Nim : A11118011
PENDAHULUAN
Drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan
tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Drama sebagai suatu genre
sastra memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi ataupun genre prosa. Drama
memiliki karakteristik khusus untuk dinikmati dan diapresiasi, yaitu berdimensi sastra
pada satu sisi dan berdimensi pertunjukan pada sisi lain. Sebagai sebuah genre sastra,
drama memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan sehingga
pembaca mampu menikmati cerita yang ada melalui dialog. Drama berdimensi
pertunjukan dilihat dari pementasan saat di atas panggung dimana penikmat akan
menyaksikan langsung pengalaman yang diungkapkan dan lebih mendalam, lebih pekat,
dahulu melalui naskah drama. Dalam naskah drama tersebut termuat nama-nama tokoh
dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan.
Naskah drama ditulis secara lengkap agar mempermudah para pemain untuk memainkan
cerita atau lakon di atas panggung. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan struktur drama
perlu dipahami terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam pementasan. Peneliti tidak
menganalisis tekstur drama karena tekstur drama terdiri dari sesuatu yang didengar
(dialog). Sesuatu yang dirasa (mood), dan sesuatu yang dilihat (spectacle). Melalui naskah
drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema.
Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok karena melihat beberapa poin
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang struktur drama pada naskah drama
“Padang Bulan”. Tinjauan terhadap struktur drama dilakukan untuk memperoleh
naskah. Aspek yang hendak menjadi sorotan adalah alur, karakter, dan tema. Ketiga
unsur yang dicermati dalam naskah drama “Padang Bulan” dilihat untuk mengungkap
1.2 Rumusan Masalah naskah. Aspek yang hendak menjadi sorotan adalah alur,
karakter, dan tema. Ketiga unsur yang dicermati dalam naskah drama “Padang Bulan”
dilihat untuk mengungkap munculnya struktur drama.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berkaitan dengan struktur dan tekstur
naskah drama, agar pengkajian ini lebih baik dan terarah, peneliti merumuskan masalah
1. Bagaimana alur dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta?
2. Bagaimana karakter dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta?
3. Bagaimana tema dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta?
1. Mendeskripsikan alur dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.
2. Mendeskripsikan karakter dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.
3. Mendeskripsikan tema dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.
Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama “Padang
Klasta dan menjadi sumber referensi bagi yang melakukan penelitian serupa.
2. Penelitian struktur naskah drama bisa menjadi tinjauan dan sarana untuk
b. Manfaat perakti
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi materi bagi guru-guru dalam praktik pengajaran di
c. Sistematika Penulisan
Bagian pertama dalam penelitian ini berisikan landasan dasar berupa latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, beberapa definisi istilah dan sistematika
penulisan. Latar belakang berisi hal-hal yang mendorong peneliti melakukan penelitian
ini dan permasalah yang ditemukan. Rumusan masalah berisi tentang masalah yang ingin
diteliti oleh peneliti. Tujuan penelitian sejalan dengan yang akan dilakukan sesuai
rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau keguanaan dari hasil penelitian.
Definisi istilah digunakan untuk membatasi istilah yang akan digunakan agar tidak
melebar. Sistematika penulisan berisi alur agar tercipta kesistematisan dalam penyajian.
Bagian kedua berisi landasan teori yang berisi penelitian yang relevan dan
kajiankajian teori. Penelitian yang relevan menjadi panduan bagi peneliti dalam menulis
penelitian agar tidak terjadi pengulangan tulisan karya ilmiah dan dapat membahas lebih
kritus dan tajam. Kajian teori dalam penelitian ini beisi pengertian drama, naskah drama,
mencangkup jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penelitian ini akan mencermati, alur, karakter,
dan tema sebagai data penelitian. Jenis penelitian yang digunakan sesuai dengan kategori
menurut data yang diambil. Data adalah bahan yang menjadi kajian dalam penelitian.
Sumber data adalah subjek dari data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah- langkah untuk memperoleh data. Teknik analisis data langkah- langkah
menganalisis data.
Bagian keempat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian ini, masalah yang
telah dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan masalah dibahas sesuai teori
struktur.
Bagian kelima dari penelitian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang ditemukan
oleh peneliti. Kesimpulan berisi catatan hasil yang ditemukan melalui struktur dari
beberapa adegan pada naskah yang dibaca. Saran yang ditemukan dalam penelitian
memberi imbauan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian se Bagian ketiga dalam
Bagian kelima dari penelitian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang
ditemukan oleh peneliti. Kesimpulan berisi catatan hasil yang ditemukan melalui struktur
dari beberapa adegan pada naskah yang dibaca. Saran yang ditemukan dalam penelitian
LANDASANTEORI
Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua pembahasan besar yaitu mengenai
struktur drama. Hal-hal yang disampaikan akan lebih terperinci yang terkandung dalam
aspek struktur drama. Pemilihan teori- teori tersebut menjado landasan berpikir yang
adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam
naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh,
dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan
Naskah drama bentuk dan suasananya berbeda dengan naskah cerita pendek atau
novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan lagsung tentang
secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh jadi, naskah drama
itu mengutamakan
ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu penonton
Permainan drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan
peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan
suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dari tiga babak, berarti ada babak I, babak
II, dan babak III. Tiap-tiap babak menggambarkan peristiwa berbeda. Begitu pula tempat,
waktu, dan suasananya pun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton
memperoleh gambaran yang jelas bahwasetiap peristiwa berlangsung di tempat, waktu,
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja
berisi percakapan melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya
gerakangerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang
diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan,
apakah dengan suara lantang, lemah, atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar
Secara etimologis struktur berasal dari bahasa latin yaitu struktura, berarti bentuk atau bangunan.
Struktur menjadi penghubung antara satu unsur dengan unsur yang lain tidak sematamata
bersifat positif.
2.1.3 Alur
berarti sesuatu yang terjadi. Kernodle (Dewojati, 2010: 161) memaparkan; “Drama
bukanlah sebangsa naratif, deskreptif, atau analisis. Ia adalah sesuatu yang sesungguhnya
menakutkan di depan mata kita. Setiap momen dalam drama seolah penuh dengan janji
dan ancaman, tetapi sekaligus pula mengandung masa depan. Dalam drama terdapat
peneguhan; suspense yang berat; munculnya momen kritis dan penentuan nasib;
pemilihan keputusan; serta adanya pintu yang tertutup selamanya”. Oleh karena itu, drama
sering disebut sebagai seni krisis yang membangun perkembangan peristiwa demi
secara cepat. Sebagai seni yang paling terkonsentrasi dan intens, drama memperoleh
sebagian besar intensitasnya dari alur. Secara konkret, gambaran tentang intensitas alur
itu terlihat pada saat penikmat dikondisikan ‘terperangkap’ pada berbagai peristiwa. sejak
pada bagian awal, tengah, dan akhir drama. Lebih dari itu, penonton atau pembaca pun
akan diseret dari krisis ke krisis, baik pada saat ketegangan muncul maupun saat relaksasi.
Selanjutnya penikmat akan merasa terdorong ke tataran klimaks oleh kekuatan yang tak
dapat ditahan, dan akhirnya dibiarkan dalam ketegangan karena seolah- olah mereka baru
berhubungan dan memiliki hukum sebab akibat. Penahapan alur pada naskah drama
“Padang Bulan” karya Ucok Klasta memiliki empat tahapan yaitu eksposisi, konflik,
klimaks, dan penyelesaian. Alur terkadang memiliki subplot yang bertujuan untuk lebih
Naskah “Padang Bulan” beralur maju dan memiliki subplot atau alur kedua yang
menjelaskan permasalah dalam cerita yang dialami oleh tokoh dalam alur kedua.
Permasalah yang dialami tokoh dalam cerita kedua berhubungan dengan alur cerita utama
Karakter adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita
(Harymawan 1988: 25). Karakter di sini adalah tokoh yang hidup bukan mati, dia adalah
boneka di tangan kita. Tokoh-tokoh inilah yang akan membawakan tema dalam
keseluruhan latar dan alur. Disamping itu perwatakan atau penokohan intilah yang
menjadi inti lakon. Hal ini disebabkan tokoh menjalin alurnya sendiri (Oemarjati dalam
2.2.5 Tema
tema pada dasarnya adalah “pemikiran”. Akan tetapi, yang dimaksud “pemikiran”
adalah argumen dari simpulan terhadap karakter tertentu, yang bisa jadi merupakan tema
secara keseluruhan lakon dan bisa pula hanya merupakan tema sebagian lakon tersebut.
tema pada dasarnya adalah “pemikiran”. Akan tetapi, yang dimaksud “pemikiran” adalah
argumen dari simpulan terhadap karakter tertentu, yang bisa jadi merupakan tema secara
keseluruhan lakon dan bisa pula hanya merupakan tema sebagian lakon tersebut.
BAB III
“Padang Bulan” karya Ucok Klasta. Hasil pembahasan akan diuraikan menjadi beberapa
bagian. Bagian pertama yaitu mendeskrepsikan alur pada naskah drama “Padang Bulan”
karya Ucok Klasta. Bagian kedua mendeskrepsikan karakter pada naskah drama “Padang
Bulan” karya Ucok Klasta. Bagian ketiga mendeskripsikan tema pada naskah drama
Struktur menjadi penghubung antara satu unsur dengan unsur yang lain. hubungan
kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Struktur yang terdapat
dalam drama ada alur, karakter, tema, amanat, dan setting. Peneliti hanya mengambil tiga
bagian saja untuk dianalisis pada naskah drama “Padang Bulan” dalam penelitian. struktur
Alur merupakan rangka dalam sebuah cerita yang berlangsung dalam urutan waktu
dan dalam hubungan sebab-akibat. Alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Peristiwa
yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita. Demikian pula di sini bisa
dikatakan bahwa alur merupakan kerangka sebuah cerita. Alur adalah rekayasa pencerita
yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Selain itu, Alur adalah jalinan
peristiwa yang disusun berdasarkan hukum kausal sebab akibat. Hal-hal yang terjadi di
atas panggung memiliki hukuman sebab akibat agar persitiwa di atas panggung memiliki
kejelasan mendalam.
a. eksposisi
Eksposisi bermula pada adegan pertama berlatar tempat pekarangan depan rumah Aki
dan Nini pada malam hari saat bulan purnama muncul. Tokoh utama Bulan muncul
pertama kali kemudian memanggil teman- temannya untuk bermain di pekarangan depan
rumah Aki dan Nini. Teman Bulan yang pertama muncul ialah Padang kemudian Jembar
dan terakhir Kalangan yang muncul ingin mengagetkan mereka. Dapat dibuktikan dengan
BULAN
BULAN
“Tidak.”
BULAN, PADANG, JEMBAR
“Kalangaaan …!”
KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM
LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-
TEMAN.
KALANGAN
“HEI !!!”
BULAN, PADANG, JEMBAR
SEMUANYA TERTAWA.
PADANG
“Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran?
Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?” JEMBAR
“Tebak-tebakan saja deh.”
KALANGAN
“Ya, setuju. Tebak-tebakan.”
PADANG
binatang.”
KALANGAN
“Menirukan gerak binatang dengan tarian?”
PADANG, BULAN, JEMBAR
“Ya ya ya …”
KALANGAN
“Setuju?”
JEMBAR BERDIRI.
KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI
DENGAN KATA ‘MENTHOG’ DIGANTI NAMA
BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS
DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS
PERMAINAN MULAI LAGI SAMPAI BEBERAPA
KALI (FLEKSIBEL) (Hal4)
Kemudian setelah mereka berkumpul untuk bermain bersama,
berlanjut ke adegan dua saat Aki dan Nini keluar rumah sambil membawa
dengan salin berebutan. Aki dan Nini yang melihat kejadian tersebut
seperti berikut :
“Butaaan …”
AKI
“Rataaa …”
NINI
“Giaaan …”
AKI
“Kahaaan …”
BULAN
“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton
“Kebersamaaan ….”
AKI-NINI
“Wis … Wis …”
ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-
SAMA.
(hal 5-hal 6)
Nini. Aki mengisahkan tentang anak bernama Lugu yang penasaran akan
b. Konflik
oleh tokoh. Permasalah tersebut yang kemudian membawa penonton menuju pemahaman
cerita yang dialami oleh tokoh. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa konflik diawali
dengan permintaan Padang yang tertera pada kutipan dialognya “Ayo Simbah … Seperti
biasanya …”, kemudian Aki menceritakan sebuah kisah mengenai seorang anak bernama
Lugu. Lugu adalah seorang anak desa yang mendengar cerita mengenai kota dan
penasaran terhadap kota yang diceritakan banyak orang dengan semua kemajuannya.
PADANG
“Iya … Cerita.”
KALANGAN
“Ooo …”
AKI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG) DAN
KELUAR LAGI MEMBAWA SEBUAH BUKU
TEBAL, DUDUK DI KURSI / LINCAK,
MEMBERSIHKAN DEBU PADA BUKU DAN
MEMBUKANYA.
AKI
“Nah, dengarkan ya …
“Harmonis. Ya ya ya …”
BOSS
“Dengan demikian akan terciptalah kerjasama
propesional yang kompak lagi saling
menguntungkan.”
PEJABAT, POLITIKUS
“Harmonis. Ya ya ya …”
BOSS
“Dengan demikian kota akan terus membangun,
kita- kita untung, dus segenap warga terse ...”
SEMUA
“Nyuuummm!”
PEJABAT, POLITIKUS
“Harmonis. Ya ya ya …” (hal 7)
Setelah Boss, Politikus, dan Pejabat Pemerintah keluar panggung,
menghampiri Lugu yang duduk di pinggir jalan karena mengira Lugu adalah
Lugu memberontak untuk dibawa oleh Kamtib, lalu kemudian masuklah Ibu
KAMTIB
“He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang
menggelandang tahu?! Kamu ini mengganggu
pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok
penonton kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini
tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada
pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil
menengok penonton kelihatan) ada kemiskinannya
Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!” LUGU
“Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!”
KAMTIB
“Iya.”
KAMTIB
“Bukan gelandangan?”
NINI
“Bukan.”
c. Klimaks
yang perlahan mengerucut menjadi puncak dari permasalahan dalam cerita. Peneliti
melihat sebelum menuju klimaks pada awal adegan empat Bulan, Padang, Jembar, dan
Kalangan kembali berkumpul di pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Bulan, Padang,
Jembar, dan Kalangan merasa sedih karena kembali teringat kepergian Aki dan
Nini yang tidak meninggalkan siapapun untuk menemani mereka bermain. Kemudian
berlanjut ke adegan Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain petak umpet dengan
bersembunyi karena sedari awal teman-temannya sudah meninggalkan Bulan keluar dari
area permainan. Bulan terus mencari hingga akhirnya bisa menemukan mereka, namun
indahnya …
“Tidak.”
“Kalangaaan …!”
KALANGAN MASUK DEGAN DIAM-DIAM
LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-
TEMAN.
107. KALANGAN
“HEI!!!”
108. BULAN, PADANG, JEMBAR
“Setujuuu!”
KOOR
“Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang
Nyulayani. Swer!”
JEMBAR
sudah berubah karena terpengaruh arus modern. Bukti arus modern memberi
terjadi saat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain jilumpet dengan
muncul untuk waktu yang cukup lama dengan bukti kutipan dialog nomor
seratus empat puluh tiga (143). Melalui kutipan dialog tersebut, Bulan yang
namun mereka tidak menjawab Bulan saat ditanyai. Perasaan janggal mulai
b. Penyelesaian
Analisis alur yang kedua, alur pada naskah drama “Padang Bulan”
memiliki subplot atau bisa disebut memiliki alur kedua yang bersifat
kisah tentang seorang anak bernama Lugu dan memasukan Nini ke dalam
dialog nomor empat puluh dua (42). Melalui kutipan dialog tersebut dapat
disimpulkan bahwa alur pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok
orang lain, namun tidak keluar dari cerita utama melainkan menjelaskan
permasalahn yang terjadi. Bukti lain naskah drama “Padang Bulan” beralur
maju dan memiliki subplot terlihat pada kutipan dialog nomor seratus dua
permasalahn yang diangkat ke dalam cerita utama. Pada bagian akhir cerita,
dialami oleh Lugu ketika arus modernisasi sudah mulai meluas sampai ke
desa.
BAB IV
4.1 Simpulan
Dasar pada penelitian ini adalah naskah drama yang dianalisis untuk
mendeskripsikan temuan stuktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan
lebih paham dan bisa dimengerti oleh penonton saat pentas di atas panggung.
Naskah drama berisi tentang nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang
diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Dengan begitu,
kita bisa mengetahui alur, karakter, dan tema yang terdapat pada naskah. Selain
itu, untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama yang ditulis secara
lengkap tidak hanya berisi percakapan antar tokoh melainkan keterangan atau
petujuk. Keterangan dan petunjuk pada naskah membantu pembaca untuk lebih
tokoh, latar tempat, dan situasi yang terjadi pada bagian awal. Konflik terjadi
ketika Lugu pergi ke kota untuk melihat kemajuan yang banyak dikatakan oleh
adalah kampung halaman Lugu yang telah dirubah menjadi kota. Klimaks
terjadi pada saat Padang, Jembar, dan Kalangan berubah menjadi peralatan
seperti semula. Bukti pada naskah drama ini memiliki subplot ialah pada
dongeng Aki kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dalam rangka untuk
terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini, Ibu Lugu, Lugu,
Politikus, Pejabat Kota, Boss, dan Kamtib. Karakter tiap tokoh dianalisis
melalui tida dimensi yakni dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi
psikologis. Dalam dimensi fisiologis gambaran tokoh dalam bentuk fisik dilihat
melalui dialog yang diucapkan para tokoh dan bagaimana tokoh lain
lingkungan hidup tokoh tersebut dengan melihat petunjuk yang tertera dalam
Tokoh protaginis terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/Ibu
Lugu, dan Lugu, sedangkan tokoh antagosnis terdiri dari Boss, Pejabat Kota,
dan Kamtib.
4.2 Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran
drama :
naskah drama. Dengan memahami naskah drama terlebih dahulu, peneliti lain
4.2.2 Strktur drama yang dianalisis memberi paham yang lebih mendalam dengan
berbagai hal yang tertera di dalam naskah. peneliti lain bisa memperdalam
drama yang dianalisis agar tidak melenceng dari gagasan awal saat akan
dipentaskan.
4.2.3 Bagi pengajar di sekolah akan lebih terbantu untuk memberi pengajaran
atau di luar