Anda di halaman 1dari 25

BAB III pembahasan

1.Museum Trowulan

A. Latar Belakang

Situs Trowulan merupakan situs perkotaan klasik peninggalan Kerajaan Majapahit. Luasnya
11 km x 9 km, yang mencakup wilayah Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten
Mojokerto serta Kecamatan Mojoagung dan Mojowarno di Kabupaten Jombang. Situs ini
merupakan ujung penghabisan dari 3 gunung, yaitu Gunung Penanggngan, Gunung Welirang,
dan Gunung Anjasmara. Keadaan geografis daerah Trowulan yang landai dan air tanahnya
dangkal sangat cocok digunakan untuk pemukiman. Sebagai bekas kota pada masa lampau, di
Situs Trowulan ini banyak ditemukan berbagai peninggalan arkeologis.

Penelitian terhadap Situs Trowulan dilakukan pertama kali oleh Wardenaar pada tahun 1815.
Raffles menugaskannya untuk mengadakan pencatatan peninggalan arkeologi di Mojokerto.
Hasil pencatatan Wardenaar itu dituliskan Raffles dalam bukunya yang terkenal, History of
Java (1817). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa berbagai obyek arkeologi

dengan judul Toelichting over den Ouden Pilaar van Majapahit (1958). Sementara itu, R.D.M
Verbeek mengadakan kunjungan ke Trowulan dan menerbitkan laporannya dalam artikel
Oudheden yang berada di Trowulan merupakan peninggalan dari kerajaan Majapahit.

mW.R Van Hovell (1849), J.V.G Brumund dan Jonathan Rigg menerbitkan penelitian
mereka dalam Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia. J. Hageman menulis
tentang Trowulan van Majapahit in 1815 en 1887. Penelitian terhadap Situs Trowulan
kemudian dilanjutkan oleh R.A.A Kromodjojo Adinegoro, seorang Bupati Mojokerto (1849-
1916) yang sangat memperhatikan peninggalan arkeologi di Trowulan. R.A.A Kromodjojo
Adinegoro juga memerintahkan penggalian Candi Tikus dan merintis berdirinya Museum
Trowulan sebagai pelestari kebesaran Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1907, J. Knebel,
anggotaCommisie voor Oudheidkundig Orderzoek op Java en Madura melakukan
inventarisasi peninggalan arkeologi di Trowulan. N.J Krom juga mengulas peninggalan
Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam karyanya Inleiding tot de Hindoe Javaansche
Kunst(1923).

Penelitian yang lebih mendalam mengenai Situs Trowulan dilakukan olehOudheeidkundige


Vereeneging Majapahit atau disingkat OVM yang didirikan oleh R.A.A Kromodjojo
Adinegoro bekerja sama dengan Maclaine Pont. Dalam kurun waktu antara 1921-1924
Maclaine Pont melakukan penggalian-penggalian di Trowulan dengan tujuan untuk
mencocokkannya dengan uraian Kitab Negarakertagama. Penelitian Maclaine Pont tersebut
menghasilkan Sketsa Rekonstruksi Kota Majapahit di Trowulan.

Berpedoman pada Kitab Negarakertagama pupuh VIII-XII, Stutterheim melakukan penelitian


mengenai bentuk Ibukota Kerajaan Majapahit. Stutterheim menyimpulkan bahwa tata kota
Kraton Majapahit dapat dianalogikan dengan Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Lebih jauh
disebutkan bahwa bangunan yang terdapat di dalam kompleks kraton mirip dengan bangunan
yang terdapat di dalam kompleks puri di Bali (Sttuterheim, 1948).[1]

Penelitian kemudian dilanjutkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas)
pada tahun 70-an sampai tahun 1993. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ini mencoba
mencari bukti-bukti tentang kota Majapahit. Langkah yang ditempuh adalah penggalian
berdasarkan nama tempat yag disebut dalam Kitab Negarakertagama dan penemuan baru
yang tidak sengaja oleh penduduk.

