Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan satu aspek yang penting di dalam kehidupan setiap
individu. Pendidikan bermula sejak seorang itu dilahirkan sehinggalah ia
menemui ajalnya. Pendidikan bagi manusia meliputi aspek jasmani, rohani,
akaldan sosial. “Manusia mendidik anaknya supaya badannya sehat dan kuat,
akalnya waras dan cerdas, rohaninya luhur dan berbudi pekerti tinggi, tahu
bermasyarakatdan menyesuaikan diri dalam kelompoknya”. Di antara pendidikan
yang paling penting bagi setiap manusia ialah pendidikan Islam.Pendidikan Islam
adalah pendidikan yang melatih kepekaan (sensibility) para peserta didik
sedemikian rupa sehingga sikap hidup dan peri-laku, jugakeputusan dan
pendekatannya kepada semua jenis pengetahuan dikuasai oleh perasaan mendalam
nilai – nilai etik dan spiritual Islam.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena dengan
pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi diri dan mengembangkan
kepribadiannya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat. Inti dari kegiatan pendidikan adalah adanya interaksi
antara pendidik denganpeserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Interaksi ini dapat terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun
masyarakat. Perbedaan yang mendasar antara ketiga model interaksi pendidikan
tersebut terletak pada adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis yang
akan disampaikan pada siswa.
Kurikulum pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini tidak terbatas
setakat mempelajari mata pelajaran pengetahuan agama Islam sajasebagaimana
kefahaman kebanyakkan masyarakat hari ini. Tetapi pendidikanIslam itu
sebenarnya mempunyai skop jangkauan yang lebih luas meliputi semua cabang
ilmu pengetahuan yang dibenarkan oleh agama Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

1. Pengertian Kurikulum

William B. Ragan, sebagai dikutip S. Nasution, berpendapat bahwa


kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan disekolah. S. Nasution
menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya :
pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai hasil pengambangan kurikulum),
kedua, sebagai program( alat yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan),
ketiga, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa
(sikap, keterampilan tertentu), dan keempat, kurikulum sebagai pengalaman
siswa.
Di dalam kamus bahasa Arab kurikulum (Manhaj) sering didefinisikan
sebagai jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada
berbagai bidang kehidupannya. Seterusnya, Prof. Dr. Omar Al-Syaibani (1991)
menjelaskan kurikulum (manhaj) dimaksudkan sebagai jalan terang yang
dilalui oleh pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik atau
dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mereka. Sementara itu Wiles dan Bondi (1993) memberikan definisi kurikulum
sebagai: “It is the range of experiences,both indirect and directed,concerned in
unfolding the abilities of the individual,or it is a series of consciously directed
training experiences that the school use for completing and perfecting the
individual” Menurut Zuharani (1983), ”Kurikulum adalah semua pengetahuan,
kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajar yang diatur dengan kaedah yang
sistematik, yang diterima anak untuk mencapai suatu tujuan”. Sementara itu
Kementerian Pelajaran Malaysia (1984) menjelaskan ”Kurikulum
bermaksud segala rancangan pendidikan yang dikendalikan oleh sesebuah
sekolah ataupun institusi pelajaran untuk mencapai matlamat pendidikan”.
Seterusnya, Pg. Dr. Hj. Abu Bakar (2008) menjelaskan: ”Kurikulum adalah
maklumat dan ilmu pengetahuan yang diajar oleh guru atau yang dipelajari
oleh pelajar di sekolah atau lain-lain institusi pendidikan, dalam bentuk mata

2
pelajaran yang terdapat dalam buku teks dalam setiap tahap pendidikannya”.
Ini bermakna kurikulum itu ialah segala pengalaman yang diperolehi oleh
pelajar di sekolah yang mempunyai pengaruh yang baik terhadap kelakuan
anak di bawah bimbingan guru bagi mencapai tujuan dan matlamat
pendidikan.1
Akhirnya dapatlah diambil kesimpulan bahawa kurikulum bukan hanya
meliputi mata pelajaran dan pengalaman yang berlaku dalam kelas, malah ia
meliputi semua pengalaman, aktiviti, suasana dan pengaruh yang diberikan
kepada pelajar atau yang mereka kerjakan atau yang mereka jumpai di sekolah
atau yang dikelolakan oleh sekolah. Ini termasuklah, semua kegiatan,
pengalaman budaya, seni, sukan dan sosial yang dikerjakan oleh pelajar di luar
jadual waktu dan di luar bilik darjah yang dikelolakan oleh pihak sekolah.

