Anda di halaman 1dari 24

Tugas Telaah Naskah Drama

Nama: Susi Sulpiana

Nim : A11118011

Judul Naskah : Padang Bulan

Karya : Ucok Klasta

ANALISIS TEKS DRAMA “PADANG BULAN” KARYA UCOK KLASTA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan

tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Drama sebagai suatu genre

sastra memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi ataupun genre prosa. Drama

memiliki karakteristik khusus untuk dinikmati dan diapresiasi, yaitu berdimensi sastra

pada satu sisi dan berdimensi pertunjukan pada sisi lain. Sebagai sebuah genre sastra,

drama memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan sehingga

pembaca mampu menikmati cerita yang ada melalui dialog. Drama berdimensi

pertunjukan dilihat dari pementasan saat di atas panggung dimana penikmat akan

menyaksikan langsung pengalaman yang diungkapkan dan lebih mendalam, lebih pekat,

dan lebih intens

Sebelum menuju ke dalam pementasan, pendekatan awal dilakukan terlebih

dahulu melalui naskah drama. Dalam naskah drama tersebut termuat nama-nama tokoh

dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan.

Naskah drama ditulis secara lengkap agar mempermudah para pemain untuk memainkan

cerita atau lakon di atas panggung. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan struktur drama

perlu dipahami terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam pementasan. Peneliti tidak

menganalisis tekstur drama karena tekstur drama terdiri dari sesuatu yang didengar

(dialog). Sesuatu yang dirasa (mood), dan sesuatu yang dilihat (spectacle). Melalui naskah

drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema.

Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok karena melihat beberapa poin

penting yang bisa dipelajari untuk masyarakat zaman sekarang.

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang struktur drama pada naskah drama
“Padang Bulan”. Tinjauan terhadap struktur drama dilakukan untuk memperoleh

pemahaman yang lengkap sebuah lakon.

naskah. Aspek yang hendak menjadi sorotan adalah alur, karakter, dan tema. Ketiga

unsur yang dicermati dalam naskah drama “Padang Bulan” dilihat untuk mengungkap

munculnya struktur drama.

1.2 Rumusan Masalah naskah. Aspek yang hendak menjadi sorotan adalah alur,
karakter, dan tema. Ketiga unsur yang dicermati dalam naskah drama “Padang Bulan”
dilihat untuk mengungkap munculnya struktur drama.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berkaitan dengan struktur dan tekstur

naskah drama, agar pengkajian ini lebih baik dan terarah, peneliti merumuskan masalah

penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana alur dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta?

2. Bagaimana karakter dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta?

3. Bagaimana tema dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti merumuskan

tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan alur dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

2. Mendeskripsikan karakter dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

3. Mendeskripsikan tema dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama “Padang

Bulan” Karya Ucok Klasta” memiliki manfaat:


a. Manfaat teoretis
1. Memberi informasi mengenai struktur naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta dan menjadi sumber referensi bagi yang melakukan penelitian serupa.

2. Penelitian struktur naskah drama bisa menjadi tinjauan dan sarana untuk

mengapresiasi sebuah karya sastra.

b. Manfaat perakti

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi materi bagi guru-guru dalam praktik pengajaran di

dalam kelas khususnya pada ilmu drama.

2. Penelitian ini dapat membatu guru-guru dalam proses pembelajaran di kelas

khususnya guru Bahasa Indonesia.

3. Penelitian ini diharapkan bisa membantu mahasiswa yang melakukan penelitian

serupa dan menjadi tambahan sumber referensi.

c. Sistematika Penulisan

Bagian pertama dalam penelitian ini berisikan landasan dasar berupa latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, beberapa definisi istilah dan sistematika

penulisan. Latar belakang berisi hal-hal yang mendorong peneliti melakukan penelitian

ini dan permasalah yang ditemukan. Rumusan masalah berisi tentang masalah yang ingin

diteliti oleh peneliti. Tujuan penelitian sejalan dengan yang akan dilakukan sesuai

rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau keguanaan dari hasil penelitian.

Definisi istilah digunakan untuk membatasi istilah yang akan digunakan agar tidak

melebar. Sistematika penulisan berisi alur agar tercipta kesistematisan dalam penyajian.

Bagian kedua berisi landasan teori yang berisi penelitian yang relevan dan

kajiankajian teori. Penelitian yang relevan menjadi panduan bagi peneliti dalam menulis

penelitian agar tidak terjadi pengulangan tulisan karya ilmiah dan dapat membahas lebih

kritus dan tajam. Kajian teori dalam penelitian ini beisi pengertian drama, naskah drama,

dan struktur drama.


Bagian ketiga dalam penelitian ini berisi metodologi penelitian. Metodologi penelitian

mencangkup jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penelitian ini akan mencermati, alur, karakter,

dan tema sebagai data penelitian. Jenis penelitian yang digunakan sesuai dengan kategori

menurut data yang diambil. Data adalah bahan yang menjadi kajian dalam penelitian.

Sumber data adalah subjek dari data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data merupakan

langkah- langkah untuk memperoleh data. Teknik analisis data langkah- langkah

menganalisis data.

Bagian keempat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian ini, masalah yang

telah dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan masalah dibahas sesuai teori

yang digunakan. Kemudian dirangkum dalam bentuk deskripsi-deskripsi mengenai

struktur.

Bagian kelima dari penelitian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang ditemukan

oleh peneliti. Kesimpulan berisi catatan hasil yang ditemukan melalui struktur dari

beberapa adegan pada naskah yang dibaca. Saran yang ditemukan dalam penelitian

memberi imbauan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian se Bagian ketiga dalam

penelitian ini berisi metodologi penelitian. Metodologi penelitian mencangkup jenis

penelitian, metode penelitian, data.

Bagian kelima dari penelitian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang

ditemukan oleh peneliti. Kesimpulan berisi catatan hasil yang ditemukan melalui struktur

dari beberapa adegan pada naskah yang dibaca. Saran yang ditemukan dalam penelitian

memberi imbauan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa.


BAB II

LANDASANTEORI

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua pembahasan besar yaitu mengenai

struktur drama. Hal-hal yang disampaikan akan lebih terperinci yang terkandung dalam

aspek struktur drama. Pemilihan teori- teori tersebut menjado landasan berpikir yang

digunakan untuk menganalisis

2.1.1 Naskah Drama

Sutradara bila ingin mengadakan pertunjukan drama, yang dibutuhkan pertamatama

adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam

naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh,

dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan

tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara.

Naskah drama bentuk dan suasananya berbeda dengan naskah cerita pendek atau

novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan lagsung tentang

peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita

secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh jadi, naskah drama

itu mengutamakan

ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu penonton

dapat menangkap dan mengerti seluruh cerita.

Permainan drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan

peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan

suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dari tiga babak, berarti ada babak I, babak

II, dan babak III. Tiap-tiap babak menggambarkan peristiwa berbeda. Begitu pula tempat,

waktu, dan suasananya pun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton
memperoleh gambaran yang jelas bahwasetiap peristiwa berlangsung di tempat, waktu,

dan suasana yang berbeda.

Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja

berisi percakapan melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya

gerakangerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang

diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan,

apakah dengan suara lantang, lemah, atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar

sudah lengkap dan sudah siap diaminkan.

2.1.2 Struktur Drama

Secara etimologis struktur berasal dari bahasa latin yaitu struktura, berarti bentuk atau bangunan.

Struktur menjadi penghubung antara satu unsur dengan unsur yang lain tidak sematamata

bersifat positif.

2.1.3 Alur

Kernodle mengingatkan dalam pengantarnya, bahwa pada dasarnya sebuah drama

berarti sesuatu yang terjadi. Kernodle (Dewojati, 2010: 161) memaparkan; “Drama

bukanlah sebangsa naratif, deskreptif, atau analisis. Ia adalah sesuatu yang sesungguhnya

menakutkan di depan mata kita. Setiap momen dalam drama seolah penuh dengan janji

dan ancaman, tetapi sekaligus pula mengandung masa depan. Dalam drama terdapat

peneguhan; suspense yang berat; munculnya momen kritis dan penentuan nasib;

