PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam prosesnya manajemen kinerja perlu dilakukan evaluasi yang digunakan untuk
perbaikan kinerja secara formal satu atau dua kali setiap tahun. Majemen kinerja merupakan
proses yang berkelanjutan yang berwawasan jauh ke depan. Manajemen kinerja lebih
memperhatikan kondisi kinerja ke masa depan dibandingkan permasalahan kinerja di waktu
lampau. Hasil kinerja di waktu lampau digunakan sebagai acuan dalam merumuskan
perencanaan dan pengembangan kinerja, memprediksi potensi kinerja dan karir. Proses
manajemen kinerja digunakan untuk mengukur level kinerja yang dicapai dan sebagai basis
pengambilan keputusan yang terkait dengan sistem imbalan.
Pada hakikatnya, kinerja merupakan suatu proses yang memerlukan waktu cukup panjang.
Penilaian dilakukan terhadap kinerja karyawan atau organisasi dan atas dasar tersebut
dilakukan review terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan karyawan. Penilaian dan review
dilakukan terhadap segenap sumber daya manusia maupun organisasi secara periodik, untuk
mengukur, menilai dan mengevaluasi tentang seberapa jauh kemampuan sumber daya
manusia dalam melaksanakan tuganya untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil penilaian,
review dan evaluasi merupakan masukan umpan balik terhadap perencanaan maupun proses
pelaksanaan kinerja, maupun untuk perbaikan kinerja dikemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan perbaikan kinerja.
2. Apa permasalahan dalam perbaikan kinerja.
3. Apa pentingnya pelatihan.
4. Apa pentingnya konseling.
5. Apa pentingnya penyelia.
6. Apa saja proses penilaian kinerja.
7. Apa saja sumber penilaian kinerja.
8. Apa pedoman dalam memberikan umpan balik.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tujuan perbaikan kinerja.
2. Untuk mengetahui permasalahan dalam perbaikan kinerja.
3. Untuk mengetahui pentingnya pelatihan.
4. Untuk mengetahui pentingnya konseling.
5. Untuk mengetahui pentingnya penyelia.
6. Untuk mengetahui proses penilaian kinerja.
7. Untuk mengetahui sumber penilaian kinerja.
8. Untuk mengetahui pedoman dalam memberikan umpan balik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERBAIKAN KINERJA
Perbaikan kinerja harus mengacu kepada kondisi kinerja pegawai yang sebenarnya.
Perbaikan kinerja harus sesuatu yang nyata, bukan abstrak dan memungkinkan bagi pegawai dan
manajer untuk secara bersama-sama melihat jenis perbaikan apa yang dapat dilakukan, beberapa
permasalahan standar dan target kinerja yang dapat diselesaikan. Para pegawai harus didorong
untuk melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri dan menjadi agen perubahan yang aktif
untuk meningkatkan hasil kinerjanya. Demikian juga para manajer harus didorong untuk
meningkatkan perannya, yaitu melatih, memberikan dukungan dan bimbingan.
Jika kesepakatan dan target kinerja telah dibicarakan pada saat awal periode kerja, maka
ketika dilakukan penilaian kinerja secara formal tentu akan berjalan dengan baik. Proses
perbaikan kinerja ini juga membantu manajer untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan,
pembimbingan, pengembangan individu dan tim serta terhadap siapa mereka harus
bertanggungjawab.
Perbaikan kinerja adalah tugas yang melekat bagi para manajer. Perbaikan kinerja secara
formal diperlukan sebagai aktivitas manajemen kinerja untuk melengkapi proses informal yang
berkelanjutan pada tahap pengawasan kinerja.
Alasan dilakukannya perbaikan kinerja secara formal adalah untuk mendapatkan hal-hal
yang lebih fokus dalam membuat pertimbangan dalam penentuan tujuan kinerja, permasalahan
motivasi dan pengembangan kinerja. Perbaikan kinerja senantiasa memperhatikan apa yang
seharusnya dilakukan di waktu yang akan datang, namun masih memperhatikan hasil kinerja di
waktu lampau. Tujuan perbaikan kinerja adalah:
Perencanaan, menyiapkan dasar-dasar perumusan kesepakatan, perencanaan dan
pengembangan kinerja.
Motivasi, untuk mendapatkan umpan balik positif, penghargaan, pengakuan, kesempatan
untuk maju, memperjelas tujuan, memberdayakan pegawai mengelola kinerjanya masing-
masing, pembelajaran dan pengembangan.
Pembelajaran dan pengembangan, untuk menyiapkan dasar-dasar pembelajaran dan
pengembangan mandiri melalui aktivitas pelatihan dan metode belajar lainnya sesuai
dengan kecakapan pegawai baik untuk saat sekarang dan mendatang. Pembelajaran dan
pengembangan kinerja focus pada pekerjaan sekarang, memungkinkan pegawai
memperbesar dan memperkuat tanggungjawab, keterampilan yang diperlukan dan
memberinya imbalan yang sesuai. Aspek peranan pengembangan kinerja pegawai lebih
penting pada organisasi yang struktur organisasinya bersifat datar dimana jenjang karir
lebih pendek.
Komunikasi, untuk mendapatkan saluran komunikasi dua arah tentang peran, harapan
(persyaratan tujuan kinerja kompetensi), hubungan, permasalahan dan aspirasi kinerja.
Penilaian kinerja, mempersiapkan dasar-dasar untuk penilaian kinerja khususnya jika
hasil penilaian kinerja menjadi acuan untuk penentuan sistem imbalan.
Agar berhasil, tujuan dan metode perbaikan kinerja harus sejalan dengan budaya
organisasi, sebagai pemicu perubahan yang terrencana. Manajemen kinerja dan proses perbaikan
kinerja dapat membantu tercapainya perubahan budaya organisasi, melalui perubahan yang
dikelola dengan baik dan melibatkan seluruh pegawai, melalui komunikasi dan pelatihan yang
efektif.
Beberapa permasalahan yang muncul dalam melaksanakan perbaikan kinerja diantaranya:
Menentukan cara pengukuran dan kriteria untuk mengevaluasi kinerja
Mengumpulkan bukti-bukti faktual kinerja
Adanya penyimpangan atau kesalahan manajer dalam penilaian kinerja
Menyelesaikan konflik antara penilai dan ternilai
Perilaku bertahan atau defensive yang diperlihatkan ternilai (pegawai yang dinilai)
terhadap kritik
Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah sesuatu yang bersifat pribadi (pada umumnya one-to-one) on-the-job
pendekatan yang digunakan oleh para manajer dan pelatih untuk membantu karyawan
mengembangkan keterampilan mereka dan tingkat kemampuan. Kebutuhan akan pelatihan
boleh dibangun dari hasil penilaian kinerja atau wawancara formal atau informal.
Persepsi yang salah mengenai pelatihan kinerja yaitu pelatihan kinerja memerlukan
pengajaran selama berjam–jam dengan karyawan dan banyak yang percaya bahwa pelatihan
hanyalah tekhnik untuk memecahkan masalah kinerja. Sementara itu, didalam aspek yang
penting dalam proses pelatihan kinerja hanya menggunakan waktu yang sedikit.
Pelatihan kinerja membutuhkan lebih dari menyediakan umpan balik, saran dan
rekomendasi. Pelatihan kinerja juga membutuhkan proses yang ditentukan oleh penglihatan
karyawan dan pendekatan untuk mengubah mereka dengan baik dan efektif. Umpan balik
merupakan dasar pelatihan kinerja yang membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang
lebih tinggi sebaik dengan mendengar, tekhnik analisis dan interpretasi analisis kinerja.
Dalam hal ini kita perlu meyakini bahwa pelatihan kinerja akan melengkapi orang untuk
mengembangkan dirinya sendiri. Seperti pribahasa cina yang mengatakan “berikan ikan
untuk memberi makan sehari, ajarkan memancing ikan untuk memberinya makan seumur
hidup”. Begitu pula pada proses pelatihan kinerja, yang merupakan pengembangan tiada
henti.
Program-Program Pelatihan
Program-program pelatihan terdiri dari:
Pengenalan penilaian kinerja
Penjelasan tugas pokok dan penentuan sasaran
Bekerja sama dengan karakter dan kompetensi pengukuran dan analisis
Menyiapkan rencana pengembangan dan pekerjaan
Melaksanakan diskusi penilaian
Menilai
Menyediakan umpan balik
Pelatihan dan penasehat
Proses Pelatihan
Untuk menghasilkan pelatihan kinerja yang efektif, perlu diciptakan lingkungan yang
terbaik untuk karyawan. Untuk mencapainya harus dapat memenuhi kriteria berikut:
Tentukan tujuan yang jelas dan mudah dimengerti
Berikan umpan balik yang akurat
Bersabar pada karyawan yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya
Ciptakan suasana kerja yang bebas dari ketakutan
Yakinkan pada perusahaan mengharapkan semua karyawan sukses dalam kerjanya
Berikan dorongan kepada karyawan untuk ketepatan dan kesusaian pekerjaan
Berikan peluang bertanya bilamana perlu
Jangan kecewa bila sewaktu-waktu karyawan berbuat kesalahan
Arahkan karyawan agar mereka bekerja dengan kemampuan mereka sendiri
Pelatihan kinerja harus memproses beberapa kualitas personal untuk dapat menjadi
efektif. Mereka harus dapat bersemangat, dapat mengatur diri sendiri, jujur, percaya diri, asli,
bersahabat, memilki pandangan, berpikiran terbuka, fleksibel dan penuh sumber daya.
Pelatihan kinerja yang efektif juga harus mampu menerima kritik, menjaga selera humor,
mengizinkan orang lain untuk memberikan saran atau rekomendasi atau bersedia menerima
keberhasilan dan kegagalan karyawan.
Dengan demikian, pelatihan terdiri dari:
Pembuatan orang sadar akan seberapa baik mereka
Pendegelegasian dikendalikan untuk memastikan bahwa karyawan yang tidak hanya
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka tetapi juga memahami apa yang mereka
perlukan, untuk mengetahui dan melengkapi penyeselesaian tugas yang memuaskan
Penggunaan situasi yang muncul ketika ada peluang untuk mempermosikan
Memberi harapan kepada yang memerhatikan permasalahan tingkat yang lebih tinggi dan
bagaimana akan mengerjakan
Pada intinya, pelatihan kinerja merupakan kegiatan manajemen yang terpusat yang
memerlukan komunikasi langsung, hubungan personal dengan karyawannya dan
memberikan laporan.
Tujuan lain dari pelatihan kinerja adalah untuk membantu karyawan memecahkan
masalah. Kinerja dapat memberikan pemecahan masalah yang termasuk:
Mengetahui masalah
Memisahkan inti masalah
Menentukan solusi
Melaksanakan solusi
Mengevaluasi masalah
Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan kinerja dibagi menjadi beberapa tugas salah satunya adalah
menjadi pelatih. Sebagai pelatih, pelatihan kinerja bersifat memerintah, tetapi dalam
pelaksanaannya bersikap sebagai mitra di dalam meningkatkan kinerja sehingga karyawan
mengerti apa yang sedang diajarkan.
Dengan maksud yang mudah, pelatihan dapat diajarkan seperti komunikasi dari
pengalaman. Pengalaman dapat berupa demonstrasi bagaimana keterampilan yang spesifik
dapat meningkatkan penyelesaian sebuah tugas dan bagaimana sebuah pengetahuan yang
baru dapat memberikan pemecahan masalah atau analisis pada situasi yang lebih baik pada
karyawan.
Pelatihan merupakan proses yang rumit dan kompleks yang membutuhkan keahlian.
Untuk menguasai tugas pelatih, pelatih kinerja harus melaksanakan dua elemen didalam
aktifitas pelatihan:
Mengatur lingkungan pelatihan untuk memasimalkan kesempatan untuk komunikasi
secara tertutup dan tanpa interupsi
Dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh karyawan
Efektivitas Pelatihan
Pelatihan akan efektif bila:
Pelatih memahami bahwa perannya akan membantu karyawan untuk mendapat tambahan
pengetahuan
Karyawan termotivasi untuk belajar
Karyawan diberi bimbingan dan memberikan umpan balik atas apa yang mereka sedang
lakukan
Pelajaran adalah suatu proses aktif
Pelatih mendengarkan karyawan untuk memahami apa yang mereka inginkan dan
perlukan
Pelatih mengadopsi suatu pendekatan bersifat membangun, berdasarkan kekuatan dan
pengalaman
E. PENTINGNYA KONSELING
Konseling adalah pusat pengembangan pekerja dan manajemen. Salah satu tujuan penting
konseling bagi penyelia adalah menyampaikan kepada karyawan agar menerima sebagian
tanggung jawab untuk mengembangkan diri mereka sendiri.
Proses Konseling
Proses konseling terdiri dari tiga langkah, yaitu:
Pemahaman dan pengenalan mengenai indikator permasalahan dan isu
Pemberian kuasa sehingga memungkinkan karyawan untuk mengenali situasi atau
masalahnya dalam memberi harapan kepada mereka
Memilih, mengelola masalah yang meliputi keputusan yang terbaik, mampu bertindak
sebagai penasihat - penyelia, spesialis atau suatu sumber daya dari luar
Langkah-Langkah Konseling
In the skilled Helper. A Systematic Guide to Effetive Helping (Brooks Cole, 1990). G.
Egan mengusulkan langkah-langkah konseling, yaitu sebagai berikut:
1. Mendengarkan, pemahaman dan berkomunikasi
Langkah ini difokuskan pada pemahaman perspektif orang lain dan berkomunikasi
dengan pemahaman.
2. Mengubah gambaran
Bicara melalui suatu isu yang dapat membantu ke arah perubahan perspektif penilai dan
menandai adanya solusi kepada masalah itu.
3. Menerapkan tindakan
Di dalam langkah ini sumber dayanya adalah karyawan yang mulai bertindak. Penyelia
sebagai fasilitator dalam membantu karyawan untuk merumuskan rencana tindakan dan
bimbingan serta keahlian menyediakan sebagaimana diperlukan.
Keterampilan Konseling
Keterampilan konseling yang harus dikembangkan adalah:
Identifikasi masalah bahwa masalah itu ada
Tanya jawab terbuka penyelidikan oleh pertanyaan terbuka, tidak secara langsung,
mengidentifikasi fokus riil dari masalah, bukannya berkonsentrasi pada gejalanya
Mendengarkan dengan aktif untuk memperoleh cerita yang penuh dari probing,
evaluating, menginterprestasikan dan mendukung
Kepekaan kepercayaan karyawan dan nilai-nilai sebagian di dasarkan pada agama atau
kultur
Yang mencerminkan mampu menyatakan kembali masalah dari segi pandangan
karyawan itu
Pengenalan jiwa orang lain mampunyai simpati untuk ketertarikan dan perasaan
karyawan itu
Kenetralan kemampuan untuk tinggal non-judgmental dan untuk menahan diri dari
meresepkan solusi
Ketulusasn mempunyai sikap keterbukaan untuk permasalahan karyawan
Mempunyai kepercayaan terhadap individu yang mempunyai sumber daya untuk
memecahkan masalah mereka sendiri sekalipun hanya dengan sikap yang pasif atau
bantuan aktif
F. PENTINGNYA PENYELIA
G. PENILAIAN KINERJA
Menurut Aamodt (2010:238), proses penilaian kinerja memilki sembilan tahapan yang
saling terkait, yaitu:
Menentukan tujuan dan alasan penilaian kinerja
Menentukan kendala budaya dan lingkungan
Memilih orang yang akan ditugaskan
Memilih metode penilaian kinerja terbaik untuk mencapai tujuan
Melatih tim penilai
Menyiapkan dokumen pengamatan kinerja
Mengevaluasi kinerja
Mengkomunikasikan hasil penilaian kinerja terhadap pegawai
Membuat keputusan terhadap individu pegawai
Kuesioner ini biasanya dikeluarkan oleh departemen sumber daya manusia dan diisi
secara anonim oleh para anggota tim. Mereka mengembalikannya kepada departepartemen
sumber daya manusia yang kemudian merangkum hasilnya dan mengumpan balikkannya
kepada para individu dan manajer mereka.
Kelebihan dari penilaian oleh rekan sejawat ini adalah bahwa mereka memperkenalkan
suatu perspektif yang berbeda daripada yang dimiliki oleh para manajer lini, dan
memungkinkan untuk mendapatkan beberapa penilaian yang independen karena mereka
berasal dari kolega, mungkin akan lebih dihargai daripada yang diberikan oleh seorang
atasan.
Keberatan yang biasa diajukan mengenai evaluasi oleh rekan sejawat ini adalah bahwa:
Mereka mudah mengalami distorsi tergantung kepada popularitas atau kekuatan
kepribadian dari para anggota tim secara individu
Mereka makan waktu dan menuntut upaya administrasi yang cukup keras dari
departemen sumber daya manusia
Para individu mungkin akan sulit mengerti dan menggunakan skala penentuan nilai itu
dengan objektif
Para manajer mungkin merasa terancam dengan menyerahkan salah satu dari
mekanisme pengendalian mereka (penilaian) kepada bawahan mereka
Mereka dapat mengakibatkan friksi dan mengganggu keharmonisan tim.
Tujuan memberikan umpan balik (feedback) hasil perbaikan kinerja adalah untuk
memberikan informasi yang cukup kepada pegawai untuk melakukan pekerjaannya. Umpan
balik menjadi acuan untuk melakukan tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan atau
kesalahan dalam mencapai kinerja. Para pegawai diharapkan memiliki sistem umpan balik secara
mandiri dalam bekerja. Para pegawai didorong untuk memahami pengukuran kinerja yang
tersedia untuk digunakan sebagai pedoman dalam membuat feedbacks dan meningkatkan
rencana dan pengembangan kinerja.
Umpan balik dalam manajemen kinerja harus selalu berdasarkan bukti-bukti yang cukup.
Umpan balik mencakup hasil kinerja, kejadian-kejadian kritis, dan perilaku-perilaku yang secara
signifikan mempengaruhi kinerja. Umpan balik harus berdasarkan fakta, bukan pendapat dan
harus disampaikan dengan cara yang wajar. Pedoman untuk memberikan umpan balik dalam
perbaikan kinerja:
Membuat umpan balik menjadi pekerjaan (build feedback into the job)
Agar efektif feedback harus ditransformasikan ke dalam pekerjaan selama jam kerja
operasional.
Umpan balik berdasarkan bukti (provide feedback on actual events)
Umpan balik harus disiapkan berdasarkan hasil dan perilaku yang aktual. Semua harus
berdasarkan bukti, jangan hanya berdasarkan anggapan belaka.
Jelaskan, jangan menghakimi (describe don’t judge)
Umpan balik harus menyajikan deskripsi apa yang telah terjadi dan seharusnya tidak
disertai penilaian.
Mengacu perilaku tertentu (refer to specific behavior’s)
Hubungkan semua feedback kepada perilaku tertentu. Jangan hanya berdasarkan perasaan
atau kesan umum.
Selalu bertanya (ask questions)
Bertanyalah, jangan membuat pernyataan.
Pilih masalah utama (select key issues)
Pilih masalah utama, lalu konsisten. Terdapat batas kritik terhadap kesalahan seseorang.
Jika feedback melebar kemana-mana maka kritik tidak akan efektif.
Fokus (focus)
Feedback fokus terhadap aspek kinerja individual yang dapat ditingkatkan. Hanya akan
membuang-buang waktu untuk membahas individu yang tidak mampu berkembang.
Berikan umpan balik yang positif (provide positive feedback)
Untuk perbaikan berikan kepada pegawai umpan balik yang terbaik. Pegawai akan
bekerja secara positif untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan keterampilan jika
merasa diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelatihan adalah sesuatu yang bersifat pribadi (pada umumnya one-to-one) on-the-job
pendekatan yang digunakan oleh para manajer dan pelatih untuk membantu karyawan
mengembangkan keterampilan mereka dan tingkat kemampuan. Kebutuhan akan pelatihan
boleh dibangun dari hasil penilaian kinerja atau wawancara formal atau informal. Pelatihan
kinerja harus memproses beberapa kualitas personal untuk dapat menjadi efektif. Para
pegawai harus didorong untuk melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri dan menjadi
agen perubahan yang aktif untuk meningkatkan hasil kinerjanya. Demikian juga para manajer
harus didorong untuk meningkatkan perannya, yaitu melatih, memberikan dukungan dan
bimbingan. Alasan dilakukannya perbaikan kinerja secara formal adalah untuk mendapatkan
hal-hal yang lebih fokus dalam membuat pertimbangan dalam penentuan tujuan kinerja,
permasalahan motivasi dan pengembangan kinerja. Dengan mengikuti pelatihan dan
bimbingan para manajer akan lebih baik dalam penyelenggaraan pertemuan perbaikan
kinerja. Pertemuan perbaikan kinerja akan jauh lebih efektif jika pegawai dan manajer sama-
sama mempersiapkan diri dengan baik.
Dalam rangka melakukan perbaikan yang berkesinambungan, suatu organisasi perlu
melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja pada umumnya memiliki dua fungsi, yaitu
Pertama, fungsi summative atau evaluative berkaitan dengan rencana pengambilan
keputusan yang bersifat administrative, dimana hasilnya digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan gaji pegawai yang dinilai, memberikan penghargaan atau
hukuman, promosi, dan mutasi pegawai. Kedua, fungsi formative berkaitan dengan rencana
untuk meningkatkan keterampilan pegawai dan memfasilitasi keinginan pegawai untuk
meningkatkan kemampuan mereka. Salah satu maksudnya adalah untuk mengidentifikasi
pelatihan yang dibutuhkan pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, Siswoyo. 2018. Manajemen Kinerja SDM: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Luxima Metro
Media.