2. Pengertian Pendidikan Islam


Istilah “Pendidikan Islam” merupakan rangkai kata yang membawa makna
yang sangat luas. Dalam ungkapan ini sendiri telah tersirat konsep, falsafah dan
matlamatnya. Ini agak berbeda dengan kefahaman umum masyarakat hari ini
yang menganggap pendidikan Islam itu ialah Mata Pelajaran Agama Islam atau
Pengetahuan Agama Islam di sekolah. Untuk memberikan pengertian
pendidikan Islam yang sempurna, terlebih dahulu kita menjelaskan makna kata
‘pendidikan’ dan ‘Islam’. Menurut Al-Attas, Hassan Langgulung dan Burlian
Somad maksud pendidikan itu ialah perubahan dalam dan perubahan tingkah
laku (Mohd Yusuf Ahmad, 2004). Apabila disebut pendidikan Islam ia menjadi
lebih khusus dan bermaksud pendidikan yang berteraskan syariat Islam yang
berpandukan Al-Quran dan Al-Hadis, dan perubahan yang dikehendaki pula
ialah perubahan rohani, akhlak dan tingkah laku menurut Islam. Dalam bahasa
Inggeris istilah pendidikan disebut education. Manakala dalam bahasa Arab
pengertian kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah, antaranya
“ta’lim” ( ‫ ) التعلیم‬, tarbiyah ( ‫ ( التربیة‬dan ta’dib ) ‫) )التادیب‬. Namun demikian,
ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk atau
menerangkan pengertian pendidikan. Kata at-ta’lim merujuk kepada

1
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : kencana, 2008).

3
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan. Kata at-tarbiyah membawa erti mengasuh,
mendidik, dan memelihara. Sementara Kata at-ta’dib dapat diertikan sebagai
proses mendidik yang memfokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan
akhlak atau budi pekerti pelajar. Menurut Mohd Kamal Hasan, pendidikan
Islam menyatukan semua ilmu pengetahuan di bawah authority dan
pengendalian Al-Quran dan Sunnah yang merupakan teras dalam sistem
pendidikan dan kebudayaan Islam seluruhnya. Akidah Islam menjadi pusat
bagi semua ilmu serta sifatnya integrated. Menurut beliau pendidikan Islam itu
bolah dibahagi dua, iaitu formal dan informal. Akhirnya, dapatlah dibuat
kesimpulan bahawa tiada makna yang tepat bagi pendidikan Islam namun
dapat difahami oleh semua orang bahawa pendidikan Islam adalah satu usaha
untuk mengembangkan fitrah manusia sesuai dengan ajaran agama Islam
berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah yang akhirnya akan mewujudkan satu
masyarakat yang bertamadun tinggi, penuh rahmat dan kebahagiaan serta
mendapat keredaan Allah.2

3. Penegrtian Kurikulum Pendidikan Islam


Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktiviti,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis
diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan
Islam. Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu
merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai
tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan
Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan
Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan
kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.3
2.2 Materi Pokok Dalam Kurikulum Pendidikan Islam
2
Ibid
3
Ibid

4
1. Masalah Keimanan (aqidah)
Bagian aqidah menyentuh hal-hal yang bersifat iktikad (kepercayaan).
Termasuk mengenai iman setiap manusia dengan Allah, Malaikat, Kitab –
kitab, Rasul – rasul, Hari Qiamat dan Qada dan Qadar Allah swt. Masalah
keimanan mendapat prioritas pertama dalam penyusunan kurikulum karena
pokok ajaran inilah yang pertama perlu ditanamkan pada anak didik.
2. Masalah Keislaman (syariah)
Bagian syariah meliputi segala hal yang berkaitan dengan amal perbuatan
manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan peraturan hukum
Allah dalam mengatur hubungan manusia dengan Allah dan antara sesama
manusia. Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok
ajaran Islam Yang penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan
kurikulum ini.
3. Masalah Ihsan (akhlak).
Bagian akhlak merupakan suatu amalan yang bersifat melengkapkan
kedua perkara di atas (keimanan dan keislaman) dan mengajar serta mendidik
manusia mengenai cara pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga
ajaran pokok tersebut di atas akhirnya dibentuk menjadi Rukun Iman, Rukun
Islam dan Akhlak. Dari ketiga bentuk ini pula lahirlah beberapa hukum agama,
berupa ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak. Selanjutnya ketiga kelompok
ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam,
yaitu al-Quran dan al-Hadis serta ditambah lagi dengan sejarah Islam. Hal yang
perlu didahulukan dalam kurikulum pendidikan Islam yang pertama ialah al-
Quran dan Hadis. Kedua ialah bidang ilmu yang meliputi kajian tentang
manusia sebagai individu dan juga sebagai anggota masyarakat. Menurut
istilah moden bidang ini dikenali sebagai kemanusiaan (al-ulum al-insaniyyah)
Bidang-bidangnya termasuklah psikologi, sosiologi, sejarah, ekonomi dan
lainlain. Ketiga bidang ilmu mengenai alam atau sains natural ( al-ulum al-
Kauniyyah), yang meliputi bidang-bidang seperti astronomi, biologi dan
lainlain. Ruang lingkup materi pendidikan Islam sebenarnya ada terkandung di
dalam al-Quran seperti yang pernah dicontohkan oleh Luqman ketika mendidik
anaknya. Bagi Negara Brunei Darussalam Keluasan ruang lingkup pendidikan

5
Islam tertakluk kepada pihak Kementerian Pendidikan, Kementerian Hal
Ehwal Ugama, Jabatan Perkembangan Kurikulum, tingkat kelas, tujuan dan
tingkat kemampuan pelajar. Bagi sekolah Arab dan agama khas tentunya
mempunyai pembahasan yang lebih luas dan lebih terperinci berbanding
sekolah umum. Begitu juga terdapat perbedaan yang jelas di antara peringkat
rendah, menengah dan peringkat tinggi dan universiti. Sedangkan mengenai
sistem pengajaran dan teknik penyampaian adalah terserah kepada kebijakan
guru melalui pengalamannya dengan cara memperhatikan bahan yang tersedia,
waktu serta jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak tertentu.4
Bagi pengajian tinggi, Pengajaran Agama Islam hendaklah dijadikan suatu
mata pelajaran khas yang juga merupakan suatu pengajian yang mendalam
mengenai sesuatu hukum dan difahamkan maksud-maksud pengajaran Agama
Islam itu supaya mereka dapat mengamalkan pengajaran itu menjadi sebagai
suatu cara hidup dan menjadi panduan semasa mempelajari ilmu-ilmu yang
lain terutama sekali ilmu Sains. Bagi merumuskan maksud prinsip-prinsip
kurikulum pendidikan Islam kita lihat pandangan Prof. Mohd. Athiyah. Beliau
menjelaskan; “Pendidikan modern sekarang ini memerlukan pendidikan Islam,
yaitu pendidikan idealis yang bersifat kerohanian, moral dan keagamaan. Ini
membuatkan kita belajar untuk ilmu dan kelazatan ilmiah. Dengan demikian
kita terlepas daripada keruntuhan, kejahatan dan kemiskinan, penjajahan dan
keangkaramurkaan, serta peperangan – peperangan dengan segala bencana
yang ditimbulkannya. Demi untuk mendapat bersama menikmati suatu
kehidupan yang abadi hidup bersama saling bantu – membantu dan dalam
suasana demokrasi dan bahagia”
Sementara itu menurut Dr. Hj. Maimun Aqsa, perkara yang perlu
didahulukan dalam kurikulum pendidikan Islam ialah al-Quran, Hadis dan juga
Bahasa Arab. Kedua ialah bidang ilmu yang meliputi kajian tentang manusia
sebagai individu dan juga sebagai anggota masyarakat. Menurut istilah moden
hari ini, bidang ini dikenali sebagai kemanusiaan (al-ulum al-insaniyyah).
Bidang-bidangnya termasuklah psikologi, sosiologi, sejarah, ekonomi dan
lainlain. Ketiga bidang ilmu mengenai alam tabie atau sains natural (al-ulum

4
Zakiah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011)

6
al- Kauniyyah), yang meliputi bidang-bidang seperti astronomi, biologi dan
lain – lain. Sedangkan mengenai sistem pengajaran dan teknik penyampaian
adalah terserah kepada kebijakan guru melalui pengalamannya dengan cara
memperhatikan bahan yang tersedia, waktu serta jadwal yang sudah ditetapkan
oleh pihak tertentu (sekolah masing-masing). Dalam perkembangannya
kurikulum pendidikan Islam juga harus menyesuakan prinsip-prinsip
kurikulum secara umum, sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Menyeluruh dan berkesinambungan. Kesinambungan disini dimaksudkan
adalah saling hubungan atau jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis
program pendidikan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik sehingga terjadi
interaktif anatara pengajaran denagan daya berpikir anak. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi
kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara
tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Prinsip relevensi adalah kesesuaian,
keserasian pendidikam dengan tuntutan masyarakat. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di

7
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
e. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan suku, budaya dan adat istiadat, serta status
sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan
wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta
disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta
arah pengembangan manusia seutuhnya. Sekolah tidak saja memberi
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada saat peserta didik tamat
dari sekolah namun juga memberikan bekal kemampuan untuk dapat
menumbuh kembangkan dirinya di luar sekolah dan berjalan terus menerus
sepanjang hayat.5

2.3 Cara Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam

Di antara hal yang paling penting di dalam pembentukan setiap kurikulum,


tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam, ialah penyusunannya. Untuk
penyusunan yang rapi dan berkesan, kerjasama antara pihak sekolah dan pihak
penyusun kurikulum amatlah diperlukan. Penyusunan tersebut hendaklah
menitikberatkan kesesuaiannya menurut kemampuan pelajar. Dalam
penyususan kurikulum hendaknya semua pihak dalam satu lembaga
sekolah/yayasan diikut sertakan, sehingga dlam pelaksanaanya nanti dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan, serta dapat dipertanggung jawabkan.
5
http://razalinda.wordpress.com/2008/04/14/kurikulum-pendidikan-islam/

8
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu kurikulum,
ialah:
a. Tujuan pendidikan, dijabarkan menjadi tujuan-tujuan institusional, dirinci
menjadi tujuan kurikuler, dirumuskan menjadi tujuan-tujuan instruksional
(umum dan khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
b. Perkembangan peserta didik, merupakan landasan psikologis yang
mencakup psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
c. Mengacu pada landasan sosiologis dibarengi oleh landasan kultur ekologis.
d. Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan SDM dan
pembangunan semua sektor ekonomi.
e. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
f. Jenis dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukan sentral,
menentukan kegiatan dan hasil pendidikan. Penyusunannya memerlukan
fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Kurikulum yang lemah akan mengahasilkan manusia yang lemah
pula. Di antara perkara yang paling penting di dalam pembentukan setiap
kurikulum, tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam, ialah penyusunannya.
Untuk penyusunan yang rapi dan berkesan, kerjasama antara pihak sekolah dan
pihak penggubal kurikulum amatlah diperlukan. Penyusunan tersebut
hendaklah menitikberatkan kesesuaiannya menurut kemampuan pelajar.6
Penyusunan kurikulum yang tepat akan membawa manusia semakin
hampir kepada Allah. Seterusnya akan melahirkan genarasi manusia “para
sahabat” yang intelek, berilmu, beriman dan baramal. Kurikulum yang disusun
hendaklah berkesinambungan dari peringkat rendah hinggalah ke peringkat
menengah berterusan ke peringkat universiti bersesuai dengan kehendak dan
keperluan Negara. Selanjutnya, oleh kerana matlamat kurikulum dan
pendidikan Islam untuk melahirkan individu yang sempurna, samaada dari segi
rohani mahupun jasmani, mata pelajaran dalam kurikulum itu hendaklah
bersifat sepadu. Dengan kata lain mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan

6
M. Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Pustaka Setia, 1998).

9
Islam tidaklah terbatas kepada ilmu ilmu yang berbentuk teoritis saja, baik
bersifat naqli maupun aqli tetapi juga berbentuk praktis, seperti pendidikan
jasmani, latihan ketenteraan, teknik, pertukangan, pertanian dan perniagaan.
Kurikulum yang semata-mata membekalkan pelajaran yang berbentuk spiritual
boleh menyulitkan sesuatu institusi pengajian khususnya dari segi
pembangunan material.

