Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

Pendahuluan
Latar belakang
Pada dasarnya diturunkan agama, melalui kitab-kitab suci dan diutusnya para Rosul ke muka
bumi ini adalah bertujuan untuk menyepurnakan manusia. Artinya bahwa agama merupakan petunjuk
Tuhan yang mengarahkan manusia untuk mencapai kesempurnaan hakiki manusia. Maksudnya adalah
memberi petunjuk kepada manusia dalam berbagai dimensi dan potensi, untuk mengaktualisasikan semua
potensinya yang ada dalam dirinya dan dapat mempertanggung jawabkan ke-haribaan illahi suatu saat
nanti.
Dengan pandangan ini tidak akan mungkin kehadiran agama akan menyebabkan manusia
berkorban untuknya, mengorbankan dirinya secara sia-sia atas nama agama. Jika manusia dengan sia-sia
dan semata menghancurkan dirinya atas nama agama, maka sebaiknya agama seperti ini tidak dihadirkan.
Dalam pandangan islam, agama merupa`kan jalan dan kesempurnaan dan keselamatan manusia.
Agama adalah pemberi makna bagi kehidupan manusia. Disini, kami tidak berargumentasi atas
pandangan diatas, tapi hanya menjabarkan pandangan islam tentang substansi agama dan hubungannya
dengan manusia.
BAB 2
Pembahasan

A.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu mendapat awalan "me" sehingga menjadi "mendidik"
artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, Education (pendidikan) berasal dari kata Educate (mendidik) artinya memberi
peningkatan (to give rise to) dan mengembangkan (to develop). Dalam pengertian sempit, pendidikan
(education) berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk lain pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai
pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika pengertian seperti ini
kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik (seperti guru dan orang tua) tentu harus
melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal
sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi
pelajaran tersebut.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) Pendidikan sebagai ……"the institutional procedures which
are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. Usually term is
applied to formal institution." Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan
(sekolah dan madrasah) yang diperguanakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal
dan nonformal, disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi lainnya. Bahkan,
menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-
instruction).

B.     Pengertian Landasan Religius Pendidikan


Salah satu asumsi yang menjadi titik tolak dalam rangka pendidikan dapat bersumber dari agama,
filsafat, ilmu dan hukum atau yuridis. Landasan religius pendidikan asumsi-asumsi yang bersumber dari
ajaran agama yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contonya: Dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa “Menuntut ilmu adalah wajib untuk semua muslim”. Implikasinya, bagin setiap muslim bahwa
belajar atau mengenyam pendidikan sepanjang hayat merupakan sebuah kewajiban.
Pendidikan agama terdiri atas dua kata, yaitu “pendidikan “dan “agama.” kata “pendidikan” secara
etimologi berasal dari kata didik yang berarti “proses perubahan tingkah laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan.
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan
yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan
kata education yang beararti pengembangan atau bimbingan.[2]
Dalam bahasa arab istilah ini dikenal debgan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurobbi-
tarbiyatan yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara.[3]
Sementara itu kata “agama” atau “religi” berasal dari bahasa latin relegere yang berarti kumpulan
atau bacaan.adapun secara istilah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
ghaib yang harus dipatuhi; kekuatan ghaib tersebut menguasai manusia; berarti pula mengikatkan diri
pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri
manusia yang memengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. Agama dapat pula berarti ajaran-ajaran yang
diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Secara terminologi kata Islam dapat diartikan selamat, menyerah, tunduk, dan patuh. Adapun menurut
istilah Islam berarti tunduk dan menyerah diri sepenuhnya kepada Allah-lahir maupun batin-dengan
melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan larangan-Nya.
Islam adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang tata cara hidup yang diturunkan Allah kepada
umat manusia melalui para rasul-Nya.
Dengan demikian, pengertian kata ”pendidikan” dan kata “agama Islam” yang masing-masing telah
diuraikan diatas, dapat disatukan menjadi suatu pengertian pendidikan agama Islam secara integral.
Mengenai pengertian pendidikan agama Islam banyak para pakar pendidikan yang memberikan
definisi secara berbeda diantaranya adalah sebagai berikut:
Prof. Dr. Zakiah Darajat menjelaskan sebagai berikut:[4]
a.       Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
b.      Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
c.       Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaranajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya ia dapat
memahami,menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun diahirat kelak.
Prof. H. M. Arifin mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah, “Usaha orang dewasa muslim
yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangan.
Di dalam GBPP dan Sekolah umum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum tajun 1994,
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah : ”Usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.
Dari pengertian tersebut, Muhaimin mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan pendidikan agama Islam, yaitu:[5]
a.       Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
b.      Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan,dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan
atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran
agama Islam.
c.       Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan tertentu.
d.      Kegiatan Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk
kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas
atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian dengan
manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim) ataupun yang tidak seagama
(hubungan dengan non muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara, sehingga dapat terwujud persatuan
nasional.
Dari sekian banyak pengertian pendidikan agama Islam diatas pada dasarnya saling melengkapi dan
memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari
pengalaman agama, berahlak mulia, dan berkepribadian utama, berwatak sesuai dengan ajaran agama
Islam. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menekankan bukan hanya pada pengetahuan terhadap (Islam),
tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengalaman agama peserta didik dalam seluruh kehidupannya.
C.     Pengaruh Agama Bagi Manusia
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial
budaya tahap awal manusia. Yakni bahwa agama dan kehidupan beragama pada manusia merupakan
pebawaan (Fitrah) manusia sejak zaman azalinya. Artinya dalam diri manusia, baik perseorangan maupun
secara kelompok sudah terdapat kecenderungan dan dorongan untuk beragama. Ada tiga alasan, pengaruh
agama bagi manusia atau perlunya manusia terhadap agama, diantaranya :  

