Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdullilah yang tidak terkira dipanjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan
petunjuk dalam berjuang menempuh ilmu. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada suri
tauladan kita. Nabi Muhammad SAW. Nabi yang menginspirasi bagaimana menjadi pemuda
tangguh, pantang mengeluh, mandiri dengan kehormatan diri, yang cita-citanya melangit
namun karya nyatanya membumi.

Disadari bahwa dalam penulisan makalah, yang berjudul “Keteladanan Dan


Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW” ini masih kurang sempurna, penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dan bimbingan, berguna bagi kita semua.
Amiin

Ucapan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu semoga kelak dapat
bermanfaat.

22 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW ........................................................3


B. Karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad SAW..................................5
C. Kunci Keberhasilan dari Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW...............9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................17
B. Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memimpin bukan perkara yang mudah, namun banyak diantara kita yang sangat
ingin dan menginginkan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan sendiri
mengandung arti proses mempengaruhi orang lain sehingga yang dipengaruhi mau
mengerti arahan sang pemimpin. Tapi untuk mewujudkan kepemimpinan yang
sulit itu sekarang banyak teori-teori kepemimpinan untuk bahan belajar dan
melatih kepemimpinan seseorang. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap para perilaku anggota/ followers. Gaya kepemimpinan yang
dipakai pemimpin-pemimpin di Indonesia kebanyakan menggunakan gaya
participating yaitu selalu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
( musyawarah ), namun dalam faktanya itu tidak dapat terealisasikan dengan baik.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS ar-
Ra’ad [13]: 11).
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan
efek yang begitu mendalam bagi seluruh teman-teman semua , Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit pada kepemimpinan. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah
dapat terselesaikan dengan baik. Islam sangat cermat dalam menetapkan
pemimpin yang akan menjadi teladan kelompok yaitu menyuburkan dan
membangun kepribadian Muslim. Salah seorang pemimpin yang memenuhi
kualitas seperti itu, bagi seluruh umat Islam adalah Nabi Muhammad SAW.
Pengangkatan beliau sebagai Rasul Allah SWT itu selain untuk memimpin umat
manusia adalah juga untuk seluruh alam. Kepribadian Nabi Muhammad SAW
sebagai manusia yang kepemimpinannya patut diteladani adalah ketangguhan
beliau untuk menjadi pribadi yang tidak dipengaruhi keadaan masyarakat di
sekitarnya yang masih jahiliyah. Aspek kepribadian yang sangat menonjol di
dalam dirinya seperti kejujuran (shiddiq), yang menjadi prinsip dalam menjalani
hidup dan kehidupannya. Kepribadian yang sempurna yang dimiliki oleh Nabi
Muhammad SAW. sebagai Rasul Allah, sebagai kepribadian yang terpuji dan
sempurna, terkenal dengan sebutan sifat-sifat wajib bagi Rasul Allah, yang
meliputi shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Dalam sejarah tercatat bahwa
sosok Nabi Muhammad SAW berperan tidak hanya sebagai pemimpin dalam satu
hal saja, melainkan sebagai pemimpin dalam segi kehidupan meliputi politik,
ekonomi, militer, maupun dakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana Karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
3. Apa Kunci Keberhasilan dari Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW
2. Mengetahui Karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
3. Mengetahui Kunci Keberhasilan dari Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW


Beliau dilahirkan di Makkah, dari seorang wanita bernama Aminah binti Wahab
dan seorang pemuda Abdullah bin Abdul Muthalib. Muhammad dilahirkan pada
hari senin bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April tahun 571
Masehi, yang dikenal dengan tahun Gajah. Tahun Kelahiran Rasulullah
dinamakan dengan tahun Gajah karena pada tahun tersebut, kota Makkah diserang
oleh pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang gubernur dari
kerajaan Nasrani Abisenia dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah. Dalam
masa kelahiran beliau banyak terjadi peristiwa yang sangat luar biasa sebagai
bukti nyata bahwa dia adalah manusia agung pilihan Tuhan. Peristiwa itu
misalnya dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik, ia berkata : “Rasulullah telah
didatangi oleh Jibril ketika beliau sedang bermain dengan anak-anak lainnya. Lalu
Jibril memegang dan merebahkan beliau, kemudian Jibril membelah dada serta
mengeluarkan hati beliau. Dari hati tersebut dikeluarkan segumpal darah,lau Jibril
berkata :”Ini adalah bagian setan yang terdapat dalam dirimu”. Setelah itu Jibril
membasuh hati tersebut dengan menggunakan air Zamzam didalam sebuah bejana
yang terbuat dari emas, kemudian meletakkannnya kembali kedalam dada beliau
serta menjahitnya seperti semula.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal
dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan
kepada ibu pengasuh, Halimah Sa'diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad
dibesarkan sampai usia 4 tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada
dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6 tahun dia menjadi yatim piatu.
Hal ini seakan-akan menunjukkan bahwa Allah ingin melaksanakan sendiri
pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya
yang terakhir.
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing penduduk
mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir
dn merenung. Dalam suasana demikian dia ingin melihat sesuatu di balik
semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jahuh dalam pemikiran
nafsu duniawi, sehingga dia terhindar berbagai macam noda yang dapat merusak
namanya, karena itu sejak muda di juluki sebagai Al- Amin, orang yang
terpercaya. Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke
Syiria atau Syam dalam usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib.
Dalam perjalana ini, di Busyro, sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan pendeta
kristen bernama Buroiroh. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada
Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita kristen. Sebagian sumber menceritakan
bahwa pendeta itu menasehatkan Abu Thalib jangan terlalu jauh memasuki daerah
Syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang yahudi yang mengetahui tanda-tanda
tersebut akan berbuat jahat kepadanya.
Pada usia yang ke-25 Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan
saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khodijah. Dalam
pandangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar terus kemudian Khodijah
melamar Muhammad karena Muhammad disamping mempunyai laba yang besar
orangnya jujur sehingga Khotijah tertarik untuk menjadikan suaminya.
B. Karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang
Muhammad saw. Dalam masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat derajat
bangsa Arab dari bangsa jahiliah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan
menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia.
Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya merasakan kelembutan dan
kasih sayang beliau. Cara berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara
pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang
lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima
semua pihak.
Inilah cara berpikir Muhammad saw tersebut yang menjadi prinsip
kepemimpinannya :
1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang
atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya
Keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar
Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib
adalah gambaran jelas kemampuan Muhammad saw dalam melihat fungsi.
 Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad
saw, adalah sahabat utama. Ini bermakna modal seorang pemimpin
adalah kepercayaan dari orang lain.
 Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam
menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila
ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh
keberanian.
 Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela
menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad
saw. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah
kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang
baik dan keuangan yang lancar.
 Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh
ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada bicara.
Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak
ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus
agar rencana-rencana yang belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh generasi
berikutnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang
menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu
kambing dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah
salah satu contohnya. Bagaimana sukanya Muhammad terhadap orang yang
bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak dan kebencian
beliau terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah
contoh yang lain.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda
Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah
menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau
meneruskan shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan
menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri
Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah,
Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin
Makkah berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan
dibunuh, namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin
meminta perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah,
beliau sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang
mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan
kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan
Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di
mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik
Yahudi.
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada
mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul Begitu pun
dengan Muhammad saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang
termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk
mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka,
dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak
menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah yang menempel di
samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau
sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-sampai tidurnya hanya di atas
pelepah kurma. Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah
hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika
istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu, maka Muhammad Saw mengambil
batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi
kita. Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini. “Seandainya kalian
letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, maka aku
tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.” Demikian Muhammad
Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba menyuap
Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan kedudukan tertinggi di
kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik asalkan
Muhammad Saw akan menghentikan dakwahnya di kalangan mereka
mengenai kepemimpinan Rasulullah itu, bahwa teladan kepemimpinan itu
sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah SAW karena ia adalah pemimpin
yang holistic, accepted, dan proven. Holistic karena beliau adalah pemimpin
uang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk
diantaranya: self development, tatanan masyarakat yang akur, sistem
pendidikan yang bermoral dan mencerahkan. Kepemimpinannya accepted
karena beliau adalah Seorang pemimpin yang diterima dan diakui oleh semua
masyarakatnya. Bahkan kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini.
Kepemimpinannya proven atau penuh bukti tidak hanya berjanji dan sudah
terbukti sejak lebih dari 15 abad yang lalu hingga sekarang masih relevan
diterapkan. Berikut ini merupakan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
dalam berbagai bidang:
1. Muhammad SAW Sebagai Pemimpin Sistem Pendidikan Holistik
Perhatian Rasulullah SAW terhadap Pendidikan
Rasulullah SAW sangat memperhatikan dunia pendidikan dan mendorong
umatnya untuk terus belajar. Beliau juga membuat beberapa kebijakan yang
berpihak kepada pendidikan umat. Misalnya, ketika kaum muslim berhasil
menawan kaum musyrik dalam perang badar, beliau membuat kebijakan
bahwa tawanan tersebut dapat bebas kalau mereka membayar tebusan atau
mengajar baca-tulis kepada warga madinah. Kebijakan ini cukup strategis
karena mempercepat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di kalangan
kaum muslim. Dan dengan mempunyai kemampuan baca-tulis mereka akan
mampu mengangkat harkat mereka di samping kekuatan iman yangh mereka
miliki.
Selain sebagai tempat ibadah dan sentra aktivitas sosial, Rasulullah SAW juga
menjadikan Masjid Nabawi sebagai pusat pendidikan. Di masjid ini, terjadi
transformasi ilmu pengetahuan antar kaum muslim terutama pengajaran ajaran
Islam dan Rasulullah SAW juga terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan
di masjid ini. Esensi dari pendidikan yang baik Pendidik yang baik harus
mempunyai beberapa kebaikan, antara lain sebagai berikut:
 Pertama, memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada semua aspek
dari pikiran, ruh, dan diri seseorang.
 Kedua, sebuah sistem pendidikan dinilai berdasarkan universalitasnya,
kelengkapannya, dan kualitas dari murid-muridnya. Murid-mirid
Rasulullah siap untuk menyampaikan risalahnya keseluruh dunia. Risalah
yang mereka sampaikan, karena bersifat universal dan valid untuk segala
zaman dan ruang, mudah diterima oleh orang-orang dari berbagai ras,
agama yang berbeda-beda, dan berbagai tingkatan intelektual dean dari
berbagi usia.
 Ketiga, sebuah sistem pendidikan dinilai berdasarkan kemampuannya
untuk mengubah murid-muridnya.

Muhammad SAW merupakan salah satu tokoh pendidikan dunia. Meskipun


beliau adalah seorang yang ummi tetapi beliau menganjurkan umatnya untuk
belajar. Semangat belajar ini merupakan salah satu ajaran Al-Qur’an yang
secara harfiah berarti “bacaan”. Bahkan wahyu petama yang diterima beliau
adalah “iqra” atau “bacalah!”

2. Muhammad sebagai pemimpin sosial politik


Keunikan politik Muhammad SAW di Zamannya
Sebagai kepala pemerintahan, Muhammad SAW menggabungkan
kepemimpinan politik dan militer. Kemampuan menggabungkan
kecemerlangan kepemimpinan politik dan miuliter ini sangat langka
ditemukan di antara pemimpin-pemimpin besar dunia. Banyak pemimpin dan
panglima perang yang sukses dalam berbagai peperangan yang mereka hadapi
namun kurang berhasil dalam mengelila pemerintahan ketika perang itu usai.
Muhammad SAW telah terbukti mampu menjalankan kedua fungsi dalam
waktu bersamaan. Beliau seorang kepala negara namun juga seorang jenderal
yang menguasai taktik peperangan. Kebijakan Sosial-Politik Muhammad
SAW pada Periode Madinah
a. Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Tak lama setelah menetap di Madinah, Rasulullah membangun
persaudaraan antar muslim, khususnya antara kaum Muhajirin dengan
Anshar. Mereka menjadi sangat dekat satu sama lainnya. Salah satu contoh
persaudaraan antara Abdurrahman bin ‘auf dan Sa’d bin ar-Rabi.
Setibanya kaum muhajirin di Madinah, Muhammad SAW
mempersaudarakan Abdurrahman bin ‘auf dan Sa’d bin ar-Rabi.
Kemudian Sa’d bin ar-Rabi’ berkata kepada Abdurrahman, “aku termasuk
orang Anshar yang mempunyai banyak harta. Harta itu akan kubagi dua,
setengah untukmu dan setengah untukku. Aku juga mempunyai seorang
istri; lihatlah mana yang kamu pandang paling menarik. Sebutlah
namanya, dia akan segera kucerai. Setelah habis masa iddahnya kamu
kupersilahkan untuk menikahinya.” Abdurrahman menjawab, “semoga
Allah memberkati keluarga dan kekayaan kamu”. Selain Abdurrahman bin
‘Auf, ada beberapa Muhajirin lainnya yang juga memulai bisnis
perdagangan. Persaudaraan yang terbina antara golongan Muhajirin dan
Anshar berpengaruh kepada sektor ekonomi. Kaum muhajirin
sebagaimana lazimnya orang makkah mempunyai kompetensi disektor
perdagangan. Sementara kaum Anshar lebih mempunyai keahlian di
bidang pertanian. Kombinasi antara kompetensi perdagangan dann
pertanian ini belakangan membawa kepada perekonomian Madinah yang
lebih baik.
b. Konstitusi Madinah
Langkah politik berikutnya yang beliau lakukan adalah membuat
kesepakatan antar berbagai faksi yang ada di Madinah. Kesepakatan itu
dikenal dengan al-Shahifa al-Madinah atau dalam istilah modern disebut
sebagai Piagam Madinah (Madeena Charter). Maka untuk pertama kalinya
lahirlah makna “wathan” (tanah air, negara). Di dalam wathan ini semua
manusia mempunyai kedudukan yang sama ndi bawah suatu undang-
undang nasional yang menetapkan hak dan kewajiban mereka tanpa
memandang asal-usul, kebangsaan, dan akidah. Tidak lama setelah sampai
di Madinah Muhammad SAW mengumpulkan para pemimpin Madinah
untuk merumuskan suatu kesepakatan politik yang belakangan dikenal
sebagai “Piagam Madinah”. Demikianlah, seluruh kota Madinah dan
sekitarnya telah benar-benar jadi terhormat bagi seluruh penduduknya.
Mereka berkewajiban mempertahankan kota ini dan mengusir setiap
serangan yang datang dari luar. Mereka harus bekerjasama antara sesama
mereka guna menghormati segala hak dan kebebasan yang sudah
disepakati bersama.
C. Kunci Kesuksesan Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
1. Urgensitas Nilai-nilai Sifat Wajib Rasul sebagai Karakter Kepemimpinan
seorang Manajer
Islam diturunkan sebagai ajaran yang sempurna dari sumbernya Allah SWT
yang maha sempurna dan akan dipelihara kesempurnaannya hingga akhir
zaman. Ajaran ini harus dijadikan pedoman hidup bagi setiap manusia yang
menginginkan kemuliaan tidak sekedar di mata manusia tetapi di sisi Allah
SWT. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat tidak
dapat dihindari pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup ini.
Mustahil ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain,
untuk itu mereka membentuk satu kelompok sambil mengaktualisasikan
dirinya untuk menemukan jati dirinya. Setiap orang sebagai individu
memerlukan bantuan orang lain, bukan menjadi sama dengan orang lain, tetapi
justru untuk menjadi berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap orang bilamana
dibandingkan dengan orang lain akan terlihat kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Setiap orang mempunyai keinginan, kehendak, pikiran,
pendapat, kebutuhan, sifat tingkah laku dan lain-lain yang berbeda-beda.
Namun di antara yang berbeda itu terdapat juga yang sama atau memiliki
kesamaan sehingga menjadi motivasi untuk mewujudkan kelompok atau
organisasi yang memungkinkan orang untuk tergabung di dalamnya
meningkatkan efektivitas, memanfaatkan kesamaan itu untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam kondisi seperti itu, perbedaan di antara sekelompok orang
yang memiliki kesamaan, akan memunculkan orang yang akan menjadi
pemimpin atau manajer, pemimpin diantara sejumlah orang yang lebih
banyak, sebagai pihak yang memerlukan pimpinan. Misalnya kesamaan
agama, ideologi, pekerjaan, suku, profesi,minat, hobi dan lain-lain
memberikan motivasi sejumlah orang untuk membentuk kelompok atau
organisasi. Di antara orang-orang itu terdapat seseorang atau beberapa orang
yang tampil menjadi pemimpin, yang tampil sebagai manajer, karena memiliki
kelebihan-kelebihan terutama berupa kemampuan mewujudkan
kepemimpinan. Muhammad al-Buraey mengutip pendapat Hersey dan
Blanchaer yang memandang bahwa kepemimpinan sebagai “pengaruh antar
pribadi yang dilaksanakan dalam satu situasi dan diarahkan melalui
komunikasi, menuju pencapaian tujuan atau tujuan tertentu”. Jadi dalam hal
ini nampak bahwa adanya hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin
karena dalam komunikasi pasti melibatkan dua unsur, dalam hal ini pemimpin
dan yang dipimpin (bawahan) keduanya saling menunjang dan bergantung
yang terikat atau yang mengikatkan diri dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab
pemimpin sebagai manajer ialah mengarahkan, menuntun, memberi motivasi
dan mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat guna mencapai tujuan,
sedangkan tugas dan tanggungjawab yang dipimpin yakni mengambil bagian
aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang mengantarnya kepada tercapainya
tujuan, di mana didalamnya memerlukan adanya kesatuan komando (unity of
command) dalam setiap organisasi. Tanpa adanya komando yang didasarkan
atas waktu perencanaannya dan kebijaksanaan yang jelas, maka jangan
diharapkan tujuan akan dapat dicapai dengan baik. Bahkan bisa terjadi
kesemarawutan dan anarki dalam pekerjaan yang membuat arah tindakan
menjauhi tujuan. Pada titik inilah kewajiban untuk menaati kebijakan
pemimpin dalam peraturan yang telah ditetapkan tidak bisa ditawar-tawar dan
menjadi sebuah kewajiban bawahan untuk menaati pemimpin itu.
Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 59:
ُ َ R‫َّس‬
ِ R‫ول َوأولِي اأْل َ ْم‬
‫إ ِ ْن‬Rَ‫ر ِم ْن ُك ْم ۖ ف‬R ُ ‫وا الر‬RR‫وا هَّللا َ َوأَ ِطي ُع‬RR‫وا أَ ِطي ُع‬RRُ‫ا الَّ ِذينَ آ َمن‬RRَ‫ا أَيُّه‬RRَ‫ي‬
‫وْ ِم‬RRَ‫ونَ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬RRُ‫و ِل إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمن‬RR‫َّس‬
ُ ‫ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللا ِ َوالر‬RRَ‫ ْي ٍء ف‬RR‫ازَ ْعتُ ْم فِي َش‬RRَ‫تَن‬
‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َس ُن تَأْ ِوي ًل‬َ ِ‫اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذل‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasulnya dan orang-
orang yang berkuasa di antara kamu, maka sekiranya diantara kamu
berbantahandalam suatu perkara, hendaklah kamu kembalikan kepada Allah
dan Rasul-Nya” (Q.San-Nisa :59)
Ayat ini dengan jelas memerintahkan kepada kita semua untuk taat dan patuh
kepada seorang pemimpin, baik dalam segala level kehidupan asalakan
pemimpin yang kita ikuti tersebut tidak keluar dari ajaran serta hukum-hukum
yang terkandung di dalamnya. Apabila terjadi perselisihan diantara mereka
hendaklah dikembalikan kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul-Nya (as-Sunnah).
Pembahasan tentang kepemimpinan seorang manajer telah merujuk pada suatu
fenomena kemampuan seseorang dalam menggerakkan, membimbing dan
mengarahkan orang lain dalam suatu kerja sama. Sehingga kenyataan itulah
yang akhirnya menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan Nabi
Muhammad SAW dalam memimpin umatnya itu. Kepemimpinan dari sudut
agama Islam secara sederhana oleh setiap pemimpin harus dijalankan sebagai
rangkaian kegiatan atau proses menyeru agar orang lain di lingkungan masing-
masing menjadi manusia beriman, dalam abad modern bukanlah pekerjaan
yang mudah. Tugas dan kewajiban pemimpin memang tidaklah mudah,
membutuhkan berbagai macam unsur yang mendukung terwujudnya
kepemimpinan yang efektif serta mempunyai nilai mulia di sisi Allah SWT.
Untuk memenuhi hal itu dibutuhkan seorang pemimpin yang menjunjung pada
nilai-nilai kebenaran, dan seorang pemimpin yang penuh tanggung jawab,
mempunyai loyalitas tinggi, cerdik dalam pelihat peluang dan dapat menjaga
amanah dengan baik. Karakteristik kepemimpinan seperti yang diidealkan
tersebut, hanya dapat ditemukan dalam pribadi Nabi Muhammad SAW, sebab
kepemimpinan beliau berjalan di atas landasan spiritual yang paling tinggi
dengan Allah langsung sebagai pembimbingnya. Di sini berarti pula bahwa
ketaatan kepada Rasulullah merupakan ketaatan kepada Allah. Mengingat
tujuan dari kepemimpinan beliau adalah mengajak beriman kepada Allah.
Untuk itu, segala perbuatan dan perkataan beliau, dalam memimpin haruslah
ditaati. Kriteria dan syarat menjadi seorang manajer dalam proses memimpin
orang lain dibutuhkan individu-individu pemimpin yang memiliki sifat-sifat
mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW.
Terangkum menjadi satu-kesatuan sifat wajib meliputi shiddiq,
amanah,tabligh dan fathonah. Sifat-sifat rasul akan menjadi sebuah proto tipe
dan prinsip tersendiri bagi seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya dengan menerapkan nilai-nilai luhur ini, di antaranya :
1. Prinsip Kejujuran (shiddiq).
Dalam sebuah kepemimpinan tanpa ada transparansi dari atasan kepada
bawahan dapat menghambat hubungan saling menjauh di antara keduanya.
Ini disebabkan tidak adanya sikap keterbukaan informasi yang diberikan
pemimpin kepada anggotanya, sehingga seolah-olah ada jarak yang
memisahkan, yang akibatnya menimbulkan sikap apatis dan tidak peduli
dari bawahan pada atasan. Prinsip kejujuran yang harus dijunjung oleh
pemimpin tidak memiliki tendensi apapun, sebab pemimpin yang baik
hanya mengharap ridha dari Allah, yang ini berarti pemimpin berusaha
untuk jujur dihadapan Allah. Sedangkan jujur terhadap orang lain, yakni
tidak sebatas berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Pemimpin yang baik selalu
mengedepankan prinsip kejujuran dengan menunjukkan kepeduliannya
pada orang lain dengan mengulurkan tangan demi kemajuan bawahannya.
2. Prinsip dapat dipercaya (Amanah)
Perwujudan sikap amanah menunjukkan bahwa pemimpin dapat
menampakkan sikap yang dapat dipercaya (kredibel), menghormati dan
dihormati (honorable). Sikap terhormat dan dapat dipercaya hanya dapat
tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai
suatu prinsip kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Pemimpin yang
dipercaya, mampu mempercayai orang lain dan memiliki kepercayaan diri,
oleh karena itu pemimpin demikian itulah yang dapat disebut sebagai
pemimpin yang bertanggungjawab. Setiap amanah akan menuntut
pertanggung jawaban, sebab amanah sekecil apapun harus
dipertanggungjawabkan oleh yang memegang amanah itu. Amanat yang
berhubungan dengan tugas seorang pemimpin khususnya bagi para
pendidik adalah mengajak, membimbing anak didik untuk mewujudkan
tujuan organisasi dengan cara memberikan praktek yang baik dan
bermanfaat. Atas dasar itulah menjadi tuntutan bagi pemimpin untuk
menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan posisi yang
dipegangnya yakni sebagai leader dan manajer.
3. Prinsip Komunikatif (tabligh)
Hubungan antara komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat sekali,
bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi.
Komunikasi berperan sangat menentukan dalam berhasil tidaknya suatu
kepemimpinan. Seorang pemimpin dikatakan sukses, apabila di antaranya
telah berhasil membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan
bawahan. Untuk itulah nilai dan prinsip tabligh telah memberikan muatan
yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi (communicationskill),
kepemimpinan (leadarship), pengembangan dan peningkatan kualitas
sumber daya insani (human resourcedevelopment), dan kemampuan diri
untuk mengelola sesuatu (managerialskill). Dari keempat kemampuan
tersebut, harus terkumpul dalam diri seorang pemimpin untuk menentukan
keefektifan kepemimpinannya itu. Dari sinilah menunjukkan arti
pentingnya prinsip komunikatif dalam membangun kepemimpinan, untuk
diperhatikan oleh pemimpin baik sebagai administrator, manajer,
supervisor, bahkan untuk kepala sekolah.
4. Prinsip Intelegensi (Fathanah)
Pentingnya sebuah kecerdasan bagi pemimpin mutlak diperlukan agar
tujuan kepemimpinan agar tercapai. Seorang pemimpin haruslah seorang
yang mempunyai kecerdasan lebih dibanding orang lain tanpa harus
mengesampingkan nilai-nilai keluhuran seperti yang dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Tidak cukup seorang pemimpin hanya dibekali dengan
kecakapan dan kecerdasan namun memiliki landasan keimanan yang kuat
agar tidak mudah tergelincir pada dosa dan kesalahan. Seorang pemimpin
harus mampu menganalisa masalah yang dihadapi organisasinya.
Kemampuan itu memungkinkan seorang pemimpin mengarahkan
pemikiran anggotanya dalam menyusun perencanaan dan menetapkan
keputusan yang tepat dalam mewujudkan beban tugas organisasinya.
Pemimpin yang mahir dan profesional serta mempunyai wawasan luas
memiliki intuisi yang tajam dalam menganalisis persoalan dan mengambil
keputusan yang berani dan percaya diri sehingga keputusan yang diambil
dapat menguntungkan seluruh kelompoknya.
Kunci Kesuksesan Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
 Akhlak rasul terpuji tanpa cela.
 Karakter rasulullah yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhana dan
bersemangat tinggi.
 Sistem dakwah nabi menggunakan metode himbauwan, hikmah, dan
bijaksana.
 Tujuan perjuangan nabi untuk kebenaran dan keadilan, menghancurkan
yang batil,dan tanpa pamrih.
 Prinsip persamaan.
 Prinsip kebersamaan.
 Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.
 Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta
mendelegasikan wewenang.
 Tipe kepemimpinannya kharismatis dan demokratis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya  dan upaya bersama untuk
menggerakkan semua sumber dan alat (resourses) yang tersedia dalam suatu
organisasi. Sedangkan Kepemimpinan pendidikan sebagai mana diungkapan oleh
Fachrudi bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses
mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,agar kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat berlangsung lebih efesien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-
tujuan pendidikan dan pengajaran. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah
kepemimpinan transformasional yang dapat diterapkan yaitu:
Pertama, sifat-sifat keistimewaan Nabi Muhammad SAW dikelompokkan menjadi
dua yaitu sifat personal diantaranya jujur, amanah, tabligh, fathonah, kharismatik,
keyakinan diri yang kuat, komitmen tinggi, dan tekun, pekerja keras, dan militan.
Sedang sifat kedua yaitu sifat publik diantaranya mulai dari diri sendiri, memberikan
keteladanan, komunikasi efektif, dekat dengan umat, selalu bermusyawarah,
memberikan pujian (motivasi), mampu menularkan dan mempengaruhi, dan memiliki
etika/ nilai moral. Kedua, transformasi model kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
dalam pendidikan adalah melalui transformasi sifat-sifat publik yang diintegrasikan
dengan sifat personal.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa
khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. Semoga makalah ini dapat
memberikan penambahan ilmu dan pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan
makalah ini. Saya selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran
yang membanggun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas saya pada waktu
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Azzam, 2008. The Greatest Leader (kajian tentang kepemimpinan
Rasulullah Berdasarkan sumber-sumber Sejarah Otentik, Jakarta: Qisthi Press
Al-Buraey, A., Muhammad. 1986. Islam Landasan Alternatif Adminditratif
Pembangunan. Rajawali : Jakarta.
Rahman, Fazalur. 1991. Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Pemimpin Militer.
Bumi Aksara : Jakarta.
Munir dan Wahyu Ilaihi. 2015. Manajemen Dakwah. kencana : Jakarta.
Ridho, Muhammad Rasjid. 1983. Wahyu Illahi kepada Nabi Muhammad. Pustaka
Jaya : Bandung.
Hasjmy, A., 1978. Nabi Muhammad Sebagai Panglima Perang. Mutiara : Jakarta.
Muthahhari, Murtadha. 1995. Akhlak Suci Nabi yang Ummi. Mizan : Bandung.
M.fetullah Gulen, 2002. Versi Tedalam (Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW,
<terj.> Tri Wibowo Budi Santoso) , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai