan lain-lain.

b. Muamalah yaitu suatu peraturan yang mengatur seseorang dengan lainnya dalam

hal tukar menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya: perdagangan,

simpan pinjam, sewa-menyewa, penemuan, warisan, wasiat, nafkah, dan lain-lain.

c. Munakahat yaitu peraturan masalah hubungan berkeluarga, seperti: meminang,

pernikahan, mas kawin, pemeliharaan anak, perceraian, berbela sungkawa, dan

lain-lain.

d. Jinayat yaitu peraturan yang menyangkut masalah pidana, seperti: qishah, diyat,

kifarat, pembunuhan, perzinaan, narkoba, murtad, khianat dalam berjuang,

kesaksian, dan lain-lain.

e. Siyasah yaitu masalah politik yang intinya adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Misalnya: persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), tolong-menolong

(ta’awun), toleransi (tasamuh), persamaan (musyawarah), kepemimpinan

(dzi’amah), dan lain-lain.

15
Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam, 550.
C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah kondisi mental, hati, batin seseorang yang mempengaruhi

perbuatan dan perilaku lahiriyah. Apabila kondisi batin seseorang baik dan

teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan, dan perilaku yang baik dengan mudah,

maka hal ini disebut dengan akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji

(mahmudah). Jika kondisi batin itu jelek yang teraktualisasikan dalam perkataan,

perbuatan, dan tingkah laku yang jelek pula, maka dinamakan akhlak yang tercela

(akhlak madzmumah).16

Jadi orang yang tidak berakhlakul karimah adalah laksana jasmani tanpa

rohani atau sama dengan orang yang sudah mati atau disebut dengan mayat yang

berasal dari kata maitatun yang artinya bangkai, sedangkan bangkai lambat laun

akan menimbulkan penyakit. Demikian dengan orang yang tidak berakhlakul

karimah, lambat laun akan merusak dirinya dan merusak lingkungan.

Sehingga Nabi diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan

akhlak, (HR. Bukhari). Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari

pada jiwa seseorang, karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari

keimanan seseorang. Sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata

sehari-hari

16
Sudirman, Pilar-pilar Islam; Menuju Kesempurnaan Sumber Daya Muslim
(Malang: UIN MALIKI PRESS, 2012), 245.
Dapat disimpulkan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah

akumulasi dari akidah dan syari’ah yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.

Apabila akidah telah memotivasi implementasi syari’ah Islamiyah akan lahir

akhlakul karimah, maksudnya adalah akhlak merupakan perilaku yang tampak

apabila syari’ah Islamiyah telah diaplikasikan bertendensi akidah.

2. Ruang Lingkup Akhlak17

Pembahasan seputar akhlak ini sangat luas, namun penulis membatasinya,

yakni berakhlak kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada

masyarakat, dan berakhlak kepada alam (lingkungan). Berakhlak kepada Allah:

mentauhidkan Allah Swt, bertaqwa kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, berdo’a

kepada-Nya, berdzikir kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya, tawadlu’ kepada

Allah. Berakhlak kepada diri sendiri: bersabar karena Allah, bersyukur kepada

Allah, bersikap benar, bersikap amanah, bersikap qana’ah (menerima apa

adanya).

a. Berakhlak kepada keluarga: berbakti kepada kedua orang tua, adil terhadap

saudara, mendidik dan membina keluarga, pendidikan akhlak di lingkungan

keluarga.

b. Berakhlak kepada masyarakat: mempertahankan persaudaraan, saling tolong-

menolong, bersikap adil, pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji,

bermusyawarah.

17
Sudirman, Pilar-pilar Islam; Menuju Kesempurnaan Sumber Daya Muslim, 250.
c. Berakhlak kepada alam (lingkungannya): memelihara ciptaan Allah, memanfaatkan alam

dengan benar, memakmurkan alam.

Pokok-pokok ajaran Islam ada tiga, yang pertama iman atau akidah yaitu keyakinan

atau percaya, yang kedua syari’ah adalah suatu tatacara pengaturan atau undang-undang

tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah Swt, yang ketiga akhlak

kondisi mental, hati, batin seseorang yang mempengaruhi perbuatan dan perilaku

lahiriyah, jika kondisi batin yang baik maka akan teraktualisasikan menjadi akhlak

mahmudah, jika kondisi mental yang buruk maka akan teraktualisasikan menjadi akhlak

yang mazmumah.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang seimbang berupaya merealisasikan

keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. Pendidikan Islam bukan

pendidikan duniawi saja, individual saja, atau sosial saja, juga tidak mengutamakan aspek

spiritual atau aspek materiil. Keseimbangan antara semua itu merupakan karakteristik

terpenting pendidikan Islam. Begitupun juga pendidikan Islam merupakan pendidikan

tingkah laku praktis, tidak cukup dengan kata-kata, tetapi memerhatikan aspek perbuatan.

Rukun Islam yang kelima, misalnya menuntut tingkah laku verbal dan praktis secara

simultan. Kesempurnaan manusia muslim antara lain terletak pada kesesuaian antara

perkataan dan perbuatan.

1. PAI adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar

kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama

Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan

masyarakat. Dalam perspektif pendidikan agama Islam sholat akhlak merupakan sarana

untuk membentuk kepribadian yang utama yang mampu mengamalkan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan norma dan ukuran Islam. Untuk memenuhi

harapan tersebut, pendidikan harus dimulai sedini mungkin, agar dapat meresap dihati
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=MAKALAH+kesempurnaan+agama+islam&oq=MAKALAH+kesempurnaan+agama+islam&
aqs=chrome..69i57.8971j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai