Anda di halaman 1dari 18

AKTUALISASI STRATEGI KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD DI ZAMAN

MODERN

Faisal Makarim Zuhdi

HMI cabang Cirebon

Faisalmz117@gmail.com/089604624683

Abstrak

Prophet Muhammad's leadership is the solution and is expected by everyone, especially


in modern times. relevant models, styles and leadership profiles are actualized. His
leadership exemplary is his toughness to become a person who is not influenced by the
circumstances of the people around him who are still ignorant. The personality aspect
that is very prominent in him is honesty (shiddiq), which is a principle in living his life
and life. The perfect personality of the Prophet Muhammad. as Allah's Apostle as a
commendable and perfect personality, known as the mandatory attributes for Allah's
Apostle, which include shiddiq, amanah, tabligh, and fathanah. The Prophet
Muhammad played a role not only as a leader in one thing, but as a leader in aspects of
life including politics, economy, military, and da'wah. the ideal leadership style of the
Prophet Muhammad, friendly to the global community and having a creative and
innovative attitude. can balance in life, unite differences and spread peace.

Keyword : leadership, prophet muhammad and modern times

I.Pendahuluan
Berbicara tentang kepemimpinan itu akan selalu menarik untuk didiskusikan,karna
mempunyai pengaruh besar dalam sebuah organisasi dan masyarakat, sangat terkait
dengan kontestasi dan kompetisi yang dilakukan dalam organisas dan masyarakat.
sekalipun pada zaman nabi Muhammad SAW, kepemimpinan menjadi perbincangan
entah diranah masyarakat dan agama.
Pemimpin merupakan suatu bagian yang melekat dalam kehidupam sosial
masyarakat, keberadaan seorang pemimpin merupakan merupakan sebuah
keniscayaan di tengah kehidupan bermasyarakat yang bersifat heterogen, yang mana
menuntun mereka ke arah yang lebih baik serta menjauhkan mereka dari bahaya yang
dapat mengganggu ketentraman dalam kehidupan mereka.
seorang pemimpin menjadi penentu keberhasilan organisasi dan masyarakat yang
dipimpinnya, Termasuk kepemimpinan Nabi muhammad dulu dalam agama islam.
kepemimpinan tidak dapat dilepskan dari pengikutnya(followorship), karna
kepemimpinan menjadi tidak berarti jika tanpa para pengikutnya. Loyalitas dan potensi
para pengikut ini memberikan pengaruh yang besar bagi pemimpin dalam menjalankan
tugasnya, kerjasama antara pemimpin dan pengikutnya sangatlah di butuhkan dalam
berorganisai dan negara. semakin tinggi loyalitas,potensi dan kerjasama pengikutnya
maka semakin pemimpin akan mudah dan semangat dalam menjalankan tugasnya dan
mencapai tujuan bersama, begitupun sebaliknya jika loyalitas, potensi dan kerja sama
pengikutnya rendah maka seorang pemimpin akan mengalami kesulitan dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan bersama, bisa kita lihat pada zaman
Nabi, pengikutnya sangatlah loyalitas dan menjalin kerjasama yang baik terhadap Nabi
sehingga nabi sangat mudah untuk menjalankan tugasnya dan mencapai tujuan
bersama umat islam.
Seorang Pemimpin merupakan sosok yang paling penting dalam membawa perubahan
dalam sebuah organisasi, masyarakat dan Negara. Pemimpin yang memiliki kepemimpinan
yang kuat menurut Blumberg dan Greenfield adalah pemimpin yang mampu menjalankan peran
sebagai: organisator(The Organizer), pengakrobat berdasarkan nilai (the value based juggler),
penolong sejati (the authentic helper), perantara (the broker), humanis (humanist), katalis (the
catalyst), rasionalis (the rasionalist), dan politikus (the politician) (A. Blumberg & W. Greenfield,
1980).1
bebicara strategi kepemimpinan pada zaman Nabi muhammad SAW. sudah tak
asing lagi kita dengar, bahkan masih relevan untuk di aktualisasikan dizaman modern
ini. yang mana Nabi Muhammad itu sangat dikagumi oleh rakyatnya dan dicintai rakyat
oleh rakyat. dizaman modern ini untuk mencapai dikagumi dan dicintai oleh rakyat
harus menjadi pemimpin seperti Nabi Muhammad, mampu menampilkan sikap yang

1Allyn and acon inc, The Effective Principle: Perspectives on School Leadership.(Boston.1980).
sopan, kompten, memiliki integritas yang tinggi, berkarakter jujur, merakyat, sederhana
dan toleran terhadap perbedaan yang ada.
Nabi Muhammad SAW menunjukkan kualitas kepemimpinan yang membuktikan
bahwa dia adalah Utusan Allah SWT yang menjadi penutup para Nabi. Dilansir dari
situs The Muslim Vibe, berikut beberapa bentuk kepemimpinan Nabi SAW yang patut
menjadi teladan bagi pemimpin masa kini. Kualitas kepemimpinan lainnya yang dimiliki
oleh Rasulullah SAW mampu menghargai pendapat sahabatnya, ketika dia secara
terbuka menerima saran seorang pendamping untuk menggali parit, yang belum pernah
digunakan oleh orang Arab untuk dijadikan strategi perang.
Nabi SAW tak hanya menerima nasihat seorang sahabat dalam hal membangun
parit, ia juga berhasil memberikan peran kepada para sahabat dan membagi pekerjaan
di antara mereka. Strategi membangun parit ini tidak terlalu umum di Arab pada masa
itu, tetapi dia menerimanya dengan pikiran terbuka.
Meskipun jumlah tentara musuh jauh lebih besar dari umat Islam, Nabi berinisiatif
untuk menjaga semangat kelompok tetap tinggi agar mereka tidak goyah meskipun
kalah jumlah pasukan, dari menciptakan ritme. Pertimbangan inilah yang membuat para
sahabat bekerja dengan semangat.
Kualitas kepemimpinan di atas hanyalah beberapa contoh yang ditunjukkan oleh
Nabi SAW selama hidupnya. Dia hidup dan berjuang bersama para pengikutnya tanpa
membedakan status dan selalu terbuka terhadap ide, kritik, dan saran. Dia tidak pernah
hanya duduk dan memberi perintah, tetapi bekerja keras dengan seluruh kekuatannya.
Oleh karna itu, maka tak heran jika Nabi Muhamad SAW dikatakan sebagai sosok
pribadi yang paling sempurna sehingga menjadi teladan bagi seluruh umat manusia,
khususnya umat islam untuk menjalani kehidupan didunia untuk meraih kebahagian
dunia dan akhirat. keteladanan tersebut bukan hanya dalam satu sisi atau beberapa sisi
kehidupan, melainkan dalam semua kehidupan; yalng lebih mengagumkan lagi ialah
pesona Nabi muhamad SAW itu bukan hanya dirasakan ketika beliau masih hidup akan
tetapi dirasakan dan berpengaruh juga setelah beliau sudah wafat sampai hari kiamat
datang. Bahkan dunia mengakuinya bahwa kepemimpinan yang berpengaruh dan
menmasuki peringkat yang pertama sampai saat ini adalah kepemimpinan Rasulullah
Muhammad SAW. Beliau memiliki kredibilitas dan kapabilitas kepemimpinan yang
rahmatan lil-alamin. seperti yang disebutkan oleh Michale H.Hart dalam the 100: A.
Ranking of The Most Influential Persons in History, Peringkat tersebut beliau peroleh
karna kepemimpinan beliau yang sangat komprehenaif.
Semua hal ini yang harus diterapkan dalam kepemimpinan dizaman modern ini,
Supaya apa yang diinginkan dan menjadi tujuan bersama tercapai dengan baik
taklepas kerjasama antara pemimpin dan pengkitnya berjalan dengan mestinya dan
penerapan strategi kepemimpinan rasulullah di masa kini akan menjadi power
pembawa perubahan dalam kehidupan.

II. pembahasan

Risalah yang diterima nabi Muhammad disebarkan melalui dakwah terhadap


umat. dakwah diartikan dengan mengajak manusia dengan cara bijaksana kejalan
yang benar sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh allah unuk kemaslahatan
umat manusia didunia dan diakhirat. Merupakan kenyataan bahwa agama islam
adalah agama yang paling banyak pengaruhnya dalam kehidupan manusa entah hati
dan pikiran berbagai ras, budaya, bangsa dan berbagai suku-suku yan majemuk.2

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai
arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata
dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : ‫ةوعد‬, ‫وعدي‬, ‫اعد‬,
artinya: menyeru, memanggil, mengajak. Dalam pengertian yang integralistik
dakwah merupakan suatu proses yang ber- kesinambungan yang ditangani oleh
para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk
ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. oleh
karenanya perlu memperhatikan unsur penting dalam berdakwah sehingga
dakwah menghasilkan perubahan sikap bagi mad’u.
ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali perbedaan pendapat terkait definisi
dakwah itu semdiri di kalangan para ahli, antara lain:
1. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut al-Qur’an, mendefinisikan
dak- wah yaitu: mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan

2 Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah(Jakarta: Kencana, 2004).


akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan
oleh pendakwah itu sendiri.
2. Menurut Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan
cara bijaksana ke jalan yang benar se- suai dengan perintah Tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan dunia akherat3

Dalam melakukan dakwah Nabi Muhammad harus dijadikan rujukan untuk


melakukan dakwah, sejarah hidup, dan perjuangan Nabi Muhammad SAW
merupakan teladan terbaik bagi kehidupan manusia. Seorang penulis barat
berkebangsaan Amerika Serikat, Michael H. Hart menulis dalam bukunya “Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” bahwa manusia paling berpengaruh
sepanjang sejarah manusia adalah Muhammad SAW.4
Sejarah dakwah berasal dari dua kata, yaitu sejarah dan dakwah. Sejarah
berasal dari bahasa arab “Syajarah” yang berarti pohon. Sakah satu alasan
sejarah bermakna pohon, barangkali karena sejarah mengandung konotasi
geneologi, yaitu pohon keluarga, yang menunjuk kepada Asal usul suatu marga.
Dalam bahasa arab sendiri, “sejarah” disebut tarikh yang berarti penanggalan
atau kejadian Berdasarkan urutan tanggal atau waktu. Dalam bahasa inggris
sejarah disebut history yang berasal dari bahasa yunani istoria. Istoria berarti ilmu
untuk semua macam ilmu pengetahuan tentang gejala alam, baik yang disusun
secara kronologis, terutama yang menyangkut hal ihwal manusia.
Kini kata sejarah, history, dan tarikh telah mengandung arti khusus yaitu
masa lalu umat manusia. Sedangkan dakwah secara etimologis berasal dari
kata da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti menyeru, memanggil,
dan mengajak. Dakwah artinya seruan, panggilan, dan ajakan. Dakwah Islam
dapat dipahami sebagai seruan, panggilan, dan ajakan kepada Islam. Dengan
demikian sejarah dakwah dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat
manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil, dan mengajak umat

3 Hasjmy, A. Sejar ah Kebudayaan Islam, (Jakarta:PT Bualan Bintang, 1995)


4 Hart, Michael H., Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Penerjemah: Mahbub
Junaidi (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986)
manusia kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan
perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik
langsung maupun tidak langsung. 5

A. Strategi Dakwah Rasulullah SAW.

Terdapat berbagai macam perintah dari allah untuk melaksanakan dakwah


dalam firman Allah,
Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!,
Dan Tuhanmu agungkanlah!, Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak, Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”

Hakikat dan tujuan dakwah Rasulullah SAW., dalam ayat tersebut dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Tujuan memberi peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah
agar diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan
yang pasti akan mendatangkan kegelisahan di dalam hatinya.
2. Tujuan mengagunggkan Rabb, agar siapa pun yang menyombongkan diri di
dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan
dan keadaanya dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di
dunia selain kebesaran Allah.6

Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Bani Hasyim, suatu kabilah dalam
suku Quraisy. Ayah Muhammad bernama Abdullah, yang mana meninggal dunia
tiga bulan setelah menika dengan Aminah. Berturut-turut setelah ibu dan kakeknya
meninggal, ia diasuh oleh pamannya yakni Abu Tholib. Dalam usia muda,
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing
penduduk Makkah. Di usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria
membawa barang dagangan saudagar wanita yang kaya raya yakni khadijah,
yang telah lama menjanda. Khadijah merupakan istri Rasulullah dan merupakan
wanita pertama yang masuk Islam. Menjelang usianya yang keempat puluh, nabi

5 Ilaihi, Wahyu dan Harjani Hefni, PengantarSejarah Dakwah (Jakarta: Kecana, 2007).
6 Al-Mubarakfuri,Syaikh Shafiyyurrahman, Sirah Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,2016).
sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kehidupan bermasyarakat,
berkontemplasi ke gua Hira, Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat
Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama, yakni
(QS. Iqra’ ayat 1-5). diangkat menjadi utusan Allah SWT. Setelah menerima wahyu,
Nabi Muhammad SAW segera melakukan dakwah. Pada mulanya, dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah secara sembunyi-sembunyi. Ssaran
dakwahnya adalah terbatas pada orang-orang dekat di sekitar
beliau,keluarga,sahabat-sahabat.
Strategi dakwah Rasulullah SAW. Adalah strategi dakwah yang menjadi
tauladan dan bersifat tetap sebagaimana yang dicontohkan langsung oleh beliau
pada masanya. Meskipun masa Rasulullah SAW. dengan masa kita sangat jauh
berbeda, tetapi strategi dakwah Rasul SAW. masih relevan dengan kondisi kita
saat ini. Hakikat nilai kehidupan dan fakta yang terjadi tidak berbeda sedikit pun.
Dengan demikian, strategi dakwah Rasulullah SAW. adalah model dan konsep
terbaik dalam menyusun sebuah strategi.
Dalam menjalankan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW menggunakan
berbagai macam metode antara lain: metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara
terang-terangan, politik pemerintah, surat- menyurat, peperangan, pendidikan,
dan pengajaran agama. Metode ini adalah bagian metode dakwah Nabi Muhammad
SAW dalam mengemban misi dakwah di Makkah dan Madinah. Pada periode
awal dalam perjuangan menyiarkan Islam di Makkah situasi yang dialami Nabi
Muhammad SAW dan umat Islam begitu berat. Nabi Muhammad SAW dan kaum
muslimin pada saat itu mendapati kenyataan bahwa mereka menanggung
berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman pembunuhan dari
kaum kafir Quraisy.7

1. Periode Makkah, berjalan kira-kira selama 13 tahun.


Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya
masing- masing, yang berbeda satu sama lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti
berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetil.

7 Malik, Abdul & Ibnu Hisyam, Shirah Nabawiyah (Beirut: Darul Kutub Al Ilmaiah, 1971).
Periode Makkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahapan dakwah secara sembunyi- sembunyi, yang berjalan selama tiga
tahun.
2. Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Makkah,
yang dimulai sejak tahun ke-4 dari nubuwah hingga akhir tahun ke-10.
3. Tahapan dakwah di luar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun ke-10
dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.

Tahapan Pertama Berdakwah. Tiga Tahun Dakwah Secara Sembunyi-


Sembunyi.
Setelah Nabi Muhammad nenerima wahyu pertama sebagai lambing dari
pelantikannya menjadi Rasul yang sekaligus sebagai Kepala Negara, maka beliau
menjalankan dakwah Islamiyah secara diam – diam sebagai langkah pertama
mempersiapkan suatu Umat Islam atau Negara Islam.8 Dakwah Nabi secara diam –
diam terjadi pada saat periode Makkah, Hal ini dikarenakan nabi belum
mempunyai sahabat dalam membantu dakwahnya. Selain itu nabi juga
menyesuaikan dengan kondisi mekkah yang pada saat itu masyarakat nya sangat
Jahiliyah (yang tidak mempunyai otoritas hukum, Nabi dan kitab suci).9

Dakwah Secara Terang-terangan.

Wahyu pertama turun dalam masalah ini adalah firman Allah,


Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (Q.S
ASy- Syu’ara’: 214)

Permulaan surat ASy-Syu’ara’ menyebutkan kisah Nabi Musa AS., dari


permulaan nubuwah hingga hijrah beliau bersama Bani Israel, hingga mereka
selamat dari Fir’aun dan kaumnya yang berkesudahan tenggelamnya Fir’aun dan
para pengikutnya. Kisah ini memuat tahapan-tahapan yang dilalui Musa selama
menyeru Fir’aun dan kaumnya kepada Allah. Rincian tahapan-tahapan dakwah
Musa ini perlu disampaikan saat Rasulullah SAW., menyeru kaumnya kepada

8 Hasjmy, A. Sejar ah Kebudayaan Islam, (Jakarta:PT Bualan Bintang, 1995;47)


9 Sulaiman, Rusydi, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: RajaWali Pers, 2014;175).
Allah agar beliau dan sahabatnya mendapat sedikit gambaran yang bakal
dihadapi, yaitu berupa pendustaan dan tekanan selagi mereka sudah
menyampaikan dakwah.
2. Periode Madinah
Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama Islam setelah ruang
dakwah di Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Allah SWT Memilihkan buat
Nabi-Nya Madinah sebagai pilot project pembentukan masyarakat Islam pertama.
Madinah memang layak untuk dijadikan kawasan percontohan. Berawal dari masuk
Islamnya beberapa orang Asal Madinah pada tahun ke-11 kenabian dalam gerakan
dakwah Rasulullah kepada orang-orang yang datang di Mekkah, dakwah di kawASan
ini berkembang sangat pesat. Tidak ada satu rumah pun di kawasan ini yang tidak
mengenal Rasulullah SAW. setahun setelah kejadian tersebut, mereka mengutus
12 orang perwakilan ke Mekkah untuk menemui Rasulullah. Pertemuan tersebut
melahirkan bai’at aqabah
Mereka berbai’at kepada Rasulullah untuk mengesakan Allah, tidak mencuri,
tidak melakukan zina, tidak membunuh anak dan Rasulullah meminta kepada
mereka untuk taat kepada perintah beliau dalam masalah kebaikan. Rasulullah
SAW. mengutus Mush’ab bin Umair sebagai duta beliau yang bertugas
mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah. Mush’ab melaksanakan amanah
Rasulullah dengan prestasi yang luar biasa. Tahun ketiga mereka mengutus 72
orang menemui Rasulullah. Pertemuan inilah yang disebut dengan bai’at aqabah
kubro. Isi bai’at tersebut adalah tekad untuk melindungi dan menolong Rasulullah
SAW. dan para sahabatnya, serta mengajak Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.
Keberhasilan gerakan hijrah merupakan kemenangan besar bagi Islam dan
kaum muslimin. Hijrah merupakan tonggak kehidupan baru bagi kaum muslimin.
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Yasrib menganut agama Yahudi dan
Nasrani. Selain itu, sebagian masyarakat Yasrib menganut agama pagan, yaitu
kepercayaan kepada benda dan kekuatan alam seperti matahari, bintang, dan
bulan. Para penganut agama ini berkeyakinan bahwa mereka adalah manusia
pilihan dan agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar, keadaan ini
memicu perselisihan antar agama yang berlangsung cukup lama sampai masuknya
Islam di kota ini.
Sesampainya di Madinah langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad
adalah membangun masjid, yakni masjid Nabawi.10 Sejak hijrah ke Madinah, Nabi
Muhammad dan para Sahabat selalu berdakwah kepada penduduk Madinah serta
berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh penduduk termasuk orang-
orang yahudi, nasrani, dan kaum pagan. Orang- orang Yahudi yang merasa tidak
senang dengan kehadiran Rasulullah menyusun berbagai siasat guna
melemahkan Islam, diantaranya adalah mengajak kembali suku Aus dan Khazraj
untuk kembali pada agama mereka yang dulu. Dalam perjalanan dakwahnya,
Rasulullah banyak menghadapi berbagai tantangan, beberapa diantaranya adalah
tantangan yang melibatkan terjadinya Perang Badar yang disebabkan oleh rasa iri
orang- orang kafir Quraisy terhadap keberhasilan dakwah Rasulullah. Setelah
perang Badar selesai dan dimenangkan oleh pihak Rasulullah, perang yang terjadi
selanjutnya adalah Perang Uhud guna untuk membalas dendam atas kekalahan
kaum kafir Quraisy melawan Islam. Perang selanjutnya yang terjadi adalah Perang
Khandaq. Pada akhirnya dari berbagai peperangan tersebut dapat dihentikan
dengan kesepakatan yang berupa perjanjian Hudaibiyah, yang isinya:
1. Kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun
2. Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi atau kaum
kafir Quraisy
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang Makkah yang menjadi pengikut
nabi Muhammad di Madinah tanpa alasan yang benar kepada walinya,
sedangkan kaum kafir Quraisy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang
menjadi pengikut mereka
B. Kepemimpin Nabi Muhammad
Pemimpin adalah seorang yang memimpin, dan kepemimpinan merupakan sifat
yang harus dimiliki seorang pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan ialah
kemampuan untuk mempengaruhi manusia dalam melakukan dan tidak melakukan

10Darsono dan Ibrahim, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 ( Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2009;28).
sesuatu11. Para ahli memberikan defiisi kepemimpinan, antara lain:
a. Miftah Thoha menyatakan “kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
orang lain, baik perseorangan maupun kelompok.”12
b. Hadari melihat kepemimpinan dari dua konteks yaitu “struktural dan
nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan diartikan sebagai proses
pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan dan
pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Adapun dalam konteks
nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses mempengaruhi pikiran,
perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama”.13
c. Harold Kontz mendefiisikan kepemimpinan sebagai “pengaruh, seni atau
proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan
kelompok dengan kemauan dan antusias”.14
dapat disimpulkan dari definisi-definisi diatas bahwa kepemimpinan adalah upaya
untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam
bekerjasama untuk mengejar tujuan bersama.
Nabi Muhammad adalah sebagai seorang pemimpin umat islam yang Berjaya.
Yang merupakan kepala Negara yang toleran,mampu mempengaruhi masyarakat dan
mampu membawa perdamaian. yang mana dalam konteks pembawa perubahan, nabi
Muhammad telah berhasil membawa perubahan yang signifikan dalam cara hidup
dan pemikiran masyarakat arab. sifat kepemimpinan nabi Muhammad SAW.
Diantaranya: disiplin wahyu, mulai dari diri sendiri, memberikan ketauladanan,
komunikasi yang sangat efektif, dekat da selalu mengayomi umatnya, selalu
bermusyawarah, memberikan pujian.15
Masyarakat penduduk madinah menganggap nabi Muhammad sebagai pemimpin
yang sangat berpengaruh, bahkan kedatangannya sangat disambut dengan baik,

11
Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi(Gorontalo: Ideas
Publishing,2017),32
12
Miftah toha, kepemimpinan dalam manajemen (Jakarta: Rajawali pres, 2003).
13
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada University Press, 1993, h.18.
14
Harild Kontz, O'Donnell dan Weihrich (1990:147)
15 Imron fauzi Manajemen pendidikan Ala Rasullah ( Yogyakarta: Ar-Ruzz media,2012),217-230
sebelum kedatangannya masyarakat sering terjadi pertentangan dan permusuhan 16.

Menurut ahli sejarah, belum cukup dua tahun dari kedatanganya nabi Muhammad
di kota madinah dideklarasikannya suatu piagam yang mengatur kehidupan dan
hubungan antar suku yang merupakan komponen masyarakat yang majemuk di
madinah. Langkah pertama dan kedua ditunjukan untuk konsolidasi umat islam.
Langkah-langkah berikutnya di tunjukan kepada penduduk madinah untuk ini nabi
membuat kesepakatan tertulis atau piagam untuk persatuan yang erat untuk kaum
muslimin dan kaum yahudi, menjamin kebebasan dalam beragama dan menekankan
untuk saling kerja sama dn persamaan hak dan kewajiban atas golongan dalam
kehidupan sosial politik dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian dan
menetapkan nabi unuk memutuskan segala perbedaan pendapat yang timbul dari
mereka. Langkah-langkah nabi Muhammad menurut watt telah menciptakan situasi
baru dalam menghilangkan pertentangan para suku-suku 17.
Banyak diantara pakar ilmu politik Islam mengatakan piagam Madinah sebagai
kontribusi negara Islam pertama yang dicanangkan Nabi di Madinah perilaku Nabi
pada permulaan periode Madinah bahwa sejak semula Islam mempertautkan dengan
erat antara agama dan negara18. C.A Nallino mengatakan bahwa selama hidupnya
Muhammad telah sukses membangun Islam sebagai agama dan sebagai negara
yang damai dan harmonis19. Dengan demikian, diMadinah Nabi Muhammad Saw.
adalah sebagai pemimpin agama dan juga sebagai kepala negara yaitu di Madinah.
C. Gaya Kepemimpinan Nabi Muhammad
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006) ditemukan
bahwa “kinerja kepemimpinan sangat bergantung pada organisasi maupun gaya
kepemimpinan”. Pemimpin bisa efektif dan tidak efektif dalam menjalankan tugasnya.
Untuk meningkatkan efektivitas organisasi, tidakhanya belajar bagaimana melatih
pemimpin secara efektif, namun juga menciptakan lingkungan masyarakat dan organisasi
yang pemimpinnya mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal . Selain itu, “gaya

16 Muhammad Izzah Darwajjah, Sirat al-Rasul Saw, (Cet. I; Cairo: Isa al-Bab al-Halaby Wa Auladuh,
1965), h. 17-18.
17 J. Suyuthi pulungan, op.cit., h.6.
18 Muhammad Tahir Ashari, op.cit., h. 33 dan 119.
19 Lihat, J. Sayuthi Pulungan, op.cit., h.77. Lihat juga H.A.R Gibb Mohammadanism And Historical Survey

(London: Oxford University Press, 1996), h. 3.


kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang
diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan”.20
menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins (2002) ialah “gaya
kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan”
Laissez-Faire (Kendali Bebas).21
Gaya pemimpin yang mendasarkan keputusan dan kebijakan dari dirinya secara
penuh merupakan gaya kepemimpinan autokratis. Gaya ini membuat pemimpin
mengontrol setiap aspek pelaksanaan kegiatan yang mana ia akan memberitahu target
utama dan target minor yang perlu dikejar dan cara untuk mencapai target tersebut.
Seorang pemimpin juga bertindak sebagai pengawas anggotanya dan menyediakan cara
penyelesaian masalah yang dihadapi anggota. Dengan demikian, anggota organisasi
tidak perlu repot-repot memikirkan apapun dan cukup melakukan tindakan atas
keputusan yang diambil oleh pemimpinnya. Kepemimpinan otokrasi sangat sesuai
dengan anggota yang berkompetensi rendah tetapi berkomitmen yang tinggi.
Robbins dan Coulter (2002) juga menyatakan “gaya kepemimpinan autokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya
sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara
sepihak, dan meminimalisasi partisipasi masyarakat”
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang berfokus pada dasar
kemanusiaan dan menjunjung tinggi derajad dan harkat manusia yang dipimpinnya22.
pemimpin demokratis dalam kepemimpinanya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia makluk termulia, selalu merusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan, senang menerima saran,
pendapat, kritik dari bawahan, mengutamakan kerjasama, menjadikan bawahan lebih
sukses dari padanya, berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadi.
Gaya kepemimpinan Laissez-faire (kendali bebas) merujuk pada pemimpin yang
hanya ikut serta dalam jumlah kecil dimana anggotalah yang berperan aktif dalam
menetapkan tujuan dan cara menyelesaikan masalah yang timbul. Gaya kepemimpinan

20
Prasetyo pengembangan karakter sekertaris kepemimpinan yogjakarta : offst 2006 h. 28
21
Robbins. P.S. Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi. Jakarta : Erlangga,2002 h.90
22 Suradji, G., & Martono, E. Ilmu dan Seni Kepemimpinan.Bandung: Pustaka Reka Cipta. 2014 h. 57
demokratis kendali bebas ini merupakan model yang dinamis yang mana seorang
pimpinan hanya memberitahu target utama yang ingin dikejar oleh kelompok. Setiap
bidang kelompok dipercayai untuk menetapkan target minor, cara pencapaian target dan
cara penyelesaian perkara masing-masing. Oleh karenanya, pimpinan hanya sebagai
pengawas saja. “Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang
secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam
pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yangmenurut
karyawannya paling sesuai”23.
Sebagai pemimpin umat islam sekaligus kepala negara, Nabi memkai gaya
kepemimpinan demokratis untuk setiap keputusan yang akan beliau tetapkan. teklepas
untuk mengajak sahabat-sahabatnya untuk melakukan musyawarah dan beliau tidak
bersikap otoriter, kiranya perlu dicatat dalam permusyawarahan sebagai mana yang telah
ditetapkan oleh rasulullah SAW setiap orang memiliki kebebasan berpendapat tentang
sesuatu yang menjadi pembahasan atau pokok masalah beliau tidak pernah bersikap
atau bahwa beliau lebih berhak mengambil keputusan dari pada sahabat-
sahabatnya,yang berkaitan dengan umat islam dan negara madinah, beliau sangat
menghargai perbedaan pendapat walaupun sebagai pemimpin umat islam dan kepala
negara madinah mungkin memiliki pendapat sendiri yang berkaitan dengan
kebijaksnaanya24.
perinsip persmaan sangatlah berkaitan dengan perinsip keadilan,nabi tidak
membedakan keduduknnya sipelaku pidana, apakah ia seorang pembesar atau
penguasa mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Rasulullah Saw
sebagai pemimpin umat islam dan kepala negara di Madinah tidak merasa dirinya lebih
dari yang lain sesuai dengan doktrin Alqur’an, ukuran kelebihan seseorang terletak
pada tingkat taqwanya, beliau memperlakukan Bilal yang kulit hitam semula budak
sama dengan pengikut yang lainnya. Bahkan diangkat sebagai muazzin25.
Nabi Muhammad Saw. menerapkan prinsip kebebasan dalam Islam misalnya
dalam kebebasan beragama orang Yahudi bebas melaksanakan agama mereka dan
karena itu kaum muslimin di Madinah tidak boleh meghalangi mereka untuk ber ibadah

23
Robbins. P.S. Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi. Jakarta : Erlangga,2002 h. 460
24 Muhammad Tahir Azhari, op.cit., h. 119-120.
25 Ibid, h. 120-122
dalam hubungan dengan kewajiban pemerintah Madinah untuk melindungi orang-
orang non-muslim, yang dinamakan kaum dzimmy. Begitu besar perhatian Rasulullah
selaku kepala negara di Madinah terhadap non-muslim beliau memperingatkan
pengikutnya supaya tidak memusuhi golong- an dzimmy itu, karena keselamatan dan
keadaan mereka menjadi tanggung jawab kepala negara baik orang Yahudi maupun
Kristen memiliki kebebasan penuh26.
Selain itu yang perlu diperhatikan ialah, meskipun pada masa Rasulullah SAW
orang yang belum mengenal teori pemisahan ataupun pembagian kekuasaan namun
beliau telah mewujudkan dalam pemerintahannya. Pembagian tugas kenegaraan
dengan cara mengangkat orang yang memenuhi syarat misalnya wazier (menteri)
katib (sekretaris) wali (gubernur) ‘amil (pengelola zakat) qadhi (hakim) sudah ada pada
masa rasulullah27. Untuk menghadapi kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi sebagai
kepala pemerintah- an mengatur siasat dan membentuk pasukan militer, ummat Islam
diizinkan berperang dengan dua alasan: 1. Untuk mempertahan- kan diri dan
melindungi hak miliknya. 2. Menjaga keselamatan dalam penyebaran dan
mempertahankannya dari orang-orang yang menghalanginya28. Ciri khas pemerin-
tahan dalam Islam menurut Abu al-A’la al- Maududi adalah sebagai berikut: 1. Ke-
kuasaan perundang-undangan Ilahi. 2. Ke- adilan antar manusia. 3. Persamaan
antara kaum muslimin. 4. Tanggung jawab peme- rintah. 5. Permusyawaratan. 6.
Kekuasaan dalam hal kebijakan. 7. Berusaha untuk men- cari kekuasaan diri sendiri
adalah terlarang. 8. Tujuan adanya negara. 9. Amar ma’ruf nahi munkar29.

D. Mengaktualisasikan Kepemimpinan Nabi Muhammad dizaman Modern


Fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, maraknya budaya
global dan gaya hidup pop culture30. Budaya global sedikit banyak dipengaruhi oleh
media sosial yang begitu mudahnya diakses oleh generasi millenial. Dari pola pikir

26 Ibid, h. 122-123.
27 Ibid, h. 126
28 Badri Yatim, op.cit., h. 27.
29 Abu al-A’ la al-Maududi, Khalifah al-Mulk, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir, dengan judul

Khalifah dan Kerajaan (Cet. VI).


30 Wahana, H. D. (2015). Pengaruh Nilai-nilai Budaya Generasi Millennial dan Budaya Sekolah Terhadap

Ketahanan Individu ( Studi Di SMA Negeri 39 , Cijantung , Jakarta ). Jurnal Ketahanan Nasional, 21(1),
14–22.
yang begitu maju dan berkembang ditunjang dengan media sosial yang serba
canggih dan itu semua akan berpengaruh kepada seorang pemimpinnya. Generasi
milenial merupakan modal utama untuk kehidupan bangsa. Potensi generasi milenial
yang dapat dimaksimalkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dengan adanya potensi generasi milenial yang akan banyak memajukandan
memakmurkan bangsa perlu menjadikan Sifat kepemimpinan nabi muhammad
menjadi nilai dasar kepemimpinan yang harus diaktualkan di era milenial, yaitu:

1. Guiding visions, yaitu Nabi Muhammad SAW sering menginformasikan kabar tentang
kebahagiaan mengenai capaian keberhasilan dan kemenangan yang diperoleh oleh para
pengikutnya dikemudian hari. Pandangan yang sangat visioner ini telah mampu mengetuk
hati para shahabat nabi untuk sabar, tabah, dan kuat dalam berjuang walaupun harus
meghadapi beratnya rintangan.
2. Passions (berkemauan kuat). Berbagai upaya yang dilakukan oleh musuh- musuh nabi
untuk menghentikan perjuangannya, namun mereka tidak pernah berhasil. Rasulullah
SAW senantiasa tetap tabah, sabar, dan gigih dalam menggapai tujuan;
3. Integrity (berintegritas). Rasulullah dikenal sebagai pemimpin yang berintegritas tinggi,
kometmen terhadap ucapannya dan konsisten dalam menjalankan keputusan, serta pintar
dalam membangun team work yang tangguh. Keberhasilah ini telah ditunjukkan oleh
Rasulullah dalam berbagai ekspedisi militer;
4. Trust (amanah). Rasulullah dalam berbagai sepak terjangnya dikenal sebagai sosok yang
terpercaya (al-Amin) bukan hanya di kalangan para pengikutnya, bahkan juga oleh para
lawan-lawannya;
5. Curiosity (rasa ingin tahu). Rasulullah menerima wahyu pertama adalah perintah
membaca (iqro’). Secara eskplisit di dalam kata iqra’ terdapat makna mengetahui, meneliti,
memahami dan lain-lain.
6. Courage (berani). Nabi Muhammad SAW sanggup menjalankan amanah sebagai utusan
Allah dengan segala resikonya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasullah adalah sosok yang
memiliki sikap keberanian luar biasa 31.

31Antonio, M. (2007). Muhammad SAW : The Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia multimedia
& proLm.
III. kesimpulan

Secara konseptual, kepemimpinan nabi Muhammad pada dasarnya adalah


mencontoh nilai-nilai prilaku kepemimpinan yang harus diaktualisasikan diera milenial
ini. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad sepanjang
hayatnya,merupakan cerminan peribadinya yang harus dicontoh . Kepemimpinan yang
sempurna ialah yang didasari oleh sifat kenabian Rasulullah (shiddiq, amanah,
tabligh, fathonah) sangat relevan dan harus menjadi prinsip dalam Kepemimpinan
dizaman modern sebagai pengemban misi sosial, spiritual yaitu humanisasi, liberasi
dan transendensi.
Sistem yang digunakan nabi Muhammad Saw. dalam menjalankan
kepemimpinanya adalah dengan mengutamakan musyawarah yang menekankan
persamaan dan keadilandalam meujudkan kerja sama antara suku-suku untuk
memutuskan berbagai permasalahan yang ada.
Dalam berkepimpinan dinegara Nabi menerapkan gaya kepemimpinan
demokrasi, yang mana selalu memberikan kebebasan dalam berpendapat bahkan
beliau senang menerima saran, pendapat, kritik darimasyarakat, mengutamakan
kerjasama. Bedahalnya dengan kepemimpinan dalam agama,dalam menentukan hukum
nabi memakai gaya kepemimpinan autokrasi yang mana memutuskan hukum kehendak
diri sendiri karna memang Nabi mendapatkan wahyu dari Allah SWT.

IV. daftar pustka

Prasetyo, (2006). pengembangan karakter sekertaris kepemimpinan, yogjakarta :


offst.
Allyn and acon inc, (1980). The Effective Principle: Perspectives on School
Leadership. Boston.
Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, (2017). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
Gorontalo: Ideas Publishing.
Miftah toha, (2003). kepemimpinan dalam manajemen, Jakarta: Rajawali pres.
Hadari Nawawi, (1993). Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gjahmada
University Press.
Harild Kontz, (1997). O'Donnell dan Weihrich.
Aziz, Moh. Ali, (2004). Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.
Hasjmy, A. (1995) Sejarah Kebudayaan Islam,Jakarta: PT Bualan Bintang.
Robbins. P.S. (2002). Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi. Edisi kelima. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Suradji, G., & Martono, E. (2014). Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Bandung: Pustaka
Reka Cipta.
Hart, Michael H, (1986). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,
Penerjemah: Mahbub Junaidi , Jakarta: Pustaka Jaya.
Ilaihi, Wahyu dan Harjani Hefni, (2007). Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kecana.
Al-Mubarakfuri,Syaikh Shafiyyurrahman, (2016). Sirah Nabawiyah, Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar.
Malik, Abdul & Ibnu Hisyam, (1971). Shirah Nabawiyah, Beirut: Darul Kutub Al Ilmaiah.
Sulaiman, Rusydi, (2014). Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Raja Wali Pers.
Imron fauzi, (2012). Manajemen pendidikan Ala Rasullah , Yogyakarta: Ar-Ruzz
media.
Muhammad Izzah Darwajjah, (1965). Sirat al-Rasul Saw, Cairo: Isa al-Bab al-Halaby
Wa Auladuh.
Muhammad Tahir Ashari, op.cit.
H.A.R Gibb Mohammadanism, (1996). And Historical Survey, London: Oxford
University Press.
Abu al-A’ la al-Maududi, Khalifah al-Mulk, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir,
dengan judul Khalifah dan Kerajaan (Cet. VI).
Wahana, H. D. (2015). Pengaruh Nilai-nilai Budaya Generasi Millennial dan Budaya
Sekolah Terhadap Ketahanan Individu

Anda mungkin juga menyukai