2.4 Peran Dan Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam

a) Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan


pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di
masyarakat. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling
tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif,
serta peran kritis dan evaluatif.
1. Peran Konservatif (melestarikan)
Maksud dari peranan ini adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai
warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh
budaya asing masuk dalam budaya lokal. Melaluiperan konservatifnya,
kurikulum berperan dalammenangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak
nilai luhur mayarakat.
2. Peran Kreatif
Peran kreatif kurikulum maksudnya dimana kurikulum harus mampu
menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat yang cepat berubah. Jadi apabila kurikulum tidak mengandung
unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa
yang akan diberikan di sekolah pada akhirnya akan kurang bermakna, karena
tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya baru yang mana
harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif
kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan

10
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak
didik
b) Fungsi kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
b. Pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan
c. Fungsi kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah berikutnya dan
penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan
d. Standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau
sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada semester
maupun pada tingkat pendidikan tertentu.7

2.5 Asas – asas kurikulum pendidikan islam

Suatu kurikulum kependidikan termasuk pendidikan Islam hendaknya


mengandung beberapa unsure utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode
mengajar, dan metode penilaian. Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani
mengemukakan bahwa asaa – asas umum yang menjadi landasan pembentukan
kurikulum dalam pendidikan Islam itu adalah :
1. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada
ajaran Islam meliputi Aqidah, Ibadah, Muamalat, dan hubungan - hubungan
yang berlaku dalam masyarakat.
2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan
daras filosofis, sehingga suasana kurikulum pendidikan Islam mengadung
suatu kebenaran terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang
diyakini kebenarannya.
3. Asas Psikologis
Asas ini memeberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya
disusun dengan memepertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan

7
Ibid

11
perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus
dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan
bakat, jasmani, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial, kebutuhan dan keinginan,
minat, kecakapan, perbedaan individual, dan lain sebagainya yang
berhubungtan dengan aspek psikoligis.
4. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu kearah relisasi
individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua
kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam
perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial harus mendapar
tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out put
yang dihasilkan pendidikan Islam adalah manusia yang mampu mengambil
peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
Berdasarkan pada asas-asas tersebut diatas, maka kurikulum pendidikan
menurut An-Nahlawi harus pula memenuhi kriteria diantaranya sebagai
berikut: Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah
insani sehingga memiliki peluang untuk mensicukanya, dan menjaganya dari
penyimpangan serta menyelamatkannya. Kurikulum hendaknya diarahkan
untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah
kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis,fisik, sosial,
budaya maupun intelektual. Pertahapan serta pengkhususan kurikulum
hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik.8

2.6 Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam

Tujuan adalah dasar yang hendak dicapai dalam semua kegiatann manusia.
Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengendalikan dan mengembangkan
sesuatu kegiatan. Oleh sebab itu setiap tujuan hendaklah dirumuskan dengan
tegas dan jelas. Dengan adanya tujuan semua aktiviti dan pergerakan manusia
akan menjadi terarah dan bermakna. Kefahaman kita mengenai tujuan hidup di
dunia adalah penting untuk menetapkan tujuan pendidikan Islam kerana setiap

8
Moh Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta : Diva Press,
2009).

12
didikan yang diterima oleh manusia adalah untuk mencapai tujuan hidup
tersebut. Menurut Islam, manusia diturunkan ke bumi oleh Allah swt adalah
sebagai seorang khalifah yang mempunyai tugas untuk: Memakmurkan bumi
demi kebahagiaan hidup seperti firmannya dalam Surah Faathir ayat 39 :
Artinya : Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri.
dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.
Berbakti kepada Allah swt seperti firmannya dalam Surah Adz-Dzaariyaat
ayat 56 :
Artinnya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Dari pada keterangan di atas dapatlah dirumuskan bahawa, tujuan sejati
pendidikan Islam adalah menghasilkan orang-orang yang beriman dan juga
berpengetahuan, yang satu sama lain saling menompang. Islam tidak
memandang bahawa pencarian pengetahuan adalah demi pengetahuan sendiri
tanpa merujuk pada cita-cita spiritual yang harus dicapai manusia, tetapi untuk
mewujudkan sebanyak mungkin kemaslahatan bagi umat manusia.
Pengetahuan yang diceraikan dari agama bukan hanya membuat pengetahuan
menjadi bias, bahkan akan menjadikannya sebagai kejahilan jenis modern.
Islam menganggap orang yang tidak beriman kepada Allah swt sebagai orang
yang tidak berpengetahuan. Orang semacam ini, betapapun luas
pengetahuannya, hanya akan mempunyai pandangan yang tidak lengkap
mengenai jagat raya” (Syed Sajjad Husain & Syed Ali Ashraf,2000).
Sementara itu menurut Sayid Sabiq (1981) , tujuan pendidikan Islam ialah agar
jiwa seseorang dapat terdidik secara sempurna. Agar seseorang dapat
menunaikan kewajiban – kewajibannya kerana Allah.
Dapat berusaha untuk kepentingan keluargannya, kepentingan
masyarakatnya, serta dapat berkata jujur, dan berpihak kepada yang benar serta
mahu menyebarkan benih-benih kebaikan pada manusia. Apabila seseorang
mempunyai sifat-sifat seperti itu, bererti ia telah mencapai tingkat orang-orang

13
salih sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, yaitu orang-orang yang
berpegang teguh pada agamanya. Pendidikan Islam juga bertujuan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan dari peribadi manusia secara
menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan,
perasaan dan pancaindera. Oleh kerana itu pendidikan Islam harus
mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual,
imaginasi (fantasi), jasmani, keilmiahannya, bahasanya, baik secara individual
maupun kelompok, dan mendorong aspek-aspek tersebut kearah kebaikan dan
pencapaian kesempurnaan hidup. Sementara itu, menurut hasil Kongres
Pendidikan Islam Sedunia Tahun 1980 di Islamabad, menyebutkan bahawa
pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan keperibadian
manusia yang menyeluruh, secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri
manusia yang rasional, perasaan dan indera. Kerana itu, pendidikan harus
mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual,
imajinatif, fisik, ilmiah dan bahasa secara individual maupun kolektif.
Mendorong semua aspek kearah kebaikan dan mencapai kesempurnaan.
Tujuan akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah, baik secara peribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.9
Akhirnya dapatlah diambil kesimpulan bahawa tujuan pendidikan Islam
itu tidak statik. Ia sering mengalami perubahan mengikut kepentingan dan
perkembangan masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Walaupun
begitu sebagai umat Islam kita mestilah berpegang teguh dan terus merujuk
kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam melaksanakan tujuan pendidikan
Islam.

BAB III

PENUTUP

9
http://muhfathurrohman.wordpress.com/

14
3.1 Kesimpulan
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktiviti,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis
diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan
Islam.
Tujuan adalah dasar yang hendak dicapai dalam semua kegiatan
manusia.Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengendalikan dan
mengembangkan sesuatu kegiatan. Oleh sebab itu setiap tujuan hendaklah
dirumuskan dengan tegas dan jelas
Adapun dasar kurikulum pendidikan Islam adalah adanya dasar agama,
dasar falsafah, dasar psikologis, dasar sosial, serta dasar organisatoris. Prinsip-
Prinsip dalam penyusunan kurikulum, kita harus perhatikan prinsip-prinsip
yang dapat mewarnai kurikulum pendidikan, berasaskan Islam termasuk ajaran
dan nilai-nilainya. Prinsip mengarah kepada tujuan, prinsip (integritas), prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsipintegritas, prinsip efesiensi, dan prinsip
kontinuitas.

3.2 Saran

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


dan kesalahan dalam penegetikan, oleh sebab itu kami pemakalah mengharapkan
saran dan kritik untuk perbaikan makalah kami kedepannya.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

15
Abdul Mujib, dkk, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : kencana.
Drajat, Zaskiah, dkk, 2011. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
M. Ahmad, Dkk, 1998. Pengembangan Kurikulum, Bandung : Pustaka Setia.
Yamin, Moh, 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta : Diva
Press.
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/01/04/model-model
pengembangankurikulum-pendidikan-islam/
http://razalinda.wordpress.com/2008/04/14/kurikulum-pendidikan-islam/

16

Anda mungkin juga menyukai