NIM : C1B021090
Kelas : R003
Soal:
1.) Apa bedanya manajemen kinerja dan penilaian prestasi kerja karyawan?
Jawab:
Manajemen kinerja. Secara umum, pengertian manajemen kinerja adalah suatu
kegiatan manajerial yang bertujuan untuk memastikan bahwa sasaran organisasi telah
tercapai secara konsisten dengan berbagai cara yang efektif dan efisien.
Ada juga yang mendefinisikan manajemen kerja (MK) sebagai aktivitas untuk
memastikan agar tujuan organisasi dicapai secara konsisten melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penilaian kinerja perangkat organisasi
tersebut.
Performance management tidak hanya berhubungan dengan kinerja para pegawai
secara personal, namun juga terkait dengan kinerja suatu organisasi secara
keseluruhan.
Dengan kata lain, MK sangat berhubungan dengan proses dan hasil kerja berdasarkan
tujuan strategis suatu organisasi, yaitu kepuasan konsumen dan berkontribusi pada
ekonomi.
Manajemen Kinerja Menurut Para Ahli Agar lebih memahami apa itu performance
management, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:
1. Robert Bacal
Menurut Bacal (1999), pengertian manajemen kinerja adalah komunikasi yang
berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan atasa
langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta
pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Michael Armstrong
Menurut Armstrong (2004), performance management adalah pendekatan strategis
dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan
memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja di dalamnya serta dengan
mengembangkan kemampuan tim dan kontributor individu.
3. Sheila Costello
Menurut Costello (1994), performance management adalah dasar dan kekuatan
pendorong yang berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja, dan
alokasi sumber daya.
Tujuan Manajemen Kinerja
Pada dasarnya tujuan manajemen kinerja adalah untuk menciptakan lingkungan di
mana setiap orang dapat melakukan yang terbaik dari kemampuan mereka sehingga
menghasilkan pekerjaan dengan kualitas terbaik secara efektif dan efisien.
Tujuan performance management dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Tujuan Strategik
Tujuan strategik berhubungan dengan kegiatan pegawai sesuai dengan tujuan
organisasi. Pelaksanaan suatu strategi memerlukan penjelasan mengenai hasil
yang ingin dicapai, perilaku, karakteristik pegawai yang diperlukan,
pengembangan pengukuran, dan sistem umpan balik bagi kinerja pegawai.
2. Tujuan Administratif
Tujuan administratif berhubungan dengan evaluasi kerja untuk keperluan
keputusan administratif, pengkajian, promosi, pemutusan hubungan kerja, dan
lain-lain.
3. Tujuan Pengembangan
1. Perfomance management juga bertujuan untuk melakukan pengembangan
kapasitas pegawai yang berpotensi di bidang kerjanya, memberikan
pelatihan bagi pegawai yang kinerjanya kurang baik, serta penempatan
pegawai pada posisi yang tepat.
Selain itu, terdapat beberapa tujuan khusus dari performance management,
yaitu:
1. Peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
2. Peningkatan motivasi dan komitmen kerja pegawai.
3. Pengembangan kemampuan pegawai, peningkatan kepuasan kerja, serta
pencapaian potensi diri yang bermanfaat bagi individu dan perusahaan.
4. Peningkatan orientasi kerja kepada karyawan.
5. Pengembangan interaksi yang terbuka dan konstruktif antara pekerja dan
6. perusahaan.
6. Persiapan kerangka kerja untuk kesepakatan sasaran kerja.
7. Perhatian khusus pada atribut dan kompetensi yang diperlukan.
8. Mempersiapkan kriteria untuk melaksanakan pengukuran kinerja.
9. Menjadi dasar dalam memberikan imbalan.
10. Pemberdayaan pegawai.
11. Mempertahankan pegawai yang berkualitas.
12. Mendukung inisiatif manajemen yang berkualitas secara komprehensif.
13. Mendemonstrasikan cara saling menghargai sesama karyawan.
o Sebagai acuan untuk penyesuaian tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu
dalam memperbaiki kinerja pegawai.
o Untuk meningkatkan komitmen kerja pegawai.
o Untuk memperbaiki proses training dan pengembangan.
o Untuk meningkatkan keterampilan pegawai.
o Sebagai upaya perbaikan dan pengembangan secara berkesinambungan.
o Sebagai upaya basis perencanaan karir karyawan.
o Sebagai upaya mempertahankan karyawan berkualitas.
o Untuk mendukung program perubahan budaya kerja.
o Untuk mendukung inisiatif kualitas total dan pelayanan konsumen.
Terdapat beberapa alat dan syarat dalam menjalankan performance management. Beberapa
alat tersebut misalnya Manajemen Mutu ISO, MalcolmBaldridge (MBNQA), Lean Six
Sigma, Balanced Scorecard (BSC), Six Sigma, dan lain-lain.
