MODERN
Faisalmz117@gmail.com/089604624683
Abstrak
I.Pendahuluan
Berbicara tentang kepemimpinan itu akan selalu menarik untuk didiskusikan,karna
mempunyai pengaruh besar dalam sebuah organisasi dan masyarakat, sangat terkait
dengan kontestasi dan kompetisi yang dilakukan dalam organisas dan masyarakat.
sekalipun pada zaman nabi Muhammad SAW, kepemimpinan menjadi perbincangan
entah diranah masyarakat dan agama.
Pemimpin merupakan suatu bagian yang melekat dalam kehidupam sosial
masyarakat, keberadaan seorang pemimpin merupakan merupakan sebuah
keniscayaan di tengah kehidupan bermasyarakat yang bersifat heterogen, yang mana
menuntun mereka ke arah yang lebih baik serta menjauhkan mereka dari bahaya yang
dapat mengganggu ketentraman dalam kehidupan mereka.
seorang pemimpin menjadi penentu keberhasilan organisasi dan masyarakat yang
dipimpinnya, Termasuk kepemimpinan Nabi muhammad dulu dalam agama islam.
kepemimpinan tidak dapat dilepskan dari pengikutnya(followorship), karna
kepemimpinan menjadi tidak berarti jika tanpa para pengikutnya. Loyalitas dan potensi
para pengikut ini memberikan pengaruh yang besar bagi pemimpin dalam menjalankan
tugasnya, kerjasama antara pemimpin dan pengikutnya sangatlah di butuhkan dalam
berorganisai dan negara. semakin tinggi loyalitas,potensi dan kerjasama pengikutnya
maka semakin pemimpin akan mudah dan semangat dalam menjalankan tugasnya dan
mencapai tujuan bersama, begitupun sebaliknya jika loyalitas, potensi dan kerja sama
pengikutnya rendah maka seorang pemimpin akan mengalami kesulitan dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan bersama, bisa kita lihat pada zaman
Nabi, pengikutnya sangatlah loyalitas dan menjalin kerjasama yang baik terhadap Nabi
sehingga nabi sangat mudah untuk menjalankan tugasnya dan mencapai tujuan
bersama umat islam.
Seorang Pemimpin merupakan sosok yang paling penting dalam membawa perubahan
dalam sebuah organisasi, masyarakat dan Negara. Pemimpin yang memiliki kepemimpinan
yang kuat menurut Blumberg dan Greenfield adalah pemimpin yang mampu menjalankan peran
sebagai: organisator(The Organizer), pengakrobat berdasarkan nilai (the value based juggler),
penolong sejati (the authentic helper), perantara (the broker), humanis (humanist), katalis (the
catalyst), rasionalis (the rasionalist), dan politikus (the politician) (A. Blumberg & W. Greenfield,
1980).1
bebicara strategi kepemimpinan pada zaman Nabi muhammad SAW. sudah tak
asing lagi kita dengar, bahkan masih relevan untuk di aktualisasikan dizaman modern
ini. yang mana Nabi Muhammad itu sangat dikagumi oleh rakyatnya dan dicintai rakyat
oleh rakyat. dizaman modern ini untuk mencapai dikagumi dan dicintai oleh rakyat
harus menjadi pemimpin seperti Nabi Muhammad, mampu menampilkan sikap yang
1Allyn and acon inc, The Effective Principle: Perspectives on School Leadership.(Boston.1980).
sopan, kompten, memiliki integritas yang tinggi, berkarakter jujur, merakyat, sederhana
dan toleran terhadap perbedaan yang ada.
Nabi Muhammad SAW menunjukkan kualitas kepemimpinan yang membuktikan
bahwa dia adalah Utusan Allah SWT yang menjadi penutup para Nabi. Dilansir dari
situs The Muslim Vibe, berikut beberapa bentuk kepemimpinan Nabi SAW yang patut
menjadi teladan bagi pemimpin masa kini. Kualitas kepemimpinan lainnya yang dimiliki
oleh Rasulullah SAW mampu menghargai pendapat sahabatnya, ketika dia secara
terbuka menerima saran seorang pendamping untuk menggali parit, yang belum pernah
digunakan oleh orang Arab untuk dijadikan strategi perang.
Nabi SAW tak hanya menerima nasihat seorang sahabat dalam hal membangun
parit, ia juga berhasil memberikan peran kepada para sahabat dan membagi pekerjaan
di antara mereka. Strategi membangun parit ini tidak terlalu umum di Arab pada masa
itu, tetapi dia menerimanya dengan pikiran terbuka.
Meskipun jumlah tentara musuh jauh lebih besar dari umat Islam, Nabi berinisiatif
untuk menjaga semangat kelompok tetap tinggi agar mereka tidak goyah meskipun
kalah jumlah pasukan, dari menciptakan ritme. Pertimbangan inilah yang membuat para
sahabat bekerja dengan semangat.
Kualitas kepemimpinan di atas hanyalah beberapa contoh yang ditunjukkan oleh
Nabi SAW selama hidupnya. Dia hidup dan berjuang bersama para pengikutnya tanpa
membedakan status dan selalu terbuka terhadap ide, kritik, dan saran. Dia tidak pernah
hanya duduk dan memberi perintah, tetapi bekerja keras dengan seluruh kekuatannya.
Oleh karna itu, maka tak heran jika Nabi Muhamad SAW dikatakan sebagai sosok
pribadi yang paling sempurna sehingga menjadi teladan bagi seluruh umat manusia,
khususnya umat islam untuk menjalani kehidupan didunia untuk meraih kebahagian
dunia dan akhirat. keteladanan tersebut bukan hanya dalam satu sisi atau beberapa sisi
kehidupan, melainkan dalam semua kehidupan; yalng lebih mengagumkan lagi ialah
pesona Nabi muhamad SAW itu bukan hanya dirasakan ketika beliau masih hidup akan
tetapi dirasakan dan berpengaruh juga setelah beliau sudah wafat sampai hari kiamat
datang. Bahkan dunia mengakuinya bahwa kepemimpinan yang berpengaruh dan
menmasuki peringkat yang pertama sampai saat ini adalah kepemimpinan Rasulullah
Muhammad SAW. Beliau memiliki kredibilitas dan kapabilitas kepemimpinan yang
rahmatan lil-alamin. seperti yang disebutkan oleh Michale H.Hart dalam the 100: A.
Ranking of The Most Influential Persons in History, Peringkat tersebut beliau peroleh
karna kepemimpinan beliau yang sangat komprehenaif.
Semua hal ini yang harus diterapkan dalam kepemimpinan dizaman modern ini,
Supaya apa yang diinginkan dan menjadi tujuan bersama tercapai dengan baik
taklepas kerjasama antara pemimpin dan pengkitnya berjalan dengan mestinya dan
penerapan strategi kepemimpinan rasulullah di masa kini akan menjadi power
pembawa perubahan dalam kehidupan.
II. pembahasan
Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai
arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata
dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : ةوعد, وعدي, اعد,
artinya: menyeru, memanggil, mengajak. Dalam pengertian yang integralistik
dakwah merupakan suatu proses yang ber- kesinambungan yang ditangani oleh
para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk
ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. oleh
karenanya perlu memperhatikan unsur penting dalam berdakwah sehingga
dakwah menghasilkan perubahan sikap bagi mad’u.
ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali perbedaan pendapat terkait definisi
dakwah itu semdiri di kalangan para ahli, antara lain:
1. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut al-Qur’an, mendefinisikan
dak- wah yaitu: mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan
Hakikat dan tujuan dakwah Rasulullah SAW., dalam ayat tersebut dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Tujuan memberi peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah
agar diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan
yang pasti akan mendatangkan kegelisahan di dalam hatinya.
2. Tujuan mengagunggkan Rabb, agar siapa pun yang menyombongkan diri di
dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan
dan keadaanya dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di
dunia selain kebesaran Allah.6
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Bani Hasyim, suatu kabilah dalam
suku Quraisy. Ayah Muhammad bernama Abdullah, yang mana meninggal dunia
tiga bulan setelah menika dengan Aminah. Berturut-turut setelah ibu dan kakeknya
meninggal, ia diasuh oleh pamannya yakni Abu Tholib. Dalam usia muda,
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing
penduduk Makkah. Di usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria
membawa barang dagangan saudagar wanita yang kaya raya yakni khadijah,
yang telah lama menjanda. Khadijah merupakan istri Rasulullah dan merupakan
wanita pertama yang masuk Islam. Menjelang usianya yang keempat puluh, nabi
5 Ilaihi, Wahyu dan Harjani Hefni, PengantarSejarah Dakwah (Jakarta: Kecana, 2007).
6 Al-Mubarakfuri,Syaikh Shafiyyurrahman, Sirah Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,2016).
sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kehidupan bermasyarakat,
berkontemplasi ke gua Hira, Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat
Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama, yakni
(QS. Iqra’ ayat 1-5). diangkat menjadi utusan Allah SWT. Setelah menerima wahyu,
Nabi Muhammad SAW segera melakukan dakwah. Pada mulanya, dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah secara sembunyi-sembunyi. Ssaran
dakwahnya adalah terbatas pada orang-orang dekat di sekitar
beliau,keluarga,sahabat-sahabat.
Strategi dakwah Rasulullah SAW. Adalah strategi dakwah yang menjadi
tauladan dan bersifat tetap sebagaimana yang dicontohkan langsung oleh beliau
pada masanya. Meskipun masa Rasulullah SAW. dengan masa kita sangat jauh
berbeda, tetapi strategi dakwah Rasul SAW. masih relevan dengan kondisi kita
saat ini. Hakikat nilai kehidupan dan fakta yang terjadi tidak berbeda sedikit pun.
Dengan demikian, strategi dakwah Rasulullah SAW. adalah model dan konsep
terbaik dalam menyusun sebuah strategi.
Dalam menjalankan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW menggunakan
berbagai macam metode antara lain: metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara
terang-terangan, politik pemerintah, surat- menyurat, peperangan, pendidikan,
dan pengajaran agama. Metode ini adalah bagian metode dakwah Nabi Muhammad
SAW dalam mengemban misi dakwah di Makkah dan Madinah. Pada periode
awal dalam perjuangan menyiarkan Islam di Makkah situasi yang dialami Nabi
Muhammad SAW dan umat Islam begitu berat. Nabi Muhammad SAW dan kaum
muslimin pada saat itu mendapati kenyataan bahwa mereka menanggung
berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman pembunuhan dari
kaum kafir Quraisy.7
7 Malik, Abdul & Ibnu Hisyam, Shirah Nabawiyah (Beirut: Darul Kutub Al Ilmaiah, 1971).
Periode Makkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahapan dakwah secara sembunyi- sembunyi, yang berjalan selama tiga
tahun.
2. Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Makkah,
yang dimulai sejak tahun ke-4 dari nubuwah hingga akhir tahun ke-10.
3. Tahapan dakwah di luar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun ke-10
dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
10Darsono dan Ibrahim, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 ( Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2009;28).
sesuatu11. Para ahli memberikan defiisi kepemimpinan, antara lain:
a. Miftah Thoha menyatakan “kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
orang lain, baik perseorangan maupun kelompok.”12
b. Hadari melihat kepemimpinan dari dua konteks yaitu “struktural dan
nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan diartikan sebagai proses
pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan dan
pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Adapun dalam konteks
nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses mempengaruhi pikiran,
perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama”.13
c. Harold Kontz mendefiisikan kepemimpinan sebagai “pengaruh, seni atau
proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan
kelompok dengan kemauan dan antusias”.14
dapat disimpulkan dari definisi-definisi diatas bahwa kepemimpinan adalah upaya
untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam
bekerjasama untuk mengejar tujuan bersama.
Nabi Muhammad adalah sebagai seorang pemimpin umat islam yang Berjaya.
Yang merupakan kepala Negara yang toleran,mampu mempengaruhi masyarakat dan
mampu membawa perdamaian. yang mana dalam konteks pembawa perubahan, nabi
Muhammad telah berhasil membawa perubahan yang signifikan dalam cara hidup
dan pemikiran masyarakat arab. sifat kepemimpinan nabi Muhammad SAW.
Diantaranya: disiplin wahyu, mulai dari diri sendiri, memberikan ketauladanan,
komunikasi yang sangat efektif, dekat da selalu mengayomi umatnya, selalu
bermusyawarah, memberikan pujian.15
Masyarakat penduduk madinah menganggap nabi Muhammad sebagai pemimpin
yang sangat berpengaruh, bahkan kedatangannya sangat disambut dengan baik,
11
Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi(Gorontalo: Ideas
Publishing,2017),32
12
Miftah toha, kepemimpinan dalam manajemen (Jakarta: Rajawali pres, 2003).
13
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada University Press, 1993, h.18.
14
Harild Kontz, O'Donnell dan Weihrich (1990:147)
15 Imron fauzi Manajemen pendidikan Ala Rasullah ( Yogyakarta: Ar-Ruzz media,2012),217-230
sebelum kedatangannya masyarakat sering terjadi pertentangan dan permusuhan 16.
Menurut ahli sejarah, belum cukup dua tahun dari kedatanganya nabi Muhammad
di kota madinah dideklarasikannya suatu piagam yang mengatur kehidupan dan
hubungan antar suku yang merupakan komponen masyarakat yang majemuk di
madinah. Langkah pertama dan kedua ditunjukan untuk konsolidasi umat islam.
Langkah-langkah berikutnya di tunjukan kepada penduduk madinah untuk ini nabi
membuat kesepakatan tertulis atau piagam untuk persatuan yang erat untuk kaum
muslimin dan kaum yahudi, menjamin kebebasan dalam beragama dan menekankan
untuk saling kerja sama dn persamaan hak dan kewajiban atas golongan dalam
kehidupan sosial politik dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian dan
menetapkan nabi unuk memutuskan segala perbedaan pendapat yang timbul dari
mereka. Langkah-langkah nabi Muhammad menurut watt telah menciptakan situasi
baru dalam menghilangkan pertentangan para suku-suku 17.
Banyak diantara pakar ilmu politik Islam mengatakan piagam Madinah sebagai
kontribusi negara Islam pertama yang dicanangkan Nabi di Madinah perilaku Nabi
pada permulaan periode Madinah bahwa sejak semula Islam mempertautkan dengan
erat antara agama dan negara18. C.A Nallino mengatakan bahwa selama hidupnya
Muhammad telah sukses membangun Islam sebagai agama dan sebagai negara
yang damai dan harmonis19. Dengan demikian, diMadinah Nabi Muhammad Saw.
adalah sebagai pemimpin agama dan juga sebagai kepala negara yaitu di Madinah.
C. Gaya Kepemimpinan Nabi Muhammad
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006) ditemukan
bahwa “kinerja kepemimpinan sangat bergantung pada organisasi maupun gaya
kepemimpinan”. Pemimpin bisa efektif dan tidak efektif dalam menjalankan tugasnya.
Untuk meningkatkan efektivitas organisasi, tidakhanya belajar bagaimana melatih
pemimpin secara efektif, namun juga menciptakan lingkungan masyarakat dan organisasi
yang pemimpinnya mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal . Selain itu, “gaya
16 Muhammad Izzah Darwajjah, Sirat al-Rasul Saw, (Cet. I; Cairo: Isa al-Bab al-Halaby Wa Auladuh,
1965), h. 17-18.
17 J. Suyuthi pulungan, op.cit., h.6.
18 Muhammad Tahir Ashari, op.cit., h. 33 dan 119.
19 Lihat, J. Sayuthi Pulungan, op.cit., h.77. Lihat juga H.A.R Gibb Mohammadanism And Historical Survey
20
Prasetyo pengembangan karakter sekertaris kepemimpinan yogjakarta : offst 2006 h. 28
21
Robbins. P.S. Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi. Jakarta : Erlangga,2002 h.90
22 Suradji, G., & Martono, E. Ilmu dan Seni Kepemimpinan.Bandung: Pustaka Reka Cipta. 2014 h. 57
demokratis kendali bebas ini merupakan model yang dinamis yang mana seorang
pimpinan hanya memberitahu target utama yang ingin dikejar oleh kelompok. Setiap
bidang kelompok dipercayai untuk menetapkan target minor, cara pencapaian target dan
cara penyelesaian perkara masing-masing. Oleh karenanya, pimpinan hanya sebagai
pengawas saja. “Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang
secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam
pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yangmenurut
karyawannya paling sesuai”23.
Sebagai pemimpin umat islam sekaligus kepala negara, Nabi memkai gaya
kepemimpinan demokratis untuk setiap keputusan yang akan beliau tetapkan. teklepas
untuk mengajak sahabat-sahabatnya untuk melakukan musyawarah dan beliau tidak
bersikap otoriter, kiranya perlu dicatat dalam permusyawarahan sebagai mana yang telah
ditetapkan oleh rasulullah SAW setiap orang memiliki kebebasan berpendapat tentang
sesuatu yang menjadi pembahasan atau pokok masalah beliau tidak pernah bersikap
atau bahwa beliau lebih berhak mengambil keputusan dari pada sahabat-
sahabatnya,yang berkaitan dengan umat islam dan negara madinah, beliau sangat
menghargai perbedaan pendapat walaupun sebagai pemimpin umat islam dan kepala
negara madinah mungkin memiliki pendapat sendiri yang berkaitan dengan
kebijaksnaanya24.
perinsip persmaan sangatlah berkaitan dengan perinsip keadilan,nabi tidak
membedakan keduduknnya sipelaku pidana, apakah ia seorang pembesar atau
penguasa mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Rasulullah Saw
sebagai pemimpin umat islam dan kepala negara di Madinah tidak merasa dirinya lebih
dari yang lain sesuai dengan doktrin Alqur’an, ukuran kelebihan seseorang terletak
pada tingkat taqwanya, beliau memperlakukan Bilal yang kulit hitam semula budak
sama dengan pengikut yang lainnya. Bahkan diangkat sebagai muazzin25.
Nabi Muhammad Saw. menerapkan prinsip kebebasan dalam Islam misalnya
dalam kebebasan beragama orang Yahudi bebas melaksanakan agama mereka dan
karena itu kaum muslimin di Madinah tidak boleh meghalangi mereka untuk ber ibadah
23
Robbins. P.S. Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi. Jakarta : Erlangga,2002 h. 460
24 Muhammad Tahir Azhari, op.cit., h. 119-120.
25 Ibid, h. 120-122
dalam hubungan dengan kewajiban pemerintah Madinah untuk melindungi orang-
orang non-muslim, yang dinamakan kaum dzimmy. Begitu besar perhatian Rasulullah
selaku kepala negara di Madinah terhadap non-muslim beliau memperingatkan
pengikutnya supaya tidak memusuhi golong- an dzimmy itu, karena keselamatan dan
keadaan mereka menjadi tanggung jawab kepala negara baik orang Yahudi maupun
Kristen memiliki kebebasan penuh26.
Selain itu yang perlu diperhatikan ialah, meskipun pada masa Rasulullah SAW
orang yang belum mengenal teori pemisahan ataupun pembagian kekuasaan namun
beliau telah mewujudkan dalam pemerintahannya. Pembagian tugas kenegaraan
dengan cara mengangkat orang yang memenuhi syarat misalnya wazier (menteri)
katib (sekretaris) wali (gubernur) ‘amil (pengelola zakat) qadhi (hakim) sudah ada pada
masa rasulullah27. Untuk menghadapi kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi sebagai
kepala pemerintah- an mengatur siasat dan membentuk pasukan militer, ummat Islam
diizinkan berperang dengan dua alasan: 1. Untuk mempertahan- kan diri dan
melindungi hak miliknya. 2. Menjaga keselamatan dalam penyebaran dan
mempertahankannya dari orang-orang yang menghalanginya28. Ciri khas pemerin-
tahan dalam Islam menurut Abu al-A’la al- Maududi adalah sebagai berikut: 1. Ke-
kuasaan perundang-undangan Ilahi. 2. Ke- adilan antar manusia. 3. Persamaan
antara kaum muslimin. 4. Tanggung jawab peme- rintah. 5. Permusyawaratan. 6.
Kekuasaan dalam hal kebijakan. 7. Berusaha untuk men- cari kekuasaan diri sendiri
adalah terlarang. 8. Tujuan adanya negara. 9. Amar ma’ruf nahi munkar29.
26 Ibid, h. 122-123.
27 Ibid, h. 126
28 Badri Yatim, op.cit., h. 27.
29 Abu al-A’ la al-Maududi, Khalifah al-Mulk, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir, dengan judul
Ketahanan Individu ( Studi Di SMA Negeri 39 , Cijantung , Jakarta ). Jurnal Ketahanan Nasional, 21(1),
14–22.
yang begitu maju dan berkembang ditunjang dengan media sosial yang serba
canggih dan itu semua akan berpengaruh kepada seorang pemimpinnya. Generasi
milenial merupakan modal utama untuk kehidupan bangsa. Potensi generasi milenial
yang dapat dimaksimalkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dengan adanya potensi generasi milenial yang akan banyak memajukandan
memakmurkan bangsa perlu menjadikan Sifat kepemimpinan nabi muhammad
menjadi nilai dasar kepemimpinan yang harus diaktualkan di era milenial, yaitu:
1. Guiding visions, yaitu Nabi Muhammad SAW sering menginformasikan kabar tentang
kebahagiaan mengenai capaian keberhasilan dan kemenangan yang diperoleh oleh para
pengikutnya dikemudian hari. Pandangan yang sangat visioner ini telah mampu mengetuk
hati para shahabat nabi untuk sabar, tabah, dan kuat dalam berjuang walaupun harus
meghadapi beratnya rintangan.
2. Passions (berkemauan kuat). Berbagai upaya yang dilakukan oleh musuh- musuh nabi
untuk menghentikan perjuangannya, namun mereka tidak pernah berhasil. Rasulullah
SAW senantiasa tetap tabah, sabar, dan gigih dalam menggapai tujuan;
3. Integrity (berintegritas). Rasulullah dikenal sebagai pemimpin yang berintegritas tinggi,
kometmen terhadap ucapannya dan konsisten dalam menjalankan keputusan, serta pintar
dalam membangun team work yang tangguh. Keberhasilah ini telah ditunjukkan oleh
Rasulullah dalam berbagai ekspedisi militer;
4. Trust (amanah). Rasulullah dalam berbagai sepak terjangnya dikenal sebagai sosok yang
terpercaya (al-Amin) bukan hanya di kalangan para pengikutnya, bahkan juga oleh para
lawan-lawannya;
5. Curiosity (rasa ingin tahu). Rasulullah menerima wahyu pertama adalah perintah
membaca (iqro’). Secara eskplisit di dalam kata iqra’ terdapat makna mengetahui, meneliti,
memahami dan lain-lain.
6. Courage (berani). Nabi Muhammad SAW sanggup menjalankan amanah sebagai utusan
Allah dengan segala resikonya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasullah adalah sosok yang
memiliki sikap keberanian luar biasa 31.
31Antonio, M. (2007). Muhammad SAW : The Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia multimedia
& proLm.
III. kesimpulan