Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk
mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah
agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan
maupun sosial kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah
ilmuwan atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap
kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam
ilmu agama Islam.
Pengertian ulama secara harfiyah adalah “orang-orang yang memiliki ilmu”. Dari
pengertian secara harfiyah dapat disimpulkan bahwa ulama adalah:
Saat ini tingkat kepercayaan masyarakat pada ulama sedang tinggi-tingginya. Bahkan
saat ini terlihat jelas bahwa para ulama jauh lebih mampu menyerap aspirasi,
mengorganisir, dan mengarahkan masyarakat menuju titik ideal jauh lebih baik dari
para politisi, praktisi, apalagi pejabat negara. Para ulama dinilai memiliki
kemampuan dan kemauan dalam menganalisa, memperbaiki, dan meremedialisir
kesimpangsiuran dan kekeliruan yang terjadi di negara ini. Hal tersebut ditengarai
karena ulama dinilai memiliki kualitas tinggi dalam kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual. Keseimbangan ketiga faktor kecerdasan tersebut yang
membuat para ulama dapat menganalisa dan menyelesaikan segala permasalahan di
negara ini secara holistik. Ditambah lagi kepribadian dan penampilan ulama yang
simpatik dan good looking membuat pesona para ulama ini semakin menjerat hati
masyarakat.
Standarisasi masyarakat tentang variabel ideal pembentuk sosok pemimpin pun
bergeser mengimitasi sosok ulama. Sosok pemimpin yang dianggap terbaik saat ini
adalah sosok yang dekat dengan agama, memiliki kualitas kesholehan yang baik, dan
menunjukan pembelaan kepada agama.
Fenomena ini menimbulkan sebuah new curiousity di dalam masyarakat. Apakah
sudah saatnya menyerahkan kepemimpinan negara ini kembali kepada para ulama?
Setidaknya ada 2 hal yang dapat mengamini hipotesa tersebut. Pertama, ulama
memimpin bangsa Indonesia bukanlah hal yang baru. Para ulama sudah teruji dalam
memimpin negeri ini. Bahkan yang memimpin pergerakan perjuangan kemerdekaan
ini adalah para ulama. Perlawanan kaum ulama terhadap kolonial pada abad 16,
perang sabil yang merupakan perlawanan ulama dan petani terhadap sistem tanam
paksa 1830, perang Diponegoro 1825-1830, fatwa jihad KH Hasyim Ashari pada
1945, hingga sejarah kemenangan bangsa Indonesia melawan Inggris pada agresi
militer 1949 juga dipimpin oleh para ulama. Bahkan TNI sendiri terbentuk dari
Hisbullah yang merupakan cikal bakal TKR BKR yang kemudian membentuk dalam
wujud TNI. Kedua, ulama di Indonesia saat ini dinilai memiliki kecakapan politik dan
administrasi yang handal. Terbukti dari kualitas pendidikan para ulama yang
didominasi level Doktor dan Profesor, juga dilihat dari kenyataan para ulama saat ini
rata-rata berhasil memimpin organisasinya yang terbukti berkembang secara
ekonomi dan pengkaderan.
Kembali kepada pertanyaan, apakah kaum ulama siap memimpin kembali negera ini
menuju kesebuah peradaban bangsa yang ideal? Mungkin pertanyaan yang lebih
penting adalah, apakah bangsa dan negara ini siap dipimpin kembali oleh para
ulama?