Anda di halaman 1dari 9

Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

Nama : Fajri Alfin Hidayatullah


M. Husaini Hafid
Kelompok : 09
Dosen Pengampu : H. Hasan Ruzakki M.Pd.I

BAB 12
PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN PERBUATAN TUHAN DAN PERBUATAN
MANUSIA
A. Perbuatan Tuhan
Semua aliran dalam pemikiran kalam berpandangan bahwa Tuhan melakukan
perbuatan. Perbuatan di sini dipandang sebagai konsekuensi logis dari Dzat yang memiliki
kemampuan untuk melakukannya, diantaranya ada beberapa aliran-aliran yang berbeda
pandangan.

1. Aliran Mu'tazilah

Aliran Mu'tazilah sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Ini bukan berarti
bahwa Tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Perbuatan buruk tidak
dilakukan-Nya karena la mengetahui keburukan perbuatan buruk itu. Bahkan, di dalam
Al-Quran dikatakan bahwa Tuhan tidak berbuat zalim.' Ayat-ayat Al-Quran yang
dijadikan dalil oleh Mu'tazilah untuk mendukung pendapat di atas adalah surat Al-
Anbiya' ayat 232 dan surat Ar-Rum ayat 8.

Al-Jabbar menjelaskan bahwa Tuhan hanya berbuat yang baik dan Mahasuci dari
perbuatan buruk. Dengan demikian, Tuhan tidak perlu ditanya. Al-Jabbai menjelaskan
bahwa seseorang yang dikenal baik, apabila secara nyata berbuat baik, se- benarnya
tidak perlu ditanya kenapa perbuatan itu dilakukan. Ayat terakhir dikatakan Al-Jabbal
mengandung petunjuk bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan melakukan perbuatan-
perbuatan buruk. Tuhan melakukan perbuatan buruk, pernyataan bahwa la menciptakan
langit dan bumi serta segala isinya dengan hak, tentu tidak benar atau merupakan berita
bohong.
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

Paham kewajiban Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik mengonsekuensikan aliran
Mu'tazilah memunculkan paham kewajiban-kewajiban Allah berikut ini:

a. Kewajiban tidak memberikan beban di luar kemampuan aliran Mu'tazilah tidak


dapat memberikan kepada manusia beban yang tidak dapat dipikul. Hal ini juga
bertentangan dengan paham mereka tentang keadilan Tuhan. Tuhan akan bersifat
tidak adil jika la memberi beban yang terlalu berat kepada manusia. Dan menurut
aliran as'ariyah sama begitu juga
b. Kewajiban mengirimkan rasul Tuhan berkewajiban berbuat yang baik dan
terbaik bagi manusia dengan cara mengirim Rasul. Tanpa Rasul, manusia tidak
dapat memperoleh hidup baik dan terbaik di dunia dan di akhirat nanti.
c. Kewajiban menepati janji (al-wa'd) dan ancaman (al-wa'id) Tuhan akan bersifat
tidak adil jika tidak menepati janji untuk memberi pahala kepada orang yang
berbuat baik dan menjalankan ancaman bagi orang yang berbuat jahat.
Selanjutnya, keadaan tidak menepati janji dan tidak menjalankan ancaman
bertentangan dengan maslahat dan kepentingan manusia. Oleh karena itu,
menepati janji dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi Tuhan.

2. Aliran Asy'ariah
Bagi aliran Asy'ariah, paham kewajiban Tuhan berbuat baik dan ter- baik bagi
manusia (ash-shalah wa al-ashlah), sebagaimana dikatakan aliran Mu'tazilah, tidak dapat
diterimanya karena bertentangan dengan paham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
Hal ini ditegaskan Al- Ghazali (1055-1111) ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak
berke- wajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Dengan demikian, aliran
Asy'ariah tidak menerima paham Tuhan mempunyai kewajiban. Paham mereka bahwa
Tuhan dapat berbuat sekehendak hati-Nya terhadap makhluk, mengandung arti bahwa
Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa.
Aliran Asy'ariah dapat menerima paham pemberian beban yang di luar kemampuan
manusia. Al-Asy'ari dengan tegas mengatakan dalam Al-Luma' bahwa Tuhan dapat
meletakkan beban yang tidak dapat dipikul manusia.
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