Namun apapun alat yang digunakan, penerapan manajemen kinerja harus memenuhi
syarat-syarat dasar berikut ini:
o Perusahaan harus memiliki strategi yang jelas dalam upaya mewujudkan tujuannya.
o Perusahaan memiliki indikator kinerja utama (key perfomance indicator) yang terukur
secara kuantitatif, memiliki target yang ingin dicapai, dan jelas batas waktunya.
o Terdapat kontrak kinerja, di mana ukuran-ukuran kinerja dituangkan dalam bentuk
kesepakatan antara bawahan dan atasan.
o Terdapat siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi seluruh elemen
perusahaan, yaitu berupa perencanaan kinerja, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
o Terdapat pemberian reward dan punishment yang sifatnya membangun dan konsisten
di dalam perusahaan.
o Adanya dedikasi kepemimpinan yang kuat di tingkat atas (top managers) sehingga
perusahaan memiliki kinerja yang tinggi demi terwujudnya tujuan perusahaan
o Penerapan konsep manajemen berdasarkan kompetensi, “the right man in the right
place” demi mencapai kinerja perusahaan yang lebih baik.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kinerja adalah alat
manajemen perusahaan yang dapat membantu para manajer memantau dan
mengevaluasi pekerjaan para pegawai. Tujuan manajemen kinerja adalah untuk
menciptakan lingkungan di mana orang dapat melakukan pekerjaan dengan kualitas
terbaik secara efektif dan efisien. Pada dasarnya manajemen kinerja dapat berhasil jika
seluruh elemen organisasi menjalankan perannya dengan penuh dedikasi.
Itulah penjelasan ringkas mengenai pengertian manajemen kinerja, tujuan, manfaat,
dan beberapa syaratnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan
kamu.
Penilaian kinerja (Performance Appraisal) merupakan fungsi kunci untuk
melaksanakan manajemen sumberdaya manusia secara efektif. Namun dalam banyak
kondisi, fungsi penilaian kinerja hanya dipandang sebelah mata oleh para pengambil
kebijakan dalam organisasi dan dianggap sebagai ritual tahunan. mereka beranggapan
bahwa kegiatan penilaian kinerja menghabiskan begitu banyak waktu, dan sebagian besar
orang – orang ( para karyawan dan eksekutif ) dalam organisasi tidak begitu
menyukainya, meskipun mereka berkepentingan secara langsung terhadap fungsi tersebut.
Penilaian kinerja merupakan alat yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi,
namun untuk menjadikan aktivitas ini dapat berfungsi dengan efektif, bukanlah sebuah
pekerjaan yang sederhana. Tidak tepatnya sistem penilaian kinerja dan pandangan bahwa
penilaian kinerja hanya sebagai acara ritual tahunan merupakan ciri-ciri praktik penilaian
kinerja yang tidak efektif. Perencanaan penilaian, pelatihan dan bimbingan yang terus-
menerus, dan memotivasi personalia pelaksana penilaian adalah ciri-ciri praktik penilaian
kinerja yang efektif. Sementara memfokuskan penilaian pada aspek perilaku,
menekankan perbaikan pelaksanaan pekerjaan dan kontribusi terhadap pengembangan
sistem secara seimbang serta melakukan penilaian dengan standar absolut merupakan ciri-
ciri praktik penilaian kinerja yang mengacu pada kualitas. Begitu juga, sistem pendukung
penilaian yang tidak efektif memiliki karakteristikkarakteristik buruknya sistem
komunikasi penilaian dan sistem yang tidak dimonitoring. Sistem penilaian kinerja yang
efektif ditandai dengan adanya dukungan top manajemen, keterkaitan kegiatan penilaian
kinerja dengan tujuan strategis organisasi serta peninjauan sistem secara terus-menerus.
Sedangkan sistem pendukung penilaian kinerja yang mengacu pada kualitas ditandai
dengan melakukan evaluasi sistem penilaian dan menyerahkan tanggung-jawab penilaian
kepada manajer.
TUJUAN PENILAIAN KINERJA
Penilaian kinerja yang baik tidak saja mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga
mengembangkan dan memotivasi karyawan sehingga hal-hal yang harus disepakati oleh
perusahaan dalam hal ini diwakili oleh penyelia atau penilai maupun karyawan adalah :
Penyelia/penilai maupun Karyawan harus mengetahui bidang prestasi yang dinilai
Penyelia memberikan kesempatan karyawan untuk menilai dirinya sendiri
Mempertemukan hasil penilaiannya dengan penyelianya. Terjadi proses tawar
menawar dan komunikasi kedua belah pihak untuk mencapai saling keterbukaan dan
saling pengertian mengenai bidang-bidang yang sudah cukup dan bidang-bidang yang
masih perlu dikembangkan.
Menurut Nurmianto dan Wijaya (2003) tujuan penilaian prestasi kinerja ada 2 (dua)
tujuan pokok, yaitu:
Untuk tujuan administrasi personalia
1. Menjadi dasar pembuatan keputusan manajemen mengenai promosi, mutasi,
demosi dan pemberhentian pegawai.
2. Menjadi dasar dalam pemberian balas jasa.
3. Menjadi dasar dalam menetapkan program pendidikan dan pelatihan guna
mendukung efektivitas unit unit kerja organisasi.
4. Menjadi dasar penetapan criteria criteria untuk seleksi dan penetapan pegawai.
5. Memberikan data mengenai produktivitas organisasi secara keseluruhan atau unit
unit kerja dan individu individu pegawai khususnya.
Untuk tujuan bimbingan dan konseling
1. Merupakan forum pembimbingan dan konseling antara atasan dan bawahannya
untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan pegawai.
2. Mengidentifikasikan kelebihan atau kekurangan pegawai yang menjadi salah satu
dasar pertimbangan dalam melibatkan pegawai pada program pelatihan dan
pengembangan pegawai.
3. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga dapat dicapai
kinerja yang baik dalam rangka pencapaian tujuan unit kerja dan organisasi.
4. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan atau pejabat penilai
mengamati perilaku kerja pegawai sebagai totalitas hingga diketahui minat minat
kemampuan kemampuan, serta kebutuhan pegawai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tujuan dari penilaian Kinerja adalah :
1. Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa lalu :
Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakan hasil penilaian
sebagai instrumen untuk memberikan ganjaran, hukuman, dan ancaman
Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi
Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan tertentu
2. Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa depan :
membantu karyawan untuk semakin banyak mengerti tentang perannya dan
mengetahui secara jelas fungsi-fungsinya
membantu karyawan mengerti kekuatan dan kelemahan dirinya dikaitkan
dengan peran dan fungsi dalam perusahaan
menambah adanya kebersamaan antar karyawan dan penyelia sehingga setiap
karyawan memiliki motivasi, rasa senang bekerja, dan sekaligus mau
memberikan kontribusi pada perusahaan
memberi peluang bagi karyawan untuk mawas diri dan evaluasi diri, serta
menetapkan sasaran pribadi sehingga terjadi pengembangan yang
direncanakan dan dimonitor sendiri
membantu mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan pada
jenjang yang lebih tinggi
Manfaat bagi pekerja : terutama sebagai feedback (umpan balik) tentang prestasi
kerjanya selama ini c sangat berguna bagi pekerja untuk mengetahui kelebihan
dan kelemahan yang ada pada dirinya, untuk tujuan pengembangan diri lebih
lanjut
Manfaat bagi perusahaan : antara lain sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang promosi (jabatan/gaji), transfer (mutasi), demosi, PHK, atau untuk
mengidentifikasi kebutuhan training
Terdapat beberapa metode penilaian prestasi kerja. Dalam menilai prestasi kerja
karyawannya, suatu perusahaan dapat menggunakan beberapa metode, tergantung pada
keadaan perusahaan tersebut.
Menurut Handoko (2000), metode penilaian prestasi kerja terbagi dalam 2 metode yaitu:
Diperlukan sistem yang baik agar pengelolaan manajemen kinerja dapat berjalan
lancar dan memberikan manfaat pada perusahaan.Berikut beberapa hal yang dapat dicapai
ketika Anda dapat mengatasi tantangan dalam mengelola sistem manajemen kinerja di
perusahaan.
3.) Berikut berikan 3 artikel tentang manajemen kinerja. Buat ringkasan ketiga artikel
tersebut dan buat perbandigan pro kontra atau persamaan perbedaan dari ketiga
artikel tersebut.
Jawab:
Ringkasan artikel 1, 2, dan 3:
Artikel 1: Manajemen kinerja efektivitas: praktik atau konteks?
Para peneliti dan praktisi telah lama mencoba untuk meningkatkan manajemen kinerja
karyawan, termasuk penilaian kinerja, dan studi ini menawarkan beberapa Diunduh oleh
panduan untuk intervensi tingkat organisasi yang dapat meningkatkan fungsi sistem
secara keseluruhan. Temuan yang dilaporkan di sini menunjukkan bahwa memiliki
praktik yang tepat dan konteks yang tepat dapat meningkatkan efektivitas manajemen
kinerja. Investigasi kami dengan demikian memberikan dukungan untuk gagasan bahwa
efektivitas manajemen kinerja tidak hanya fungsi desain sistem atau praktik terbaik, tetapi
juga implementasi dan pelaksanaan program dalam konteks organisasi yang berbeda.
Meskipun para pemimpin bisnis mungkin disarankan untuk menerapkan pelatihan
manajemen kinerja dan praktik serupa lainnya, mereka tidak boleh mengabaikan
kemungkinan pengaruh budaya atau iklim organisasi terhadap efektivitas manajemen
kinerja secara keseluruhan. Sejauh mana manajemen sumber daya manusia terintegrasi
secara strategis merupakan pertimbangan penting lainnya. Kami berharap penelitian lain
akan melanjutkan penyelidikan ini; tetapi mempelajari konteks manajemen kinerja
memerlukan kemitraan antara peneliti dan praktisi (Murphy dan Cleveland 1995).
Mempertimbangkan bahwa kinerja pekerjaan sebagian besar merupakan fungsi dari
faktor kontekstual, seperti kompleksitas pekerjaan atau kualitas pengawasan (Waldman
1994), tampaknya studi tentang faktor kontekstual yang meningkatkan efektivitas
manajemen kinerja karyawan secara keseluruhan dapat terbukti bermanfaat.
Artikel 2:
Menurut pendapat saya didalam artikel ini menjelaskan bahwa efektifnya kinerja
karyawan dan meningkatnya kinerja karyawan terletak pada kepuasan karyawan terhadap
kinerja tersebut. Pada penelitian tersebut, tingkat yang lebih tinggi dari sistem manajemen
kinerja karyawan yang konsisten secara internal kontrol yang ketat dan persepsi yang
positif dari komunikasi dua arah dan mengarah pada tingkat kepuasan sistem manajemen
kinerja karyawan lebih tinggi. Pada artikel ini menjelaskan tentang penyelidikan tentang
apakah fitur spesifik dari manajemen kinerja karyawan ini sistem mempengaruhi
kepuasan dengan sistem di universitas, selain itu dengan menguji hubungan antara status
masa kerja responden dan kepuasan terhadap sistem manajemen kinerja karyawan yaitu 4
hipotesis yang di uji. Yang pertama, dampak yang dirasakan konsistensi internal sistem
pada kepuasan (misalnya, pendekatan terpadu atau keselarasan orizontal). Yang kedua,
untuk mengukur apakah pegawai akademik melihat bagaimana tujuan karyawan sesuai
dengan perencanaan dan tujuan organisasi (misalnya, fitur strategis atau penyelarasan
vertikal). Selain itu, yang ketiga penelitian ini berfokus pada komunikasi internal yang
efektif tentang sistem manajemen kinerja karyawan. Yang ke empat, apakah akademisi
lebih puas dengan manajemen kinerja karyawan ketika ada pemahaman bersama dan
melanjutkan dialog dan komunikasi.
Artikel 3:
Pada artikel ke 3 ini lebih mengedepankan contoh dari sistem manajemen kinerja
yaitu pada negara Korea Selatan, yang memiliki pengalaman dalam menggunakan
berbagai sistem kinerja diberbagai bidang sekitar 15 tahun terakhir. Sistem ini dalam
melakukan penelitian mencoba mengidentifikasi faktor-faktor penghambat (lingkungan
kompetitif, insentif dan disiplin, tata kelola manajemen, orientasi nilai dan kerangka
waktu proses kinerja) terhadap efektivitas manajemen kinerja disektor publik dan mencari
cara untuk mengatasinya. Pada manajemen kinerja yang ada di Korea Selatan tersebut,
menggunakan strategi PM yang menjadi strategi populer dalam beberapa tahun terakhir
dan bahasa kinerja telah menjadi fitur pekerjaan hampir setiap hari dalam beberapa
bentuk atau lainnya (bolan dan foler 2000). Namun, lingkungan tradisional dan budaya
mempengaruhi pengenalan dan penerapan PM (Oemeng, 2009). Di Jepang dan Korea,
konsep dan penerapan PM diperkenalkan relatif terlambat dibandingkan dengan negara
negara barat dan kedua negara ini memiliki praktik manajemen berbasis senioritas yang
berdasarkan pada asumsi bahwa karyawan lebih setia, bersama dengan senioritas yang
lebih lama berdasarkan kerja jangka panjang, dapat mengasosiasikan kinerja yang lebih
tinggi.
Adapun PM dapat dikategorikan terutama menjadi 2 jenis. Dan adapun manajemen
kinerja dan tingkat aplikasinya, PM dapat dikategorikan dalam 2 jenis. Pertama, PM
berbasis organisasi sistem yang mengelola kinerja organisasi atau individu dalam
organisasi yang lainnya. PM adalah yang berbasis bisnis yang mengelola kinerja proyek
keuangan dalam kaitannya dengan anggaran. Sistem PM, untuk proyek keuangan adalah
upaya untuk memanfaatkan informasi kinerja dalam proses alokasi anggaran, dan juga
dikenal sebagai penganggaran kinerja atau penganggaran berbasis kinerja.