Kaderisasi atau pengkaderan memiliki arti sebuah proses, cara, atau perbuatan mendidik
atau membentuk seseorang menjadi kader1. Proses kaderisasi tidak selalu identik dengan lingkup
organisasi atau suatu kelembagaan formal. Pada intinya, proses kaderisasi dapat berjalan
manakala terdapat seseorang yang mengkader, materi pengkaderan, dan objek yang dikader.
Ketika ketiga unsur dasar ini ada, maka proses pengkaderan dapat berjalan meskipun dalam
bentuk yang sederhana. Dalam perkembangannya, tentu saja setiap orang maupun kelompok
memiliki hak untukmengembangkan, menambah, dan melakukan improvisasi terhadap bentuk,
model atau sistem pengkaderan yang dijalankan. Dalam proses pengkaderan, Rasulullah adalah
orang yang berperan sebagai pengkader. Dialah ujung tombak utama proses pengkaderan yang
terjadi pada masa beliau. Sementara itu, materi pengkaderan yang disampaikan beliau adalah
risalah Islam atau syari’at Islam yang bersumber dari wahyu Allah Tabaraka Wata’ala.
Jika kita merujuk kepada sirah nabawiyah Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi
wasallam, maka beliaupun juga melakukan proses pengkaderan sebagaimana dijelaskan di atas.
Dalam proses pengkaderan, Rasulullah adalah orang yang berperan sebagai pengkader. Dialah
ujung tombak utama proses pengkaderan yang terjadi pada masa beliau. Sementara itu, materi
pengkaderan yang disampaikan beliau adalah risalah Islam atau syari’at Islam yang bersumber
dari wahyu Allah Swt. Adapun objek kaderisasi atau “kader” yang dibina adalah orang-orang
yang berislam pada masa Nabi dan wafat dalam keadaan Islam pula. Merekalah yang disebut-
sebut oleh para ulama dengan istilah; ash shahabat (para sahabat Nabi) Para sahabatlah kader-
kader Rasulullah yang membantu dalam menjalankan misi risalah Islam untuk disampaikan
kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Kita dapat pula menyebut para sahabat sebagai kader
da’wah karena pada prinsipnya, apa yang dilakukan oleh mereka adalah mendakwahkan ajaran
Islam sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Baginda Rasul.
Dalam suatu organisasi, Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung
kontinuitas sebuah organisasi. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap
terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetapakan membawa misi gerakan organisasi. Makna
dari kader itu sendiri adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga
kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai
1
Jurnal Dakwah | Vol. 1 No. 1 | 2018
2
https://akhirgaberakhir.wordpress.com/2013/07/26/memaknai-arti-sebuah-pengkaderan-2/ , diakses
pada 30 Januari 2023
'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut. Bung Hatta pernah
menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan
menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya
harus menanam.”
Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan
menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran
kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah
individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-
kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi.
Karena sangat pentingnya kader bagi suatu organisasi, maka perlulah dilkukan kaderisasi.
Kaderisasi mempunyai fungsi produksi dan regenerasi. Proses kaderisasi yang baik akan
memproduksi dan mencetak kader yang baik pula.
Telah dipaparkan dengan jelas dalam ayat tersebut bahwa Nabi Muhammad saw adalah role
model terbaik yang pernah diutus oleh Allah swt kepada umat manusia. Dalam setiap tindak
tanduknya tidak ada yang tidak bisa diambil menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Nabi
Muhammad saw sebagai Rasul, sebagai pemimpin dalam keluarga, sebagai kepala negara,
bahkan sampai sebagai pendidik atau pengayom umat nya.
Jika kita perhatikan secara jeli, bagaimana sahabat nabi dapat menorehkan prestasi –
prestasi yang luar biasa dalam sejarah, kita bisa melihat pada sosok mush’ab bin umair yang
ketika di utus Yastrib sebelum Rasulullah saw hijrah ke sana dan berhasil membuat banyak
penduduk Yastrib masuk ke dalam islam di bawah arahan dakwahnya. Jika kita melihat para
Khalifah, kita bisa melihat Abu Bakar pada saat masa kekhalifahannya yang cukup singkat,
mampu membalikan stabilitas pemerintahan pasca meninggalnya Rasulullah saw. Kita juga
melihat masa kekhalifahnnya Umar bin Khattab yang melakukan ekspansi wilayah islam sampai
ke Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Melihat kesuksesan yang ditorehkan oleh
sahabat sahabatnya, tentu nya ada resep rahasia yang di miliki oleh nabi Muhammad saw dalam
melakukan kaderisasi terhadap umat islam pada zaman Nya sehingga dapat mecetak generasi
terbaik umat manusia.
A. Sejarah
Pada saat zaman Rasulullah Saw dalam hal kaderisasi disebut dengan Baitul Arqam atau
sinonimnya Darul Arqam. Baitul Arqam berasal dari kata Bait (Rumah) dan Arqam yang diambil
dari Arqam bin Arqam seorang pemuda yang termasuk kelompok kali pertama masuk islam di
zaman Rasulullah.
Ia direkrut oleh nabi untuk dikader, ia berasal dari Bani Mahzum, musuh bani hasyim. Ia
diajak masuk islam oleh abu bakar Asshiddiq, kala itu pengikut islam baru 12.
Jadi, Baitul Arqam adalah rumahnya arqam, dari rumah arqam inilah Rasulullah
membina para sahabat di masa awal perjuangannya.
Mencari tempat untuk berkumpul dengan para pemeluk Islam untuk menanamkan ajaran
Islam. Rumah di bukit Shafa milik Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam.
Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun dari kalangan
orang-orang kafir. Rumah milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan
Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh diajarkan
secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad Rasulallah Saw.
Perjuangan KH.Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah Di Yogyakarta,
hampir sama dengan dengan perjuangan Rasulullah. Dari situlah Muhammadiyah mendapat
inspirasi tentang proses pengkaderan sehingga wadah pengkaderan Muhammadiyah disebut
Baitul Arqam atau Darul Arqam.
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110).
Yang dimaksud khairu ummah pada ayat ini pertamakali disematkan kepada para sahabat
karena ayat ini turun terkait dengan, Itulah para sahabat Nabi, sebagai generasi yang dibimbing
langsung dalam pengkaderan Rasulullah.