a.       Latar Belakang Fitrah Manusia


Fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir. Dengan potensi Fitrah ini, manusia hidup, tumbuh, dan berkembang menjadi
berkemampuan unttuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya dengan potensi fitahnya
sistem kehidupan sosial budaya manusia mengalami proses tumbuh dan berkembang serta mengalami
kemajuan – kemajuan.   
b.      Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Faktor lainnya adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, juga memiliki
kekurangan. Manusia memang diciptakan Alloh SWT dalam keadaan yang paling sempurna  dibanding
makhluk lain yang diciptakan-Nya, yang berfungsi menampung serta mendorong manusia untuk berbuat
kebaikan dan keburukan. Sebagaimana dalam Q.S Al-Syams : 7 – 8
c.       Tantangan Manusia
Manusia senantiasa mendapatkan berbagai tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari
luar. Tantangan dari dalam berupa hawa nafsu dan bisikan syetan (Q.S Yusuf : 5 dan Q.S Al-Isra : 53),
sedangkan yang berasal dari luar berupa rekayasa dan upaya – upaya manusia yang dilakukan secara
sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhannya (Alloh).
D.     Pengaruh Agama bagi Pendidikan
pengaruh agama terhadap dunia pendidikan, secara garis besar dapat diklasifikasikan pada dua
lembaga pendidikan ;
a.       Pendidikan Sekolah
Lembaga pendidikan secara khusus tidak ada (masyarakat primitif). Anak – anak umumnya
dididik di lingkungan keluarga dan masyarakat lingkungannya. Jika anak dilahirkan dilingkungan tani,
maka dapat dipastikan dia akan menjadi petani seperti orang tua dan masyarakat lingkungannya.
Dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan
suatu keniscayaan sebagai pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para ornag tua untuk
mendidik anak – anak  mereka, maka mereka diserahkan ke sekolah – sekolah. Sebagai contoh, misalnya,
anak – anak yang dihsailakn dilembaga pendidikan keagamaan khusus, seperti ; pesantren, seminar,
vihara dll.
Fungsi sekolah dalam kaitannya, dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain
sebagai pelanjut pendidikan agama dilingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri
anak yang tidak menerima pendidikan agama di keluarganya.
b.      Pendidikan Luar Sekolah
  Pendidikan Keluarga

Barangkali sulit untuk mengabaikan peran serta keluarga dalam pendidikan. Anak – anak sejak
balita hingga usia dewasa memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Maka, tak engherankan jika
Gilbert Higaest (1961) ,menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak – anak sebagian besar terbentuk
oleh pendidikan kelurga.
Dalam konsepsi Islam sangat jelas, bahwa anak yang baru atau bayi yang lahir dalam keadaan
tidak mengtahui apapun, tapi dia diberikan dan dibekali oleh Tuhan berbagai potensi, seperti
pendengaran, penglihatan, dll. (Al-Nahl:78).
Kelurga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam proses pendidikan. Dan
kedua orang tua merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam proses tersebut.
 Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat termasuk kedalam lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi
terhadap perkembangan keberagamaan seorang peserta didik. Hubungan masyarakat akan sangat
memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan anak. Asuhan masyarakat bersipat seumur hidup
(tidak terbatas usia), tedapat hubungan antara lingkungan dan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai
agama.
Dari ketiga lembaga pendidikan di atas dapat di simpulkan bahwa tanggung jawab pendidikan,
terutama pendidikan agama menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
E.    Urgensi Agama bagi Landasan Pendidikan
Pendididkan adalah suatu usaha disengaja yang dibutuhkan dalam usaha upaya untuk
mengantarkan peserta didik menuju pada tingkat kematangan atau kedewasaan, baik moral maupun
intelektual. Di Indonesia banyak kita lihat penurunan kualitas akhlak atau moralitas masyarakat Indonesia
; tawuran antar pelajar, pengeroyokan, pencurian, kekerasan dalam rumah tangga hingga korupsi di
kalangan pejabat negara, baik di tingkat eksekutif, yudikatif maupun legislatif. Di antara penyebabnya ;
moral, politik, pendidikan, kesempatan kerja, pengaruh budaya asing dan penegak hukum.
Sebenarnya manusia berpotensi melakukan kebaikan, keburukan, kesucian, maksiat, kelambutan
dan kekerasan. Dengan adanya pendidikan setiap potensi – potensi yang ada dalam diri manusia akan
diarahkan kepada hal – hal yang positif sehingga bisa menjadi insan beragama.
Agama tidak bisa berhenti pada tahap informatif (pengetahuan) tapi juga harus bersifat aplikatif.
Maka bagi seorang pendidik tidak boleh hanya menyuruh muridnya untuk menghapal segala yang
berkaitan dengan agama tanpa mengaplikasikannya, karna akan sangan membosankan bagi peserta
didiknya. Karna bahaya apabila peserta didik merasa bosan dan segan pada pelajaran agama. Karna
pendidikan agama harus bisa menyadarkan para peserta didik akan fitrahnya sebagai manusia.
Kepentingan pendidikan agama tidak hanya berorientasi pada cita – cita intelektual saja, namun
tidak melupakan nilai – nilai keTuhanan, individual dan sosial dan tingkah laku kesehariannya. Apalagi
apabila pendidikan keagamaan dilaksanakan pada semua jejang dan jenis pendidikan menjadi suatu
kewajiban dan keharusan.
Sebagaimana terdapat dala UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sindiknas pasal 30 ayat 3 : “
pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non-formal dan informal”.
Pasal ini mengimplikasi bahwa pada setiap jenjang pendidikan harus di adakannya pendidikan
keagamaan.
Oleh karena itu, A. Tafsir (2008: 11-12), menjelaskan bahwa pendidikan agama itu tidak akan
berasil apabila hanya diserahkan pada guru agama saja. Karena inti dari pendidikan keagamaan itu, selain
dari hafal juga mencakup keimanan dan ketakwaan, maka pendidikan keagamaan juga merupakan tugas
bersama antara guru, sekolah, orang tua dan masyarakat. Dalam artian, harus adanya keterpaduan baik
keterpaduan tujuan, materi, proses dan lembaga.   

F.    Landasan Pendidikan Agama Islam


Dasar pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat fundamental dalam Pelaksanaan
pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak misi pendidikan, dan dari tujuan
pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan diarahkan atau dibawa.
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan itu tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bernegara.
Sehingga pendidikan dijadikan  suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa.
Pada umumnya tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan yaitu
mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekerti
dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai kesempurnaan dan bahagia hidupnya lahir dan batin.
Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan
pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Pada umumnya yang menjadi landasan dalam
penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa dan negara adalah pandangan hidup dan falsafah hidupnya.
Dasar pendidikan agama di indonesia erat kaitannya dengan dasar pendidikan Nasional yang menjadi
landasan terlaksananya pendidikan bagi bangsa indonesia. Karena pendidikan agama Islam merupakan
bagian yang ikut berperan dalam tercapainya tujuan pendidikan Nasional.
Dasar ideal pendidikan Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW.
Kalau pendidikan di ibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan Haditslah yang menjadi fundamennya.
Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenaran yang sudah tidak dapat di ragukan lagi.
Sedangkan sunnah Rasulullah SAW yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa
perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasullullah SAW dalam bentuk isyarat. Bentuk isyarat ini adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain dan Rasullullah membiarkan saja dan terus
berlangsung.
Dari uraian diatas makin jelaslah bahwa yang menjadi sumber pendidikan adalah Al-Qur’an dan
Sunnah yang didalamnya banyak disebutkan  ayat atau hadits yang mewajibkan Pendidikan Agama Islam
untuk dilaksanakan antara lain: Allah berfirman:
) ٧۱ :‫س ْولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْوزًا َع ِظ ْي ًما (االحزاب‬
ُ ‫َو َمنْ يُ ِط ِع هللاَ َو َر‬
Artinya: Dan barang siapa yang mentaati Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan bahagia sebenar-benar
bahagia. (QS Al-Ah-zab 71)[7]
Ayat tersebut tegas sekali mengatakan bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek
kehidupannya (Termasuk pendidikannya) dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, maka akan
bahagialah hidupnya dengan sebenar-benarnya bahagia baik didunia maupun di akhirat nanti. Sabda nabi
Muhammad SAW:
ٍ ‫سلََّ َم (رواه‬
)‫االمام مالك‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سنَّةُ َر‬
َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫هللاِ َو‬ ‫َاب‬ ِ ‫ت ََر ْكتُ فِ ْي ُك ْم َأ ْم َر ْي ِن لَنْ ت‬
َّ ‫َضلُ ْوا َما تَ َم‬
ُ ‫ ِكت‬: ‫س ْكتُ ْم بِ ِه َما‬
Artinya: Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian yang membuat kalian tidak akan sesat selagi kalian berpegang
kepada keduanya, yaitu kitabullah,(Alquran) dan sunnah Rasul-Nya. (H.R.Imam Malik)[8]
1)      Dasar Yuridis
Dasar-dasar pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung
dan tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, disekolah-sekolah
ataupun dilembag-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a.      Dasar Ideal.
Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara pancasila dimana sila pertama dari pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 (PRASETIA PANCAKARSA) disebutkan bahwa
dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia  menyatakan kepercayaan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk merealisasi hal tersebut, diperlukan adanya pendidikan
agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.
b.      Dasar Struktural atau Konstitusional
Yakni dasar dari UUD 1945, dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1.      Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.
2.      Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bunyi ayat diatas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama dan negara
melindungi umat beragama untuk menunaikan ajaran agama dan beribadah sesuai agamanya masing-
masing.
c.       Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan
pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan Tap MPR No.IV/MPR/1973
yang kemudian dikokohkan kembali pada Tap MPR No.IV/MPR/1978 Jo Ketetapan MPR
No.II/MPR/1983, Ketetapan MPR No.II/MPR/1988, dan ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang
GBHN yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung
dimasukkan kedalam kurikulum disekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-
universitas negeri. Dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999 disebutkan bahwa meningkatkan kualitas
pendidikan agama melalui penyempurnaan sitem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral
dengan sitem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Kemudian dikuatkan lagi dengan Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab
X Pasal 37 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut. (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat: (a) pendidakan   agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa; (d) matematika; (e)
ilmu   pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani, dan
(i) ketrampilan/kejujuran dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib memuat: (a) pendidikan agama;
(b) pendidikan kewarganegaraan, dan (c) bahasa.                                                                        7
Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
2)      Dasar Religius.
 Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari agama Islam yang tertera
dalam ayat Al-Quran maupun Hadits Nabi menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama
adalah merupakan perintah dari Tuhan yang merupakan ibadah kepadanya.[9]
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain berikut ini:
a)      Dalam Surat An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:
َ ‫سبِ ْي ِل َربِّكَ بِال ْ ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬
)     :‫سنَ ِة (النحل‬ َ ‫ع اِلَى‬
ُ ‫اُ ْد‬
Artinya: Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasihat yang baik.[10]
b)      Dalam Surat Ali-Imron ayat 104, yang berbunyi:
ِ ‫َو ْلتَ ُكنْ ِم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَ ْدع ُْونَ اِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَْأ ُم ُر ْونَ بِا ْل َم ْع ُر ْو‬
)۱۰٤ :‫ف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر (ال عمران‬
Artinya: Hendaknya ada diantara kamu segolongan ummat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat
baik dan mencegah dari perbuatan mungkar.[11]

c)      Dalam Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:


َ ُ‫اَ ْنف‬  ‫يَااَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُ ْوا قُ ْوا‬
)٦ :‫نَا ًرا(التحريم‬ ‫ َواَ ْهلِ ْي ُك ْم‬ ‫س ُك ْم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.[12]
Selain ayat-ayat tersebut , juga disebutkan dalam hadits antara lain sebagai berikut:
                                                 )‫(رواه البخارى‬ ً‫بَلِّ ُغ ْوا َعنِّى َولَ ْو ايَة‬
Artinya: Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit. (HR.Bukhari)[13]
ِّ َ‫يُن‬ ‫َأ ْو‬ ‫يَ َه ِّودَانِ ِه‬ ُ‫فََأبَ َواه‬ ‫ا ْلفِ ْط َر ِة‬ ‫ َعلَى‬ ‫ُك ُل َم ْولُ ْو ٍد يُ ْولَ ُد‬
                                  ‫ص َرانِ ِه‬
َ ‫يُ َم ِّج‬ ‫َأ ْو‬
)‫مسلم‬ ‫سانِ ِه (رواه‬
Artinya: Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka
kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi
(HR.Baihaki)
3)      Dasar dari Sosial Psikologis
Semua manusia didunia ini membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka
merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang maha kuasa,
tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan. Hal semacam itu terjadi pada
masyarakat primitif maupun pada masyarakat yang modern, dan sesuai dengan firman Allah dalam surat
Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi:[14]
ِ ‫تَ ْط َمِئنُّ ا ْلقُلُ ْو‬ ِ‫بِ ِذ ْك ِرهللا‬ َ‫اَال‬
)   :‫ب (الرعد‬
Artinya: Ketahuilah, bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram.[15]
Oleh karena itu, manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan
agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama
Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kearah yang benar sehingga mereka dapat mengabdi dan
beribadah sesuai dengan ajaran Islam. tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke generasi
berikutnya, manusia akan semakin jauh dari agama yang benar.[16]
Selanjutnya untuk mengenai tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[17]
Dalam merumuskan tujuan-tujuan diatas, kiranya perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.      Harus memenuhi situasi masyarakat indonesia sekarang dan yang akan datang.
2.      Memenuhi hakiki masyarakat.
3.      Bersesuaian dengan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
4.      Menunjang tujuan yang secara hirarki berada diatasnya.
Dari uraian di atas dapatlah dilihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus mendukung tujuan
instusional dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan agama harus mengarahkan tujuannya untuk
memenuhi tuntutan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tersebut, dan secara
umum harus memenuhi tujuan pendidikan  nasional.[18]
Singkatnya tujuan pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda pemudi dan orang
dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia, sehingga
ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan
berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.

           
BAB 3
Penutup
A.     Simpulan
Pendidikan tidak semata-mata hanya berorietasi cita-cita pada intlektial saja. Namaun tidak melupakan
nilai-nilai ketuhanan, individual, dan sosial. Artinya, peruses pendidikan di samping akan menuntut dan
memancing potensi intlektual seseorang, juga menghidupkan mempertahankan unsure manusiawi dengan
dirinya dengan landasan iman dan takwa
Dengan demikian jelas, bahwa peran agama, terutama keimanan dan ketakwaan serta akhalak yang
mulia,sangnatlah penting bagi pemberdayaan manusia indonisia.
Agama sangat penting demi keberlangsungan pendidikan Indonesia karena banyak orang pintar
intelktual tapi tidak sedikit juga yang lemah agamanya jadi akhirnya malah terjebak dalam ranah yang
tidak baik.

Daftar Pustaka
A. Rahman Saleh. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: Raja grafindo
persada.
Jamaruddin, dkk. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Humanis Religius Dalam Pendidikan
Karakter di Sekolah. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. 2:2, 114-116.
Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,1997
Uus Rusawandi, dkk. 2009. Landasan Pendidikan, Bandung:  Insan Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai