Anda di halaman 1dari 13

Ulumul Qur’an

(Nuzulul Qur’an)

Dosen: Drs. Masran M.Ag.

Nama Kelompok 3:

1. Fadly Arief Rachman 11220510000157


2. M. Azmi Junaidi 11220510000148
3. Farros Arkaan Mubarroq 11220510000132

Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam


Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW,
yang telah menjadi tumpuan cahaya petunjuk dalam gelapnya kehidupan.

Makalah ini merupakan sebuah upaya untuk menjelaskan dan memahami fenomena
penting dalam sejarah Islam, yaitu "Nuzulul Qur'an" atau penurunan wahyu Al-Qur'an kepada
Nabi Muhammad SAW. Nuzulul Qur'an adalah salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah
Islam yang membentuk landasan agama, moralitas, hukum, dan budaya umat Muslim.

Penurunan wahyu ini bukan hanya peristiwa agung, tetapi juga merupakan kejadian
yang membawa dampak mendalam pada perkembangan agama Islam dan perubahan sosial di
masyarakat Arab pada masanya. Dalam makalah ini, kami akan membahas perbedaan antara
periode Nuzulul Qur'an di Mekah dan Madinah, serta dampaknya terhadap perkembangan
Islam sebagai agama dan perubahan sosial di kedua kota tersebut.

Kami juga akan mencoba menjawab berbagai pertanyaan yang muncul seputar
fenomena Nuzulul Qur'an. Bagaimana proses penurunan wahyu tersebut berlangsung?
Bagaimana pesan-pesan yang terkandung dalam Qur'an memengaruhi pemahaman,
keyakinan, dan praktik keagamaan awal umat Islam? Bagaimana Nuzulul Qur'an
mempengaruhi norma sosial, struktur masyarakat, dan politik di Mekah dan Madinah?

Melalui makalah ini, kami berharap pembaca dapat memahami pentingnya Nuzulul
Qur'an sebagai titik tolak penting dalam sejarah Islam, yang membentuk landasan bagi
pemahaman dan praktik agama Islam. Kami juga berharap makalah ini dapat menjadi sumber
wawasan yang berguna bagi mereka yang ingin mengeksplorasi lebih dalam tentang
fenomena Nuzulul Qur'an dan dampaknya dalam konteks sejarah, agama, dan sosial.

Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Masran M.Ag selaku
dosen mata kuliah Ulumul Qur’an dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi
tambahan pemahaman kita tentang keagungan Al-Qur'an dan perannya dalam membentuk
peradaban Islam.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Pengertian Nuzulul Qur’an........................................................................................

2.2 Tahapan dan fase Turunnya Al Qur’an.....................................................................

2.3 Hikmah dari Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur........................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................

3.2 Saran.............................................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dua puluh tahun dua bulan dua puluh dua hari lamanya ayat-ayat Al-
Quran silih berganti turun, dan selama itu pula Nabi Muhammad SAW. dan para
sahabatnya tekun mengajarkan Al-Quran dan membimbing ummatnya. Sehingga
pada akhirnya mereka berhasil membangun masyarakat yang di dalamnya
terpadu ilmu dan iman, nurdanhidayah, keadilan dan kemakmuran di bawah
lindungan ridha dan ampunan Ilahi.
Nuzulul Qur'an merupakan salah satu aspek penting dalam pemahaman dan
praktik agama Islam. Ini bukan hanya sekadar proses penurunan teks-teks suci, tetapi
juga merupakan kunci untuk memahami konteks historis, perubahan sosial, dan
perkembangan agama Islam pada awal mula penyebarannya. Memahami latar
belakang dan dinamika penurunan Al-Qur'an adalah penting karena ini membantu kita
menggali akar-akar agama Islam dan bagaimana agama ini beradaptasi dengan
berbagai tantangan dan perubahan seiring waktu..
Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang Nuzulul Qur'an, kita dapat
memperoleh wawasan yang lebih baik tentang bagaimana agama Islam tumbuh dan
berkembang pada masa awalnya, dan bagaimana pesan-pesan Al-Qur'an tetap relevan
dalam konteks kehidupan modern.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nuzulul Qur’an
2. Bagaimana Tahapan dan fase Turunnya Al Qur’an
3. Apa Hikmah dari Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur
1.3 Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Nuzulul Qur’an
2. Mengetahui Tahapan dan fase Turunnya Al Qur’an
3. Mengetahui Hikmah dari Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nuzulul Qur’an


Secara bahasa frase Nuzulul-Quran (‫ )نزول القرآن‬berarti turunnya Alquran.
Kata Nuzul (turun) jika dipahami berdasarkan arti hakiki (bukan sebagai kata
kiasan) adalah “berpindahnya sesuatu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah”. Jika pengertian ini dikaitkan dengan turunnya Alquran, maka menjadi
tidak mungkin. Karena Alquran yang dimaksud bukanlah Mushaf Alquran yang
bersifat materi, melainkan Alquran yang ada pada Dzat Allah, yang bersifat
immateri. Dengan demikian, pengertian kata Nuzul harus digunakan dalam arti
kiasan (makna majazi). Sedangkan penggunaan kata Nuzul (turun) dalam konteks
turunnya Alquran memberikan indikasi makna, bahwa Allah sebagai Dzat yang
menurunkan Alquran berada pada posisi yang lebih tinggi dan lebih agung daripada
Nabi Muhammad yang menerimanya.
Nuzulul Qur’an terdiri dari kata nuzul dan Alqur’an yang berbentuk idafah.
Secara harfiah, arti kata Nuzul adalah menurunkan sesuatu dari tempat tinggi ke
rendah. Sementara kata Qur’an diambil dari kata Al-Qur’an, yang merupakan kitab
suci umat Islam. Apabila kedua kata tersebut digabungkan, maka arti Nuzulul
Qur’an adalah proses turunnya Al-Qur’an dari tempat yang tinggi ke muka bumi.
Dalam artian, Nuzulul Qur’an merupakan peristiwa turunnya Al-Qur’an dari Allah
Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat
Jibril.
Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran)
tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu
dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah
berbentuk fisik atau materi. Tetapi pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud
adalah pengertian majazi, yaitu penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi
Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam nyata melalui perantara malakikat Jibril
AS.1
Terdapat beberapa signifikasi Nuzulul Qur’an dalam Islam diantaranya adalah:

1
Lihat Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I(Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 134.
1. Petunjuk bagi Umat Islam: Nuzulul Quran adalah peristiwa penting dalam
sejarah Islam karena Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang menjadi petunjuk
bagi kehidupan manusia. Al-Quran berisi ajaran-ajaran agama Islam yang menjadi
pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
2. Menunjukkan Eksistensi Kemukjizatan Al-Quran: Nuzulul Quran juga
menunjukkan eksistensi kemukjizatan Al-Quran. Al-Quran merupakan mukjizat
terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang pernah diberikan oleh Allah kepada para
nabi terdahulu.
3. Momentum Berharga di Bulan Ramadan: Nuzulul Quran diperingati setiap
tanggal 17 Ramadan. Malam Nuzulul Quran menjadi salah satu momentum berharga
yang terjadi di bulan Ramadan. Umat Islam diharapkan untuk memperbanyak ibadah
dan membaca Al-Quran pada malam Nuzulul Quran.
4. Meningkatkan Kualitas Iman dan Taqwa: Nuzulul Quran juga memiliki
signifikansi dalam meningkatkan kualitas iman dan taqwa umat Islam. Dengan
mempelajari dan mengamalkan ajaran Al-Quran, umat Islam diharapkan dapat
meningkatkan kualitas iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Tahapan dan Fase Turunnya Al Qur’an
Fase turunnya Alquran yang dimaksud dalam hal ini adalah proses yang
dilalui Alquran sebelum sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Proses ini oleh Az-
Zarqani disebut sebagai Tanazzulat al-Qur’an (‫رآن‬L‫)تـــــنزالت الق‬2. Menurutnya, Alquran
diturunkan melalui tiga fase, yaitu:
1) Lauh Mahfuzh (‫)لوح محفوظ‬:
Adanya fase ini didasarkan pada firman allah:
٢٢ ﴿ ‫﴾ ِفي َلْو ٍح َم ْح ُفوٍظ‬٢١ ﴿ ‫﴾ْل ُهَو ُقْر آٌن َمِج يٌد‬
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. Yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfuzh. (Q. S. Al-Buruj/85: 21 – 22)

2
Az-Zarqani, ‫مناهل العرفان في علوم القرآن‬, Daar al-Fikr, Beirut, 1988, Juz I, Hal. 43
Eksistensi Lauh Mahfuzh sebagai wadah terdapatnya Alquran pada kali pertama
tidak lain adalah ilmu (pengetahuan) Allah itu sendiri 3. Karena itu, kalau dikatakan
dalam Alquran:
‫ٓا َاَص اَب ِم ْن ُّم ِصْيَبٍة ِفى اَاْلْر ِض َو اَل ِفْٓي َاْنُفِس ُك ْم ِااَّل ِفْي ِك ٰت ٍب ِّم ْن َقْبِل َاْن َّنْبَر َاَهاۗ ِاَّن ٰذ ِلَك َع َلى ِهّٰللا َيِس ْيٌۖر‬
‫َم‬
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah
(Q.S. Al-Hadid/57: 22). Maka yang dimaksud adalah, bahwa segala peristiwa yang
terjadi di muka bumi ini sudah diketahui oleh Allah sejak sebelumnya, bahkan sejak
zaman azali. Hal ini dapat terjadi, karena Allah memiliki sifat Maha Mengetahui.
Pengetahuan-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan tidak pula tergantung
pada peristiwa.
2) Bait al-‘Izzah (‫)بيت العــزة‬
Dasar pemikiran adanya fase turunnya Alquran dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah ini
adalah bahwa Alquran diturunkan sekaligus pada suatu malam penuh berkah (‫)ليلة مباركــة‬
yang disebut juga malam al-Qadr (‫) ليلة القدر‬. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
‫ِإَّن ٓا َأنَز ْلَٰن ُه ِفى َلْي َلٍة ُّم َٰب َر َك ٍةۚ ِإَّن ا ُكَّن ا ُم نِذ ِر يَن‬
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran pada malam yang penuh berkah. (Q.S. Ad-
Dukhan/44: 3)
‫َٰن‬
‫إَِّن ٓا َأنَز ْل ُه ِفى َلْي َلِة ٱْلَق ْد ِر‬
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran pada malam Al-Qadr. (Q. S. Al Qadr/97: 1)
‫َش ْهُر َر َمَض اَن ٱَّلِذ ٓى ُأنِز َل ِفيِه ٱْلُقْر َءاُن‬
Bulan Ramadhan yang telah diturunkan Alquran di dalamnya. (Q.S.Al-Baqarah/2:185)
Berdasarkan ketiga ayat di atas, Alquran diturunkan pada malam yang penuh berkah,
malam al-Qadr yang terjadi pada bulan Ramadhan. Menurut Hadits Rasulullah, malam
tersebut terjadi pada malam-malam likuran ganjil di bulan Ramadhan. Yaitu tanggal 21, 23,
25, 27, dan 29 Ramadhan. Hal ini berarti, bahwa malam Nuzulul Quran adalah malam
likuran ganjil di bulan Ramadhan. Akan tetapi dalam kenyataannya umat Islam
memperingati Nuzulul Quran setiap tahunnya tidak pada malam likuran ganjil, melainkan

3
Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, Dar al-Fikr, Beirut, t.t., Jilid VII, hal. 394 – 395,
menyebutkan bahwa kata Al-Kitab pada surat Al-An’am/6: 38, kata Ummul-Kitab pada surat Al-Ra’d dan Al-
Zukhruf oleh sebagian mufassir diartikan sebagai Lauh Mahfuzh, sedangkan oleh ulama yang lain
mengartikannya sebagai ‫يء‬L‫( العلم اإللـهي المحيط بكل ش‬pengetahuan Tuhan yang meliputi segala sesuatu). Dalam
pandangan ini, Malaikat Jibril sebagai perantara dalam proses penyampaian wahyu (Alquran) dapat dipahami
sebagai akal kesepuluh dalam teori Emanasi yang dikemukakan oleh Filosof Muslim Al-Farabi (Lihat Harun
Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, Cet. II, 1986, hal. 12 – 14, 32).
pada tanggal 17 Ramadhan. Itulah sebabnya para ulama membedakan antara malam
turunnya Alquran dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah yang terjadi pada malam al-Qadr
dengan malam turunnya Alquran dari Bait al-‘Izzah kepada Nabi Muhammad yang terjadi
pada tanggal 17 Ramadhan. Selain dari alasan di atas Az-Zarqani mengemukakan empat
buah Hadits yang secara eksplisit menjelaskan, bahwa Alquran diturunkan sekaligus dari
Lauh Mahfuzh ke Baitul-’Izzah, di langit dunia. Salah satu di antara hadits-hadits tersebut
dikemukakan oleh Az-Zarqani sebagai berikut:
‫ ُفِّص َل ْالُقْر آُن ِمَن الِّذ ْك ِر َفُو ضَع ِفْى َبْي ِت ْالِع َّز ِة ِمَن‬:‫َأْخ َر َج ْالَح اِك ُم ِبَس َن ِدِه َعْن َس ِع ْي ٍد ْب ِن ُجَبْي ٍر َع ِن ْابِن َعَّب اٍس أنه قال‬
‫الَّس مَــاِء الُّد ْن َي ا َفَج َع َل ِجْب ِر ْي ُل َي ْن ِز ُل ِبِه َع َلى الَّن ِبّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬.
Artinya: Al-Hakim mengeluarkan hadits dengan sanad dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas,
bahwasanya ia berkata: Alquran dipisahkan dari adz-Dzikr, lalu diletakkan di Bait al-‘Izzah
dari langit dunia, kemudian diturunkan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
Turunnya Alquran dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah pada malam al-Qadr terjadi sekaligus.
Fase ini berbea dengan fase turun berikutnya yang terjadi secara berangsur-angsur.

3) Nabi Muhammad di dunia (bumi):


Nabi Muhammad di dunia (bumi): Pada fase ini, sebagaimana tersebut dalam hadits
di atas, Alquran diturunkan dari Bait al-’Izzah, secara bertahap sedikit demi sedikit,
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Ayat-ayat yang turun
pada fase ini kadangkala didahului oleh sesuatu peristiwa (sebab nuzul) dan
kadangkala juga tidak. Adapun tahapan turunnya Alquran yang dimaksud dalam hal
ini adalah, bahwa penyampaian Alquran kepada Nabi Muhammad oleh malaikat
Jibril dilakukan dalam rentang waktu yang berjalan selama 22 tahun 2 bulan dan 22
hari, mulai tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi (610 M.) sampai
dengan tanggal 9 Dzul-Hijjah tahun 10 H.Atau kurang lebih 23 tahun. Pertamakali
turunnya ayat-ayat Alquran pada fase ini, yaitu pada tanggal 17 bulan Ramadhan,
ditetapkan oleh para ulama sebagai hari turunnya Alquran (nuzulul-Quran) yang
diperingati setiap tahunnya hingga sekarang. Penetapan ini didasarkan pada firman
Allah dalam Surat al-Anfal/8: 41,
‫ۗ ِإن ُكنُتْم َء اَم نُتم ِبٱِهَّلل َو َم ٓا َأنَز ْلَنا َع َلٰى َع ْبِد َنا َيْو َم ٱْلُفْر َقاِن َيْو َم ٱْلَتَقى ٱْلَج ْم َعاِن‬
... Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada
hamba kami (Muhammad) di hari al-Furqaan, yaitu hari bertemunya dua pasukan...
Pada terjemahan yang digarisbawahi dari ayat diatas, sebagian ahli tafsir
berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan hari al-Furqan ialah hari turunnya
Alquran. Hari tersebut bersamaan waktunya dengan hari bertemunya dua pasukan
(hari peperangan). Karena pada surat al-Baqarah/2:185 dijelaskan bahwa Alquran
diturunkan pada bulan Ramadhan, hari bertemunya dua pasukan dalam hal ini juga
yang terjadi pada bulan Ramadhan. Setelah ditelusuri dalam sejarah, ternyata
peperangan yang terjadi pada bulan Ramadhan hanyalah perang Badar, yang terjadi
pada hari Jum'at tanggal 17 bulan Ramadhan tahun ke 2 Hijriah. Dengan demikian
maka ditetapkanlah tanggal tersebut (17 Ramadhan) sebagai tanggal turunnya
Alquran yang diperingati oleh umat Islam hingga saat ini. Kesamaan tanggal
turunnya Alquran dengan hari terjadinya perang Badar hanyalah pada tanggal dan
bulannya saja; sedangkan tahunnya berbeda.
Berdasarkan keterangan yang demikian ini, maka peringatan Nuzulul-Qur’an tidak
dilakukan pada malam-malam likuran ganjil di bulan Ramadhan, sebagai malam al-
Qadr yang ditunjukkan oleh Surat Al-Qadr/97: 1 dan ad-Dukhan/44: 3. Turunnya
Alquran pada fase ketiga ini terbagi kepada dua tahap. Tahap pertama terjadi ketika
Nabi berada di Mekkah atau sebelum hijrah ke Madinah, dan tahap kedua terjadi
setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ayat-ayat atau surat-surat Alquran yang turun pada
tahap pertama (sebelum Nabi hijrah) disebut ayat atau surat Makkiyah, sedangkan
pada tahap kedua (sesudah Nabi hijrah) disebut ayat Madaniyah.
Perbedaan kitab Al-Quran dipandang dari aspek proses penurunannya
sangat jauh berbeda dengan kitab-kitab wahyu lainnya. Sehingga karena alasan
perbedaan tersebut, sikap meragukan sumber munculnya teks wajar ketika
dipertanyakan oleh orang-orang kafir. Dalam Al-Quran Allah mengabadikan
pertanyaan mereka;
‫َو َقاَل اَّلِذ ْيَن َك َفُرْو ا َلْو اَل ُنِّز َل َع َلْيِه اْلُقْر ٰا ُن ُج ْم َلًة َّو اِح َد ًةۛ َك ٰذ ِلَكۛ ِلُنَثِّبَت ِبٖه ُفَؤ اَدَك َو َر َّتْلٰن ُه َتْر ِتْياًل‬
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu
dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al-
Furqan: 32).
Menurut Manna’ al-Qaththan, terdapat dua mazhab pokok di kalangan
para ulama di seputar pemahaman tentang proses turunnya Al-Quran, yaitu:
1. Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud
dengan turunnya Al-Quran ialah turunnya Al-Quran secara sekaligus ke Baitul
’Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa
betapa besar masalah ini, selanjutnya Al-Quran diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus sampai wafatnya.
Pendapat ini didasarkan pada riwayat-riwayat dari Ibnu Abbas. Antara lain: “Al-
Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailah al-qadr. Kemudian
setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun”4
“Al-Quran itu dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul ’Izzah di langit
dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW.”5
“Al-Quran diturunkan pada lailah al-qadrpada bulan Ramadhan ke langit dunia
sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur.”6
2. Pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia
pada dua puluh malam kemuliaan (lailah al-qadr), yang setiap malam
kemuliaan tersebut ada yang ditentukan oleh Allah untuk diturunkan setiap
tahunnya, dan jumlah untuk satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW.
3. Ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa Al-Quran turun
pertama-tama secara berangsur-angsur ke Lauh al-mahfuz, kemudian diturunkan
secara sekaligus ke Bait al-‘Izzah. Dan setelah itu, turun sedikit demi sedikit. 7
2.3 Hikmah diturunkan Al Qur’an secara berangsur-angsur
Terdapat dua bentuk keperluan yang dibutuhkan oleh Rasulullah SAW.
akan turunnya Al-Quran secara berngsur-angsur, yaitu; Pertama, untuk
memantapkan dan memperteguh hati beliau, karena setiap peristiwa yang beliau
alami selalu disusul dengan turunnya Al-Quran. Kedua, agar Al-Quran mudah
dihafal.8
Manna’ al-Qaththan dalam kitab Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an-nya juga
memberikan beberapa kesimpulan tentang hikmah turunnya Al-Quran
secara berangsur-angsur, yaitu:
1) Untuk meneguhkan hati Rasulullah SAW. dalam menghadapi kaum
yang memiliki watak dan sikap yang begitu keras.

4
Menurut Manna’ al-Qaththan, pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Nasa’i.
Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an.Diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq el-Mazni dengan judul,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 126.
5
menurut Manna’ al-Qaththan, pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Hakim. Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi
‘Ulum al-Qur’an, h. 126.
6
Menurut Manna’ al-Qaththan, pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Hakim dan al-Baihaqi. Manna’ al-
Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an.
7
Lihat Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 125-130.
8
Lihat Shubhi Shaleh, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an,h. 62.
2) Tantangan dan mukjizat. Kaum musyrikin sering mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang untuk menguji
kenabian Rasulullah SAW., mengajukan hal-hal batil dan tidak masuk akal, seperti
masalah hari kiamat. Maka turunlah Al-Quran untuk menjealaskan kepada
mereka suatu kebenaran dan jawaban yang amat tegas atas pertanyaan mereka itu
3) Untuk memudahkanhafalan dan pemahaman, sebab Al-Quran turun di
tengah-tengah ummat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis.
Dan yang menjadi catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatnya.
4) Relevan dengan peristiwa, pentahapan dan penetapan hukum. Manusia tidak
akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini, jika Al-Quran
tidak memberikan strategi yang jitu dalam merekonstruksi kerusakan dan
kerendahan martabat mereka.
5) Karena proses turunnya yang berangsur-angsur, maka orang pun
mengkajinya sedikit demi sedikit. Ketika itu, mereka mendapati rangkaiannya
yang tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan redaksi
yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat yang terjalin saling
bertautan bagaikan rangkaian mutiara yang indah danbelum pernah ada
bandingannya.
6) Mempunyai faedah dalam pendidikan dan pengajaran. Proses turunnya
yang secara berangsur-angsur dan bertahap merupakan bantuan yang paling
baik bagi jiwa manusia dalam upaya menghafal Al-Quran, memahami,
mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan kandungannya.9

9
Lihat Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an,h. 134-149.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran) tidaklah dapat kita pahami
maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik atau materi. Tetapi
pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu
penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke
alam nyata melalui perantara malakikat Jibril AS.
b. Al-Quran dipandang dari aspek proses penurunannya yang berangsur-
angsur sangat jauh berbeda dengan kitab-kitab wahyu lainnya.
c. Pernyataan para ulama di atas menyangkut hikmah penurunan Al-Quran
secara bertahap mencerminkan suatu pengakuan hubungan yang nyata
(meskipun ia bukan hubungan sebab-akibat) bahwa teks Al-Quran ternyata
tidak hanya merespon kondisi penerima wahyu pertama semata, yaitu Rasul SAW.
tetapi lebih dari itu realitas kultural pun masuk dalam cakupan perhatiannya.
3.2 Saran
Penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada pembaca, yang telah
membaca makalah ini sampai akhir. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan. Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
makalah yang disusun menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan KemasyarakatanJuni 2020 Volume 2 No 1

Al-Quran dan Terjemahannya

Abu Zaid, Nasr Hamid, Mafhum al-Nash Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh
Khoiron Nahdliyyin dengan judul, Tekstualitas Al-Quran; Kritik Terhadap Ulumul
Quran, Cet. II; Yogyakarta: LKiS, 2002.

Baqir Hakim, Ayatullah Muhammad, ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Nashirul Haq
dkk. dengan judul, Ulumul Quran, Cet. I; Jakarta: AL-HUDA, 2006.

Dahlan, Abdul Aziz, dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I, Cet. I; Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996.

Ichwan, Mohammad Nor, Memahami Bahasa Al-Qur’an; Refleksi atas Persoalan


Linguistik, Cet. I; Semarang: Pustaka Pelajar 2002

Nuzulul-Quran (Oleh : Drs. Masran, M. Ag.)

https://scholar.google.com/

https://www.bsimaslahat.org/

https://tafsirweb.com/

https://jurnal.stainmajene.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai