Pendahuluan
Latar belakang
Pada dasarnya diturunkan agama, melalui kitab-kitab suci dan diutusnya para Rosul ke muka
bumi ini adalah bertujuan untuk menyepurnakan manusia. Artinya bahwa agama merupakan petunjuk
Tuhan yang mengarahkan manusia untuk mencapai kesempurnaan hakiki manusia. Maksudnya adalah
memberi petunjuk kepada manusia dalam berbagai dimensi dan potensi, untuk mengaktualisasikan semua
potensinya yang ada dalam dirinya dan dapat mempertanggung jawabkan ke-haribaan illahi suatu saat
nanti.
Dengan pandangan ini tidak akan mungkin kehadiran agama akan menyebabkan manusia
berkorban untuknya, mengorbankan dirinya secara sia-sia atas nama agama. Jika manusia dengan sia-sia
dan semata menghancurkan dirinya atas nama agama, maka sebaiknya agama seperti ini tidak dihadirkan.
Dalam pandangan islam, agama merupa`kan jalan dan kesempurnaan dan keselamatan manusia.
Agama adalah pemberi makna bagi kehidupan manusia. Disini, kami tidak berargumentasi atas
pandangan diatas, tapi hanya menjabarkan pandangan islam tentang substansi agama dan hubungannya
dengan manusia.
BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu mendapat awalan "me" sehingga menjadi "mendidik"
artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, Education (pendidikan) berasal dari kata Educate (mendidik) artinya memberi
peningkatan (to give rise to) dan mengembangkan (to develop). Dalam pengertian sempit, pendidikan
(education) berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk lain pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai
pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika pengertian seperti ini
kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik (seperti guru dan orang tua) tentu harus
melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal
sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi
pelajaran tersebut.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) Pendidikan sebagai ……"the institutional procedures which
are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. Usually term is
applied to formal institution." Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan
(sekolah dan madrasah) yang diperguanakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal
dan nonformal, disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi lainnya. Bahkan,
menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-
instruction).
Barangkali sulit untuk mengabaikan peran serta keluarga dalam pendidikan. Anak – anak sejak
balita hingga usia dewasa memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Maka, tak engherankan jika
Gilbert Higaest (1961) ,menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak – anak sebagian besar terbentuk
oleh pendidikan kelurga.
Dalam konsepsi Islam sangat jelas, bahwa anak yang baru atau bayi yang lahir dalam keadaan
tidak mengtahui apapun, tapi dia diberikan dan dibekali oleh Tuhan berbagai potensi, seperti
pendengaran, penglihatan, dll. (Al-Nahl:78).
Kelurga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam proses pendidikan. Dan
kedua orang tua merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam proses tersebut.
Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat termasuk kedalam lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi
terhadap perkembangan keberagamaan seorang peserta didik. Hubungan masyarakat akan sangat
memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan anak. Asuhan masyarakat bersipat seumur hidup
(tidak terbatas usia), tedapat hubungan antara lingkungan dan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai
agama.
Dari ketiga lembaga pendidikan di atas dapat di simpulkan bahwa tanggung jawab pendidikan,
terutama pendidikan agama menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
E. Urgensi Agama bagi Landasan Pendidikan
Pendididkan adalah suatu usaha disengaja yang dibutuhkan dalam usaha upaya untuk
mengantarkan peserta didik menuju pada tingkat kematangan atau kedewasaan, baik moral maupun
intelektual. Di Indonesia banyak kita lihat penurunan kualitas akhlak atau moralitas masyarakat Indonesia
; tawuran antar pelajar, pengeroyokan, pencurian, kekerasan dalam rumah tangga hingga korupsi di
kalangan pejabat negara, baik di tingkat eksekutif, yudikatif maupun legislatif. Di antara penyebabnya ;
moral, politik, pendidikan, kesempatan kerja, pengaruh budaya asing dan penegak hukum.
Sebenarnya manusia berpotensi melakukan kebaikan, keburukan, kesucian, maksiat, kelambutan
dan kekerasan. Dengan adanya pendidikan setiap potensi – potensi yang ada dalam diri manusia akan
diarahkan kepada hal – hal yang positif sehingga bisa menjadi insan beragama.
Agama tidak bisa berhenti pada tahap informatif (pengetahuan) tapi juga harus bersifat aplikatif.
Maka bagi seorang pendidik tidak boleh hanya menyuruh muridnya untuk menghapal segala yang
berkaitan dengan agama tanpa mengaplikasikannya, karna akan sangan membosankan bagi peserta
didiknya. Karna bahaya apabila peserta didik merasa bosan dan segan pada pelajaran agama. Karna
pendidikan agama harus bisa menyadarkan para peserta didik akan fitrahnya sebagai manusia.
Kepentingan pendidikan agama tidak hanya berorientasi pada cita – cita intelektual saja, namun
tidak melupakan nilai – nilai keTuhanan, individual dan sosial dan tingkah laku kesehariannya. Apalagi
apabila pendidikan keagamaan dilaksanakan pada semua jejang dan jenis pendidikan menjadi suatu
kewajiban dan keharusan.
Sebagaimana terdapat dala UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sindiknas pasal 30 ayat 3 : “
pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non-formal dan informal”.
Pasal ini mengimplikasi bahwa pada setiap jenjang pendidikan harus di adakannya pendidikan
keagamaan.
Oleh karena itu, A. Tafsir (2008: 11-12), menjelaskan bahwa pendidikan agama itu tidak akan
berasil apabila hanya diserahkan pada guru agama saja. Karena inti dari pendidikan keagamaan itu, selain
dari hafal juga mencakup keimanan dan ketakwaan, maka pendidikan keagamaan juga merupakan tugas
bersama antara guru, sekolah, orang tua dan masyarakat. Dalam artian, harus adanya keterpaduan baik
keterpaduan tujuan, materi, proses dan lembaga.
BAB 3
Penutup
A. Simpulan
Pendidikan tidak semata-mata hanya berorietasi cita-cita pada intlektial saja. Namaun tidak melupakan
nilai-nilai ketuhanan, individual, dan sosial. Artinya, peruses pendidikan di samping akan menuntut dan
memancing potensi intlektual seseorang, juga menghidupkan mempertahankan unsure manusiawi dengan
dirinya dengan landasan iman dan takwa
Dengan demikian jelas, bahwa peran agama, terutama keimanan dan ketakwaan serta akhalak yang
mulia,sangnatlah penting bagi pemberdayaan manusia indonisia.
Agama sangat penting demi keberlangsungan pendidikan Indonesia karena banyak orang pintar
intelktual tapi tidak sedikit juga yang lemah agamanya jadi akhirnya malah terjebak dalam ranah yang
tidak baik.
Daftar Pustaka
A. Rahman Saleh. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: Raja grafindo
persada.
Jamaruddin, dkk. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Humanis Religius Dalam Pendidikan
Karakter di Sekolah. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. 2:2, 114-116.
Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,1997
Uus Rusawandi, dkk. 2009. Landasan Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri.