Dosen Pembimbing :
Saiful Anuar, S.E.,M.M
OLEH :
Kelompok 3
Anjelina Resdiana Elvana Agustina
Asfidar Duha
Elra Destia Hasibuan
Lamrich Manalu
Mulia Adelina
Nur Faizah
Silvi Yulia Nasri
Siti Fatullah Hayati
Wulan Nanresti
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan panulisan makalah ini yang
berjudul “ PROFIL KEPEMIMPINAN ”.
Selawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun isi
yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Amiin Yarabbal ‘alamin.
Penulis
PENDAHULUAN
Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling
melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul
pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk
mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya.
Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-
unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah
orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara
bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat,
berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang
pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung
tombak kelompok.
BAB II
KEPEMIMPINAN
2.1 Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli dan Dalam Beberapa Kamus Modern
Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang
memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
C.N. Cooley (1902). Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan
pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan ditemukan
kecenderungan yang memiliki titik pusat.
Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin dalam pengertian ialah
seseorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan,
mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan
posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin
dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan ekseptansi/penerimaan secara sukarela oleh
para pengikutnya.
Sam Walton. Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri pada para
pendukung. Jika orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada hasil luar biasa
yang akan mereka raih.
Rosalynn Carter. “Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka
tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin
tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.
John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu ialah pemandu,
penunjuk, penuntun; komandan).
Jim Collin. Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimpin
yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki
visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi,
tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.
I . Redl dalam “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin adalah seorang yang menjadi titik
pusat yang mengintegrasikan kelompok.
J.L. Borwn dalam “Psychology and the Social Order”. Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan
kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi
dibidangnya.
Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”. Pemimpin dapat
dibedakan dalam 2 arti; Pertama, pemimpin arti luas, sesorang yang memimpin dengan cara
mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau
mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua,
pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang meyakinkan, sehingga
para pengikut menerimanya secara suka rela.
Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin adalah orangyang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap sekelompok orang banyak.
2.2 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat
pula berarti menunjukan jalan yang baik dan benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai
pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan
proses menggerakan, memberikan tuntunan, binaan dan bimbingan, menunjukan jalan, member
keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan
masih banyak lagi artinya.
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara
mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan. Pada pengertian yang sederhana orang
tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan
mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya.
ada beberapa unsur pokok yang mendasari atau sudut pandang dan sifat-sifat dasar yang ada
dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:
Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinan adalah kecakapan memimpin. Paling tidak, dapat
dikatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga unsur kecakapan pokok, yaitu:
3. Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan
suasana (iklim) yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan
motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15).
Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan di atas, dapat dikategorikan kepemimpinan
menjadi 3 [tiga] elemen dasar, yaitu:
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama , yaitu masalah
kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksiantara pihak yang
memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa
tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada
kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin
harus mampu melibatkan seluruh organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut
berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang efisien dalam usaha
mencapai tujuan.
Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang
Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol (Sunindhia dan Ninik Widiyanti,
1988:18), yaitu:
1. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk” [Leaders
are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena
“keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan
ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi” termasuk “memiliki
potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam
realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan raja-
raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut
akan diangkan menjadi raja.
1. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk dan bukan
dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang
itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau
bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang
mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang
disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dilatih untuk menjadi
pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun
dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja,
asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
1. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala
dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan
melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara
faktor keturunan, bakat, dan lingkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga
Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam
proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan
yang dimilikinya. (2) Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya,
dan (3) Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya
seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya,
kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karana : (1) Membentuk diri
sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (2) Dipilih oleh golongan, artinya ia
menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya
terhadap organisasi. (3) Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan
disetujui oleh pihak atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang
kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang
teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal “The Greatma
Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat
fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain:
1. a) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rat-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi
pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengikutnya.
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan
untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif
dan efisien.
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya.
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini
seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin
yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun
kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai
pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya timbul dari kepercayaan
terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang diperoleh dari
kekuatan
2. Tipe Paternalistik
3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
4. Tipe Militeristik
5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari
semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau
mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada
aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam akatifitas,
yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.
1. Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian
tugas tertentu.
2. Kewibawaan
3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun
social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee
menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
1. Gerungan menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki tiga ciri,
yaitu:
2. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam
masyarakat sehari-hari.
3. Keseimbangan Emosi
Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap dan tidak
memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang
pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus
mempunyai keseimbangan emosi.
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga
kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan
nasional tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan
dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu
dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan
pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang tercakup dalam Pancasila itu
sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga Negara,
khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu
menggambarkan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila.
kepemimpinan Indonesia:
7. Prasaja
8. Satya
9. Gemi nastiti
10. Blaka
11. Legawa
2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan
membangun seluruh rakyat Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat
pembangunan adalah rangkaian upaya pembangunan dan perubahan yang dilangsungkan secara
sadar, sengaja, berencana yang menuju
kepada modernitas dan taraf hidup yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut
diperlukan tipe kepimimpinan yang mampu mengelola pembangunan yaitu tipe kepemimpinan
“Administrator dan Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator pembangunan bertugas untuk
melakukan rentetan usaha bersama dengan rakyat untuk mengadakan perbaikan, peningkatan
tata kehidupan dan sarana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan manusia, kebaikan
serta keadilan yang merata. Sosio teknokrat adalah seorang yang bertugas mengelola aspek-
aspek teknik administratif dan mahir membimbing dan membangun manusianya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan),
intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi
orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat
kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif
dan bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA