(Nuzulul Qur’an)
Nama Kelompok 3:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW,
yang telah menjadi tumpuan cahaya petunjuk dalam gelapnya kehidupan.
Makalah ini merupakan sebuah upaya untuk menjelaskan dan memahami fenomena
penting dalam sejarah Islam, yaitu "Nuzulul Qur'an" atau penurunan wahyu Al-Qur'an kepada
Nabi Muhammad SAW. Nuzulul Qur'an adalah salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah
Islam yang membentuk landasan agama, moralitas, hukum, dan budaya umat Muslim.
Penurunan wahyu ini bukan hanya peristiwa agung, tetapi juga merupakan kejadian
yang membawa dampak mendalam pada perkembangan agama Islam dan perubahan sosial di
masyarakat Arab pada masanya. Dalam makalah ini, kami akan membahas perbedaan antara
periode Nuzulul Qur'an di Mekah dan Madinah, serta dampaknya terhadap perkembangan
Islam sebagai agama dan perubahan sosial di kedua kota tersebut.
Kami juga akan mencoba menjawab berbagai pertanyaan yang muncul seputar
fenomena Nuzulul Qur'an. Bagaimana proses penurunan wahyu tersebut berlangsung?
Bagaimana pesan-pesan yang terkandung dalam Qur'an memengaruhi pemahaman,
keyakinan, dan praktik keagamaan awal umat Islam? Bagaimana Nuzulul Qur'an
mempengaruhi norma sosial, struktur masyarakat, dan politik di Mekah dan Madinah?
Melalui makalah ini, kami berharap pembaca dapat memahami pentingnya Nuzulul
Qur'an sebagai titik tolak penting dalam sejarah Islam, yang membentuk landasan bagi
pemahaman dan praktik agama Islam. Kami juga berharap makalah ini dapat menjadi sumber
wawasan yang berguna bagi mereka yang ingin mengeksplorasi lebih dalam tentang
fenomena Nuzulul Qur'an dan dampaknya dalam konteks sejarah, agama, dan sosial.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Masran M.Ag selaku
dosen mata kuliah Ulumul Qur’an dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi
tambahan pemahaman kita tentang keagungan Al-Qur'an dan perannya dalam membentuk
peradaban Islam.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Lihat Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I(Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 134.
1. Petunjuk bagi Umat Islam: Nuzulul Quran adalah peristiwa penting dalam
sejarah Islam karena Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang menjadi petunjuk
bagi kehidupan manusia. Al-Quran berisi ajaran-ajaran agama Islam yang menjadi
pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
2. Menunjukkan Eksistensi Kemukjizatan Al-Quran: Nuzulul Quran juga
menunjukkan eksistensi kemukjizatan Al-Quran. Al-Quran merupakan mukjizat
terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang pernah diberikan oleh Allah kepada para
nabi terdahulu.
3. Momentum Berharga di Bulan Ramadan: Nuzulul Quran diperingati setiap
tanggal 17 Ramadan. Malam Nuzulul Quran menjadi salah satu momentum berharga
yang terjadi di bulan Ramadan. Umat Islam diharapkan untuk memperbanyak ibadah
dan membaca Al-Quran pada malam Nuzulul Quran.
4. Meningkatkan Kualitas Iman dan Taqwa: Nuzulul Quran juga memiliki
signifikansi dalam meningkatkan kualitas iman dan taqwa umat Islam. Dengan
mempelajari dan mengamalkan ajaran Al-Quran, umat Islam diharapkan dapat
meningkatkan kualitas iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Tahapan dan Fase Turunnya Al Qur’an
Fase turunnya Alquran yang dimaksud dalam hal ini adalah proses yang
dilalui Alquran sebelum sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Proses ini oleh Az-
Zarqani disebut sebagai Tanazzulat al-Qur’an (رآنL)تـــــنزالت الق2. Menurutnya, Alquran
diturunkan melalui tiga fase, yaitu:
1) Lauh Mahfuzh ()لوح محفوظ:
Adanya fase ini didasarkan pada firman allah:
٢٢ ﴿ ﴾ ِفي َلْو ٍح َم ْح ُفوٍظ٢١ ﴿ ﴾ْل ُهَو ُقْر آٌن َمِج يٌد
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. Yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfuzh. (Q. S. Al-Buruj/85: 21 – 22)
2
Az-Zarqani, مناهل العرفان في علوم القرآن, Daar al-Fikr, Beirut, 1988, Juz I, Hal. 43
Eksistensi Lauh Mahfuzh sebagai wadah terdapatnya Alquran pada kali pertama
tidak lain adalah ilmu (pengetahuan) Allah itu sendiri 3. Karena itu, kalau dikatakan
dalam Alquran:
ٓا َاَص اَب ِم ْن ُّم ِصْيَبٍة ِفى اَاْلْر ِض َو اَل ِفْٓي َاْنُفِس ُك ْم ِااَّل ِفْي ِك ٰت ٍب ِّم ْن َقْبِل َاْن َّنْبَر َاَهاۗ ِاَّن ٰذ ِلَك َع َلى ِهّٰللا َيِس ْيٌۖر
َم
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah
(Q.S. Al-Hadid/57: 22). Maka yang dimaksud adalah, bahwa segala peristiwa yang
terjadi di muka bumi ini sudah diketahui oleh Allah sejak sebelumnya, bahkan sejak
zaman azali. Hal ini dapat terjadi, karena Allah memiliki sifat Maha Mengetahui.
Pengetahuan-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan tidak pula tergantung
pada peristiwa.
2) Bait al-‘Izzah ()بيت العــزة
Dasar pemikiran adanya fase turunnya Alquran dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah ini
adalah bahwa Alquran diturunkan sekaligus pada suatu malam penuh berkah ()ليلة مباركــة
yang disebut juga malam al-Qadr () ليلة القدر. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
ِإَّن ٓا َأنَز ْلَٰن ُه ِفى َلْي َلٍة ُّم َٰب َر َك ٍةۚ ِإَّن ا ُكَّن ا ُم نِذ ِر يَن
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran pada malam yang penuh berkah. (Q.S. Ad-
Dukhan/44: 3)
َٰن
إَِّن ٓا َأنَز ْل ُه ِفى َلْي َلِة ٱْلَق ْد ِر
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran pada malam Al-Qadr. (Q. S. Al Qadr/97: 1)
َش ْهُر َر َمَض اَن ٱَّلِذ ٓى ُأنِز َل ِفيِه ٱْلُقْر َءاُن
Bulan Ramadhan yang telah diturunkan Alquran di dalamnya. (Q.S.Al-Baqarah/2:185)
Berdasarkan ketiga ayat di atas, Alquran diturunkan pada malam yang penuh berkah,
malam al-Qadr yang terjadi pada bulan Ramadhan. Menurut Hadits Rasulullah, malam
tersebut terjadi pada malam-malam likuran ganjil di bulan Ramadhan. Yaitu tanggal 21, 23,
25, 27, dan 29 Ramadhan. Hal ini berarti, bahwa malam Nuzulul Quran adalah malam
likuran ganjil di bulan Ramadhan. Akan tetapi dalam kenyataannya umat Islam
memperingati Nuzulul Quran setiap tahunnya tidak pada malam likuran ganjil, melainkan
3
Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, Dar al-Fikr, Beirut, t.t., Jilid VII, hal. 394 – 395,
menyebutkan bahwa kata Al-Kitab pada surat Al-An’am/6: 38, kata Ummul-Kitab pada surat Al-Ra’d dan Al-
Zukhruf oleh sebagian mufassir diartikan sebagai Lauh Mahfuzh, sedangkan oleh ulama yang lain
mengartikannya sebagai يءL( العلم اإللـهي المحيط بكل شpengetahuan Tuhan yang meliputi segala sesuatu). Dalam
pandangan ini, Malaikat Jibril sebagai perantara dalam proses penyampaian wahyu (Alquran) dapat dipahami
sebagai akal kesepuluh dalam teori Emanasi yang dikemukakan oleh Filosof Muslim Al-Farabi (Lihat Harun
Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, Cet. II, 1986, hal. 12 – 14, 32).
pada tanggal 17 Ramadhan. Itulah sebabnya para ulama membedakan antara malam
turunnya Alquran dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah yang terjadi pada malam al-Qadr
dengan malam turunnya Alquran dari Bait al-‘Izzah kepada Nabi Muhammad yang terjadi
pada tanggal 17 Ramadhan. Selain dari alasan di atas Az-Zarqani mengemukakan empat
buah Hadits yang secara eksplisit menjelaskan, bahwa Alquran diturunkan sekaligus dari
Lauh Mahfuzh ke Baitul-’Izzah, di langit dunia. Salah satu di antara hadits-hadits tersebut
dikemukakan oleh Az-Zarqani sebagai berikut:
ُفِّص َل ْالُقْر آُن ِمَن الِّذ ْك ِر َفُو ضَع ِفْى َبْي ِت ْالِع َّز ِة ِمَن:َأْخ َر َج ْالَح اِك ُم ِبَس َن ِدِه َعْن َس ِع ْي ٍد ْب ِن ُجَبْي ٍر َع ِن ْابِن َعَّب اٍس أنه قال
الَّس مَــاِء الُّد ْن َي ا َفَج َع َل ِجْب ِر ْي ُل َي ْن ِز ُل ِبِه َع َلى الَّن ِبّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم.
Artinya: Al-Hakim mengeluarkan hadits dengan sanad dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas,
bahwasanya ia berkata: Alquran dipisahkan dari adz-Dzikr, lalu diletakkan di Bait al-‘Izzah
dari langit dunia, kemudian diturunkan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
Turunnya Alquran dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah pada malam al-Qadr terjadi sekaligus.
Fase ini berbea dengan fase turun berikutnya yang terjadi secara berangsur-angsur.
4
Menurut Manna’ al-Qaththan, pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Nasa’i.
Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an.Diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq el-Mazni dengan judul,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 126.
5
menurut Manna’ al-Qaththan, pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Hakim. Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi
‘Ulum al-Qur’an, h. 126.
6
Menurut Manna’ al-Qaththan, pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Hakim dan al-Baihaqi. Manna’ al-
Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an.
7
Lihat Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 125-130.
8
Lihat Shubhi Shaleh, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an,h. 62.
2) Tantangan dan mukjizat. Kaum musyrikin sering mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang untuk menguji
kenabian Rasulullah SAW., mengajukan hal-hal batil dan tidak masuk akal, seperti
masalah hari kiamat. Maka turunlah Al-Quran untuk menjealaskan kepada
mereka suatu kebenaran dan jawaban yang amat tegas atas pertanyaan mereka itu
3) Untuk memudahkanhafalan dan pemahaman, sebab Al-Quran turun di
tengah-tengah ummat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis.
Dan yang menjadi catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatnya.
4) Relevan dengan peristiwa, pentahapan dan penetapan hukum. Manusia tidak
akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini, jika Al-Quran
tidak memberikan strategi yang jitu dalam merekonstruksi kerusakan dan
kerendahan martabat mereka.
5) Karena proses turunnya yang berangsur-angsur, maka orang pun
mengkajinya sedikit demi sedikit. Ketika itu, mereka mendapati rangkaiannya
yang tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan redaksi
yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat yang terjalin saling
bertautan bagaikan rangkaian mutiara yang indah danbelum pernah ada
bandingannya.
6) Mempunyai faedah dalam pendidikan dan pengajaran. Proses turunnya
yang secara berangsur-angsur dan bertahap merupakan bantuan yang paling
baik bagi jiwa manusia dalam upaya menghafal Al-Quran, memahami,
mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan kandungannya.9
9
Lihat Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an,h. 134-149.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran) tidaklah dapat kita pahami
maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik atau materi. Tetapi
pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu
penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke
alam nyata melalui perantara malakikat Jibril AS.
b. Al-Quran dipandang dari aspek proses penurunannya yang berangsur-
angsur sangat jauh berbeda dengan kitab-kitab wahyu lainnya.
c. Pernyataan para ulama di atas menyangkut hikmah penurunan Al-Quran
secara bertahap mencerminkan suatu pengakuan hubungan yang nyata
(meskipun ia bukan hubungan sebab-akibat) bahwa teks Al-Quran ternyata
tidak hanya merespon kondisi penerima wahyu pertama semata, yaitu Rasul SAW.
tetapi lebih dari itu realitas kultural pun masuk dalam cakupan perhatiannya.
3.2 Saran
Penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada pembaca, yang telah
membaca makalah ini sampai akhir. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan. Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
makalah yang disusun menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zaid, Nasr Hamid, Mafhum al-Nash Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh
Khoiron Nahdliyyin dengan judul, Tekstualitas Al-Quran; Kritik Terhadap Ulumul
Quran, Cet. II; Yogyakarta: LKiS, 2002.
Baqir Hakim, Ayatullah Muhammad, ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Nashirul Haq
dkk. dengan judul, Ulumul Quran, Cet. I; Jakarta: AL-HUDA, 2006.
Dahlan, Abdul Aziz, dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I, Cet. I; Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996.
https://scholar.google.com/
https://www.bsimaslahat.org/
https://tafsirweb.com/
https://jurnal.stainmajene.ac.id/