Anda di halaman 1dari 6

Pola Kepemimpinan Rosullullah

Disusun dalam rangka Memperingati Tahun


Baru Islam Tahun 1444 H

Disusun oleh :

12A2_28

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BOJONEGORO


JL.MONGINSIDI NO.160 PROVINSI JAWA TIMUR
TELP (0353) 891 375
2022
a. Pendahuluan

Rasulullah SAW telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia yang istimewa
dan sempurna. Beliau adalah representasi manusia yang multi-talenta. Akan tetapi,
Rasulullah SAW ditakdirkan sebagai manusia yang „ummi‟ yaitu tidak bisa membaca dan
menulis. Meskipun demikian, dalam diri Rasulullah SAW terdapat uswatun hasanah yang
memiliki makna bahwa Rasulullah merupakan sosok yang luhur dan wajib kita teladani
seluruh perbuatannya. Beliau adalah contoh terbaik dalam segala perkataan, perbuatan,
dan seluruh aspek kehidupan. Termasuk pula dalam hal kepemimpinan. Di era ini
mungkin hanya beberapa yang melandaskan kepemimpinan sesuai dengan apa yang di
contohkan oleh Rasulullah SAW. Seorang pemimpin yang hendaknya menanamkan nilai
profetik yaitu : cinta kepada Tuhan, bermoral, bijaksana, sejati, mandiri, dan kontributif.
Hal ini sangatlah diperlukan karena pemimpin merupakan contoh bagi rakyatnya,
sehingga dapat membentu masyarakat yang beradab, demokratis, dan saling menghargai
serta menghormati (Sauri, Dec 9, 2021)

Setiap manusia memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Seorang laki
laki yang akan menjadi ayah dan memipin keluarganya, siswa yang ditunjuk atau
mengajukan diri untuk menjadi ketua kelas, salah seorang perwakilan masyarakat yang
mencalonkan diri menjadi seorang kepala desa, hingga lingkup terkecil yaitu diri kita
yang memimpin jiwa kita agar menjadi manusia yang lebih baik. Tanpa memandang
peran, status, dan pendapat masyarakat, semua orang akan memiliki waktu dimana ia
akan menjadi juru komando tatanan kehidupan.

Pemimpin dalam tingkat dan jenis apa saja, tentu akan mengajak yang dipimpinnya
menuju arah yang benar. “Pemimpin bukan administrator yang suka mengatur orang lain,
tetapi yang membawa air bagi pengikutnya supaya mereka dapat melanjutkan pekerjaan
mereka (Robert Townsend, 1957). Pemimpin dikatakan berhasil jika telah menerapkan
pribadi yang baik dan kepemimpinan yang baik pula. Rasulullah SAW memberikan
risalah mengenai beberapa hal yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Setidaknya
ada 4 karakter yang melekat, yaitu : shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
b. Isi

Rasulullah SAW diutus oleh Allah memiliki risalah yang sempurna, maka dari itu
harus pula dilaksanakan dengan sempurna dan menjadi pegangan bagi hidup manusia.
Sebagai seorang pemimpin umat muslim, Rasulullah memiliki pola kepemimpinan yang
dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari multi etnis, multi ras dan multi
agama. Pada periode kepemimpjnan Rasulullah di Madinah, beliau berhadapan dengan
masyarakat yang heterogeny. Fiqh siyasah sya’riyyah telah berhasil dilaksanakan
Rasulullah SAW dalam mengatur dan mengarahkan umatnya menuju konstelasi sosial-
budaya yang diridhoi oleh Allah SWT.

Kepemimpinan Rasulullah, selaku seorang pemimpin dimulai dari bawah sampai atas
dan segala penjuru dari berbagai budaya menjadi satu masyarakat / umamatan wahidah
yang beriman dan bertakwa. Sebagai sebuah kekuatan, ini nampak pada perang badar di
mana kaum Muslimin mampu mengalahkan pasukan Quraisy Jahili, sehingga
memperoleh kemenangan, bukan karena suatu mukjizat nabi. Namun lebih banyak karena
kepemimpinan Rasulullah yang berhasil menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan,
dan semangat juang untuk membela kebenaran dan mempertahankan hak selain
memperoleh bantuan Allah SWT (As-Shiddiqy, 1996, 102)

Adapun karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin yang mengacu pada
karakteristik Rasulullah SAW adalah sebagai berikut

1. Karakter Shiddiq
Kepemimpinan yang mengedepankan integritas moral (akhlak), satunya kata dan
perbuatan kejujuran, sikap dan perilaku etis. Sifat jujur merupakan nilai- nilai
transendental yang mencintai dan mengacu kepada kebenaran yang datangnya dari
Allah swt. (shiddiq) dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin yang
shiddiq (shadiqun) selalu mendasarkan pada kebenaran dari keyakinannya, jujur dan
tulus, adil, serta menghormati kebenaran yang diyakini pihak lain yang mungkin
berbeda dengan keyakinannya, bukan merasa diri atau pihaknya paling benar.
2. Karakter Amanah
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang manajer sebagaimana karakter yang
dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya atau bertanggung jawab. Beliau jauh
sebelum menjadi Rasul pun sudah diberi gelar al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat
amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-
Nabi terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni pemimpin yang benar-benar
bertanggungjawab pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah swt.
amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah saw.
segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama.
3. Karakter Tabligh
Tabligh merupakan sifat Rasul yang ketiga, cara dan metodenya agar ditiru. Sasaran
pertama adalah keluarga beliau, lalu berdakwah ke segenap penjuru. Sebelum
mengajarkan sesuatu, beliau yang terlebih dahulu melakukannya. Sifat Ini adalah
sebuah sifat Rasul untuk tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk
kepentingan umat dan agama. Beliau tidak pernah sekalipun menyimpan informasi
berharga hanya untuk dirinya sendiri. Beliau sering memberikan berita gembira
mengenai kemenangan dan keberhasilan yang akan diraih oleh pengikutnya di
kemudian hari.
4. Karakter fathonah
Fathanah merupakan sifat Rasul yang keempat, yaitu akalnya panjang sangat cerdas
sebagai pemimpin yang selalu berwibawa. Selain itu, seorang pemimpin juga harus
memiliki emosi yang stabil, tidak gampang berubah dalam dua keadaan, baik itu di
masa keemasan dan dalam keadaan terpuruk sekalipun. Menyelesaikan masalah
dengan tangkas dan bijaksana. Sifat pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan
jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambil
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Sang pemimpin harus mampu
memahami betul apa saja bagian-bagian dalam sistem suatu organisasi/lembaga
tersebut, kemudian ia menyelaraskan bagian bagian tersebut agar sesuai dengan
strategi untuk mencapai sisi yang telah digariskan.

Sifat kepemimpinan demokratis dari Rasulullah SAW diperlihatkan pula oleh


ketekunan beliau mendidik para sahabat untuk dipersiapkan sebagai calon-calon
penggantinya selaku pemimpin umat dalam urusan dunianya dan membiarkan mereka
mengembangakan diri tanpa khawatir tersaingi. Sifat kepemimpinan demokratis ini,
beliau tidak mewasiatkan salah seorang diantara sahabatnya untuk menjadi “putra
mahkota”. Siapa yang akan menjadi pengganti beliau memimpin umat dan negara
yang beliau bangun setalah beliau tiada diserahkan sepenuhnya kepada kehendak
umat sendiri.
Beberapa peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah sendiri untuk
mempertahankan negara dan agama merupakan contoh lain dari pelaksanaan siyasah
Islam. Strategi dan taktik perang diatur dalam fiqh siyasah, yang sewaktu-waktu dapat
berubah sesuai dengan medan, peralatan yang digunakan dan kualitas serta kuantitas
manusia yang ada di belakang senjatanya. Peperangan adalah aturan siyasah bukan
kully. Pada peristiwa lain adalah menjelang perang Badar, Rasulullah menentukan
posisi pasukannya pada suatu tempat, dekat sebuah mata air. Salah seorang anggota
kelompok, Husab bin Mundir mempersoalkan penempatan posisi tersebut. Setelah dia
mengetahui bahwa penempatan merupakan strategi perang yang berasal dari
Rasulullah bukan Allah SWT, maka ia menyarankan agar posisi pasukan digeser ke
mata air yeng lebih depan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan, juka sewaktu-waktu
pasukan terdesak, tidakakan kehilangan cadangan air. Rasulullah pun menerima saran
masukan tersebut.

Rasulullah SAW juga sering menggunakan sistem musyawarah dalam


kepemimpinannya. Karena beliau memimpin dengan panduan dari Allah SWT.
Kecenderungan Nabi SAW membuka dialog dan bukan monolog adalah suatu
terobosan yang melampaui zamannya. Rasulullah pernah bersabda “Barangsiapa
menghendaki mengerjakan sesuatu, lalu ia bermusyawarah dengan sorang muslim,
maka Allah akan memberikan taufik kepadanya untuk memilih yang paling baik
baginya.”

c. Kesimpulan

Rasulullah adalah tauladan bagi para pemimpin di seluruh penjuru dunia.


Sikap, sifat, dan karakteristik yang ada dalam diri beliau patut ditiru. Karena pada
hakikatnya, semua oarng di muka bumi ini memiliki peluang dan masanya untuk
menjadi seorang pemimpin. Dari lingkup terkecil yaitu diri sendiri sampai lingkup
besar. Seorang pemimpin memiliki 4 karakteristik yang melekat kuat dan menjadi
identitas kepemimpinan. 4 hal tersebut yaitu : Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan
Fathonah.

Sifat kepemimpinan demokratis dari Rasulullah SAW diperlihatkan pula oleh


ketekunan beliau mendidik para sahabat untuk dipersiapkan sebagai calon-calon
penggantinya selaku pemimpin umat dalam urusan dunianya dan membiarkan mereka
mengembangakan diri tanpa khawatir tersaingi. Rasulullah adalah sorang pemimpin
multi-talenta, tanpa cela dan selalu berpedoman pada aturan dan perintah Allah Azza
Wa Jalla.

DAFTAR PUSTAKA

 Muttaqin, Cikal Aktar. 2021. “Kepemimpinan Rasulullah SAW. sebagai Teladan


Masyarakat Madani”, https://berita.upi.edu/kepemimpinan-rasulullah-saw-sebagai-
teladan-masyarakat-madani/, diakses pada 1 Agustus 2022 pukul 22.03.
 Widyanto, Danar. 2018. “Hikmah Ramadan : Membumikan Kepemimpinan
Rasulullah”, https://www.krjogja.com/kolom/hikmah-ramadan/membumikan-
kepemimpinan-rasulullah/, diakses pada 1 Agustus 2022 pukul 22.26.
 Yani, Muhammad. 2021. “KONSEP DASAR KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM” dalam AL-HIKMAH : Jurnal Pendidikan dan
Pendidikan Agama Islam, Jurnal AL-HIKMAH Vol 3, No 2, 2021 (hlm. 162 – 167)
Banda Aceh: STIT Darussalamah Teupin Raya Pidie Banda Aceh
 Mubasyaroh. 2018. “POLA KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW: Cerminan
Sistem Politik Islam” dalam POLITEA Jurnal Pemikiran Politik Islam Vol. 1 No. 2,
2018 (hlm. 100 – 103). Kudus: Institut Agama Islam Negeri Kudus

Anda mungkin juga menyukai