3. Aliran Maturidiah
Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara Maturidiah
Samarkand dan Maturidiah Bukhara, Aliran Maturidiah Samarkand, yang juga
memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanya menyangkut hal-hal yang baik. Dengan demikian, Tuhan
mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia. Demikian juga pengiriman
Rasul dipandang Maturidiah Samarkand sebagai kewajiban Tuhan."
Maturidiah Bukhara sejalan dengan pandangan Asy'ariah mengenai paham bahwa
Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Akan tetapi, sebagai- mana dijelaskan oleh
Badzawi, Tuhan harus menepati janji-Nya, seperti memberi upah kepada orang yang
berbuat baik, meskipun Tuhan membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besar.
Adapun pandangan Maturidiah Bukhara tentang pengiriman Rasul, sesuai dengan paham
mereka tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
Mengenai memberikan beban kepada manusia di luar batas ke- mampuannya, aliran
Maturidiah Bukhara dapat menerimanya sedangkan Aliran Maturidiah Samarkand
mengambil posisi yang dekat dengan Mu'tazilah. Menurut Syarh Al-Fiqh Al-Akbar, Al-
Maturidi tidak setuju dengan pendapat aliran Asy'ariah karena Al-Quran mengatakan
bahwa Tuhan tidak membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban yang tidak
terpikul.
Tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dalam aliran Maturidiah golongan
Bukhara, mempunyai paham yang sama dengan aliran Asy'ariah. Pengiriman Rasul
menurut mereka tidak bersifat wajib, dan hanya bersifat mungkin. Adapun pendapat
aliran Maturidiah Samarkand tentang persoalan ini dapat diketahui dari keterangan Al-
Bayadi. Dalam Isyarat Al- Maram, Al-Bayadi menjelaskan bahwa keumuman
Maturidiah sepaham dengan Mu'tazilah mengenai wajibnya mengirim Rasul.
Mengenai kewajiban Tuhan memenuhi janji dan ancaman-Nya aliran Maturidiah
Bukhara berpendapat bahwa Tuhan tidak mungkin melanggar janji-Nya untuk memberi
upah kepada orang yang berbuat baik, tetapi sebaliknya, Tuhan tidak mungkin
membatalkan ancaman untuk memberi hukuman kepada orang yang berbuat jahat. Dan
Tuhan wajib menepati janji untuk memberi upah kepada yang berbuat baik.
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

Dalam pengiriman Rasul mempunyai arti penting dalam teologi, aliran Asy'ariah
tetap menolaknya sebagai kewajiban Tuhan. Karena, bertentangan dengan keyakinan
mereka bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban terhadap manusia.

B. Perbuatan Manusia

Masalah perbuatan manusia berawal dari pembahasan sederhana yang dilakukan oleh kelompok
Jabariah dan kelompok qadariah. Akar dari masalah perbuatan manusia adalah keyakinan bahwa
Tuhan adalah pencipta alam semesta, termasuk di dalamnya manusia.

1. Aliran jabariah

Pada Aliran jabariah terdapat 2 golongan antara lain jabariah ekstrem dan jabariyah moderat
dalam masalah perbuatan manusia. Jabariah ekstrem berpendapat bahwa segala perbuatan
manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya, melainkan perbuatan yang
dipaksakan atas dirinya. Jabariah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan
manusia, balk perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian di
dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan
perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab. Menurut paham kasab, manusia tidak majbur
(dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan tangan dalang dan tidak pula
menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan

2. Aliran Qadariah

Aliran Qadariah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia bersifat buat baik maupun
berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan dilakukan atas kehendaknya sendiri.
Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri,
baik ber- sebaga pahala atas kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dan berhak memper. oleh
hukuman atas kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya.

Paham takdir menurut pandangan qadariah adalah paham yang mengatakan bahwa nasib
manusia telah ditentukan terlebih dahulu.

Jadi menurut aliran qadariah tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan
manusia pada perbuatan Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam ayat Alquran surat Al Kahfi ayat
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

29 : "Dan katakanlah wahai Muhammad kebenaran itu datangnya dari tuhanmu, barang siapa
menghendaki beriman hendaklah dia beriman dan barang siapa menghendaki kafir biarlah dia
kafir"

3. Aliran mu'tazilah

Aliran mu'tazilah memandang manusia dengan bebas Yang pemahaman dari mu'tazilah sama
seperti pemahaman dari paham qodariah yang isinya "manusia lah yang menciptakan perbuatan-
perbuatannya serta manusialah yang berbuat baik dan buruk. Jadi kepatuhan dan ketaatan
seseorang kepada Tuhan adalah atas kehendak dan kemauan dari diri sendiri.

Dengan paham di atas, aliran Mu'tazilah masih mengakui Tuhan sebagai pencipta awal,
sedangkan manusia berperan sebagai pihak yang mempunyai kreasi untuk mengubah
bentuknya." Dan diperkuat dengan dalil Al-Qur'an surat as-sajadah ayat 7 : "yang memperindah
segala sesuatu yang dia ciptakan"

Artinya semua perbuatan Tuhan itu baik. Jadi perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan
karena di antara perbuatan manusia terdapat perbuatan yang jahat. Di samping argumentasi di
atas, aliran Mu'tazilah mengemuka kan argumentasi rasional berikut ini:

a Jika Allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia tidak mempunyai perbuatan,
batallah taklif syar'i karena syariat adalah ungkapan perintah dan larangan yang keduanya
merupakan thalab. Pemenuhan thalab tidak dapat terlepas dari kemampuan, kebebasan, dan
pilihan.

b. Jika manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya, runtuhlah teori pahala dan hukuman
yang muncul dari konsep paham al-wa'd wa al-wald (janji dan ancaman) karena perbuatan itu
menjadi tidak dapat disandarkan kepadanya secara mutlak sehingga berkonsekuensi pujian atau
celaan.

c. Jika manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para nabi tidak ada
gunanya. Bukankah tujuan pengutusan itu adalah dakwah, dan dakwah harus disertai dengan
kebebasan dan pilihan.
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

4. Aliran Asy'ariah

Dalam paham Asy'ari manusia diibaratkan sebagai anak kecil yang tidak mempunyai pilihan
hidup yang mana dalam aliran asy'ariyah lebih dekat Dengan paham jabariyah daripada paham
mu'tazilah adapun dasar pijakan dari aliran asy'ariyah yang menggunakan teori kasab atau
perolehan yakni segala sesuatu terjadi dengan perantara daya yang diciptakan dan menjadi
perolehan bagi muktasib (orang yang memperoleh kasab).

Argumen ini diperkuat dengan firman Allah Dalat surah as-shaffat ayat 96 : "padahal Allah lah
yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu"

Wa ma ta'malun pada ayat di atas diartikan Al-Asy'ari dengan "apa yang kamu perbuat", bukan
"apa yang kamu buat" Dengan demikian, ayat Ini mengandung arti bahwa Allah menciptakan
kamu dan perbuatan- perbuatanmu

5. Aliran Maturidiah

Sebagaimana masalah perbuatan Tuhan, terdapat perbedaan antar Maturidiah Samarkand dengan
Maturidiah Bukhara. Jika yang pertama lebih dekat dengan paham Mu'tazilah, yang kedua lebih
dekat dengan paham Asy'ariah. menurut Maturidiah Samarkand adalah kehendak dan daya
manusia dalam arti sebenarnya, bukan dalam arti khayalan.

Maturidiah Bukhara dalam banyak hal sependapat dengan Maturidiah Samarkand. Hanya,
golongan ini memberikan tambahan dalam masalah daya. Menurutnya, untuk perwujudan
perbuatan perlu ada dua daya. Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan,
hanya Tuhan yang dapat mencipta, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah
diciptakan Tuhan baginya
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

Bab 13

Perbandingan antara aliran mengenai sifat-sifat Tuhan

Perdebatan antar aliran kalam tentang sifat-sifat Allah tidak terbatas pada persoalan Allah
memiliki sifat atau tidak, tetapi pada persoalan- persoalan cabang sifat-sifat Allah, seperti
antropomorfisme melihat Tuhan dan esensi Al-Quran.

A. Aliran Mu'tazilah

Kaum Mu'tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak
mempunyai sifat. Kaum Mu'tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan
bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai
kekuasaan, tidak mempunyai hajat, dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa Tuhan bagi mereka
tidak mengetahui, tidak berkuasa, tidak hidup, dan sebagainya. Tuhan bagi mereka tetap
mengetahui, berkuasa, dan sebagainya, tetapi bukan dengan sifat dalam arti sebenarnya. Artinya,
"Tuhan mengetahui dengan pengetahuan, dan pengetahuan itu adalah Tuhan. Dengan demikian,
pengetahuan Tuhan, sebagaimana dijelaskan Abu Al-Huzail, adalah Tuhan, yaitu dzat atau esensi
Tuhan. "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan pengetahuan; Mahakuasa dengan
kekuasaan; Mahahidup dengan kehidupan; dan pengetahuan, kekuasa- an, dan kehidupan-Nya itu
adalah Dzat-Nya sendiri." Selanjutnya, Mu'tazilah berpendapat bahwa Tuhan bersifat immateri
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Dua argumen pokok yang diajukan oleh
Mu'tazilah untuk menjelaskan bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata jasmani. Pertama,
Tuhan tidak mengambil tempat. Oleh karena itu, tidak dapat dilihat. Kedua, apabila Tuhan dapat
dilihat dengan mata kepala, berarti Tuhan dapat dilihat sekarang di dunia ini. Kenyataannya tidak
seorang pun yang dapat melihat Tuhan di alam ini. Ayat-ayat Al-Quran yang dijadikan sandaran
dalam mendukung pendapat di atas salah satunya surat Al-An'am, ayat 103 : "dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang
Maha halus. Maha teliti"

Mengenai hakikat Al-Quran, aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Al-Quran adalah makhluk
sehingga itu tidak kekal. Mereka berargumen bahwa Al-Quran tersusun dari kata-kata, dan kata-
kata itu tersusun dari huruf-huruf. Huruf hamzah misalnya, dalam kalimat al-hamd li Allah,
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

menurut Abd Al-Jabbar mendahului huruf lam dan huruf lam men- dahului huruf ha. Demikian
pula surat dan ayat ada yang terdahulu dan terkemudian.

B. Aliran Asy'ariah

Aliran Asy'ariah mengatakan tuhan memiliki sifat, karena adanya perbuatan-perbuatannya selain
itu Tuhan mengetahui menghendaki berkuasa dan lain sebagainya di samping memiliki
pengetahuan kemauan dan daya golongan Al Asy'ari lebih jauh berpendapat bahwa Tuhan
memiliki sifat-sifat yang mana sifat-sifat itu seperti mempunyai tangan dan kaki akan tetapi
makna dari tangan dan kaki ini tidak diartikan secara harfiah akan tetapi diartikan secara
simbolis

Asy'ariyah sebagai aliran kalam tradisional yang memberikan daya pada akal yang menolak
paham Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani dan sifat-sifat jasmani dipandang sama dengan sifat
manusia. Jadi apabila ayat-ayat Alquran menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat jasmani maka
tidak boleh ditakwilkan dan harus diterima sebagaimana makna harfinya.

Aliran Asy'ariah berpendapat bahwa Al-Quran adalah kekal tidak diciptakan. Asy'ari berpegang
teguh pada pernyataan bahwa Al-Quran bukan makhluk. Sebab, segala sesuatu tercipta, setelah
Allah berfirman kun (jadilah), segala sesuatu pun terjadi. Penjelasan ini mengisyaratkan bahwa
Al-Quran dalam paham mereka bukan yang tersusun dari huruf dan suara, tetapi yang terdapat di
balik yang tersusun dan suara itu.

C. Aliran Maturidiah

Mengenai sifat Tuhan golongan Al Maturidiah sependapat dengan golongan Al Asy'ariah yakni
tuhan mempunyai sifat-sifat seperti sama', Bashar, dll.

Walaupun demikian Al Maturidiah tidak sependapat dengan penafsiran Al Asy'ariah tentang sifat
Tuhan. Al-Asy'ari mengartikan sifat Tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainkan melekat
pada dzat itu. Sedangkan, Menurut Al- Maturidi, sifat tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan
bukan pula lain dari esensi-Nya.

Maturidiah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan tidak mem- punyai sifat-sifat jasmani. Ayat-ayat
Al-Quran yang menggambarkan Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani harus diberi takwil
Resume Mata Kuliah Ilmu Kalam Bab 12 & 13

Golongan Samarkand dalam hal ini tidak sepaham dengan Mu'tazilah karena Al-Maturidi
mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, melainkan tidak lain dari Tuhan.

Maturidiah Samarkand sependapat dengan Mu'tazilah dalam meng- hadapi ayat-ayat yang
memberi gambaran Tuhan bersifat dengan meng hadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.

Aliran Maturidiah Bukhara dan Maturidiah Samarkand berpendapat bahwa Al-Quran itu kekal
tidak diciptakan) Maturidiah Bukhara berpen- dapat sebagaimana dijelaskan oleh
Bazdawkalamullah (Al-Quran) adalah sesuatu yang berdiri dengan Dzat-Nya,Adapun yang
tersusun dalam bentuk surat yang mempunyai akhir dan awal, jumlah dan bagian-bagian, bukan
kalamullah secara hakikat, melainkan Al-Quran dalam pengertian kiasan

Maturidiah Samarkand mengatakan bahwa Al-Quran adalah kola mullah yang bersifat kekal dari
Tuhan, sifat yang berhubungan dengan dzat Tuhan dan qadim. Selanjutnya, dikatakan bahwa
kalamullah tidak tersusun dari huruf dan kalimat, sebab huruf dan kalimat diciptakan.

D. Aliran Syi'ah Rafidhah

Sebagian besar tokoh Syi'ah Rafidhah menolak bahwa Allah se- nantiasa bersifat tahu.

Mereka menilai bahwa pengetahuan itu bersifat baru, tidak qadim. Sebagian besar dari mereka
berpendapat bahwa Allah tidak tahu terhadap sesuatu sebelum kemunculannya,

Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Allah tidak bersifat tahu terhadap sesuatu sebelum la
menghendakinya. Ketika la menghendaki sesuatu, la pun bersifat tahu; jika tidak menghendaki-
Nya, la tidak ber- sifat tahu. Makna Allah berkehendak menurut mereka adalah Allah
mengeluarkan gerakan (taharraka harkah). Ketika gerakan itu muncul, la bersifat tahu terhadap
sesuatu Ketika tidak ada gerakan, tidak dapat dikatakan bahwa la bersifat tahu terhadap sesuatu.
Mereka berpendapat pula bahwa Allah tidak bersifat tahu terhadap sesuatu yang tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai