Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENGANTAR STUDI ISLAM

Nama : Abdulloh
Program studi : PAI
Mata kuliah :Pengantar Studi Islam
Dosen :Nur Zaini,M.S.I
Kelas/semester/tahun : Pai D(madin b)/satu(1)/2021
METODE PENGKAJIAN ILMU KALAM
a. Pengertian Ilmu kalam

Pengertian Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan
menggunakan argumentasi yang rasional atau sesuai dengan pemahaman akal manusia.
Ilmu Kalam merupakan salah satu ilmu Islam, sebuah disiplin rasional dan logis. Ilmu kalam
merupakan sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam
(ushuluddin).Ilmu Kalam juga memiliki banyak nama, di antaranya: Ilmu Kalam, Ilmu
Ushuluddin, Ilmu Tauhid, Fiqh Al Akbar, Teologi Islam Pengertian Ilmu kalam secara
etimologis ilmu adalah suatu pengetahuan dan kalam artinya perkataan atau percakapan.
Kalam yang dimaksud bukan pembicaraan dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam
pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Ciri utama ilmu kalam
ialah rasionalitas. Menurut Al Farabi ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan
sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin (makhluk) mulai dari penciptaan hingga
kebangkitan berlandaskan doktrin Islam.
Ibnu Khaldun menjelaskan ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung berbagai argumentasi
tentang akidah imani berdasarkan dalil-dalil rasional. Sedangkan TM. Hasby ash-Shidiqy
menyebutkan Ilmu tauhid atau ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara
menetapkan akidah agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil itu
naqli, aqli, maupun dalil wijdani (perasaan yang halus).
Jadi Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan atau membahas tentang masalah
ketuhanan, ketauhidan (mengesakan Tuhan) dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan
disertai alasan-alasan yang rasional.

b. Aliran-aliran Ilmu kalam

1. Aliran Syi'ah
Syi'ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai atau kelompok, sedangkan
secara terminology adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang
disebut sebagai ahl al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi'ah adalah pernyataan bahwa
segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk
keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.
Menurut Thabathbai, istilah Syi'ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali,
pemimpin pertama ahl al-bait pada masa nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang
disebut Syi'ah itu di antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari. Miqad bin Al-Aswad, dan Ammar
bin Yasir.
Mengenai kemunculan Syi'ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para
ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi'ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Utsman bin
Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Adapun menurut Watt, Syi'ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan
antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai
respon atas perminta Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali
diceritakan pecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali kelak disebut Syi'ah dan
kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.
Kalangan Syi'ah sendiri berbeda pendapat bahwa kemuncukan Syi'ah berkaitan dengan
masalah pengganti (khalifah) Nabi SAW. Mereka menola kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin
Khattab dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah
yang berhak menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi'ah tersebut
sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Pada awal
kenabian, ketika Muhammad SAW diperinthakan menyampaikan dakwah kepada
kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi
pada saat itu mengatakan orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi
penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali menrupakan orang
yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa besar.

2.Aliran Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.
Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa
segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan. Aliran berpendapat bahwa tiap-tiap orang
adalah pencipta baagi segala mperbuatannyan; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkan
atas kehendaknya sendiri. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskqan bahwa kaum
qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrahatau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasdal dari pengewrtian bahwa manusia terpaksa
tunduk pada qadar Tuhan.
Seharusnya, sebutan qadariyah di berikan kepdada aliran bahwa qadar menetukan segala
tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang berpendapatjahat. Qadariyah pertama
sekali di munculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan ghailan Ad Dimasyqy. Ma’bad adalah
seorang tabi’l yang dapat di percaya dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri. Adapun
ghailan adalah serorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Husna bin
affan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti
memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan. [1] Sedangkan sebagai aliran dalam
ilmu Kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan
penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-
perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai qudrat atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk kepâda qadar atau qada Tuhan.[2]

Tentang kapan munculnya paham qadariyah dalam Islam, secara pasti tidak dapat diketahui.
Namun ada sementara para ahli yang menghubungkan paham qadariyah ini dengan kaum
Khawarij. Pemahaman mereka tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat
menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu Sepenuhnya memilih dan menentukan
tindakannya sendiri, baik atau buruk.

Tokoh pemikir pertama kali yang menyatakan paham qadariyah ini adalah Ma’bad al-Juhani.
Yang kemudian diikuti oleh Ghailan al-Dimasqi. Sementara itu Ibnu Nabatah sebagaimana
dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat bahwa paham Qadariyah itu pertama kali
muncul dari seseorang asal Irak yang menganut Kristen dan kemudian masuk Islam, tetapi
kemudian masuk Kristen lagi. Dari tokoh inilah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasqi
menerima paham qadariyah.

Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat
menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksanakan kehendaknya itu.
Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang
menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.

3. Aliran Jabariyah

Nama Jabriyah Berasal dri kata jabara yang mengandung arti Memaksa. Sedangkan menurut
al Syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dri hamba secara hakikat
dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Dalam istilah Inggris paham
jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa
perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Dengan demikian
posisi manusia dalam paham ini tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi terikat
pada kehendak mutlak Tuhan. Oleh karena itu aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa
manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.
Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam
keadaan terpaksa.

Paham jabariyah ini duduga telah ada sejak sebelum agama islam datang kemsyarakat Arab.
Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberi pengaruh besar
kedalam cara hidup mereka. Ditengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang
sangat sedikit dan udara panas ternyata tidak dapat memberi kesempatan bagi tumbuhnya
pepohonan dan suburnya tanaman. Disana sini yang tumbuh hanya rumput keras dan
beberapa pohon yang cukup kuat untuk mengahdapi panasnya musim serta keringnya
udara.
aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang ekstrim dan moderat aliran
jabariyah yang ekstrim tokohnya dalah jahm bin safwan pendapatnya manusia sangat lemah,
tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai
kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qodariyah. Seluruh
tindakan dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak
Allah.

4. Aliran Mur’jiah

Nama Murji’ah diambil dari kata irja atauarja’a yang bermakna penundaan, penangguhan.
Dan Pengharapan. Kata arja’a mengandung Pula arti memberi harapan, yakni memberi
harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah.
Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang
mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu Murji’ah, artinya orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta
pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak.[1]

Bagi kaum Murji’ah, orang yang melakukan dosa besar adalah tetap mukmin, soal dosa besar
yang dilakukannya. Merupakan hak Tuhan untuk menentukannya di hari kemudian. Alasan
mereka adalah bahwa orang yang melakukan dosa besar itu masih tetap mengakui bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan (Rasul) Allah, atau dengan kata lain masih
tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar iman. Selanjutnya, kaum
Muhajirin memberikan harapan bagi orang Islam yang melakukan dosa besar, dengan
mengatakan bahwa mereka tidak kekal di dalam neraka aliran Murji’ah menganggap iman
lebih utama dari amal perbuatan

5. Aliran Khawarij

Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata
untuk berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan
politik, tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah
teologis. Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak
setujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan
masalah dengan Mu’awiyah.

Menurut keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan
dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44
yang artinya,” Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang
menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak
merujuk Al-Qur’an.

Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah, an
Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.

6. Aliran Muktazilah

Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah
mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini,
Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra,
mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang
mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu
bukan mukmin dan bukan kafir).
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang
lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal
sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”

Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu
membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal
perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah
sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat
rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh
pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada
masa Pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.

Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al-khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.

A. At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep
tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela
tauhid (ahl alTauhid).

B. Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa
Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat Bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak
memberi beban terlalu Berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia
agar dapat mewujudkan Keinginannya.

C. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman). Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati
janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya
mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.

D. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi). Pemahaman ini merupakan
ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan
posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi
sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika
meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Akan tetapi,
sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.

E. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi yang
mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok
lain. Orang yang menentang akan dihukum.

7. Ahlussunah Waljama’ah

Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok
syiah. Dalam pengertian ini, Mu ‘tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masuk dalam barisan
sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan
Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak

C. Model penelitian Ilmu kalam

a. Model Abd Al-Ihatif Muhammad Al-asyr Abd Al-lhatif Muhammad Al-asyr secara
khusus telah melakukan penelitian terhadap pokok-pokok pemikiran yang di anut aliran As-
Sunnah. Hasil penelitian ini telah di tuangkan dalam karyanya yang berjudul Al-usbul Al-
fikriyyah limazhbab As Al-sunnah yang tebalnya 162 halaman. Buku yang merupakan hasil
penelitian ini di terbitkan oleh Dar Al Nahdlah Al-arabiyah. Dalam buku ini di bahas tentang
pokok-pokok yang menyebabkan timbulnya perbedaan pendadapat di kalangan umat
islam,hubungan mantiq dengan ilmu ilmu kemanusiaan,pembentukan konsep, barunya
alam,sifat yang melekat pada Allah azza wa jalla,serta ijtihad dalam hukum agama.

b. Model Ahmad Mahmud Subhi


Dokter Ahmad Mahmud Subhi adalah dosen filsafat islam fakultas adab univesitas
iskandariyah. Ia telah melakukan penelitian dalam bidang teologi islam, dan telah di
publikasikan dengan judul fiilmi kalam dalam dua buku. Buku pertama 368 halaman khsuus
berbicara menganai aliran mu’tazilah lengkap. Dengan ajaran dan tokoh-tokohnya. Dan buku
kedua tebalnya 334 halaman ini berbicara tentang aliran asy’ariyah lenkap dengan ajaran
dan tokoh-tokohnya.

c. Model Ali Sani Al-Nasir dan Amar Jam’y Al-Tholiby


Ali Sani Al-Nasir dan Amar Jam’y Al-Tholiby telah melakukan penelitan khusus terhadap
akidah kaum salaf dengan mengambil tokoh ahmad ibn hambal,Al-bukhori,ibn kutaibah dan
usman Al-darimy. Buku tersebut telah di terbitkan oleh Al-maarif iskandariyah tanpa
menyebutkan tahunnya. Dan dari kalangan ulama indonesia yang melakukan penelitian
terhadap teologi salafiyah di lakukan oleh abu bakar atjeh. Hasilnya ia tuangkan dalam
bukunya berjudul salaf(as-salih islam dalam masa murni) sebanyak dua jilid,di terbitkan oleh
permata jakarta tahun 1970.

Anda mungkin juga menyukai