Anda di halaman 1dari 25

KHALIFAH DALAM DINAMIKA SEJARAH

Sudarno Shobron
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Tromol Pos I Kartasura, Surakarta 57102
E-Mail: arno_shobron@yahoo.com

Abstrak

Tulisan ini mengkaji dinamika kepemimpinan Islam dalam tinjauan


sejarah. Dalam literatur Islam terdapat beberapa istilah yang memiliki makna
pemimpin, yaitu: khalifah, imam, ulil amri, dan ra’in. Dalam lintas sejarah,
gelar khalifah mengalami perkembangan dan pergeseran makna. Pada masa
khulafaurrasyidin, khalifah memiliki makna pengganti Rasulullah sebagai
kepala negara. Sementara pada masa Bani Umayyah gelar khalifah berkembang
menjadi khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan pada masa Bani Abbasiyah
gelar khalifah mengalami pergeseran makna yang menggambarkan kedudukan
suci sebagai bayang-bayang Allah di muka bumi.

Kata kunci: khalifah, pemimpin, imam, ulil amri, ra’in

Pendahuluan mengandung maksud agar tidak terjadi


Dalam pemikiran politik Islam, kekosongan kepemimpinan, sebab kalau
pemimpin (leadership-khalifah) menjadi sampai terjadi kekosongan kepemimpinan
kajian yang menarik dan tidak pernah hingga sampai selesai pemakaman, bisa
usang. Sewaktu Rasulullah Saw mening- saja terjadi konflik untuk merebut kursi
gal dan belum dimakamkan, para sahabat kepemimpinan antara beberapa kelom-
membicarakan siapa pengganti beliau. pok. Peristiwa ini memuat pesan, begitu
Peristiwa ini unik, karena mengapa mere- pentingnya pemimpin dalam Islam.
ka tidak membicarakan prosesi pemaka- Karena begitu pentingnya, maka masalah
man, dan tempat pemakamannya seba- kepemimpinan ini selalu menarik untuk
gaimana logika linear dalam masyarakat diperbincangkan, bahkan pemimpinnya
pada umumnya (Al-Syahrastani, 2004: selalu diagung-agungkan, dan ditempat-
47). Namun kalau dilihat dari perspektif kan pada posisi terhormat. Karena begitu
politik ketatanegaraan, peristiwa itu terhormatnya, sehingga banyak yang

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 75


berebut untuk menduduki kursi kepemim- mewarnai dalam dinamika kehidupan
pinan, walau dengan cara-cara yang licik manusia, baik itu dilingkungan ormas
dan pertumpahan darah. Sejarah pera- (Islam, non-Islam), partai politik, peme-
daban Islam sejak masa khulafaurra- rintahan (eksekutif), legislatif, yudikatif,
syidin, Umayyah sampai Abbasiyah dan organisasi profesi, maupun organisasi
Utsmaniyah diwarnai dengan perebutan lainnya. Hal ini dapat dilihat saat terjadi
kursi kepemimpinan, dan dalam perebutan prosesi perubahan masa kepemimpinan,
itu tidak lagi menggunakan etika kesan- misalnya dalam muktamar, konggres,
tunan dan ketaatan. Al-Syahrastani me- pemilu, pilkada. Masalah kepemimpinan
ngatakan, begitu pentingnya mengangkat ini menjadi isu sentral dibanding agenda
pemimpin sehingga dapat memicu tim- lainnya, misalnya pertanggunganjawab,
bulnya berbagai perpecahan dalam Islam program kerja dan masalah-masalah
yang membawa umat Islam terbagi ke krusial lainnya yang multidimensional.
dalam beberapa golongan(Al-Syahras- Lebih-lebih pada tahun 2009 ini, diseleng-
tani, 2004: 47). Sabda Rasulullah bahwa garakan pemilu legislatif DPR (Dewan
umat Islam akan terpecah menjadi 73 Perwakilan Rakyat) dan DPD(Dewan
golongan, bukan sebagai angka mati, Perwakilan Daerah) serta pemilihan
melainkan harus dipahami bahwa angka presiden (pilpres), banyak orang yang
itu menunjukkan banyak, sehingga jumlah mempublikasikan dirinya, baik melalui
golongan/firqah umat Islam berjumlah media cetak, elektronik maupun media
banyak, karena dalam kenyataan lebih lainnya akan kesiapannya menjadi
dari 73 golongan. Dalam teologi Islam, pemimpin di bumi Indonesia ini. Untuk
setiap aliran ada sekte-sekte, masing- mewujudkan keinginan itu, pelbagai usaha
masing sekte memiliki pemimpin sendiri. dilakukan misalkan dengan lobby, silatur-
Antar golongan atau sekte ada klaim rahmi politik, rencana koalisi, kunjungan
kebenaran, dan sulit untuk menyatukan ke elit politik, ke masyarakat, ke lembaga-
klaim kebenaran menjadi kebenaran lembaga pendidikan (Pondok Pesantren,
tunggal. Ini berdampak pada konsep Universitas) ke pasar-pasar, dan ke
kepemimpinan tunggal yang jauh orang-orang yang sedang dirundung
panggang dari api. Romantisisme seperti malang. Janji-janji politik dengan yakin
kepemimpinan Rasulullah saw hanyalah disampaikan kepada masyarakat tanpa
mimpi belaka. Karena masing-masing ada beban, misalkan sembako murah,
kelompok berkeinginan untuk menjadi sekolah gratis, BBM tidak naik, keseha-
pemimpin, terjadilah rebutan kursi tan gratis, lapangan kerja luas, mening-
kepemimpinan. Bukti hal ini dalam sejarah katkan kesejahteraan petani, buruh dan
Islam sangatlah jelas, dan sulit dibantah. nelayan, bahkan ada yang berjanji 70 %
Perebutan kursi kepemimpinan tidak gaji pokoknya untuk rakyat, ada juga yang
hanya terjadi pada masa lalu, bahkan berjanji semua gajinya untuk rakyat.
sampai sekarang persoalan ini masih Mereka bak dewa penolong, yang siap

76 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


mewujudkan Indonesia masa depan yang du, melatih, mengajari, menenangkan.
sejahtera, berkeadilan dan berkemak- Karena pemimpin memiliki tugas mem-
muran. Memang, kehandalan melakukan bimbing dan menuntun, maka seorang
komunikasi politik menjadi salah satu titik pemimpin harus mengetahui cara mem-
keberhasilan untuk menjadi pemimpin. bimbing menuju tujuan. Selain itu pemim-
Lebih-lebih pada pemilu 2009 ini diprediksi pin adalah orang yang melakukan tinda-
tidak ada yang dapat meraih suara lebih kan atau memiliki kemampuan untuk
dari 25 % kursi parlemen. Maka tepatlah mempengaruhi atau mengajak orang lain
yang dikatakan oleh guru manajemen, sebagai pengikut dalam usaha bersama
Peter F. Drucker, leader is who that mencapai tujuan (al-Banjari, 2008: 15).
make things happen (Drucker, 1982: Ada tiga kata kunci dalam definisi pemim-
14), bahwa pemimpin suatu profesi yang pin ini, yaitu (1) kemampuan; (2) mempe-
menarik dalam sejarah peradaban ngaruhi; dan (3) tujuan. Pertama, ke-
manusia, karena ditangan pemimpinlah mampuan, yakni seorang pemimpin harus
yang menjadikan sesuatu mewujud nyata, memiliki seperangkat kemampuan dalam
impian, khayalan dapat menjadi kenya- dirinya, yakni kemampuan yang bersifat
taan. Pemimpin memiliki power, autho- intelektualitas atau kecerdasan, dan
rity, sehinga dapat melakukan perubahan- managerial skill. Kedua, mempenga-
perubahan. Leader in all positions in ruhi, adalah pemimpin memiliki daya yang
all segment of society (Allen, 1964: 7), dapat mempengaruhi orang lain untuk
pemimpin berada pada semuua posisi menyamakan persepsi, pemikiran, peri-
dalam semua lapisan masyarakat. laku dan sikap. Seorang pemimpin yang
Karena begitu pentingnya pemimpin kharismatik memiliki daya pikat, sehingga
dalam Islam, maka ada beberapa istilah apa yang diinginkan diikuti oleh orang lain,
yang memiliki makna pemimpin, misalnya walaupun itu tidak rasional. Apa yang
khalifah, imam/aimmah, ulil amri dan dikatakan atau dilakukan seolah-olah itu
dalam hadis ada istilah ra’in. Artikel ini memiliki kekuatan kebenaran yang
akan membahas masalah khalifah dalam memuat hikmah. Karisma atau kewiba-
dinamika sejarah, yang diawali dengan waan dalam perspektif Islam adalah daya
pengertian pemimpin, pemimpin dalam pikat atau daya pesona yang terekspresi
Islam, khalifah dalam al-Qur’an, dinami- pada pola pikir, keyakinan, tutur kata,
ka gelar khalifah, etika memilih pemimpin sikap, perilaku, tindakan, gerak-gerik,
dan penutup. penampilan diri dan karya (al-Banjari,
2008: 297). Pemimpin pondok pesantren
Pengertian Pemimpin (kyai) misalnya adalah contoh yang
Istilah pemimpin berasal dari kata kongkrit, karena apa yang dikatakan kyai
“pimpin” yang artinya bimbing, tuntun. adalah kebenaran, bahkan orang sema-
Memimpin mengandung arti menuntun, cam Gus Dur dapat dimaksukkan dalam
menunjukkan jalan, mengetahui, meman- jenis pemimpin kharismatik. Perilaku Gus

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 77


Dur yang memecat keponakkannya kut, dan selalu berorientasi pada kebena-
sendiri sebagai ketua PKB adalah suatu ran, dapat memberikan contoh yang kong-
kebenaran, maka pada awalnya banyak krit, dan penuh dengan tanggungjawab
yang mendukung termasuk Effendy (Moeljono, 2008: 48-49). Kebenaran,
Choirie dan Masykur Musa, karena ada keteladanan, dan tanggungjawab adalah
keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu kata kunci dari seorang pemimpin, selain
“benar”, dan ada keyakinan yang taat nilai-nilai lain yang harus melekat dalam
padanya akan mendapatkan tempat yang dirinya. Apapun kebijakan yang diambil
lebih baik atau dapat menaikkan jenjang harus dipertanggungjawabkan kepada
karier politiknya (Lihat Rosyadi, 2004; yang dipimpin dan kepada Allah swt.
Mahfud MD, 2003), dan yang menentang Maka pemimpin itu diibaratkan seperti
akan tamat karier. Kata kunci ketiga perisai yang digunakan untuk bertempur
adalah tujuan, artinya pemimpin itu harus dan menjadi pelindung, sebagaimana
yakin kebenaran akan tujuan yang akan hadis di bawah ini:
dicapai, dan mengajak orang lain menuju
tujuan tersebut. Tujuan partai politik
adalah meraih kekuasaan, maka semua
potensi dan kekuatan yang dimiliki
diarahkan untuk kekuasaan, dan kekua-
saan ini dipertahankan untuk selama
mungkin. Golkar ingin selalu berkuasa,
walaupun sudah berkuasa selama 32
tahun. Partai Demokrat juga ingin terus
menghegemonik kekuasaan, begitupun
PDIP juga ingin meraih kekuasaan lagi.
Ormas Islam, contoh yang lain, memiliki
tujuan untuk melakukan perubahan- “Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi
perubahan masyarakat dengan cara saw, bersabda: sesungguhnya pemim-
dakwah amar makruf nahi munkar, maka pin itu ibarat sebuah perisai yang
semua elemen yang ada dalam ormas digunakan untuk berperang dan
tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan menjadi pelindung. Jika pemimpin itu
tersebut. Maka pemimpin yang dapat melaksanakan tugas dengan bertakwa
mengarahkan semua aktifitasnya pada kepada Allah ‘azza wa jalla dan
tujuan, maka ia disebut pemimpin yang berlaku adil, maka dia mendapat pa-
berhasil. Disinilah hakekat pemimpin itu hala, tetapi jika melaksanakan tugas
bertanggungjawab terhadap yang di- tanpa ketakwaan dan keadilan, maka
pimpin. dia berdosa dalam kepemimpinan-
Selain itu pemimpin yang berhasil nya”. H.R. Imam Muslim (An-Naisaburi,
atau sukses adalah yang memiliki pengi- 1992: 195).

78 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


Pemimpin adalah figur publik yang seorang diantaranya untuk menjadi
dilihat dan diperhatikan banyak orang, tidak pemimpin mereka”. (H.R. Ahmad)
hanya anggota yang berada dalam wilayah
kepemimpinannya, namun juga orang di Dua hadis di atas mengandung
luar wilayahnya. Pemimpin bukan berada makna bahwa (1) kepemimpinan dapat
dalam ruang hampa, melainkan di ruang menyatukan langkah menuju tujuan
yang penuh nilai-nilai, budaya (organisasi bersama, sehingga menghindari konflik
dan komunal) dan karakter masyarakat kepentingan dari masing-masing orang;
yang beraneka ragam. Tuntutan untuk (2) kepemimpinan adalah urusan agama,
mencapai tujuan dan melakukan peruba- Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
han-perubahan adalah suatu keniscayaan, memimpin adalah kewajiban agama,
bahkan kadang menuntut lebih dari agama tidak bisa tegak tanpa adanya
kesanggupan pemimpin. Banyak harapan pemimpin, kemaslahatan umat manusia
adanya perubahan yang fundamental tidak dapat sempurna kecuali adanya
dalam tata kehidupan manusia berada di keterlibatan manusia lainnya, agar tertata
pundak pemimpin, lantas bagaimana dengan baik maka harus ada orang yang
konsep kepemimpinan dalam Islam? mengaturnya, adalah pemimpin; (3) kepe-
mimpinan merupakan tanggungjawab.
Pemimpin Dalam Islam Untuk mendukung betapa penting-
Pemimpin merupakan ajaran sentral nya pemimpin dalam Islam, sejarah Islam
dalam Islam, sehingga kalau dalam suatu telah menunjukkan bahwa sepeninggal
perjalanan itu ada tiga orang maka harus Muhammad saw, yang menjadi perhatian
diangkat salah seorang dari mereka pertama dan utama adalah masalah
menjadi pemimpin, sebagaimana hadis pemimpin pengganti beliau. Rasulullah saw
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan sendiri telah memberikan sinyal akan
juga oleh Imam Ahmad, karena Allah datangnya pemimpin-pemimpin sepe-
memilih hamba-hambanya untuk menjadi ninggal beliau, sebagaimana sabdanya di
rasul dan nabi dengan tugas utama bawah ini:
menjadi pemimpin dari umatnya.

“Apabila berangkat tiga orang


dalam perjalanan, maka hendaklah
mereka mengangkat salah seorang di
antara mereka menjadi pemimpin”.
(H.R. Abu Dawud)

“Tidak boleh bagi tiga orang yang


berada di padang belantara, kecuali
mereka harus mengangkat salah

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 79


“Dari Abi Hurairah r.a. bersabda dalam manejemen keuangan; (16)
Rasulullah saw: sepeninggalku akan memiliki keahlian; (17) dermawan; (18)
datang kepada kalian pemimpin- rendah hati; (19) taat beribadah; (20)
pemimpin, kemudian akan datang hidup sederhana; (21) optimis; (22) refor-
kepada kalian pemimpin yang baik mer; (23) komitmen; (24) menguasai
dengan membawa kebaikannya, ke- media; dan (25) menjaga penampilan
mudian akan datang kepada kalian (Sofyan, 2006: 21). Dari 25 nilai-nilai yang
pemimpin jahat dengan membawa ada dalam diri Muhammad saw dapat
kejahatannya. Maka dengarkan mere- dikristalkan dalam 5 hal, yakni (1)
ka, dan taatilah apa saja yang sesuai Muhammad saw adalah orang yang
dengan kebenaran. Jika mereka benevolent (murah hati, penyabar, penuh
berbuat baik, maka kebaikan tersebut kasih sayang, pemaaf, mengedepankan
untuk kalian dan mereka, dan jika nilai-nilai kemanusiaan, keimanan dan
berbuat jahat, maka kalian mendapat kesetiaan yang tulus kepada Allah); (2)
pahala dan mereka mendapat dosa” membawa perubahan; (3) meneladani,
(Al-Mawardi, 2000: 2 ). walk the track; (4) berwawasan ke
depan, visioner; dan (5) sebagai
Dalam teori politik Islam, Nabi manager-leader (Moeljono, 2008: 56-
Muhammad saw menempati dua posisi 63).
sekaligus, yakni sebagai pemimpin peme- Nabi-nabi sebelum Muhammad saw
rintah yang menata kehidupan berbangsa juga sebagai pemimpin bagi umatnya
dan bernegara, sekaligus sebagai pemim- masing-masing, sebagai firman Allah
pin umat—sumber spiritual (Jindan, 1999: yang diredaksikan dengan menggunakan
1). Sehingga dalam teori kepemimpinan, kalimat-kalimat di bawah ini:
Muhammad saw adalah sosok yang ideal
untuk diteladani, karena dalam diri 1. Imam
Muhammad saw terdapat nilai-nilai yang Imam dalam beberapa ayat di
pantas diikuti oleh setiap pemimpin. bawah ini berarti pemimpin, bahkan al-
Bahkan kalau didata tidak kurang dari 25 Mawardi menyamakan imam dengan
nilai yang melekat dalam diri beliau, yakni khalifah (al-Mawardi, 2000: 1). Nabi
(1) jujur; (2) amanah; (3) menepati janji; Ibrahim oleh Allah dijadikan pemimpin
(4) menjadi peran model; (5) cakap dalam bagi umatnya dan keturunannya, karena
manejemen waktu; (6) berwawasan luas; banyak Nabi-nabi dari keturunan Ibrahim.
(7) ahli memecahkan konflik; (8) meng- Seorang pemimpin tidak lepas dari coba-
hargai bawahan; (9) bersikap profesional an, tantangan dan hambatan-hambatan
dan adil; (10) cakap dalam mengelola sebagaimana yang terjadi pada diri
emosi; (11) patriot; (12) menghargai Ibrahim yang dalam sejarah kehidupan-
perbedaan; (13) pergaulan luas; (14) nya penuh dengan cobaan, yakni cobaan
memperhatikan kaderisasi; (15) cakap iman dan fisik. Ibrahim dicoba dengan

80 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


menghadapi Raja Namrud sehingga kehidupannya dibimbing, dituntun oleh al-
harus dibakar, tidak memiliki keturunan Kitab dan melaksanakan ajarannya
diusia senja (80 th), perintah menyembe- secara konsekuen, maka hidupnya akan
lih anaknya, Ismail a.s. Hal ini dijelaskan bahagia, sebaliknya yang dalam hidup dan
dalam Q.S. al-Baqarah/2: 124 di bawah kehidupannya tidak menjadikan al-
ini: Qur’an sebagai rujukan bimbingan dan
tuntunan, hidupanya akan dipenuhi
dengan kesengsaraan. Selain itu al-Quran
sebagai suatu pedoman hidup umat
manusia harus diyakini kebenarannya
(Q.S.al-Baqarah/2: 2) sebab
kalau ragu terhadap kebenaran kan-
dungan al-Qur’an, berarti tidak akan
mengetahui kebenaran yang sesungguh-
nya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S.
Hud/11: 17 ini:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim


çνθè=÷Gtƒuρ ⎯ϵÎn/‘§ ⎯ÏiΒ 7πoΨÉit/ 4’n?tã tβ%x. ⎯yϑsùr&
diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfir- #©y›θãΒ Ü=≈tFÏ. ⎯Ï&Î#ö7s% ⎯ÏΒuρ çµ÷ΨÏiΒ Ó‰Ïδ$x©
‫ ﻓﻴﻪ‬man,
‫ﻻ رﻳﺐ‬
£ ßγ£ϑs?r'sù Sesungguhnya
⎯ ;M≈uΚÎ=s3Î/ …絚/u‘ zΟ↵ÏAku
δ≡tö/Î)akan
#’n?tFö/$#menja-
ÏŒÎ)uρ 4 ⎯ϵÎ/ tβθãΖÏΒ÷σムy7Íׯ≈s9'ρé& 4 ºπyϑômu‘uρ $YΒ$tΒÎ)
dikanmu imam bagi seluruh manu-
sia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya
tΑ$smohon
% ( $YΒ$tΒjuga)
Î) Ĩ$¨dari
Ψ=Ï9 y7keturunanku.
è=Ïæ%y` ’ÎoΤÎ) tΑ$sAllah % ( â‘$¨Ψ9$$sù É>#t“ômF{$# z⎯ÏΒ ⎯ϵÎ/ öàõ3tƒ ⎯tΒuρ
berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak me-
“Ïngenai
‰ôγtã ãΑorang
$uΖtƒ Ÿωyang tΑ$s%zalim”.
( ©ÉL−ƒÍh‘èŒ ⎯ÏΒuρ 絯ΡÎ) 4 çµ÷ΖÏiΒ 7πtƒóÉ∆ ’Îû à7s? Ÿξsù 4 …çν߉ÏãöθtΒ
∩⊇⊄⊆∪ t⎦⎫ÏϑÎ=ayat
Sedangkan berdasarkan ≈©à9$# di Ÿω Ĩ$¨Ψ9$# usYò2r& £⎯Å3≈s9uρ y7Îi/¢‘ ⎯ÏΒ ‘,ysø9$#
bawah ini (Q.S. Hud/11: 17), ternyata
pemimpin (imam) itu tidak hanya berupa
š
∩⊇∠∪ χ θãΨÏΒ÷σãƒ
manusia, tetapi Kitab juga menjadi
pemimpin. Kenapa? Karena melihat
makna pemimpin adalah membimbing “Apakah (orang-orang kafir itu
dan menuntun, maka Kitab (al-Qur’an sama dengan) orang-orang yang ada
dan Kitab sebelummnya, Taurat, Zabur mempunyai bukti yang nyata (al
dan Injil) sebagai ‫ ﻫﺩﻯ ﻟﻠﻨﺎﺱ‬/ hudallinnas Qur’an) dari Tuhannya, dan diikuti
—petunjuk, pedoman hidup bagi manusia. pula oleh seorang saksi (Muhammad)
Siapa saja yang dalam hidup dan dari Allah dan sebelum al Qur’an itu

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 81


telah ada Kitab Musa yang menjadi orang-orang yang dzalim dan mem-
pedoman (imam) dan rahmat?. mereka beri kabar gembira kepada orang-
itu beriman kepada Al Qur’an, dan orang yang berbuat baik”. (Q.S. al-
barangsiapa di antara mereka (orang- Ahqaf/46: 12)
orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya
yang kafir kepada al Qur’an, maka
( ÷ΛÏιÏϑ≈tΒÎ*Î/ ¤¨$tΡé& ¨≅à2 (#θããô‰tΡ tΠöθtƒ
nerakalah tempat yang diancamkan
baginya, karena itu janganlah kamu
ragu-ragu terhadap al Qur’an itu. ⎯ϵÏΨŠÏϑu‹Î/ …çµt7≈tFÅ2 u’ÎAρé& ô⎯yϑsù
Sesungguhnya (al Qur’an) itu benar-
benar dari Tuhanmu, tetapi kebanya- Ÿωuρ óΟßγt7≈tGÅ2 tβρâ™tø)tƒ šÍׯ≈s9'ρé'sù
kan manusia tidak beriman”.
∩∠⊇∪ Wξ‹ÏFsù tβθßϑn=ôàãƒ
Kata kunci ‫ إﻣﺎﻣﺎ‬dalam ayat ini
semakin memperjelas bahwa Taurat
“(Ingatlah) suatu hari (yang di
salah satu Kitab Allah yang diturunkan
hari itu) kami panggil tiap umat
kepada Nabi Musa a.s. dijadikan sebagai
dengan pemimpinnya; dan barang-
pedoman dan rahmat bagi umatnya,
siapa yang diberikan kitab amalannya
begitu juga kata dalam Q.S. al-
di tangan kanannya maka mereka Ini
Ahqaf/46: 12 di bawah ini mengandung
akan membaca kitabnya itu, dan
maksud bahwa Kitab itu sebagai
mereka tidak dianiaya sedikitpun” ‫إﻣﺎﻣﺎ‬
pedoman, petunjuk dan rahmat bagi $YΒ$tΒÎ) ©
# y›θãΒ Ü=≈tFÏ.
(Q.S. al-Isra’/17: 71).
umatnya pada saat itu.
$ºΡ$|¡Ïj9 ×−Ïd‰|Á•Β Ò=≈tGÏ.
$oΨs9 =
ó yδ $oΨ−/u‘ šχθä9θà)tƒ t⎦⎪Ï%©!$#uρ
3“tô±ç0uρ (#θßϑn=sß t⎦⎪Ï%©!$
&⎥ã⎫ôãr& nο§è% $oΨÏG≈−ƒÍh‘èŒuρ $uΖÅ_≡uρø—r& ô⎯ÏΒ

∩∠⊆∪ $·Β$tΒÎ) š⎥⎫É)−Fßϑù=Ï9 $oΨù=yèô_$#uρ

“Dan orang orang yang berkata:


“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
“Dan sebelum al- Qur’an itu
kepada kami isteri-isteri kami dan
telah ada Kitab Musa sebagai
keturunan kami sebagai penyenang
petunjuk (imam) dan rahmat, dan ini
hati (kami), dan jadikanlah kami
(al- Qur’an) adalah Kitab yang
imam bagi orang-orang yang
membenarkannya dalam bahasa Arab
bertakwa” (Q.S. al-Furqan/25: 74).
untuk memberi peringatan kepada

82 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


2. Aimmah
Kata ‫ ةمئأ‬merupakan jamak dari ÏN≡uöy‚ø9$# Ÿ≅÷èÏù öΝÎγø‹9s Î) !$uΖøŠym÷ρr&uρ
yang berarti imam,
(pemimpin), (orang yang ( Íο4θŸ2¨“9$# u™!$tFƒÎ)uρ Íο4θn=¢Á9$# uΘ$s%Î)ρu
diikuti), ( komandan
pasukan), (penunjuk jalan),
∩∠⊂∪ t⎦⎪ωÎ7≈tã $oΨ9s (#θçΡ%x.uρ
(khalifah), (al-
Qur’an al-Karim) (Munawwir, 1997: 40).
Kata ini berdasarkan perhitungan dalam “Kami telah menjadikan mereka
al-Mu’jam disebutkan 5 kali yang itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
tersebar dalam 4 surat (Al-Baqi, 1987: memberi petunjuk dengan perintah
81), adalah: Kami dan telah Kami wahyukan
kepada mereka mengerjakan kebaji-
a. Q.S. al-Taubah/9: 12 kan, mendirikan sembahyang, menu-
naikan zakat, dan hanya kepada
Kamilah mereka selalu menyembah”.

c. Q.S. al-Qashash/28: 5 dan 41

š⎥⎪Ï%©!$# ’n?tã £⎯ßϑ¯Ρ βr& ߉ƒÌçΡuρ


‫ﻣﺎم‬
‫ميق‬‫رمألا إ‬
‫دئاق‬
‫اﻟﺪﻟﻴﻞ‬
‫ةفيلخلا‬
‫نأرقلا‬
‫ﻳﻘﺘﺪى ﺑﻪ‬
‫سيجلا‬
‫ميركلا‬
‫ﻣﻦ‬
ω÷èt/ .⎯ÏiΒ ΝßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#θþ èWs3¯Ρ βÎ)ρu öΝßγn=yèøgwΥuρ ÇÚö‘F{$# †Îû (#θàÏèôÒçGó™$#
ôΜà6ÏΖƒÏŠ ’Îû (#θãΖyèsÛuρ öΝÏδωôγtã ∩∈∪ š⎥⎫ÏOÍ‘≡uθø9$# ãΝßγn=yèôftΡuρ Zπ£ϑÍ←r&
“Jika mereka merusak sumpah
Iω öΝßγ¯ΡÎ) sesudah
(janji)nya Ìøà6ø9$#mereka
sπ£ϑÍ←r& berjanji,
(#þθè=ÏG≈s)sù “Dan Kami hendak memberi
dan mereka mencerca agamamu, maka karunia kepada orang-orang yang
∩⊇⊄∪ šχθßpemimpin-pemimpin
perangilah γtG⊥tƒ öΝßγ¯=yè9s óΟßγs9 z⎯orang-
≈yϑ÷ƒr& tertindas di bumi (Mesir) itu dan
orang kafir itu, karena sesungguhnya hendak menjadikan mereka pemimpin
mereka itu adalah orang-orang (yang dan menjadikan mereka orang-orang
tidak dapat dipegang) janjinya, agar yang mewarisi (bumi)”.
supaya mereka berhenti”.
( Í‘$¨Ζ9$# ’n<Î) šχθãã‰
ô tƒ Zπ£ϑÍ←r& öΝßγ≈uΖù=yèy_uρ
b. Q.S. al-Anbiya’/21: 73
∩⊆⊇∪ šχρç|ÇΖムŸω Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# tΠöθtƒuρ
$tΡÌøΒr'Î/ šχρ߉öκu‰ πZ £ϑÍ←r& öΝßγ≈uΖù=yèy_uρ

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 83


“Dan Kami jadikan mereka “Hai orang-orang yang beriman,
pemimpin-pemimpin yang menyeru ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya),
(manusia) ke neraka dan pada hari dan ulil- amri di antara kamu. Kemudian
kiamat mereka tidak akan ditolong”. jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
d. Q.S. al-Sajdah/32: 24 Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah-
nya), jika kamu benar-benar beriman ke-
pada Allah dan hari kemudian, yang de-
mikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya”. (Q.S. al-Nisa’/4: 59)

Å∃öθy‚ø9$# Íρr& Ç⎯øΒF{$# z⎯ÏiΒ ÖøΒr& öΝèδu™!%y` #sŒÎ)uρ

ÉΑθß™§9$# ’n<Î) çνρ–Šu‘ öθs9uρ ( ⎯ϵÎ/ (#θãã#sŒr&


“Dan Kami jadikan di antara
mereka itu pemimpin-pemimpin yang
t⎦⎪Ï%©!$# çµyϑÎ=yès9 öΝåκ÷]ÏΒ ÌøΒF{$# ’Í<'ρé& #†n<Î)ρu
memberi petunjuk dengan perintah
kami ketika mereka sabar, dan adalah
mereka meyakini ayat-ayat Kami”. «!$# ã≅ôÒsù Ÿωöθs9uρ 3 öΝåκ÷]ÏΒ …çµtΡθäÜÎ7/ΖoKó¡„o

3. Ulil Amri z⎯≈sÜøŠ¤±9$# ÞΟçF÷èt6¨?]ω …çµçGuΗ÷qu‘uρ öΝà6øŠn=tã


Kata ‫ أوﻟﻰ اﻷﻣﺮ‬juga memiliki $tΡÍö∆r'Î/ šχρ߉öκu‰ Zπ£ϑÍ←
makna pemimpin, yang dalam al-Qur’an
kata ini disebutkan sebanyak dua kali,
∩∇⊂∪ WξŠÎ=s% ωÎ)
$uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ (#θçΡ%Ÿ2uρ
yakni dalam Q.S. al-Nisa’/4: 59 dan 83,
“Dan apabila datang kepada
adalah sebagai berikut:
mereka suatu berita tentang kea-
manan ataupun ketakutan, mereka
(#θãè‹ÏÛr&uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& (#θþ ãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ lalu menyiarkannya, dan kalau mere-
ka menyerahkannya kepada Rasul
βÎ*sù ( óΟä3ΖÏΒ Íö∆F{$# ’Í<'ρé&uρ tΑθß™§9$# dan ulil- amri di antara mereka, tentu-
lah orang-orang yang ingin menge-
tahui kebenarannya (akan dapat)
«!$# ’n<Î) çνρ–Šãsù &™ó©x« ’Îû ÷Λä⎢ôãt“≈uΖs? mengetahuinya dari mereka (rasul dan
ulil-amri) kalau tidaklah karena
ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè? ÷Λä⎢Ψä. βÎ) ÉΑθß™§9$#uρ karunia dan rahmat Allah kepada
kamu, tentulah kamu mengikut syai-
∩∈®∪ ξ
¸ ƒÍρù's? ß⎯|¡m
ô r&uρ ×öyz y7Ï9≡sŒ 4 ÌÅzFψ$# tan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).” (Q.S. al-Nisa’/4:83)

84 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


Kedua ayat di atas mengandung sakinah penuh dengan mawaddah dan
strata ketaatan, yakni yang pertama taat rahmah. Rektor adalah pemimpin di
pada Allah, kedua taat pada Rasulullah, perguruan tinggi yang diberi beban untuk
dan ketiga taat kepada para pemimpin. memenej kampus agar menghasilkan
Selain itu juga mengandung logika sumber daya manusia yang handal,
penyelesaikan problem yang dihadapi oleh kompetitif, beriman dan bertakwa. Begitu
masyarakat. Kalau ada masalah diantara juga presiden adalah pemimpin yang men-
umat Islam selesaikan melalui hukum dan dapatkan amanat atau beban dari masya-
ketentuan Allah, kalau ternyata dalam al- rakat untuk memenej negara dengan
Qur’an tidak ditemukan dalil-dalil yang penuh tanggungjawab, sehingga negara-
jelas, carilah penyelesaian lewat sunnah nya maju, kesejahteraan, kemakmuran
Rasulullah, namun kalau ternyata tidak dan keadilan sangat dirasakan masya-
ditemukan, carilah qaul sahabat, taabi’in, rakat. Dalam hadis di bawah ini membe-
tabi’ut tabi’in. Tetapi juga tidak ditemukan rikan penjelasan akan tanggungjawab
barulah mencari pendapat para pemim- pemimpin kepada yang dipimpin, adalah
pin, imam, cendekiawan, ulama yang sebagai berikut:
expert/fakkar/ahli dalam suatu masalah.

Ÿω óΟçGΨä. βÎ) Ìø.Ïe%!$# Ÿ≅÷δr& (#þθè=t↔ó¡sù 4 ...

∩⊆⊂∪ tβθçΗs>÷ès?
“maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui” (Q.S. al-
Nahl/16: 43 juga dalam Q.S. al-Anbiya’/
21: 7)

4. Ra’in
Kata lain yang menunjukkan makna
pemimpin adalah ÑÇÚ artinya pemelihara
atau orang yang diserahi untuk mengurus
sesuatu yang menjadi bebannya. Laki-
laki adalah kepala rumah tangga, maka
ia harus mengurus, menjaga dan meme-
nuhi kebutuhan rumah tangganya agar “Dari ibn ’Umar r.a. dari Nabi
berjalan sesuai dengan ketentuan-keten- saw, beliau bersabda: Ketauhilah
tuan, sehingga terwujud keluarga yang bahwa masing-masing kamu adalah

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 85


pemimpin, dan masing-masing kamu pinannya. Ketahuilah, masing-masing
akan dimintai pertanggung-jawaban kamu adalah pemimpin dan masing-
tentang kepemimpinannya. Seorang masing kamu akan dimintai per-
penguasa adalah pemimpin dan dia tanggung-jawaban tentang kepe-
akan dimintai pertanggung-jawaban mimpinannya”. H.R. Imam Muslim
tentang kepemimpinannya. Seorang (An-Naisaburi, 1992: 187-188).
laki-laki/suami adalah pemimpin
keluarganya dan dia akan dimintai
pertanggung-jawaban tentang kepe- KHALIFAH DALAM AL-QUR’AN
mimpinannya. Seorang perempuan/ Istilah ÎáíÝÉ diturunkan dari kata
istri adalah pemimpin yang mengurus kha’-lam-fa’ (-á-ÝÎ(, mempunyai tiga
rumah tangga suaminya dan anak- makna, yaitu (1) sesuatu datang setelah
anaknya dan dia akan diminti per- sesuatu lainnya akan menggantikan
tanggung-jawaban tentang kepemim- posisinya; (2) lawan kata depan; dan (3)
pinannya. Seorang budak adalah perubahan (Faris, t.th: 374-375). Dari
pemimpin yang mengurus harta maji- kata ini membentuk kata lain, misalnya
kannya, dan dia akan dimintai per- sebagaimana yang tertera dalam tabel
tanggung-jawaban tentang kepemim- ini:

Bentuk Terdapat dalam


No Makna
Kata Q.S.
1. ‫ﻒ‬
 ‫ﺧ ﹶﻠ‬
 al-A’raf/7: 169 menggantikan (to succeed), menjadi peng-
Maryam/19:59 ganti (to be a successor), mengambil, men-
jemput (to come after), menggantikan tempat
seseorang (to do in someone else’s place)
setelah meninggalkan tempat (after one leave),
seseorang yang tertinggal, ketinggalan, diting-
galkan (one who stays behind).
2. ‫ﻒ‬
ً ‫ ﹾﻠ‬‫ﺧ‬ a-A’raf/7: 169 pergantian (a succession), generasi penerus
Maryam/19:59,64 (succeeding generation), terbelakang (behind)
Yunus/10:92 dari belakang (from behind), sesudah (after)
Yasin/36:45
Al-Ra’d/13:11
Fushilat/41:42
3 ‫ﺧﻠﻴﻔﺔ‬ al-Baqarah/2:30 Wakil (a viceroy), pengganti (successor)
Shaad/38:26
4 ‫ﺧﻼﺋﻒ‬ al-An’am/6:65 Jamak dari khalifah
Yunus/10:14, 73
Fathir/35: 39
5 ‫ﺧﻼﻑ‬ al-Maidah/5:33 sesudah (after), belakang (behind), sebagai
al-A’raf/7:124 pengganti (alternately), bertolak belakang (on
al-Taubah/9:81 the opposite), di bagian yang lain (on the
Thaha/20:71 alternate sides)
al-Syuara/26:49
al-Isra’/17:76

86 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


‫ﺧﻠﻒ‬
6 ‫ ﺧﻠﻔﺔ‬Diolah
Sumber:
al-Furqan/25:62 bergantian, silih berganti (a succession)
dari Muhammad Fuad Abd. Al-Baqi, al-Mu’jam li al-Fadz al-
7 ‫ﳜﺎﻟﻒ‬-‫ﺧﺎﻟﻒ‬ Al-Nur/24:63
Qur’an al-Karim. Menyalahi
Beirut: Dar al-Fikr,seseorang (to come
1987, hlm. 238-240.
behind M.Dawam
another,
to do something behind another’s
Rahardjo, Khalifah, dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan ’Ulumul back), me-
nentang (to oppose)
Qur’an, Nomor 1, Vol.VI, Tahun
Gagal1995, hlm. meningkari
41. A.W. Munawwir, Kamus
8 ‫ﳜﻠﻒ‬-‫ﺃﺧﻠﻒ‬ Al-Baqarah/2:80 (to fail), janji (to break
al-Munawwir Arab-Indonesia
Ali-Imran/3:9 Terlengkap. Surabaya: Pusataka
one’s word), orang yang gagal atau menyalahi
Progressif, 1997, hlm. 361-363.
Al-Ra’d/13:31 janji (one who fail or break his word)
Al-Hajj/22:47
Al-Ruum/30:6
Saba’/34:39
9 ‫ﻳﺘﺨﻠﻒ‬- ‫ﲣﻠﹼﻒ‬berasal
Khalifah Al-Taubah/9:120 tidak ikut
dari kata khalfun menyertai bukan kedudukannya se-
pemerintah,
(
10 ) yang berarti
‫ﺇﺧﺘﻠﻒ‬ pihak yang ada di
Al-Baqarah/2:176, bagai(toNabi/Rasul.
Berlainan Karena
be at variance), kedudukannya
menemukan se-
belakang atau yang 213datang belakangan
dqan 253 sebagai Nabi
bab perbedaan telahcause
(to find usai for
setelah mening-
dis-agree-
( ‫) اجوﺀ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ‬, yang
Ali Imran/3:19, dan ment),gal,
juga sering berbeda (to differ), mencari
dan kedudukan sebab
ini tidak per-
diberikan
105
diterjemahkan dengan pengganti, yakni selisihan (to seek cause of dispute),
kepada siapapun, dan Allah tidak pergantian
Al-Nisa’/4:157 (alteration), perbedaan (difference)
pengganti Nabi Maryam/19:37
Muhammad s.a.w. mengutus nabi/rasul setelah nabi Mu-
kedudukannya sebagai pemimpin
Yunus/10:19,93 hammad.
Al-Nahl/16:64 dan
124
11 ‫ﺇﺳﺘﺨﻠﻒ‬ Al-Nur/24:55 menunjuk sebagai pengganti (to make one a
successor), seseorang yang ditunjuk sebagai
pengganti atau pewaris.
Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 87
öΝä3Ï9%y`Íh‘ ⎯ÏiΒ 7‰tnr& !$t/r& ϑptèΧ tβ%x. $¨Β ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# ’n?tã sπtΡ$tΒF{$# $oΨôÊttã $¯ΡÎ)

tβ%x.uρ 3 z⎯↵ÍhŠÎ;¨Ψ9$# zΟs?$yzuρ «!$# tΑθß™§‘ ⎯Å3≈s9uρ βr& š⎥÷⎫t/r'sù ÉΑ$t6Éfø9$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ

ß⎯≈|¡ΡM}$# $yγn=uΗxquρ $pκ÷]ÏΒ z⎯ø)xô©r&uρ $pκs]ù=Ïϑøts†


∩⊆⊃∪ $VϑŠÎ=tã >™ó©«
x Èe≅ä3Î/ ª!$#
∩∠⊄∪ Zωθßγy_ $YΒθè=sß tβ%x. …絯ΡÎ) (
“Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki- “Sesungguhnya Kami telah me-
laki di antara kamu, tetapi dia adalah ngemukakan amanat kepada langit,
Rasulullah dan penutup nabi-nabi, bumi dan gunung-gunung, maka se-
dan adalah Allah Maha mengetahui muanya enggan untuk memikul ama-
segala sesuatu”. (Q.S. al-Ahzab/33: 40) nat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah
Namun dari beberapa makna yang amanat itu oleh manusia. Sesung-
diturunkan dari huruf kha’-lam-fa’ di atas guhnya manusia itu amat zalim dan
yang akan menjadi fokus bahasan ini adalah amat bodoh” (Q.S.al-Ahzab/33:72)
kata ‫ ةفيلخ‬dan ‫ ﺧﻼﺋﻒ‬. Kata khalifah
disebutkan sebanyak dua kali, sedangkan Menurut Ibnu Taimiyah, ayat ini
kata khalaif sebanyak empat kali. berkaitan dengan penguasa atau peme-
rintah yang memiliki kewajiban menyam-
1. Khalifah paikan amanah kepada yang berhak, dan
Khalifah bermakna ‫ ﻏﲑﻩ‬‫ﺨﻠﹸﻒ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻣﻦ‬ menetapkan hukum dengan adil (Taimi-
(penganti) (Munawwir, 1997: 363), wakil, yah, 1995: 4 ). Kepemimpinan adalah
pengganti atau duta Tuhan di muka bumi, amanah, secara normatif disebutkan
pengganti Nabi Muhammad saw sebagai dalam sabda Rasulullah saw ketika mem-
kepala negara (Ridwan dkk., 1993: 35), berikan nasehat kepada Abu Dzar al-
karena gelar ini disematkan kepada peng- Ghiffari, adalah:
ganti Nabi saw, yakni khulafaurrasyi-
din. Dalam konsep Islam memang
manusia adalah khalifah atau wakil Allah
di muka bumi, yang dengannya melekat
tugas-tugas yang harus dipertanggung-
jawabkan. Oleh karena itu, sesungguhnya
jabatan khalifah merupakan amanah yang
harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dan
tidak boleh mengkhianati tugas ini walau-
pun sungguh amat berat.

88 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


“Dari Abu Dzarr r.a., dia berkata: orang yang akan membuat kerusakan
“Aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, me- padanya dan menumpahkan darah,
ngapa engkau tidak mempekerjakan padahal kami senantiasa bertasbih
aku (memberiku sebuah jabatan)?’ dengan memuji Engkau dan mensu-
Lanjutnya: ‘Maka (Rasulullah) mene- cikan Engkau?” Tuhan berfirman:
puk pundakku dengan tangannya dan “Sesungguhnya Aku mengetahui apa
kemudian berkata: ‘Wahai Abu Dzarr, yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-
sesungguhnya engkau lemah, dan Baqarah/2: 30)
sesungguhnya jabatan itu amanah, ia
adalah nista dan penyesalan di hari
kemudian, kecuali yang menerimanya ÇÚö‘F{$# ’Îû Zπx‹Î=yz y7≈oΨù=yèy_ $¯ΡÎ) ߊ…ãρ#y‰≈tƒ
dengan hak (sesuai aturan mainnya),
dan menunaikan kewajibannya.” H.R. 3“uθyγø9$# ÆìÎ7®Ks? Ÿωuρ Èd,ptø:$$Î/ Ĩ$¨Ζ9$# t⎦÷⎫t/ Λäl÷n$$sù
Muslim (An-Naisyaburi, 1992: 186-187 ).
tβθ=ÅÒtƒ t⎦⎪Ï%©!$# ¨βÎ) 4 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã y7¯=ÅÒãŠsù
Kata ‫ ﺧﻠﻴﻔﺔ‬dalam bentuk mufrad
(singular—tunggal) disebutkan dua kali $yϑÎ/ 7‰ƒÏ‰x© Ò>#x‹tã öΝßγs9 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã
yang tersebar dalam dua surat yakni
Q.S.al-Baqarah/2: 30 dan Shad/38:26 ∩⊄∉∪ É>$|¡Ïtø:$# tΠöθtƒ (#θÝ¡nΣ
sebagaimana tertulis di bawah ini:

’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% ŒÎ)uρ “Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (pengu-
asa) di muka bumi, maka berilah ke-
⎯tΒ $pκÏù ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$#
putusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu
ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù ߉šøムmengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah.
$tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 Sesungguhnya orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat
∩⊂⊃∪ tβθßϑn=÷ès? Ÿω azab yang berat, karena mereka melu-
pakan hari perhitungan”. (Q.S.Shaad/
38: 16)
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfir-
man kepada para malaikat: “Sesung-
Menurut M.Quraish Shihab, khali-
guhnya Aku hendak menjadikan se-
fah dalam Q.S al-Baqarah/2:30 ditujukan
orang khalifah di muka bumi.” mere-
kepada Nabi Adam a.s. sebagai manusia
ka berkata: “Mengapa Engkau hen-
pertama yang ketika itu belum ada
dak menjadikan (khalifah) di bumi itu
masyarakat manusia, apalagi ia baru

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 89


dalam bentuk ide. Redaksi yang diguna- darah saja. Sementara dirinya (malaikat)
kan Allah adalah ‫ﱏ‬‫ ﺇ ﹼ‬, “Aku akan”, bukan selalu bertasbih dan mengquduskan Allah,
“Aku telah menjadikan” (Shihab, 1996: tidak pernah menolak perintah-Nya,
422-423). Lebih lanjut dikatakan bahwa selalu melaksanakan apa yang diperintah
‫ ﺇﱏ ﺟﺎﻋﻞ ﰱ ﺍﻷﺭﺹ ﺧﻠﻴﻔﺔ‬menginformasi- Allah tanpa mengurangi dan menambahi
kan unsur-unsur kekhalifahan dan kewa- sedikitpun. Sungguh sombong kalau
jiban yang harus diemban oleh khalifah. malaiklat melakukan itu, padahal tugas
Unsur-unsur tersebut adalah (1) bumi Malaikat itu hanya menjalankan apa yang
atau wilayah; (2) khalifah (yang diberi diperintahkan Allah, sebagaimana ayat di
kekuasan politik atau mandataris); dan (3) bawah ini:
hubungan antara pemilik kekuasaan
dengan wilayah, dan hubungannya de-
tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ ω...
ngan pemberi kekuasaan (Allah swt.)
(Shihab, 1996: 424).
Sedangkan menurut Musthafa al-
∩∉∪ tβρâs∆÷σム$tΒ
Maraghi, khalifah artinya jenis lain dari
makhluk sebelumnya. Bisa juga diartikan “...tidak mendurhakai Allah
sebagai pengganti Allah untuk melak- terhadap apa yang diperintahkan-
sanakan perintah-perintah-Nya terhadap Nya kepada mereka dan selalu me-
manusia (al-Maraghi, 1992: 130-131). ngerjakan apa yang diperintahkan”.
Allah menciptakan Adam sebagai (Q.S. at-Tahrim/66:6)
khalifah harus dipahami sebagai nikmat
yang paling agung dan harus disyukuri Menurut Fakhruddin Muhammad
oleh keturunannya dengan cara taat ar-Razi dalam kitab tafsirnya (ar-Razi,
kepada Allah dan menjauhi semua yang 1985: 180), menjelaskan makna khalifah
dilarang Allah. Selain itu ayat ini termasuk adalah orang yang menggantikan orang
kelompok ayat mutasyabih, karena tidak lain, dan ia menempati tempat serta
mungkin hanya ditafsirkan dengan makna kedudukannya. Sebagai pengganti yang
dzahirnya saja. Dalam ayat ini ada memegang kepemimpinan dan kekuasaan
pelajaran bahwa Allah tidak angkuh, mengandung implikasi moral, karena bisa
sombong, dengan kekuasaan yang jadi disalahgunakan, namun bisa juga
dimiliki, Allah masih berdialog dengan dilaksanakan sebaik-baiknya untuk
malaikat walaupun hanya dalam bentuk menyejahterakan rakyat. Oleh karena itu,
pemberitahuan, karena ayat ini ditutup menurut Musa Asy’arie (Asy’arie, 1992:
dengan redaksi ‫ ﺇﱏ ﺃﻋﻠﻢ ﻣﺎﻻ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ‬. Ma- 36). kepemimpinan dan kekuasaan harus
laikatpun juga tidak mungkin akan diletakkan dalam kerangka eksistensi
membantah dan seolah-olah mengajari manusia yang bersifat sementara,
Allah, bahwa manusia itu hanya akan sehingga dapat dihindari memutlakan
melakukan pembunuhan—pertumpahan kepemimpinan dan kekuasaan, karena

90 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


dapat merusak tatanan kehidupan manu- keadilan, seorang penguasa atau khalifah
sia. Dikatakan sementara, karena kekua- tidak boleh memberikan keputusan,
saan itu waktunya dibatasi oleh yang mengeluarkan kebijakan berdasarkan
memberi mandat atau undang-undang hawa nafsu—padahal hawa nafsu itu
yang telah disepakati, kalau itu khalifah perbuatan syetan—, berdasarkan like
dibatasi oleh Allah. and dislike, hanya mementingkan
Ayat yang kedua, Q.S.Shad/38:16, keluarga, kelompok dan golongannya.
menurut M.Quraish Shihab, Allah Padahal yang ditemukan pemimpin pada
menggunakan redaksi ‫ﺇﻧﺎ ﺟﻌﻠﻨﺎﻙ ﺧﻠﻴﻔﺔ‬ zaman sekarang ini, pada mengutamakan
“Kami telah mengangkat engkau menjadi kelompoknya sendiri.
khalifah”, hal ini mengisyaratkan adanya
keterlibatan selain dari Tuhan (dalam hal 2. Khalaif
ini restu masyarakatnya) dalam Kata ini jamak dari khalifah,
pengangkatan sebagai khalifah (Shihab, disebutkan sebanyak empat kali yang
1996: 423). Redaksi firman Allah dengan tersebar dalam tiga surat, yakni Q.S. al-
menggunakan kata ‫( ﳓﻦ‬kami, kita) ba- An’am, Yunus, dan Fathir, berikut ini:
nyak dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an,
dan sering redaksi ini dipakai oleh missio-
naris untuk mengacak-ngacak pema- ÇÚö‘F{$# y#Íׯ≈n=z
y öΝà6n=èy y_ “Ï%©!$# uθèδuρ
haman umat Islam terhadap al-Qur’an.
Menurut mereka Tuhan dalam Islam itu ;M≈y_u‘yŠ <Ù÷èt/ s−öθsù öΝä3ŸÒ÷èt/ yìsùu‘uρ
tidak esa, karena Allah menyebut dirinya
dengan menggunakan kata ‫ ﳓﻦ‬yang ßìƒÎ| y7−/u‘ ¨βÎ) 3 ö/ä38s?#u™ !$tΒ ’Îû öΝä.uθè=ö7uŠÏj9
berarti Tuhan itu lebih dari satu, berarti
sama dengan Tuhan dalam Kristen ∩⊇∉∈∪ 7Λ⎧Ïm§‘ Ö‘θàtós9 …絯ΡÎ)uρ É>$s)Ïèø9$#
(Bapa, anak dan roh kudus). Padahal
salah satu maksud dengan menggunakan
kata ‫ ﳓﻦ‬ini selain ‫ ﻟﻠﺘﻌﻈﻴﻢ‬juga melibat- “Dan Dia lah yang menjadikan
kan manusia. Mengangkat khalifah dalam kamu penguasa-penguasa di bumi dan
kasus Nabi Dawud a.s. adalah melibatkan Dia meninggikan sebahagian kamu
masyarakat, karena Dawud diutus Allah atas sebahagian (yang lain) beberapa
ke tengah-tengah masyarakat, yakni derajat, untuk mengujimu tentang apa
sebagai seorang raja Israil. Kepadanya yang diberikan-Nya kepadamu.
diperintahkan agar menggunakan kekua- Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
saannya untuk memerintah secara adil. siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia
Prinsip utama kekuasaan adalah keadilan, Maha Pengampun lagi Maha Penya-
sebuah kekuasaan harus didasarkan atas yang”. (Q.S.al-An’am/6: 165)
keadilan, dan kekuasaan tersebut ber-
fungsi untuk menegakkan keadilan. Selain

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 91


“Dia-lah yang menjadikan kamu
.⎯ÏΒ ÇÚö‘F{$# ’Îû y#Íׯ≈n=yz öΝä3≈oΨù=yèy_ §ΝèO khalifah-khalifah di muka bumi, ba-
rangsiapa yang kafir, maka (akibat)
∩⊇⊆∪ tβθè=yϑ÷ès? y#ø‹.x tÝàΖoΨÏ9 öΝÏδω÷èt/ kekafirannya menimpa dirinya sen-
diri, dan kekafiran orang-orang yang
“Kemudian Kami jadikan kamu kafir itu tidak lain hanyalah akan me-
pengganti-pengganti (mereka) di mu- nambah kemurkaan pada sisi Tuhan-
ka bumi sesudah mereka, supaya Kami nya dan kekafiran orang-orang yang
memperhatikan bagaimana kamu ber- kafir itu tidak lain hanyalah akan me-
buat”. (Q.S. Yunus/10: 14) nambah kerugian mereka belaka”.
(Q.S. Fathir/35: 39)
7
Å ù=àø9$# ’Îû …çµyè¨Β ⎯tΒuρ çµ≈uΖø‹¤fuΖsù çνθç/¤‹s3sù
Beberapa ayat di atas mengandung
t⎦⎪Ï%©!$# $oΨø%{øîr&uρ y#Íׯ≈n=yz óΟßγ≈uΖù=yèy_uρ maksud bahwa khalifah sebagai pengua-
sa menduduki derajat yang terhormat,
namun harus diingat bahwa kedudukan
èπt7É)≈tã tβ%x. y#ø‹x. öÝàΡ$$sù ( $uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ (#θç/¤‹x.
terhormat itu dapat mengempaskan ke
neraka kalau tidak melaksanakan tugas
∩∠⊂∪ t⎦⎪Í‘x‹ΨçRùQ$#
dengan baik. Kekuasaan itu sesungguh-
nya ujian atau cobaan, maka harus pan-
“Lalu mereka mendustakan Nuh,
dai-pandai menggunakan kekuasaan
maka Kami selamatkan dia dan orang-
sesuai dengan yang memberi kekuasaan.
orang yang bersamanya di dalam
Agar manusia dapat melakasanakan
bahtera, dan Kami jadikan mereka itu
tugas kekhalifahan sesuai yang dikehen-
pemegang kekuasaan dan Kami teng-
daki Allah, maka manusia dilengkapi dua
gelamkan orang-orang yang mendus-
perangkat, yakni akal dan wahyu (Sho-
takan ayat-ayat Kami. Maka perhati-
bron (ed.), 2008: 23), yang dari keduanya
kanlah bagaimana kesudahan orang-
manusia dapat mengembangkan ilmu
orang yang diberi peringatan itu”.
pengetahuan dan kekebasan untuk
(Q.S.Yunus/10:73)
berikhtiar (Kartanegara, 2002: 138).
4 ÇÚö‘F{$# ’Îû y#Íׯ≈n=yz ö/ä3n=yèy_ “Ï%©!$# uθèδ 3. Tugas Khalifah
Allah adalah pendesain ulung,
t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# ߉ƒÌ“tƒ Ÿωuρ ( …çνãøä. ϵø‹n=yèsù txx. ⎯yϑsù semua makhluk yang diciptakan diberi
tugas masing-masing secara rinci, yang
߉ƒÌ“tƒ Ÿωuρ ( $\Fø)tΒ ωÎ) öΝÍκÍh5u‘ y‰ΖÏã öΝèδãø.ä pada esensinya adalah beribadah kepada-
Nya, baik manusia, jin maupun alam
∩⊂®∪ #Y‘$|¡yz ωÎ) óΟèδãøä. t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# semesta.

92 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


terpaksa dan hanya kepada Allahlah
∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 ωÎ) }§ΡM}$#uρ £⎯Ågø:$# àMø)n=yz $tΒρu mereka dikembalikan.”(Q.S. Ali Imran/
3: 83)
“Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya Semua makhluk tunduk, menyerah-
mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. kan sepenuhnya kepada Allah, karena
al-Dzariyat/51: 56) dalam dirinya telah membawa sunna-
tullah, atau hukum-hukum Allah. Cara
mereka beribadah, bertasbih dan berbakti
kepada Allah dengan melaksanakan
hukum-hukum yang melekat dalam diri-
nya. Begitupun manusia sebagai khalifah
juga telah dipersiapkan tugas utama, yakni
menciptakan kesejahteraan, kemak-
muran di dunia, sebagaimana firman Allah
di bawah ini:

“Dialah Allah yang menciptakan, tΑ$s% 4 $[sÎ=≈|¹ öΝèδ%s{r& yŠθßϑrO 4’n<Î)uρ *


yang mengadakan, yang membentuk
rupa, yang mempunyai asmaaul hus- …çνçöxî >µ≈s9Î) ô⎯ÏiΒ /ä3s9 $tΒ ©!$# (#ρ߉ç6ôã$# ÉΘöθs)≈tƒ
ã&s! na,
( â‘Èhθbertasbih
|Áßϑø9$# ä—kepadanya
Í‘$t7ø9$# ß,Î=≈y‚ø9apa
$# ª!yang
$# uθèδ di
langit dan bumi, dan Dialah yang Ma- óΟä.tyϑ÷ètGó™$#uρ ÇÚö‘F{$# z⎯ÏiΒ Νä.r't±Ρr& uθèδ (
ha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
’Îû(Q.S.
$tΒ …çal-Hasyr/59:
µs9 ßxÎm7|¡ç„ 4 4©24)o_ó¡ßsø9$# â™!$yϑó™F{$#
’În1u‘ ¨βÎ) 4 ϵø‹s9Î) (#þθç/θè? ¢ΟèO çνρãÏøótFó™$$sù $pκÏù
Ⓝ͕yèø9$# uθèδuρ ( ÇÚö‘F{$#uρ N Ï ≡uθ≈yϑ¡¡9$#
⎯tΒ zΝn=ó™r& ÿ…ã&s!uρ šχθäóö7tƒ «!#$ Ç⎯ƒÏŠ uötósùr& ∩∉⊇∪ Ò=‹Åg’Χ Ò=ƒÌs%
∩⊄⊆∪ ÞΟŠÅ3ptø:$#
$YãöθsÛ Ä⇓ö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû “Dan kepada Tsamud (Kami utus)
saudara mereka Shaleh. Shaleh ber-
∩∇⊂∪ šχθãèy_öムϵø‹s9Î)uρ $\δöŸ2uρ kata: “Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
“Maka apakah mereka mencari selain Dia. Dia telah menciptakan
agama yang lain dari agama Allah, kamu dari bumi (tanah) dan menja-
padahal kepada-Nya-lah menyerah- dikan kamu pemakmurnya, karena itu
kan diri segala apa yang di langit dan mohonlah ampunan-Nya, kemudian
di bumi, baik dengan suka maupun bertobatlah kepada-Nya, sesungguh-

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 93


nya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) b. Manusia harus mengelola sesuai
lagi memperkenankan (doa hamba- arahan-arahan yang diberikan Allah.
Nya).” (Q.S. Hud/11: 61) c. Selama menjalankan kekuasaan,
harus sesuai dengan tujuan dan mak-
Ayat ini walaupun lafdz al-khas sud Aallah.
namun bima’na ‘aam, artinya arti lafadz d. Manusia harus menjalankan kekua-
(dzahir) nya ditujukan kepada Nabi saan dengan batas-batas yang telah
Shaleh a.s. namun juga ditujukan kepada digariskan Allah.
semua manusia, sehingga manusia dija- e. Siapapun yang memegang kekua-
dikan panguasa dunia untuk menciptakan saan harus bertanggung jawab atas
kemakmuran dunia. Istilah yang diguna- segala tindakan/kebijakan yang
kan Musa Asy’arie adalah membangun diambil (Hussain, 1996: 12).
kebudayaan atau peradaban (Asy’arie,
1992: 51). Apalagi semua yang ada di 4. Dinamika Gelar Khalifah dalam
alam semesta ini untuk manusia semua Sejarah
(Q.S.al-Baqarah/2:29), artinya untuk Khalifah sebagai suatu gelar dalam
dikelola dengan cara yang baik dan hasil- politik Islam pertama kali dipakai oleh Abu
nya untuk kemakmuran bersama. Sung- Bakar yang menyebut dirinya sebagai
guh luar biasa karunia Allah yang ada di “khalifah Rasulullah” (pengganti Rasu-
langit dan bumi, manfaatkan, namun lullah saw), sedangkan Umar bin Kha-
jangan engkau rusak, engkau eksploitasi, thab sebagai khalifah kedua menyebut
sehingga keseimbangan ekosistem ter- dirinya dengan “khalifah khalifah
ganggu (Q.S.al-A’raf/7:56,85). Kerusa- Rasulullah” (pengganti dari pengganti
kan alam yang telah sampai pada ambang Rasulullah saw). ‘Usman bin Affan
“berlebihan” sehingga membawa dam- sebagai khalifah ketiga, menyebut dirinya
pak dalam kehidupan manusia, misalnya cukup dengan “khalifah” saja, dengan
terjadinya global warming (Lihat Repu- alasan akan terlalu panjang, karena bisa
blika, Jum’at 3 Agustus 2007) adalah jadi dengan “khalifah khalifah khalifah
karena ulah manusia itu sendiri, dan Rasulullah” (pengganti dari pengganti
akibatnya manusia juga yang merasakan dari pengganti Rasulullah saw.). Sebutan
(Q.S.ar-Ruum/30: 41). khalifah terus berlanjut sampai masa Ali
Manusia sebagai khalifah Allah di bin Abi Thalib. Sedangkan pada masa
bumi, menurut Syaukat Husein, mengem- Bani Umayyah, gelar khalifah berkem-
ban lima hal tugas kekhalifahan, adalah bang menjadi khalifah Allah di muka bumi
sebagai berikut: ( ‫) ﺧﻠﻴﻔﺔ ﺍﷲ ﰱ ﺍﻷﺭﺽ‬, bukan lagi mengguna-
a. Manusia hanyalah bertindak sebagai kan khalifah Rasulullah. Adapun pada
pengelola (administrator), sehingga masa Bani Abbasiyah, kata khalifah
tidak boleh menuruti kehendaknya sudah mengalami pergeseran makna
sendiri. yang menggambarkan kedudukan yang

94 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


suci sebagai bayang-bayang Allah di mencalonkan Abu Bakar sebagai pemim-
muka bumi (Ridwan dkk., 1993: 36). pin umat setelah Rasulullah saw mening-
Dalam sejarah Islam sejak sepe- gal. Mereka memilih Abu Bakar karena
ninggal Muhammad saw, pemerintah memiliki kapasitas sebagai pemimpin
Islam di bawah institusi Khilafah (Muntoha, 1998: 36), bukan karena kesu-
Islamiyah pernah dipimpin oleh 104 kuan atau ras. Dari kasus ini dapat diambil
khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri beberapa nilai, (1) pemilihan pimpinan itu
dari 4 orang khalifah dari khulafaur- dilakukan berdasarkan musyawarah
raasyidin, 14 khalifah dari dinasti mufakat, bukan berdasarkan pemungutan
Umayyah, 18 khalifah dari dinasti suara, dan suara terbanyak (mayoritas)
‘Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 yang menjadi pemimpin, apalagi dengan
orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 rumus 50+1; (2) memilih pemimpin
orang khalifah. Dari sini pusat pemerin- didasarkan pada agama yakni Islam,
tahan dipindahkan ke Kairo, yang dilan- bukan berdasarkan suku, harta dan
jutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu keluarga; (3) pemimpin tidak mencalon-
khalifah berpindah kepada Bani ‘Utsman. kan diri untuk dipilih, apalagi dengan cara
Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. mempengaruhi para pemilih, mengkam-
panyekan dirinya, menonjolkan gelar dan
5. Etika Memilih Khalifah kelebihan-kelebihan.
Dalam sejarah peradaban Islam, Umar bin Khatab menjadi khalifah
disaksikan adanya perubahan pergantian yang kedua berdasarkan penunjukan Abu
pemimpin dengan cara yang beragam, Bakar. Sistem penunjukan ini dilakukan
dari Rasulullah saw ke Abu Bakar, dari karena memang yang ditunjuk memiliki
Abu Bakar ke Umar bin Khathab, dari kredibilitas, kapabilitas, dan vision sebagai
Umar ke Usman, dan dari Usman ke Ali pimpinan. Sebelum penunjukan dilakukan,
bin Abi Thalib, yang kalau dipolakan akan Abu Bakar telah meminta pendapat para
terlihat 3 pola, yakni (1) penunjukkan; (2) sahabat lain, yakni Abdurrahman bin
formatur; dan (3) musyawarah. Sistem ‘Auf, Utsman bin Affan, Said bin Zaid,
penunjukkan terekam dari Abu Bakar ke Usaid bin Hudhair dan beberapa orang
Umar, sistem formatur terekam dari kalangan Anshar. Semua sahabat ini
Umar ke Usman, dan sistem musyawa- menyatakan beberapa kebaikan dan
rah terekam saat pemilihan Abu Bakar, kelebihan Umar (al-Suyuti, 2001: 88).
dan Ali bin Abi Thalib. Namun ada juga sahabat lain yang tidak
Abu Bakar dipilih menjadi khalifah dimintai pendapat oleh Abu Bakar, mera-
pertama berdasarkan hasil musyawarah sa keberatan Umar menjadi khalaifah,
para sabahat atau berdasarkan pemilihan karena sikap keras Umar. Namun Abu
dari kaum Anshar dan Muhajirin, bukan Bakar tetap pada pendiriannya menunjuk
karena mencalonkan diri. Umar bin Kha- Umar sebagai penggantinya, dengan
thab dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang wasiat yang ditulis oleh Utsman bin Affan

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 95


(al-Suyuti, 2001: 89). Disini terlihat Q.S.Shad/38:26 yang telah disebutkan di
kepribadian khalifah pertama dalam atas, yakni Dawud itu dipilih oleh Allah
mengambil kebijakan politik, yakni (1) sebagai khalifah dengan melibatkan
meminta pendapat sahabat lain tentang masyarakat/ rakyat, berbeda dengan
gagasan atau kebijakan yang akan Adam yang pada waktu itu belum ada
diambil; (2) istiqamah atau komitmen masyarakat. Namun agar pemimpin itu
dalam memegang prinsip yang diyakini dapat diterima mayoritas, mendapatkan
benar dan ada dukungan; (3) menaruh legitimasi politik dari rakyat lebih tepat
hormat dan menghargai pendapat sahabat kalau lewat musyawarah atau sistem
yang tidak setuju terhadap kebijakan yang demokrasi. Walaupun sistem demokrasi
diambil. tidak sepenuhnya seperti demokrasi
Utsman menjadi khalifah ketiga Barat yang dibangun di atas masayarakat
berdasarkan hasil musyawarah tim dalam yang memiliki budaya berbeda dengan
bentuk formatur yang terdiri dari 6 orang masyarakat Islam. Menurut al-Maududi,
yakni Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, demokrasi Barat bertumpu atas prinsip
Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi kekuasaan tertinggi di tangan rakyat,
Waqash, Zubair bin al-Awwam, dan sementara dalam Islam kekuasaan
Thalhah bin Ubaidillah. Sedangkan Ali bin tertinggi di tangan Allah (al-Maududi,
Abi Thalib menjadi khalifah keempat 1984: 67). Pola pikir ini cukup rasional,
melalui pemilihan bebas (Haykal, 1986: karena bagaimanapun juga manusia itu
8. Baca Musdah Mulia, 2001). makhluk yang memiliki keterbatasan,
Nabi Muhammad saw tidak mem- dipenuhi dengan hawa nafsu, dorongan-
berikan rambu-rambu sistem pemilihan dorongan untuk berkuasa. Kekuasaan
pimpinan sepeninggal beliau dan tidak yang diperoleh harus diletakkan dalam
mewasiatkan siapa penggantinya. Oleh struktur berpikir, bahwa kekuasaan itu
karena itu persoalan sistem pemilihan ini sementara, merupakan amanah, harus
masuk dalam wilayah ijtihadi, karena dipertanggung-jawabkan. Kekuasaan
memang tidak ada pola baku untuk dija- yang mutlak adalah di tangan Allah,
dikan pedoman dalam memilih pemimpin, manusia diberi tugas sebagai khalifah di
maka ada kebebasan untuk menentukan bumi dengan melaksanakan secara
cara pemilihan pemimpin berdasarkan sungguh-sungguh kekuasaan Allah itu
kondisi sosia-kultural dan kesepatakan untuk mengatur kehidupan manusia, agar
dari orang-orang yang akan terlibat dalam tertata, terkoordinasi secara rapi.
proses pemilihan. Kalau ada kesepakatan Ada kisah yang menarik dalam Al-
bahwa pemimpin harus dipilih oleh masya- Qur’an, yakni Nabi Yusuf a.s. yang
rakat/rakyat baik melalui musyawarah memperoleh kursi kepemimpinan dengan
mufakat, maupun dengan voting, maka tidak meminta-minta. Pada waktu beliau
itu sah-sah saja, begitupun kalau lewat ditawari suatu kepemimpinan atau
penunjukkan. Hal ini sesuai dengan jabatan tertentu, beliau mengajukan

96 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


usulan untuk menjabat suatu bidang yang kemampuan untuk jabatan itu. Permintaan
yang sesuai dengan bidang keahliannya, jabatan dalam kondisi sifat seperti yang
sebagaimana tergambar dalam firman dialami oleh Nabi Yusuf itu menunjukkan
Allah di bawah ini: kepercayaan diri yang bersangkutan serta
keberanian moral yang disandangnya.
çµóÁÎ=÷‚tGó™r& ÿ⎯ϵÎ/ ’ÎΤθçGø$# à7Î=yϑø9$# tΑ$s%uρ Dalam redaksi al-Qur’an mengedepan-
kan kata ‫( ﺣﻔﻴﻆ‬hafîzh/pemelihara)
daripada kata ‫‘( ﻋﻠﻴﻢ‬alim/amat ber-
tΠöθu‹ø9$# y7¨ΡÎ) tΑ$s% …çµyϑ¯=x. $£ϑn=sù ( ©Å¤øuΖÏ9
pengetahuan). Hal ini mengandung
maksud bahwa menjaga amanah lebih
4’n?tã ©Í_ù=yèô_$# tΑ$s% ∩∈⊆∪ ×⎦⎫ÏΒr& î⎦⎫Å3tΒ $uΖ÷ƒt$s! penting daripada pengetahuan. Sese-
orang yang menjaga amanah dan tidak
∩∈∈∪ ÒΟŠÎ=tæ îáŠÏym ’ÎoΤÎ) ( ÇÚö‘F{$# È⎦É⎩!#t“yz tidak memiliki ilmu akan termotivasi untuk
memperoleh pengetahuan yang belum
“Dan raja berkata: “Bawalah dimilikinya. Akan tetapi sebaliknya, sese-
Yusuf kepadaku, agar Aku memilih dia orang yang memiliki ilmu namun tidak
sebagai orang yang rapat kepadaku”. memiliki amanah, dikhawatirkan meman-
Maka tatkala raja telah bercakap-ca- faatkan ilmu pengetahuannya untuk
kap dengan dia, dia berkata: “Se- mengkhianati amanah.
sungguhnya kamu (mulai) hari Ini
menjadi seorang yang berkedudukan PENUTUP
tinggi lagi dipercayai pada sisi kami. Pemimpin memiliki tanggungjawab
Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku ben- yang besar untuk membawa perubahan
daharawan negara (Mesir); Sesung- ke arah yang lebih baik, minimal dapat
guhnya aku adalah orang yang pan- menciptakan kesejahteraan, kemakmu-
dai menjaga, lagi berpengetahuan”. ran dan keadilan. Untuk dapat malakukan
(Q.S. Yusuf/12: 54-55) perubahan, seorang pemimpin harus
mendapatkan legitimasi yang kuat dari
Pakar tafsir Indonesia, M. Quraish masyarakat. Masyarakat selaku pemilih
Shihab dalam kitab tafsirnya (Shihab, vol harus juga bertanggungjawab atas
6, 2006: 484-485), menjelaskan bahwa pilihannya itu, sehingga perlu memiliki
kedua ayat di atas dapat dijadikan lan- ketrampilan dalam menentukan pemimpin
dasan untuk membolehkan seseorang yang memenuhi syarat, yakni muslim,
mengajukan dirinya untuk menjadi pe- kredibilitas, kapabilitas, visioner, profe-
mimpin, bahkan mengiklankan dirinya sionalis, berwawasan luas, dan cerdas.
atau berkampanye agar dapat menempati Dengan bahasa lain, seorang pemimpin
suatu jabatan tertentu, selama motivasi- yang dipilih adalah yang melekat dalam
nya adalah untuk kepentingan masyarakat dirinya sifat-sifat yang terpuji dan terim-
dan selama dia merasa dirinya memiliki plementasi dalam kehidupan sehari-hari

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 97


di rumah tangga dan di masyarakat. Sifat- berjiwa besar, dan syaja’ah (pemberani).
sifat tersebut adalah taqwa/sholeh, seha Adakah pemimpin yang memiliki
jasmani, shiddiq, amanah, tabligh, fatha- ciri-ciri tersebut secara keseluruhan?
nah, istiqomah, ikhlas, pandai bersyukur, Kalau tidak ada carilah yang memiliki
malu berbuat maksiyat, memiliki kecer- karakteristik mendekati ideal, karena
dasan emosional, sabar, bersikap opti-mistik, memang susah mencari yang ideal.

Daftar Pustaka

Al-Adnani, Abu Fatiah. 2008. Global Warming. Surakarta: Granada Mediatama.

Al-Banjari, Rachmat Ramadhana. 2008. Prophetic Leadership. Jogjakarta: Diva


Press.

Al-Baqi, Muhammad Fuad Abd. 1987. al-Mu’jam li al-Fadz al-Qur’an al-Karim.


Beirut: Dar al-Fikr.

Allen, Louis A.1964. The Management Profession. New York: MacGraw-Hill

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1992. Tafsir al-Maraghi, Juz 1 (terj.: Anshar Umar
Sitanggal dkk). Semarang: Thaha Putra.

Al-Maududi, Abul A’la. 1984. Khilafah dan Kerajaan (terj.: Muhammad al-Baqir).
Bandung: Mizan.

Al-Naisyaburi, Imam Abi al-Husain Muslim bin al—Hajjaj al-Qusyairi. 1992. Shahih
Muslim, al-Majalad al-Tsany. Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Razi, Fakhruddin Muhammad. 1985. Tafsir al-Fakhr ar-Razi, Jilid 2. Bairut: Dar al-Fikr.

Al-Suyuti, Jalaluddin. 2001. Tarikh Khulafa (terj: Samson Rahman). Jakarta: Pustaka
al-Kautsar.

Al-Syahrasytani. 2004. Aliran-Aliran Teologi dalam Islam (terj. Syuaidi Asy’ari).


Bandung: Mizan Media Utama.

Asy’arie, Musa, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran. Yogyakarta:


Lembaga Studi Filsafat Islam.

Drucker, Peter F.1982. The Practice of Management. New York: Harper & Row.

Faris, Ibnu. [t.th.]. Mu’jam Maqayyisi Lughah. Beirut: Dar al-Kutub ‘Ilmiyah.

98 Ishraqi, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2009


Haykal. 1986. ‘Utsman ibn ‘Affan bayn al-Khilafah wa al-Mulk. Kairo: Dar al-Ma’arif.

Hussain, Syekh Syaukat. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.

Jindan, Khalid Ibrahim. 1999. Teori Politik Islam, Telaah Kritis Ibnu Taimiyah
tentang Pemerintah Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Kartanegara, Mulyadhi. 2002. Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam.


Bandung: Mizan.

MD., Moch. Mahfud. 2003. Setahun Bersama Gus Dur: Kenangan Menjadi
Menteri di Saat Sulit. Jakarta: LP3ES.

Moeljono, Djokosantoso. 2008. More About Beyond Leadership. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo.

Mulia, Musdah. 2001. Negara Islam: Pemikiran Politik Husain Haikal. Jakarta:
Paramadina.

Munawwir, A.W., 1997. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.


Surabaya: Pustaka Progressif.

Muntoha. 1998. Fiqih Siyasah, Doktrin, Sejarah, dan Pemikiran Islam tentang
Hukum Tata Negara. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Rahardjo, M. Dawam Rahardjo. 1995. Khalifah, dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan
’Ulumul Qur’an, Nomor 1, Vol.VI.

Republika, Jum’at 3 Agustus 2007.

Ridwan, Kafrawi Ridwan dkk.1993. Ensiklopedi Islam 3. Jakarta: PT. Ichtiar Bar
Van Hoeve.

Rosyadi, Khoirul.2004. Mistik Politik Gus Dus. Yogyakarta: Jendela

Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbâh, Volume 6. Jakarta: Lentera Hati.

________. 1996. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan.

Shobron, Sudarno (ed.), 2008. Studi Islam 3, cet.,5. Surakarta: LPID UMS

Sofyan, Ahmad. 2006. Islam on Leadership. Jakarta: Lintas Pustaka.

Taimiyah, Ibnu. 1995. Etika Politik Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Sudarno Shobron, Khalifah dalam Dinamika Sejarah: 75-99 99

Anda mungkin juga menyukai