Assalamualaikum wr.wb
Bismillah, washolatu wassalamu ‘ala rasulillah, tiada kata
yang pantas kami ucapkan selain alhamdulillah sebagai ungkapan
rasa syukur kami kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Esa dan
Maha Kuasa, karena hanya dengan hidayah dan limpahan rahmat-
Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Nuzulul
Qur’an”.
Makalah yang merupakan tugas mata kuliah Sejarah
Pemikian Islam ini membahas tentang proses turunnya Al-Qur’an
dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami
(penyusun) khususnya dan bagi semua pihak agar lebih memahami
Latar Belakang Lahirnya Syi'ah dan Pokok-Pokok Ajarannya.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
Jakarta, 20 November 2020
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 2
A. Kesimpulan .......................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT memberikan satu kelebihan kepada umat
manusia berupa akal pikiran, agar ia mampu menjalankan
tugas dan misinya sebagai khalifatullah fi al-ardl, juga karena
kasih sayang-Nya, kemudian Allah menurunkan wahyu
berupa al-Qur’an melalui Malaikat Jibril kepada Nabi SAW
untuk dijadikan referensi dalam kehidupan.
Sejak Tuhan “berbicara” itulah maka Islam lahir sebagai
agama, ia bukan hanya sebagai fakta historis, melainkan
sebuah kehadiran Tuhan dalam bentuk “kalam”, seluruh
kebudayaan Islam memulai langkahnya dengan fakta sejarah
bahwa manusia disapa Tuhan dengan bahasa yang Dia
ucapkan sendiri. Dari sisi motif pewahyuan, pada mulanya
manusia ( Nabi Muhammad) adalah obyek dari kitab suci. Ia
diwahyukan Tuhan untuk menyapa manusia dan mengajaknya
kejalan keselamatan. Tetapi dalam perjalanannya, ketika
wahyu telah menjelma menjadi teks, maka ia berubah menjadi
obyek, sementara manusia berperan sebagai subyek.1
Tercatat dalam sejarah bahwa Al-Qur’an diturunkan
secara evolusi dan berkesinambungan (tadrij) selama lebih
kurang 23 tahun. Hal ini memberikan kesan bahwa Al-Qur’an
benar-benar berdialog. Sekaligus mengoreksi kehidupan umat
1
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publishing,
2016), 25.
1
2
2
M. Faruq al-Nabhan, al-Madkhal Li al-Tasyri’ al-Islami, (Beirut: Dar
al-Qalam, 1981), 83.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
3
Zainal Arifin, Pengantar Ulumul Qur’an, (Medan: Penerbit Duta Azhar,
2018), 13.
5
4
M. Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Semarang: Rasail Media
Group, 2008), 34.
5
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek
Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2013),
78.
6
6
M. Nor Ichwan, Op.Cit, 35.
7
A.Gani, Bustami & Chatibul Umam, Beberapa Aspek Ilmiah tentang
Quran, (Jakarta : Litera Antarnusa, 1994), 140.
7
8
Thabathaba’i, Sayyid Muhammad Husain, Memahami Esensi Alquran,
(Jakarta: Lentera Basritama 2003), 146.
9
Zainal Abidin, seluk beluk Al-Qur’an, (Jakarta: Reneka Cipta, 1992),
28.
8
bangsa Arab pada waktu itu belum mengenal huruf akan tetapi
mereka mempunyai ingatan kuat lagi tajam. sehingga ketika
nabi menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikan jibril
maka nabi memrintahkan kepada para sahabat untuk
menuliskannya dibatu, kulit binatang, serta pelepah tamar.
perintah tersebut hanya diperuntukkan bagi penulisan mushab
Al-Qur’an, dan bukan untuk menuliskan perkataan nabi
ataupun hal-hal lainnya. ini dilakukan nabi demi menjaga
kemurnian Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam.
Pada periode awal ini, maka dapat dikatan studi Al-
Qur’an tidak terjadi, mengingat masa ini adalah masa awal
pengenalan ajaran Islam yang langsung dibawa oleh nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya. sehingga setiap
persolan yang timbul terutama yang berhubungan dengan
masalah ilmu-ilmu Al-Qur’an dapat langsung ditanyakan
kepada nabi muhammad SAW. setelah rasulullah SAW wafat,
yakni ketika pemerintahan Islam dipegang oleh Abu Bakar
ash-Siddiq, maka dimulailah upaya penulisan mushab al-
Qur’an, yakni yang dilakukan Zaid bin Stabit, dalam usaha
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an, Zaid sangat teliti.
meskipun beliau hafal Al-Qur’an, tetapi dalam pengumpulan
ini beliau selalu mencocokan hafalannya kepada sahabat-
sahabat lain, yang disaksikan oleh dua orang. dan setelah
penulisan ini selesai, yakni dalam bentuk lembaran-lembaran,
maka diikat dengan benang oleh Zaid. secara tersusun
menurut aturan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW
sebelumnya, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. pada
9
10
Ibid., 30.
10
11
Imam Jalaludin Assuyuti, “Samudera Ulumul Qur’an, jilid 1”, (Jakarta:
PT Bina Ilmu Offset) 39.
12
Safiurraḥmān al-Mubārakfūriy, Ar-Raḥīq al-Makhtūm, (Mekah
Mukarramah: tp, cet. V, 1994), 75.
11
Musa as.13
Kalau dilihat dari segi tata cara turun Alquran dari Lauḥ
al-maḥfuẓ ke dunia ini, apakah turun secara berangsur-
angsur atau tidak, Imam Suyūṭi menyebutkan ada tiga
pendapat, yaitu:
a. Pendapat pertama memberi penjelasan bahwasanya Al-
Qur’an diturunkan ke baitul ‘izzah di langit dunia pada
malam lailatulqadr, seluruh Alquran secara utuh atau
sekaligus kemudian diturunkan secara bertahap selama
kurang lebih 23 tahun.14 Ini adalah pendapat yang paling
Pendapat ini dikuatkan dengan Hadis Nabi berikut:
Artinya:
Dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata: “Al-Qur’an itu
diturunkan sekaligus pada malam lailatul qadar,
kemudian diturunkan kembali selama dua puluh
tahun”. Lalu Abbas membacakan ayat Alquran surat
al-Furqon ayat 33,
ً ۡوُأَح َس َن َۡتفس
ۡ٣٣ۡريا َ ٱلق َ َ َ َ َ
َۡ َوَلۡيَأتونكۡب َمث ٍلۡإَلۡجئ َنَٰكۡب
“tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu
dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan
kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
yang paling baik penyelesaiannya.” dan surat al-Isrā’
ayat 106:
13
Ibid., 80.
14
Al-Qaṭṭān, Mabāhiṡ fī ‘Ulūm al-Qur’an, (Kairo: Maktabah al-Ma‘ārif,
cet. III, 2000), 103.
13
Muṣṭafā Abdul Qādir ‘Aṭā, Al- Mustadrāk ‘Alā aṣ-Ṣaḥīḥain, (Beirut: Dār al
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990), 242. No. Hadis 2879.
14
16
Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Litera antar Nusa), 154.
16
17
Al-Qaṭṭān., Op.Cit, 107.
18
18
QS al-Qiyâmah [75]:16-19
19
Al-Qaṭṭān., Op.Cit, 108.
19
ۡ١٢٠
Artinya:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S.
Hud: 120).20
Atau memerintahkan Nabi muhammad SAW untuk
bersabar:
َ َ َ َ
َۡۡربك ۡقبل ۡطلوع ۡۡو َسبح ِۡبَمد
َ
َ وَن َ َع
ۡما َۡيُقول َٰ َ َ ۡ ۡفَٱصۡب
َ َ
ۡ٣٩ۡۡٱلشمسۡۡ َوقبلۡٱۡلغُروب
Artinya:
“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka
katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam-nya”.
(Q.S. Qaf: 39).21
Serta melarang Nabi Muhammad SAW untuk
berputus asa akibat kekafiran mereka:
َ َ َ ٰٓ َ َ َ َ َ ََ
َۡۡءاثَُٰرهمۡ ۡإَن ۡۡلم ۡيؤمنوا ۡب َهَٰذا ع ۡنفسك َۡعٞ ك ۡ َبَٰخۡ فل َعل
ً َ
ۡ٦ۡٱلديٖثُۡۡأ َسفاَ
Artinya:
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh
20
QS Hud [11]: 120.
21
QS Qâf [50]: 39.
20
22
QS al-Kahfi [18]: 6.
21
23
QS al-Mâidah [5]: 4.
24
Al-Qaṭṭān., Op.Cit, 110.
22
Baqarah: 284).25
Sahabat meresa kesulitan melaksanakannya, dengan
pernyataan mereka: “Selalu saja ada hal-hal yang tidak
diingini timbul di diri kami, yang meresa kami berdosa
dengan pemahaman ayat ini”, kalau demikian adanya
maka hal itu lebih berat dari kami dijatuhkan dari langit
ke bumi, akhirnya mereka minta keringanan kepada
Rasul dan beliau menjawab: “Janganlah kamu sekalian
berkata seperti perkataan Yahudi: “Kami dengar tapi
kami tidak melaksanakan” tapi katakanlah: “Kami
dengar dan kami laksanakan”. Namun Allah maha tahu
keikhlasan para sahabat itu maka turunlah ayat:
َ ۡو َعلَي َه َ اۡك َس َبت َ َ ََ َ َ َ َ َ
ۡاۡما َلۡيكلفۡٱّللۡۡنف ًساۡإَلۡوسعها ۡۡلهاۡم ۡ
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ۡٱكت َس َبتۡۡ ََرب َناَۡلۡتؤاخذناۡإَنۡنسۡيناُۡأوُۡأخطأناَۡربناۡ ۡوَل
َ ََ َ ٗ
َ َ ۡاۡك َما ََ َ
َۡۡرب َۡنا
َ نۡقبل َنا ين ۡم ۡ ۡ َحل َتِهۡۥ
َۡ َع ۡٱِذَّل ُتمل ۡعلي َنا ۡإۡص
َ َ َ ََ َ َ َ َ َ ََ
ۡۡوٱغفُرۡ ۡنلَا َۡ ۡطاقة ۡنلَا ۡبِهَۡۖ ۡۦ ۡ َۡوٱعفۡ ۡعنا وَل ُۡتملنا ۡما َۡل
َ َٰ َ َ ََ َ َ َ َٰ َ َ َ َ َ َ َ
ۡ٢٨٦ۡينۡ َعۡٱۡلُقومۡۡٱۡلكفُر ۡ ۡاۡفٱنُصنا ۡ ۡوٱَرَحناُۡۡأنتَۡموۡلىن
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (Q.S.
Al-Baqarah: 286)26
25
QS al-Baqarah [2]: 284.
26
QS al-Baqarah [2]: 286
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan secara bertahap, dimaksudkan
sebagai pelajaran bagi umat manusia yang penuh dengan
nilai-nilai pendidikan, dimaksudkan agar umat Islam bisa
memahami latar belakang, kejadian atau fenomena alam untuk
dapat dijadikan kajian sebagai pelajaran yang sangat
berharga atas kebesaran dan kekuasaan di alam raya ini.
Nilai-nilai psikologis yang ada dalam al-Qur’an, karena
manusia itu terdiri dari materi dan ruh.
Dari pembahasan tadi dapat diambil kesimpulan tentang
Nuzulul Qur’an yaitu Pengertian Nuzulul Qur’an secara
bahasa adalah turunnya Al-Qur’an, dan secara istilah Nuzulul
Qur’an berarti peristiwa penting yaitu penurunan Al-Qur’an
secara keseluruhan yang diturunkan dari Lauhul Mahfuz ke
Baitul Izzah di langit dunia ,dan diturunkan secara berangsur-
angsur kepada Rasulullah SAW.
23
DAFTAR PUSTAKA