Anda di halaman 1dari 11

FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA

Dosen Pengampu : Drs. Ridwan, Ms.MM

Disusun Oleh :

Nama : Annisa Wahyuningsih

NIM : 215050032

Dosen Pengampu : Drs. Ridwan, Ms.MM

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

MATA KULIAH AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

(URINDO)

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang sudah melimpahkan rahmat ,
taufik,dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Agama Islam dengan Materi
“fungsi Dan Peranan Manusia” tidak lupa saya panjatkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya ,sahabatnya , dan insya Allah kepada
kita semua sebagai umatnya.

Makalah ini saya susun dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui lebih jelas tentang apa
saja fungsi dan peranan manusia di ajaran Islam.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat belum sempurna. Oleh karena itu saya
mohon maaf apa bila makalah serta pengetahuan yang saya ketik kurang lengkap dan kurang
baik , saya mohon bimbingan untuk kemajuan saya.

Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya selaku
penyusun makalah ini.

Depok, 27 Desember 2021

Annisa Wahyuningsih
Daftar Isi

Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian
b. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Allah SWT
c. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Khalifah Allah SWT
d. Tujuan Hidup Manusia
c. Fungsi Dan Peranan Manusia
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Kritik Dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna diantara makhluk
lainnya, dapat disebut demikian karena manusia memilki akal yang dapat berfungsi untuk
berpikir . Allah menciptakan manusia dari tanah liat dan tentu melalui tahapan-tahapan,
kemudian manusia hidup mengikuti proses dari alam kea lam , mulai dari alam ruh ,alam
rahim, alam dunia,alam kubur, sampai tiba hari akhir dan kemudian kea lam-alam selanjutnya
sesuai ketentuan Allah swt.
Allah pasti memiliki alas an ketika menciptakan makhluknya,begitu pun penciptanan
manusia. Manusia tentu memiliki fungsi dan peran dalam kehidupan di alam dunia ini
contohnnya adalah sebagai pemimpin atau khalifah serta semata-mata untuk mengabdi
kepada Allah SWT. Masih banyak yang belum kita pelajari sebagai manusia sendiri tentang
fungsi dan peranan hidup kita di dunia , maka dari itu makalah ini berjudul “ Fungsi dan
peranan manusia”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas timbul suatu masalah yaitu :
1. Apa saja fungsi dan peranan manusia dalam islam.

1.3 TUJUAN
Menjelaskan fungsi dan peranan manusia di dalam islam dan menjelaskan hakikat manusia
menurut pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN

Fungsi dan peranan manusia


Berpedoman kepada QS Al Baqarah 30-36, maka peran yang dilakukan adalah
sebagai pelaku ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru
setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
1. Belajar ( surat An naml : 15-16 dan Al mukmin : 54) belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat A Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu ( Al Baqarah : 31-39) khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka
wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain yang dimaksud dengan Allah adalah Al
Qur’an dan Al bayan.
3. Membudayakan ilmu ( Al Mukmin : 35 ) ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia ,
yaitu:

 Menjadi abdi Allah . Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud
dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski
terdapat resiko besar didalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah
membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56 “ dan
tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku “
 Menjadi saksi Allah . Sebelum ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah nahwa
dialah tuhannya. Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir
nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang
tuanya yang menjadikan manusia sebagai nasrani atau beragama selain islam. Hal ini
tercantum dalam QS Al A’raf : 172.
 Dan ingatlah , keturunan anak0anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka ( saya berfirman ) “ Bukankah aku ini tuhan mu?”
kami menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu ) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan” sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini ( keesaan tuhan)”
 Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi
yang telah ditentukan allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan
bumi . khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai raja atau
presiden tetapi yang dimaksu d sebagai khalifah disini adalah seorang pemimpin
islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah yang telah diajarkan
Rasulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu
memikul tanggung jawab ini. Karena khalifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.

Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan
kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Dalam
hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantung . adanya hubungan
ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban . Hubungan manusia dengan allah adalah
hubungan makhluk dengan khaliknya . dalam masalah ketergantungan, hidup manusia
selalu mempunyai ketergantungan kepada orang lain . Dan tumpuan serta ketergantungan
adalah ketergantungan kepada yang maha bijaksana , yang maha sempurna , ialah Allah
rabbul ‘ alamin , Allah tuhan yang maha esa.
Kebahagisan manusia di dunia dan akhirat , tergantung kepada izin dan ridho allah,
dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainnya.
Maka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus
mengikuti ketentuan dari Allah SWT. Sungguh tak dapat dihitung dan tak dapat dinilai
dengan materi yang banyak . kewajiban Allah sebagai khaliknya , yang telah memberikan
kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Jadi berdasarkan hadist AL-lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis
besar ada2:
1. Mentauhudkan nya yakni tidak memusyriknya kepada sesuatu pun.
2. Beribadah sesuatu saat.
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa di neraka,
bahkan akan diberi pahaa dengan pahala yang berlipat ganda, dengan spuluh
kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia.
Dalam al-qur’an kewajiban ini diformulasikann dengan:
 Iman
 Amal saleh
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dlam
ayat (QS Al Baqarah ayat 177) iman dan amal saleh , yang disebut
takwa dengan perincian :
 Kepada sesame manusia : dengan memberikan harta yang juga
senang terhadap harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak
yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang
membutuhkan pertolongan (ibnu sabil )
 Kepada Allah : menegakan /mendirikan sholat dan menunaikan
zakat
 Kepada diri sendiri : menempati janji pabila ia berjanji,sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan
Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada Allah memenuhi manusia
terhadap khalik.
Tanggung jawab manusia sebaga khalifah Allah

Sebagai makhluk Allah , manusia mendapat amanat yang harus dipertanggung


jawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah
tugas kekhalifahan , yaitu tugas kepemimpinan : wakil Allah dimuka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang
memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah , berarti manusia memperoleh
mandate tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif,yang
memungkinkan dirinya mengolah dan mendaya gunakan apa yang adadimuka bumi
untuk kepentingan hidup nya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah
mengajarkan kepadanya kebenaran dalam segala ciptaannya dan melalui pemahaman
serta penguasaan terhdap hokum-hukum yang terkandung dalam ciptaannya. Manusia
rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.

Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi . sebagai khalifah dan abdi
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab melahirkan dinamika hidup, yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran .
oleh karena itu hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah,kerja keras yang
tiada hentinya , sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal
shaleh . kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk
Allah , bukanlah hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak
terpisahkan. Kekhalifahaan adalah ralisasi dari pengabdinya kepada Allah yang
menciptakannya.
Dengan demikian , manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan
yang menyempurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi
sekaligus menghadapkannya pada tuntunan kodrat yang menempatkan posisinya
keterbatasan.

Tujuan Hidup Manusia

Allah menciptakan alam semesta ini bukan dengan main-main, bukan tanpa
tujuan. Manusia yang merupakan bagian dari alam semesta ini pun diciptakan untuk
suatu tujuan. Allah menegaskan tujuan penciptaan manusia dalam firman-Nya, yang
artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.

Berdasarkan ayat di atas, kedudukan manusia dalam sistem penciptaannya


adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban
manusia di hadapan Allah sebagai Penciptanya. Dalam hal ini, peranan ideal manusia
adalah melakukan ibadah kepada Allah. Hakikat ibadah, menurut Sayyid Qutbh
tersimpul dalam dua prinsip, yakni:
 Tertanamnya makna menundukkan dan merendahkan diri kepada
Allah (al-‘ubudiyah lillah) di dalam jiwa. Dengan kata lain, manusia
senantiasa menyadari bahwa dalam alam ini hanya ada satu Tuhan
yang kepada-Nya manusia beribadah.
 Berorientasi kepada Allah dalam segala aktifitas kehidupan. (Sayyid
Qutbh, 1975: 378).

Berdasarkan hakikat di atas, ibadah benar-benar masalah nilai rohani,


selalu hubungan dengan tujuan atau orientasi yang terwujud dalam bentuk niat.
Sebagian orang berpendapat bahwa ibadah dalam konsep Islam bukan mengisolasi
diri dari aktifitas duniawi. Pendapat ini barangkali didorong oleh keinginan untuk
membuat pengertian ibadah yang mencakup segala aktifitas yang tidak terbatas pada
aktifitas ritual saja agar orang Islam aktif diberbagai lapangan kehidupan. Ibadah
tidak hanya berupa praktek-praktek ritual seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi
menuntut ilmu, berdagang dan mencari nafkah juga ibadah. Persoalannya apakah
shalat dan puasa tetap bernilai ibadah jika orang melakukannya dengan tidak
berorientasi kepada Allah? Jika dalam pelaksanannya orang tidak berniat
menundukkan dan merendahkan diri kepada Allah? Tanpa orientasi kepada Allah,
tanpa niat hanya karena Allah, shalat hanya akan merupakan gerakan berdiri,
membungkuk, duduk dan seterusnya. Demikian juga puasa, hanya akan merupakan
aktifitas menahan diri dari lapar dan haus kalau perbuatan itu dilakukan tanpa niat
karena Allah.

Nabi Muhammad SAW menggariskan prinsip suatu aktifitas yang bernilai


atau tidak dalam suatu hadits Beliau, yang artinya: Sesungguhnya nilai segala
perbuatan diukur dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap perbuatan seseorang akan
dibalas sesuai dengan niatnya.

Hadits di atas memberi petunjuk bahwa shalat, puasa, zakat dan haji hanya
merupakan sebagian saja dari sekian banyak lapangan ibadah yang tersimpul dalam
kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. (Jamal Syarif Ibrani, 2004:
70-71)

Ibarat orang bepergian, sebelum melangkah haruslah terlebih dahulu


mengetahui ke mana ia akan menuju. Bepergian tanpa tujuan akan seperti orang
linglung, tidak menentu ke mana ia harus melangkahkan kaki. Apakah belum sampai
tujuan, tersesat jalan atau telah sampai tujuan, tidak diketahui karena memang tujuan
kepergiannya tidak jelas.

Manusia dalam hidup ini juga begitu. Dalam mengarungi hidup ini manusia
harus mempunyai tujuan hidup yang benar dan jelas, agar tidak tersesat jalan. Cuma
sayang, kalau dalam hal ini hanya bertumpu pada akal, tidak akan manusia dapat
menentukan tujuan hidupnya dengan benar. Untuk menentukan dari mana
sesungguhnya manusia berasal, akal sudah tidak mampu, apalagi menentukan untuk
apa keberadaannya di alam dunia ini. Belum lagi akal diminta menerangkan, ke mana
sesungguhnya manusia sesudah mati, apakah kematian itu bagi manusia merupakan
akhir dari segalanya? Hal ini lebih tidak dimengerti oleh akal.

Disebabkan oleh keterbatasan kemampuan akal menerangkan asal mula


kejadian manusia, lahirlah kemudian jawaban yang simpang-siur tentang tujuan hidup
ini. Ada yang mengatakan, tujuan hidup ini untuk mencapai kebahagiaan, tujuan
hidup ini untuk berbuat baik kepada sesama manusia, tujuan hidup ini untuk
mengabdi kepada bangsa dan negara, tujuan hidup ini untuk mengabdi kepada ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Bahkan ada yang mengatakan, tujuan hidup hanyalah
untuk sekedar bekerja, makan, kawin, beranak, dan kemudian mati.

Semua rumusan tujuan hidup tersebut cenderung bersifat duniawi semata,


sama sekali tidak menyinggung aspek ukhrawi atau aspek ketuhanan. Dan di sinilah
letak kesesatan dari semua rumusan tujuan hidup tersebut. Suatu kesesatan pandangan
hidup yang prinsip karena telah mengingkari adanya Tuhan dan kehidupan akhirat.
Selain itu, rumusan hidup tersebut juga menunjukkan tidak tahunya keuntungan
karena hanya memburu duniawi, padahal dunia cuma fana sifatnya, tidak kekal, dan
hakikatnya tidak lebih dari semacam fatamorgana atau semacam sandiwara, sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal “Wal akhiratu khairun wa abqa”
(Al-A’la: 17).

Tepat sekali apa yang pernah dikatakan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib,
“Siapa yang cita-cita hidupnya hanya untuk apa-apa yang masuk ke dalam perutnya,
maka nilai hidup orang itu sama dengan apa-apa yang kemudian keluar dari perutnya.
Sesungguhnya persoalan tujuan hidup manusia, bukanlah wewenang akal untuk
merumuskannya. Pada hakikatnya yang paling tahu tentang hal ini ialah Allah SWT
sendiri karena Dialah yang menciptakan manusia dan semua kehidupan ini. Dengan
sendirinya Allahlah pula yang berwenang dan lebih tahu tentang untuk apa
sebenarnya Dia menciptakan manusia.

Menurut Islam, tujuan hidup manusia adalah seperti yang dinyatakan oleh Allah
dalam firman-Nya:

ِ‫وما اخال ْق ُت ا ْل ِج َّن وا ْلْ ْن اس إ َّ َل ِل اي ْعبُدُون ااا‬

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56).

Inilah tujuan hidup manusia yang sebenarnya, menurut ketentuan Yang membuat
hidup itu sendiri, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Manusia sebagai makhluk yang memiliki derajat yang tinggi, bertanggung jawab atas
segala yang diperbuat.
2. Fungsi kehidupan manusia sebagai hamba Allah ,sebagai khalifah Allah.
3. Tujuan hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan ,berbuat baik kepada sesama
manusia dan tujuan hidup yang sebenarnya menurut ajaran agama islam adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT.

KRITIK DAN SARAN

Demikian makalah yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf apabila dalam
penulisan ini ada kesalahan , menyadari bahwa penulisan jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu kritik dan saran yang dapat membangun semangat saya harapkan dan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/download/3602/2
654/
https://owntalk.co.id/2020/10/29/mengapa-harus-di-ciptakan-ini-fungsi-dan-peranan-
manusia/?amp
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alfath/article/view/3253

Anda mungkin juga menyukai