pemilihan keputusan; serta adanya pintu yang tertutup selamanya”. Oleh karena itu, drama

sering disebut sebagai seni krisis yang membangun perkembangan peristiwa demi

peristiwa secara bertahap, sekaligus mampu menciptakan perubahan emosi penikmatnya

secara cepat. Sebagai seni yang paling terkonsentrasi dan intens, drama memperoleh

sebagian besar intensitasnya dari alur. Secara konkret, gambaran tentang intensitas alur

itu terlihat pada saat penikmat dikondisikan ‘terperangkap’ pada berbagai peristiwa. sejak

pada bagian awal, tengah, dan akhir drama. Lebih dari itu, penonton atau pembaca pun

akan diseret dari krisis ke krisis, baik pada saat ketegangan muncul maupun saat relaksasi.

Selanjutnya penikmat akan merasa terdorong ke tataran klimaks oleh kekuatan yang tak
dapat ditahan, dan akhirnya dibiarkan dalam ketegangan karena seolah- olah mereka baru

saja mengalami sebuah pengalaman besar.

Peneliti menyimpulkan bahwa alur merupakan kerangka cerita yang saling

berhubungan dan memiliki hukum sebab akibat. Penahapan alur pada naskah drama

“Padang Bulan” karya Ucok Klasta memiliki empat tahapan yaitu eksposisi, konflik,

klimaks, dan penyelesaian. Alur terkadang memiliki subplot yang bertujuan untuk lebih

memahami permasalah dalam naskah dan tidak bersifat memperluas permasalahan.

Naskah “Padang Bulan” beralur maju dan memiliki subplot atau alur kedua yang

menjelaskan permasalah dalam cerita yang dialami oleh tokoh dalam alur kedua.

Permasalah yang dialami tokoh dalam cerita kedua berhubungan dengan alur cerita utama

yang bersifat memperjelas masalah bukan memperluas masalah.


2.1.4 Karakter (Penokohan)

Karakter adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita

(Harymawan 1988: 25). Karakter di sini adalah tokoh yang hidup bukan mati, dia adalah

boneka di tangan kita. Tokoh-tokoh inilah yang akan membawakan tema dalam

keseluruhan latar dan alur. Disamping itu perwatakan atau penokohan intilah yang

menjadi inti lakon. Hal ini disebabkan tokoh menjalin alurnya sendiri (Oemarjati dalam

Dewojati, 2010:169). Karakter juga bersifat multidimensional. Adapun dimensi yang

dimaksud adalah dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi psikologis

2.2.5 Tema

tema pada dasarnya adalah “pemikiran”. Akan tetapi, yang dimaksud “pemikiran”

adalah argumen dari simpulan terhadap karakter tertentu, yang bisa jadi merupakan tema

secara keseluruhan lakon dan bisa pula hanya merupakan tema sebagian lakon tersebut.

tema pada dasarnya adalah “pemikiran”. Akan tetapi, yang dimaksud “pemikiran” adalah

argumen dari simpulan terhadap karakter tertentu, yang bisa jadi merupakan tema secara

keseluruhan lakon dan bisa pula hanya merupakan tema sebagian lakon tersebut.
BAB III

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh adalah memaparkan struktur naskah drama

“Padang Bulan” karya Ucok Klasta. Hasil pembahasan akan diuraikan menjadi beberapa

bagian. Bagian pertama yaitu mendeskrepsikan alur pada naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta. Bagian kedua mendeskrepsikan karakter pada naskah drama “Padang

Bulan” karya Ucok Klasta. Bagian ketiga mendeskripsikan tema pada naskah drama

“Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

Struktur menjadi penghubung antara satu unsur dengan unsur yang lain. hubungan

tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan

kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Struktur yang terdapat

dalam drama ada alur, karakter, tema, amanat, dan setting. Peneliti hanya mengambil tiga

bagian saja untuk dianalisis pada naskah drama “Padang Bulan” dalam penelitian. struktur

yang akan dianalisis yaitu alur, karakter, dan tema.

3.1.2 Hasil Analisis Alur

Alur merupakan rangka dalam sebuah cerita yang berlangsung dalam urutan waktu

dan dalam hubungan sebab-akibat. Alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Peristiwa

yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita. Demikian pula di sini bisa

dikatakan bahwa alur merupakan kerangka sebuah cerita. Alur adalah rekayasa pencerita

yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Selain itu, Alur adalah jalinan

peristiwa yang disusun berdasarkan hukum kausal sebab akibat. Hal-hal yang terjadi di

atas panggung memiliki hukuman sebab akibat agar persitiwa di atas panggung memiliki

kejelasan mendalam.

a. eksposisi

Eksposisi bermula pada adegan pertama berlatar tempat pekarangan depan rumah Aki

dan Nini pada malam hari saat bulan purnama muncul. Tokoh utama Bulan muncul
pertama kali kemudian memanggil teman- temannya untuk bermain di pekarangan depan

rumah Aki dan Nini. Teman Bulan yang pertama muncul ialah Padang kemudian Jembar

dan terakhir Kalangan yang muncul ingin mengagetkan mereka. Dapat dibuktikan dengan

kutipan dialog seperti berikut :

BULAN

“Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …!


Jembaaar …! Kalangan…! Ayo kumpuuul … !
Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan
di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama
di sini …!”
DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.
KOOR
“Aduhaaai …Betapa …! Bulan
purnama…Ooo indahnya …!” PADANG MASUK.
PADANG

“Mana yang lain ?”


BULAN, PADANG

“Jembaaar …! Kalangaaan!” JEMBAR MASUK.

BULAN

“Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?” JEMBAR

“Tidak.”
BULAN, PADANG, JEMBAR

“Kalangaaan …!”
KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM
LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-
TEMAN.
KALANGAN

“HEI !!!”
BULAN, PADANG, JEMBAR

“Ora kageeet …Weee !”

SEMUANYA TERTAWA.
PADANG
“Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran?
Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?” JEMBAR
“Tebak-tebakan saja deh.”
KALANGAN
“Ya, setuju. Tebak-tebakan.”
PADANG

“Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?” BULAN


“Mmm … Di suruh menari saja.” JEMBAR
“Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak

binatang.”

KALANGAN
“Menirukan gerak binatang dengan tarian?”
PADANG, BULAN, JEMBAR
“Ya ya ya …”
KALANGAN
“Setuju?”

PADANG, BULAN, JEMBAR


“Setujuuu …”
MEREKA DUDUK MELINGKAR (SETENGAH
LINGKARAN MENGHADAP PENONTON).
CARA BERMAIN ANAK-ANAK MENGEJA
HURUF BERGILIRAN DAN URUT SEIRING
DENGAN MUSIK. SAAT MUSIK BERHENTI PADA
ANAK TERTENTU, IA MENYEBUTKAN NAMA
SESUATU YANG DIJADIKAN TEBAKAN SESUAI
HURUF TERAKHIR YANG DIEJANYA.
MUSIK – LAGU TEMA PADANG BULAN.

BULAN “Nama apa? Buah ya?” PADANG, JEMBAR, KALANGAN


“Ya, buah …” Musik.
(URUT)
“A, B, C, D, E, F …”
3.1.2.1.1 JEMBAR
(Gelagapan) “G …”
BERSAMA (Bersahutan)
“Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …”

JEMBAR BERDIRI.
KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI
DENGAN KATA ‘MENTHOG’ DIGANTI NAMA
BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS
DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS
PERMAINAN MULAI LAGI SAMPAI BEBERAPA
KALI (FLEKSIBEL) (Hal4)
Kemudian setelah mereka berkumpul untuk bermain bersama,

berlanjut ke adegan dua saat Aki dan Nini keluar rumah sambil membawa

klenyem untuk disantap bersama. Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan

kemudian menghampiri Aki dan Nini untuk mendapatkan klenyem anget

dengan salin berebutan. Aki dan Nini yang melihat kejadian tersebut

kemudian memberi nasehat kepada mereka. Dengan bukti kuitipan dialog

seperti berikut :

AKI-NINI KELUAR RUMAH (MASUK


PANGGUNG), BERDIRI DITERAS MEMANGGIL ANAK-
ANAK. NINI
“Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem
anget bikinan Simah. Ayo. Semua ke sini …” AKI
“Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo
nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus,

Nok ayu …” KOOR

“Haa … Klenyem … Woooow … keren …” ANAK-


ANAK BERENTENGAN KE TERAS, PADA DUDUK
MENGGELESOT. NINI MELETAKKAN PIRING
BERISI KLENYEM.
AKI

“Ingat … Tidak usah re …?” KOOR

“Butaaan …”
AKI

“Yang ada dibagi me …?” KOOR

“Rataaa …”
NINI

“Maka tak ada yang tak keba …?” KOOR

“Giaaan …”
AKI

“Sebab tak ada kesera …?” KOOR

“Kahaaan …”
BULAN
“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton

sekalian, indahnya…” KOOR

“Kebersamaaan ….”
AKI-NINI

“Wis … Wis …”
ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-
SAMA.
(hal 5-hal 6)

Setelah adegan di atas terdapat kutipan dialog Padang yang menjadi

pengantar menuju konflik “Ayo Simbah … Seperti biasanya …” . kemudian

Aki mencritakan dongeng istimewa dalam rangka memperingati wetonnya

Nini. Aki mengisahkan tentang anak bernama Lugu yang penasaran akan

kota karena mendengar banyak cerita dari orang-orang mengenai kemajuan

dan berbagai macam hal lainnya.

b. Konflik

Konflik merupakan masalah-masalah yang muncul dalam pementasan yang dialami

oleh tokoh. Permasalah tersebut yang kemudian membawa penonton menuju pemahaman

cerita yang dialami oleh tokoh. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa konflik diawali

dengan permintaan Padang yang tertera pada kutipan dialognya “Ayo Simbah … Seperti

biasanya …”, kemudian Aki menceritakan sebuah kisah mengenai seorang anak bernama

Lugu. Lugu adalah seorang anak desa yang mendengar cerita mengenai kota dan

penasaran terhadap kota yang diceritakan banyak orang dengan semua kemajuannya.

Rasa penasaran Lugu terhadap kota semakin

besar hingga akhirnya lugu memutuskan untuk pergi ke kota. Namun

sesampainya di kota, Lugu malah dianggap gembel karena penampilannya

yang lusuh. Dengan bukti kutipan dialog sebagai berikut:

PADANG

“Ayo Simbah … Seperti biasanya …”


JEMBAR

“Iya … Cerita.”
KALANGAN

“Biar tambah nikmat klenyemnya.”

NINI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG).


AKI
“Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah
menyiapkan sebuah dongeng istimewa. Sebab apa ?
Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.” KOOR

“Ooo …”
AKI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG) DAN
KELUAR LAGI MEMBAWA SEBUAH BUKU
TEBAL, DUDUK DI KURSI / LINCAK,
MEMBERSIHKAN DEBU PADA BUKU DAN
MEMBUKANYA.
AKI
“Nah, dengarkan ya …

Dulu cucu-cucuku …” MUSIK LATAR.


AKI
“Di sebuah desa tersebutlah seorang pemuda

bernama Lugu …” LAMPU MATI.

AKI DAN ANAK-ANAK


KELUAR PANGGUNG.

kalangan investor, pemerintah kota dan dewan


kota.”
PEJABAT, POLITIKUS

“Harmonis. Ya ya ya …”
BOSS
“Dengan demikian akan terciptalah kerjasama
propesional yang kompak lagi saling
menguntungkan.”
PEJABAT, POLITIKUS

“Harmonis. Ya ya ya …”
BOSS
“Dengan demikian kota akan terus membangun,
kita- kita untung, dus segenap warga terse ...”
SEMUA

“Nyuuummm!”
PEJABAT, POLITIKUS

“Harmonis. Ya ya ya …” (hal 7)
Setelah Boss, Politikus, dan Pejabat Pemerintah keluar panggung,

selanjutnya seorang Kamtib masuk ke dalam panggung. Kemudian, Kamtib

menghampiri Lugu yang duduk di pinggir jalan karena mengira Lugu adalah

gelandangan yang mengemis. Kamtib melaksanakan tugasnya dengan

berusaha mengusir Lugu dari kota karena dirasa merusak pemandangan.

Lugu memberontak untuk dibawa oleh Kamtib, lalu kemudian masuklah Ibu

Lugu yang diperankan oleh Nini untuk menyelamatkan Lugu. Dibuktikan

dengan dialog berikut :

KAMTIB
“He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang
menggelandang tahu?! Kamu ini mengganggu
pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok
penonton kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini
tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada
pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil
menengok penonton kelihatan) ada kemiskinannya
Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!” LUGU
“Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!”
KAMTIB

“Lha iya ! Wong Lugu tur gelandangan! Ayo ikut aku!”


LUGU
“Tidak mau!” KAMTIB

“Heh … Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!”


LUGU

“Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu !


Saya manusia! Saya bukan binatang!” KAMTIB
DAN LUGU BERGELUT. LUGU DISERET-
SERET. LUGU MERONTA-RONTA.
TIBA-TIBA
BERTERIAKLAH
SESEORANG. NINI
MASUK PANGGUNG.
NINI
“Paaak … Paaak … Anakku diapakan?! Anakku mau
dibawa kemana?!”
LUGU BINGUNG, IA MERASA TIDAK
KENAL DENGAN PEREMPUAN INI. KAMTIB

“Ini anak Ibu?” NINI

“Iya.”
KAMTIB

“Bukan gelandangan?”
NINI

“Bukan.”

c. Klimaks

Klimaks (puncak permasalah) merupakan puncak dari permasalah yang muncul

dari awal, kemudian mengerucut sebelum denouement (penyelesaian). Rentetan peristiwa

yang perlahan mengerucut menjadi puncak dari permasalahan dalam cerita. Peneliti

melihat sebelum menuju klimaks pada awal adegan empat Bulan, Padang, Jembar, dan

Kalangan kembali berkumpul di pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Bulan, Padang,

Jembar, dan Kalangan merasa sedih karena kembali teringat kepergian Aki dan

Nini yang tidak meninggalkan siapapun untuk menemani mereka bermain. Kemudian

berlanjut ke adegan Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain petak umpet dengan

Bulan yang menjadi pencarinya. Bulan kesulitan mencari teman-temannya yang

bersembunyi karena sedari awal teman-temannya sudah meninggalkan Bulan keluar dari

area permainan. Bulan terus mencari hingga akhirnya bisa menemukan mereka, namun

teman-temannya telah berubah menjadi peralatan modern seperti handphone, playstation,

dan buldoser. Dapat dibuktikan dengan dialog sebagai berikut :

• BULAN “Heiii … Teman-temaaan …! Padaaang


…! Jembaaar…! Kalangan …! Ayo kumpuuul …!
Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan
di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama
di sini …”
DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.
• KOOR
“Aduhaaai …! Bulan purnama ooo

indahnya …

Padang masuk.” 103.PADANG

“Mana yang lain?”


104. BULAN, PADANG
“Jembaaar …! Kalangaaan!” Jembar masuk.
105. BULAN

“Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?” 106.


JEMBAR

“Tidak.”

dia yang ‘jadi’) BULAN, PADANG, JEMBAR

“Kalangaaan …!”
KALANGAN MASUK DEGAN DIAM-DIAM
LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-
TEMAN.
107. KALANGAN

“HEI!!!”
108. BULAN, PADANG, JEMBAR

“Ora kageeet …Weee!” SEMUA TERTAWA.


BULAN
“Aduuuh … Sedih ya … Aki-Nini sudah setahun ini
tiada … Tiba-tiba aku terkenang-kenang mereka …”
PADANG

“Iya. Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …”


JEMBAR
“Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua
saban hari … Tak ada anak, cucu apalagi
…”.KALANGAN
“Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi
cucu-cucu mereka? Seperti mereka pun sudah jadi
kakek-nenek kita …” .BULAN
“Benar. Pokoknya semoga semoga Aki-Nini bahagia
selamanya. Pokoknya kita semua janji tak akan
sekali-kali melupakan mereka. Setuju?”

PADANG, JEMBAR, KALANGAN

“Setujuuu!”
KOOR
“Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang

Nyulayani. Swer!”
JEMBAR

“Katanya rumah itu dibeli sama orang kota ya ?”

Mereka mulai merengsek, mengerubut Bulan,


menarik-nariknya kesana-kemari. Bulaaan …
Bulaaan … Bulaaan … BULAAAN!
BULAAAAAN!!!
SAMBIL MERONTA-RONTA BULAN MEMEKIK-
MEKIK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA.
“PADANG !!! JEMBAR !!! KALANGAN!!! DI
MANA KALIAN TEMAN-TEMANKU
SAYAAANG???!!! PADAAANG!!! JEMBAAAR!!!
KALANGAAAN!!!” (Hal 16)
Peneliti menyimpulkan penyelesaian dalam naskah “Padang Bulan”

terjadi saat Bulan berusaha memanggil kembali teman-temannya yang

sudah berubah karena terpengaruh arus modern. Bukti arus modern memberi

pengaruh kepada Padang, Jembar, dan Kalangan adalah mereka telah

berubah menjadi peralatan modern serta kendaraan penghancur. Padang,

Jembar, dan Kalangan memanggil-manggil nama Bulan yang Ko

mengerumuninya agar ikut terpengaruh arus modern.


a. Klimaks

Klimaks pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta

terjadi saat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain jilumpet dengan

Bulan menjadi pencarinya. Setelah selesai menghitung, Bulan kesulitan

mencari teman-temannya yang bersembunyi dan mengira teman-temannya

sedang mengerjai dirinya. Bulan yang berpikir dikerjai oleh teman-

temannya perlahan-lahan merasa takut karena teman-temannya tak kunjung

muncul untuk waktu yang cukup lama dengan bukti kutipan dialog nomor

seratus empat puluh tiga (143). Melalui kutipan dialog tersebut, Bulan yang

ketakutan akhirnya memutuskan untuk lari keluar panggung dan berharap

bisa menemukan teman-temannya.

Awal adegan lima Bulan berhasil menemukan teman-temannya,

namun mereka tidak menjawab Bulan saat ditanyai. Perasaan janggal mulai

dirasakan Bulan karena teman-temannya telah berubah menjadi peralatan

modern yang menjadi simbol permainan tradisional mulai terkikis. Padang

menjadi Plastation, Jembar menjadi Handphone, dan Kalangan menjadi

Buldoser yang kemudian perlahan-lahan tertawa mengikik sambil

memanggil nama Bulan berulang kali dengan bukti petunjuk “PLEI

STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI TERTAWA MENGIKIK, LAMA-

LAMA MAKIN KERAS DAN MAKIN KERAS SAMBIL BERKATA-KATA

SECARA MENYAYAT-PARAU”. Melalui petunjuk tersebut peneliti melihat

Bulan mulai ketakutan karena perlahan-lahan Playstation, Handphone, dan

Buldoser mulai mengerumuninya sambil menyeret Bulan kesana kemari.

b. Penyelesaian

Analisis alur yang kedua, alur pada naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta berdasarkan jumlah. Naskah drama “Padang Bulan”

memiliki subplot atau bisa disebut memiliki alur kedua yang bersifat

memperjelas cerita utama bukan memperluas permasalahan yang terjadi


dalam naskah. Subplot pada naskah drama ini berbentuk dongeng Aki yang

diceritakan kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan. Aki menceritakan

kisah tentang seorang anak bernama Lugu dan memasukan Nini ke dalam

ceritanya dalam rangka memperingati wetonnya Nini dengan bukti kutipan

dialog nomor empat puluh dua (42). Melalui kutipan dialog tersebut dapat

disimpulkan bahwa alur pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta beralur maju sekaligus memiliki subplot yang menceritakan kisah

orang lain, namun tidak keluar dari cerita utama melainkan menjelaskan

permasalahn yang terjadi. Bukti lain naskah drama “Padang Bulan” beralur

maju dan memiliki subplot terlihat pada kutipan dialog nomor seratus dua

belas (112). Dongeng Aki yang diceritakan kepada mereka menjelaskan

permasalahn yang diangkat ke dalam cerita utama. Pada bagian akhir cerita,

Bulan, Padangm Jembar, dan Kalangan mengalami permasalah yang sama

dialami oleh Lugu ketika arus modernisasi sudah mulai meluas sampai ke

desa.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Dasar pada penelitian ini adalah naskah drama yang dianalisis untuk

mendeskripsikan temuan stuktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan

tema. Pembaca perlu menilik naskah drama sebelum mementaskannya agar

lebih paham dan bisa dimengerti oleh penonton saat pentas di atas panggung.

Naskah drama berisi tentang nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang

diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Dengan begitu,

kita bisa mengetahui alur, karakter, dan tema yang terdapat pada naskah. Selain

itu, untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama yang ditulis secara

lengkap tidak hanya berisi percakapan antar tokoh melainkan keterangan atau

petujuk. Keterangan dan petunjuk pada naskah membantu pembaca untuk lebih

memahami isi cerita sebelum mementaskannya.

Alur menjadi kerangka cerita dalam pengaturan eksposisi, konflik,

klimaks, sampai dengan penyelesaian. Eksposisi berisi mengenai pengenalan

tokoh, latar tempat, dan situasi yang terjadi pada bagian awal. Konflik terjadi

ketika Lugu pergi ke kota untuk melihat kemajuan yang banyak dikatakan oleh

orang-orang, tetapi kemudian Nini menceritakan bahwa kota sebenarnya

adalah kampung halaman Lugu yang telah dirubah menjadi kota. Klimaks

terjadi pada saat Padang, Jembar, dan Kalangan berubah menjadi peralatan

modern seperti Playstation, Handphone, dan Buldoser yang kemudian

mengerumuni Bulan sebagai simbol peristiwa budaya modernisasi mengikis

budaya lokal. Penyelesaian terjadi dengan teriakan Bulan sambil memanggil

nama teman-temannya satu persatu dengan harapan agar semuanya kembali

seperti semula. Bukti pada naskah drama ini memiliki subplot ialah pada

dongeng Aki kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dalam rangka untuk

memperingati weton Nini dengan memasukan Nini ke dalam cerita. yang


terdapat di dalam naskah Tokoh “Padang Bulan” berjumlah dua belas yang

terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini, Ibu Lugu, Lugu,

Politikus, Pejabat Kota, Boss, dan Kamtib. Karakter tiap tokoh dianalisis

melalui tida dimensi yakni dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi

psikologis. Dalam dimensi fisiologis gambaran tokoh dalam bentuk fisik dilihat

melalui dialog yang diucapkan para tokoh dan bagaimana tokoh lain

menanggapinya. Dimensi soiologis dilihat melalui latar belakang tokoh dan

lingkungan hidup tokoh tersebut dengan melihat petunjuk yang tertera dalam

naskah drama. Dimensi psikologis dilihat melalui latar belakang kejiwaan

tokoh yang kemudian terlihat melalui perwatakan tokoh yang diperankan.

Tokoh protaginis terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/Ibu

Lugu, dan Lugu, sedangkan tokoh antagosnis terdiri dari Boss, Pejabat Kota,

dan Kamtib.

4.2 Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran

bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa mengenai struktur

drama :

4.2.1 Penelitian ini mencoba mengembangkan pemahaman struktur drama melalui

naskah drama. Dengan memahami naskah drama terlebih dahulu, peneliti lain

bisa memahami lebih dalam struktur drama sebelum masuk ke dalam

pementasan di atas panggung.

4.2.2 Strktur drama yang dianalisis memberi paham yang lebih mendalam dengan

berbagai hal yang tertera di dalam naskah. peneliti lain bisa memperdalam

tokoh karena karakter yang ingin dimunculkan sebelum pementasan dapat

dilihat melalui dialog yang


tertera pada naskah. Alur dan tema juga tercantum di dalam naskah

drama yang dianalisis agar tidak melenceng dari gagasan awal saat akan

dipentaskan.

4.2.3 Bagi pengajar di sekolah akan lebih terbantu untuk memberi pengajaran

di sekolah dengan memahami sturktur drama terlebih dahulu.

Naskah drama yang menjadi sumber informasi membeberkan alur,

karakter, dan tema mampu digunakan baik mengajar dalam kelas

atau di luar

Anda mungkin juga menyukai