Temuan berbagai benda bersejarah menunjukkan bahwa situs ini tidak hanya berupa tempat
tinggal saja. Ada situs lainnya seperti situs upacara, agama, bangunan suci, industri,
perjagalan, makam, sawah, psar, kanal, dan waduk. Situs-sits tersebut membagi suatu kota ke
wilayah yang lebih kecil dan dihubngkan dengan jalan. Namun, sampai sekarang penelitian-
penelitian yang dilakukan belum memberikan pemahaman yang utuh tentang keseluruhan tata
kota Majapahit seperti yang dikemukakan Mpu Prapanca dalam Kitab Negarakertagama.
Keterangan baru kembali didapatkan setelah adanya upaya dari Tim Geografi Universitas
Gajah Mada yang membuat foto udara Situs Trowulan. Foto udara tersebut memberikan
gambaran bahwa dulunya Situs Trowulan merupakan kota berparit.

B. Sejarah Museum Trowulan

Pada tangga 24 April 1924, R.A.A Kromodjojo Adinegoro salah seorang bupati Mojokerto
bekerjasama dengan Ir.Henry Maclaine Pont seorang arsitek Belanda untuk mendirikan
Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) yaitu suatu perkumpulan yang bertujuan
untuk meneliti peninggalan-peninggalan majapahit. OVM menempati sebuah rumah di situs
Trowulan yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang km. 13 untuk menyimpan artefak-
artefak yang diperoleh baik melalui penggalian, survey, maupun penemuan yang tak sengaja.
Mengingat banyaknya artefak yang layak untuk dipamerkan, maka direncanakan untuk
membangun sebuah museum yang terealisasi pada tahun 1926 dan dikenal dengan nama
Museum Trowulan.

Pada tahun 1942 Museum Trowulan ditutup untuk umum kerana Maclaine Pont ditawan oleh
Jepang. Sejak itu museum berpindah-pindah tangan dan akhirnya dikelola Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jawa Timur. Tugas kantor tersebut tidak hanya melaksanakan
perlindungan terhadap benda cagar budaya peninggalan Majapahit saja, tetapi seluruh
peninggalan kuno yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu, koleksinya
semakin bertambah banyak. Guna mengatasi hal tersebut museum dipindahkan ke tempat
yang lebih luas berjarak sekitar 2 km dari tempat semula, namun masih di situs Trowulan.
Museum baru tersebut sesuai dengan struktur organisasinya disebut sebagai Balai
Penyelamatan Arca. Namun, masyarakat tetap mengenalnya sebagai Museum Trowulan.

Pada tahun 1999 koleksi prasasti peninggalan R.A.A Kromodjojo Adinegoro dipindahkan
dari Gedung Arca Mojokerto ke Museum Trowulan, sehingga koleksi Museum Trowulan
semakin lengkap. Berdasarkan fungsinya, museum Trowulan kemudian diberi nama sebagai
Balai Penyelamatan Arca BP3 Jatim. Mengingat kebutuhan informasi yang semakin lama
semakin meningkat dari masyarakat tentang Majapahit, maka kini nama Balai Penyelamatan
Arca BP3 Jatim diubah menjadi Pusat Informasi Majapahit. Walaupun terjadi perubahan,
namun pada prinsipnya hal tersebut tidak merubah fungsinya secara signifikan, yaitu sebagai
museum dan balai penyelamatan benda cagar budaya di Jawa Timur. Untuk menampung
benda koleksi cagar budaya yang setiap tahun terus bertambah dan untuk meningkatkan
pelayanan sajian kepada masyarakat, maka BP3 Jatim terus melakukan pembenahan terhadap
museum.

C. Koleksi yang Tersimpan di Museum

Sesuai dengan sejarahnya, koleksi Pusat Informasi Majapahit didominasi oleh benda cagar
budaya peninggalan Majapahit. Melalui peninggalan-peninggalan tersebut beberapa aspek
budaya Majapahit dapat dikaji lebih lanjut, seperti bidang pertanian, irigasi arsitektur,
perdagangan, perindustrian, agama, dan kesenian. Keseluruhan koleksi tersebut ditata di
gedung, pendopo, maupun halaman museum. Berdasarkan bahanya koleksi Museum
Trowulan yang dipamerkan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Koleksi Tanah Liat (Terakota)

a. Koleksi terakota manusia

b. Alat-alat produksi

c. Alat-alat rumah tangga

d. Arsitektur

2. Koleksi Keramik.

Koleksi keramik yang dimiliki oleh Pusat Informasi Majapahit berasal dari beberapa negara
asing, seperti Cina, Thailand, dan Vietnam. Keramik-keramik tersebut memiliki berbagai
bentuk dan fungsi., seperti guci, teko, piring, mangkuk, sendok, dan vas bunga.

3. Koleksi Logam
Koleksi benda cagar budaya berbahan logam yang dimiliki Pusat Informasi Majapahit dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok seperti koleksi mata uang kuno, koleksi alat-alat
upacara seperti bokor, pedupaan, lampu, cermin, guci, dan genta serta koleksi alat musik.

4. Koleksi Batu

Koleksi benda cagar budaya yang berbahan batu berdasarkan jenisnya dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut.

a. Koleksi miniatur dan komponen candi

b. Koleksi arca

c. Koleksi relief

d. Koleksi prasasti

Selain itu koleksi benda cagar budaya yang berbahan batu yang dimiliki oleh Pusat Informasi
Majapahit juga terdapat alat-alat dan fosil binatang dari masa prasejarah.

C. Hubungan Antara Museum Trowulan dengan Kerajaan Majapahit

Kita tahu Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang wilyahnya mencakup
sebagian besar wilayah Asia tenggara. Trowulan diduga kuat merupakan bekas pusat kerajaan
Majapahit karena banyak ditemukan bukti bukti pendukung yang memperkuat pendapat ini.
Bukti-buktinya sampai sekarang masih ditemukan di berbagai penjuru kota Torwulan yang
disimpan dalam satu komplek situs yaitu Museum Trowulan. Banyak candi, pentirtaan,
makam kuno ditemukan yang menandakan adanya hubungan Trowulan dengan Kerajaan
Majapahit.

Sekitar Trowulan ditemukan reruntuhan pemukiman kuno yang menandakan pada Zaman
Kerajaan Majapahit sudah ada sistem pola pemukiman yang tersusun atas banyak
pemukiman. Ditemukan juga reruntuhan tembok yang berbahan baku batu bata merah yang
diduga merupakan pagar yang dahulu mengitari Keraton Majaphit. Tembok tersebut
mempunyai gapura yang digunakan sebagai pintu gerbang menuju keraton. Gapura itu
dipastikan gapura bajangratu yang telah ditemukan dan mengalami pemugaran. Seperti
halnya kerajaan yang lain, berbagai kegiatan masyarakat berada diluar gapura Keraton.

Maka dari ditemukan arkeolog tentang adanya aktivitas industry yang terbiukti ditemukannya
uang logam kuno masa Majaphit. Hal ini berarti di Trowulan masyarakatnya telah mengenal
perdagangan dan sistem pasar. Selain itu masyarakat Trowulan pada masa itu juga telah
mengenal sitem keagamaan yang dibuktikannya dengan ditemukanya arca dan candi yang
dulu digunakan untuk menyembah dewa.
Hal ini menunjukan memang ada hubungan antara Museum Trowulan dengan kerajaan
Majapahit. Kerajaan Majapahit yang pada masa itu dikenal sebagai kerajaan yang besar
menjadikan pusat kerajaannya di Trowulan. Trowulan memang saat ini telah dijadikan
sebagai Museum karena memang menyimpan bukti sejrah kebesaran Kerajaaan Majapahit
yang telah dibugar maupun telah dikubur.

Museum Trowulan dan Kerajaan Majapahit mempunyai kaitan yang sangat erat. Situs
Trowulan, termasuk di dalamnya adalah komplek Museum Trowulan kemungkinan besar
dulunya merupakan pusat kota Majapahit. Hal ini didukung dengan ditemukannya situs
pemukiman yang terbuat dari batu bata dan bangunan lain seperti candi, gapura, dan sarana
irigasi.

Berbagai peninggalan yang ditemukan di situs ini, telah banyak membantu mengungkap
berbagai aspek-aspek kehidupan masyarakat Majapahit. Museum Trowulan juga menjadi
sarana pelestari berbagai benda bersejarah yang menjadi peninggalan Majapahit. Sehingga
sampai sekarang, dapat dilihat bagaimana kebesaran Kerajaan Majapahit melalui
peninggalan-peninggalan yang disimpan di Museum Trowulan.

D. Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Memperlihatkan Kebesarannya.

Kondisi ibukota dua kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara sangat berbeda. Jika di
Palembang menjadi wadah dari berjuta penduduk, Trowulan terbatas hanya desa kecil.

Ibukota Majapahit terletak di bagian barat yaitu Mojokerto, berdasar pada sebuah situs yang
dekat dengan sungai Brantas. Riset arkeologi dilakukan di situs ini, di mana hanya ada
beberapa jejak dari kejayaannya. Sebagian besar sisa fondasi istana dan candinya berada di
bawah tanah, dan lahan pada tempatnya berdiri sekarang menjadi persawahan. Semua
bangunan utama dan tembok-tembok yang mengelilinginya terbuat dari batu bata merah.
Sampai saat ini dikenal dengan sebutan “batu majapahit”.

Riset arkeologis yang dilakukan di situs ini member bukti bahwa Trowulan bukan sebuah
kota dalam arti seperti ibukota-ibukota lainnya. Tidak seperti kota-kota Melayu, tidak ada
perbentengan atau benteng-benteng tetapi sebuah kelompok struktur atau kompleks bangunan
yang dipisahkan oleh jalan yang lebar dan alun-alun terbuka yang luas. Skema bangunan
yang kompleks tersebut meliputi sebuah wilayah yang luasnya 100 km2. Kompleks-
kompleks tersebut memiliki pelataran, pepohonan dan paviliun terbuka yang dikelilingi oleh
dinding atau pagar. Area tengahnya diperuntukkan oleh keluarga dari pimpinan rumah
tangga. Bagian-bagian yang lain dihuni oleh para pembantu atau tamu atau untuk upacara-
upacara.[2]

Terdapat sebuah tendon air yang cukup besar bernama “segaran”,luasnya kira-kira 6 hektar.
Sisa-sisa pipa air yang terbuat dari tanah liat memperlihatkan bahwa fasilitas penyediaan air
minum, aktivitas komersial dan industrial pernah ada. Kota tersebut diorganisir dengan unit-
unit pemukiman dan distrik-distrik yang diperuntukkan bagi kegiatan industritertentu seperti
pandai besi, tukang besi, pembuat gerabah dan lain-lain. Masing-masing distrik dikendalikan
oleh sebuah dewan, di bawah pengawasan seorang bangsawan. Pasar diadakan dalam jadwal
teratur dilahan-lahan kosong yang memisahkan distrik-distrik. Pasar-pasar tersebut diawasi
oleh pejabat resmi yang digaji dengan hasil pajak pasar.[3]

Selain itu terdapat pelabuhan yang dinamakan Bubat, terletak dibagian utara kota, pada tepi
sungai Brantas. Sungai ini merupakan jalan utama dalam pengiriman barang meskipun ada
juga beberapa jalan yang dapat digunakan untuk masuk dan keluar kota. Penjelasan Odorofic
of Pordeone dan para pedagang Cina member sebuah gambaran tentang kemakmuran kota
tersebut. Mpu Prapanca dalam Negarakertagamamenjelaskan kompleks kerajaan secara
panjang lebar. Berdasarkan keterangan-keterangan ini, Pigeaud[4] telah bisa mereka ulang
garis besar keraton.

Keraton dikelilingi oleh sebuah dinding batu bata merah berketinggian lebih dari 10 m dan
memiliki gerbang pintu ganda. Di depan pintu utara ada sebuah lapangan besar, pada bagian
baratnya ada arena untuk adu jago dan pada sisi timur ada benteng bagi sebuah garnisun
kecil. Keraton tersebut di bagi menjadi tiga pelataran :

Yang pertama adalah bangunan-bangunan religius dan sebuah menar putih yang besar. Akses
menuju pelataran kedua adalah pada satu sisi dan pada sisi lainnya ada banyak pemandian.

• Rumah para punggawa, yang dibangun dengan tiang-tiang dengan lantai kayu terletak
di pelataran kedua.

• Rumah punggawa yang lebih tinggi tatarannya dan sebuah pendapa besar terletak di
pelataran ketiga. Kamar-kamar raja juga terletak pada salah satu sisi dari pelataran ini dan
istananya adalah pavilion kayu yang didirikan di atas teras batu bata merah.[5]

Semacam simbolisme muncul dalam penampang structural Trowulan, yang kelihatannya


ditentukan oleh tradisi-tradisi kosmik dan dualisme yang sangat disukai oleh para arsitek
Majapahit. Dualisme itu tercermin dengan adanya keraton kepangeranan yang terletak di
barat dan timur, yang saling terkait satu sama lain. Contoh yang paling menarik dari dualisme
yang sangat dihargai Singasari dan Majapahit tercermin dalam ritual pembagian wilayah
Airlangga menjadi dua kerajaan kembar. Oleh karena itu penampang Trowulan bisa
dipandang sebagai sebuah perwujudan simbolik dari konsepsi struktur kekuasaan negara,
seperti yang dibayangkan para arsiteknya. Lingkaran konsentrik bangunan-bangunan dan
pemukiman-pemukiman berseberangan dalam dua lokasi.
a. Perekonomian Pada Masa Majapahit

Bidang perekonomian yang paling menonjol pada Masa Majapahit adalah pertanian,
perdagangan, dan industri. Ketiga bidang inilah yang diharapkan memberikan kontribusi
terhadap kehidupan kenegaraan dan kesejahteraan rakyat Majapahit. Salah satu usaha yang
dilakukan negara adalah dengan memungut pajak atas segala hal yang berhubungan dengan
distribusi, baik dari hasil pertanian, barang-barang perdagangan, maupun hasil kerajinan
industri. Pertanian, perdagangan, dan industri sudah menggnakan teknologi yang cukup maju.
Barang-barang yang dihasilkan pun berkualitas tinggi, sehingga memberikan pemasukan
yang besar bagi perekonomian Majapahit. Dalam melakukan jual beli, penduduk Majapahit
menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti dan uang yang dikenal di Majapahit.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan arkeologis dapat diketahui bahwa leju pertumbuhan
ekonomi Majapahit didorong oleh kegiatan dan terbentuknya jejaring perniagaan baik lokal
maupun regional. Dalam Ying-Yai Sheng-Lan disebut beberapa kota pelabuhan yang berada
dibawah kekuasaan Majapahit yaitu Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabuhan tersebut telah
diunjungi pedagang asing dari Arab, Persia, Turki, India, dan Cina. Pedagang Majapahit tidak
hanya terbatas melakukan perdagangan di wilayahnya. Mereka juga pergi ke pulau-pulau lain
seperti Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka hingga ke Filipina. Beberapa daerah
tersebut tercatat dalam kitab Negarakretagama dan termasuk kategori negeri yang
menyerahkan upeti dalam sistem pertukaran Tributari (Pertukaran Barang). Pedagang
Majapahit membawa beras dan hasil bumi yang dipertukarkan dengan barang lain seperti
keramik, tekstil dan rempah-rempah.

Bidang kegiatan perekonomian Majapahit tersebut dapat diamati dengan ditemukannya


beberapa peninggalan arkeologis yang berasal dari luar negeri seperti porselin Cina yang
sebagian besar berasal dari dinasti Song. Selain itu ditemukan juga keramik Vietnam da
keramik Thailand. Selain sistem pertukaran barang, mata uang juga telah digunakan dalam
transaksi jual beli. Jenis mata uang ini antara lain uang lokal seperti uang gobog dan uang ma
dari perak dan emas. Kepeng Cina dari dinasti Tang, Song, Ming, dan Qing juga berlaku di
Majapahit. Dlam transaksi jual beli, alat satuan ukur seperti tibangan dari terakota dan batu
juga telah dikenal.

b. Perdagangan Pada Masa Majapahit

Perdagangan pada masa ini berkembang pesat dibandingkan masa-masa sebelumnya. Banyak
kota-kota pelabuhan yang pada Masa Majapahit berubah menjadi pelabuhan internasional.
Misalnya Tuban, Gresik, dan Surabaya. Kota-kota pelabuhan tersebut sering dikunjungi oleh
pedagang-pedagang dari berbagai negara seperti Arab, Persia, Turki, Cina, dan
India.Berbagai macam barang yang diperdagangkan antara lain hasil bumi, seperti beras,
sirih, pinang, buah-buahan, bawang, kapas, dan ketumbar, industri rumah tangga yng terdiri
dari perkakas dari besi dan tembaga, pakaian, payung, berbagai hewan ternak, berbagai hasil
kerajinan, garam, dan rempah-rempah. Komoditi impor di Majapahit antara lain kain sutra
dari Cina, pedang dari Timur Tengah, nila, lilin, emas, perak, tembaga, batik, gading, dan
kapur barus. Penduduk Majapahit menyukai keramik dan manik-manik kaca dari Cina.

c. Pertanian pada Masa Majapahit

Jenis pertanian yang berkembang pada masa Majapahit berdasarkan data prasasti, kaya sastra,
dan relief candi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pertanian basah atau sawah dan
pertanian kering. Pertanian basah atau sawah ini menggunakan irigasi yang teratur.
Sedangkan pertanian kering ada pada tegalan, ladang, atau kebun. Beberapa upaya dilakukan
penguasa kerajaan untuk meningkatkan hasil panen, dengan cara membangun waduk untuk
mengatasi bahaya banjir dan mengatur irigasi. Alat-alat pertanian yang digunakan pada masa
ini antara lain cangkul, bajak, garu, ani-ani, lesung, lumpang, alu, dan tampah.

d. Seni Pertunjukan Pada Masa Majapahit

Masyarakat Majapahit menikmati berbagai macam Seni Pertunjukan yang beragam.


Pertunjukan yang ada yaitu pertunjukan musik dan tarik suara, pertunjukan wayang,
pertunjukan drama boneka, pertunjukan tari, serta pertunjukan lawak. Pada pertunjukan seni
musik digunakan gamelan sebagai pengiringnya. Gamelan terdiri dari alat musik yang
beraneka ragam seperti alat musik tiup (seruling), alat musik petik (siter, clempung, rebab),
alat musik pukul (gong, reyong), serta kendang.

Pertunjukan wayang berfungsi sebagai hiburan pelengkap dalam suatu pesta atau hajatan.
Sementara, seni pertunjukan boneka dilakukan dengan menggunakan patung-patung terakota,
mengangkat lakon dari cerita-cerita kidung. Seni pertunjukan tari dilakukan pada saat
upacara-upacara keagamaan khusus seperti upacara ziarah. Pertunjukan lawak juga dikenal
luas tidak hanya di kalangan masyarakat saja tetapi juga umum diselenggarakan kalangan
kerajaan.

e. Organisasi Sosial Masyarakat Majapahit

Masyarakat Majapahit merupakan masyarakat yang heterogen khususnya dalam bidang


ekonomi, sosial, maupun agama. Hal ini menyebabkan munculnya stratifikasi sosial dalam
masyarakat. Stratifikasi ini umumnya dikaitkan dengan adanya catur asrama atau catur warna
dalam tradisi keagamaan Hindu. Catur asrama merupakan tingkatan atau jenjang hidup yang
terdiri atas:

1. Brahmacari (masa untuk mencari ilmu pengetahuan)

2. Grhasta (masa untuk berumah tangga)

3. Wanaprasta (masa untuk mengundurkan diri dari kehidupan duniawi)


4. Sanyasa/Bhiksuka (masa melepaskan diri dari kehidupan duniawi)

Catur warna yang dimaksudkan di sini adalah empat golongan dalam masyarakat Hindu yang
terdiri dari brahmana yaitu golongan yang bertugas dan bertanggung jawab dalam masalah
keagamaan, ksatria yaitu gologan yang bertugas dalam bidang pemerintahan, waisya yaitu
golongan yang menyelenggarakan kesejahteraan melalui perekonomian, dan sudra yaitu
golongan yang menjadi pekerja.

Selain berdasarkan catur warna, masyarakat Majapahit juga digolongkan berdasarkan nilai
ekonomi dan kekuasaan yang diperoleh dalam masyarakat. stratifikasi tersebut adalah
golongan penguasa (raja dan pejabat tinggi), golongan rohaniawan, golongan rakyat biasa,
dan golongan budak.

f. Kehidupan Religi Masyarakat Majapahit

Kitab Negarakretagama menjelaskan bahwa di Majapahit ada 3 pejabat pemerintah yang


memegang urusan agama yaitu Dharmadyaksa Kasewan untuk agama Siwa, Dharmadyaksa
Kasogatan untuk agama Budha dan Menteri Herhaji untuk agama Karsyan. Pejabat itu
dibantu oleh Dharma-Upapatti yang mengurusi sekte-sekte seperti Sivasiddhanta dan
Bhairawapaksa. Dikerajaan Majaphit juga berkembang agama Karesian yang dikembangkan
dalam sekolah yang dipimpin oleh pendeta (Rsi). Dasar ajarannya adalah sekte
Sivasiddhanta. Kehidupan Religius di Majapahit mencapai tehap perkembangan yang belum
pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, yeitu adanya penyatuan antara agama Siwa-
Budha. Pertemuan lintas agama tersebut terjadi pada tataran agama yang tertingg, tetapi
dalam prakteknya ritual ibadah tetap terpisah.

g. Teknologi Masyarakat Majapahit

Teknologi yang berkembang di Majapahit sudah sangat maju dijaman itu, seperti potret
arsitektur perkotaan Majapahit tergambar dari sebuah kesaksian musafir Cina yaitu Mahuan.
Majapahit atau yang dia sebut Man-ChePo-i digambarkan sebagai tempat tinggal raja yang
dikelilingi tembok bata. Keraton tampak seperti rumah bertingkat dan atapnya terbuat dari
kayu tipis yang disusun seperti ubin keramik. Lantainya terbuat dari papan yang ditutupi
anyaman tikar pandan atau rotan. Rumah penduduk biasa umumnya beratapkan jerami.

Bedasarkan berbagai sumber tertulis didapatkan pula gambaran menganai tata ruang
perkotaan Majapahit. Kota Majaphit berorientasi ke utara termasuk keraton. Pemukiman
rakyat berada di selatan. Pola kota tebagi menjadi 9 zona yang dibatasi oleh jaan-jalan yang
berpotongan. Tempat tinggal raja terletak ditengah. Sedangkan bangunan suci berada
disebelah barat daya kota.
Arsitektur bangunan rumah tinggal pada masa Majapahit dapat dibedakan dalam tiga
kelompok:

1. Arsitektur Jawa Kuno

Arsitektur Jawa Kuno mempunyai ciri:Konstruksi bangunannya dari kayu yang merupakan
tiang berdiri diatas tanah, mempunyai kolong dan tanpa pemisah ruang. Pemisah ruang hanya
dilakukan dengan menggunakan kain atau bahan tidak permanen, yang pada siang hari dapat
dilepas. Penutuyp atap menggunakan alang-alang atau ijuk.

2. Arsitektur Majapahit Lama

Arsitektur Majapahit Lama mempunyai ciri: konstruksi bangunan dari kayu yang berdiri di
atas batur dan belum ada pembatas yang permanen. Penutup atapnya sudah genting.
Bangunan semacam ini dapat berfungsi sebagai pendapa/balai maupun sebagai tempat untuk
beristirahat.

3. Arsitektur Akhir Majapahit

Arsitektur Akhir Majapahit mempunyai ciri: sama dengan ciri arsitektur Majapahit lama
namun telah mempunyai pembatasyang permanen. Bentuk-bentuk bangunan semacam itu
dapat dilihat pada beberapa relief candi di Jawa Timur dan jawa Tengah.

Namun demikian perlu diketahui bahwa pada akhir periode Majapahit, masih dijumpai ketiga
macam bangunan diatas terutama karena adanya perbedaan fungsi bangunan yang masih
digunakan pada waktu itu.

Adanya perubahan nilai-nilai sosial dan mulai susahnya mendapatkan bahan bangunan kayu,
menjadikan bangunan- bangunan yang menggunakan kayu untuk kolom maupun dinding
secara perlahan mulai berkurang dari perbendaharaan arsitektur Jawa. Hal ini dipercepat
dengan adanya penduduk baru dari pulau lain dan orang asing yang datang ke Majapahit
dalam rangka berdagang. Mereka mendirikan berbagai macam bangunan yang menggunakan
bahan bangunan tradisi membangun rumah sesuai dengan kebutuhan baru sehingga
bangunannya mempunyai ciri yang berbeda. Kemudian orang Jawa meniru cara
qmembangun para pedagang baru, sehingga terjadi suatu sinkritisme arsitektur yang dapat
dilihat pada relief candi.

Masyarakat Jawa telah mempunyai tradisi dan patokan membangun bangunan yang kuat dan
mempunyai kemampuan adaptasi yang baik sehingga perkembangan arsitektur pada zaman
Majapahit dapat berkembang dengan pesat. Kuatnya pedoman dan patokan membangun pada
waktu itu, memungkinkan pendekatan arsitektur Jawa dapat menyebar ke daerah lain
terutama ke Bali, karena Bali masih menganut kepercayaan yang sama yakni Hindu.
Arsitektur bangunan sakral pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan bangunan biasa.
Ketiga macam bangunan di atas dapat dilihat dalam suatu tapak, yang mempunyai aturan
pengelompokan bangunnan tersendiri. Bangunan sakral yang ada pada situs majapahit pada
umumnya mempunyai dua atau tiga halaman. Halaman pertamanya mempunyai Candi Bentar
seperti yang terdapat pada Waringin Lawang untuk kelompok bangunan sakral Hindu. Pada
kelompok bangunan sakral Budha tidak ditemukan tana-tanda adanya candi Bentar.

h. Pola Keraton Majapahit

Kraton majapahit pada dasarnya dibangun secara bertahap. Hal tersebut disesuaikan dengan
pola pemukiman yang berkembang di Jawa pada waktu itu. Bangunan tempat tinggal raja
dibangun di tengah, dikelilingi oleh rumah-rumah pengikut dan perwira setianya.
Perkembengan lingkungan selanjutnya dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuasaan
dan kepercayaan. Dari data lapangan dapat diketahui bahwa orientasi peletakan bangunan
penting mengikuti susunan hirarki kepercayaan Hindu dan Buddha. Diantara penulis
terdahulu, ada yang berpendapat bahwa peletakan dari bagian-bagian keraton Majapahit
mengikuti patokan-patokan kota India. Hal tersebut tidak dapat diterima karena mungkin
sekali cara membangun kota dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu atau Buddha, namun tidak
sama dengan cara membangun kota India. Salah satu dasar orientasi yang rupanya digunakan
dan menentukan tata ruang dan letak bangunan di Majapahit dan jawa pada waktu itu adalah
pada alam sekitar seperti gunung, dataran, dan laut. Gunung disimbolkan sebagai tempat
yang suci dan laut sebagai tempat yang kurang suci.

Letak keraton Majapahit berada pada suatu dataran rendah yang mempunyai sumber air. Laut
berada di sebelah utara, sedang gunung berada di sebelah selatan (orientasi gunung).
Sehingga dapat diperkirakan bahwa, letak fasilitas ibadah akan terletak di sebelah selatan,
sedang fasilitas kediaman raja akan ada di bagian tengah, dan bagian penerimaan tamu atau
pintu masuk berada di sebelah utara(Nagarakertagama).[6]

Pengamatan gambar tapak keraton yang dilakukan oleh Pigeaud, Maclaine, Pont melihat
adanya pembagian halaman dalam keraton. Berpegangan pada pola jalan dapat diperkirakan
bahwa keraton terbagi dalam sembilan kotak oleh jalan-jalan yang berpotongan tegak lurus
ari arah Timur-Barat dan utara-Selatan. Karena pengembangan secara bertahap, maka kotak-
kotak tersebut tidak sama besarnya.

Kotak yang terletak di tengah diperuntukan bagi kediaman raja. Kotak-kotak sebelah
tenggara dan barat daya diperuntukan bangunan suci. Kotak tengah di utara kediaman raja
diperuntukkan sebagai tempat raja bertemu dengan rakyatnya yang biasanya disebut Siti
Hinggil.

Tembok-tembok di Majapahit dibangun sesuai dengan kebuytuhan, keamanan, dan


pertahanan. Pembangunan tembok dilakukan secara bertahap dimulai dari bagian tengah,
sehingga akhirnya membentuk sembilan kotak halaman yang tidak sama luasnya mengikuti
pola jalan utama dalam keraton. Bagian tengah yang merupakan bagian yang
sempitdibandingkan dengan bagian utara maupun bagian selatannya.

Kelompok-kelompok perumahan yang berada di sekitar keraton adalah kelompok perumahan


Metahun, Wengker, di sebelah timur laut poros keraton, sedangkan di sebelah barat daya
terdapat suatu kompleks kedaton yang menurut Pigeaud adalah tempat tinggal ibunda Hayam
Wuruk.[7]

Fasilitas ibadah yang berada di luar kompleks keraton pada arah barat laut adalah kompleks
Candi Berahu yang merupakan fasilitas ibadah Buddha. Fasilitas ibadah Buddhistis berada di
sebelah barat poros utar-selatan keraton, sedangkan sebelah timur poros tersebut adalah
perletakan bangunan ibadah Hindu, hal tersebut memperkuat pendapat bahwa fasilitas ibadah
yang ada pada kotak halaman keraton sebelah tenggara adalah tempat ibadah Hindu.

Bagian utara kota darimporos timur-barat merupakan bagian yang penting dari kota
Majapahit mengingat komunikasi dengan luar terjadi pada bagian kota tersebut. Alun-alun
berada di sebelah utara keraon begitu pula pasar dan lapangan Bubat. Di utara lapangan
Bubat terdapat pemukiman pedagang Islam, pedagang Cina, dan lainnya yang mempunyai
cara membangun rumahnya barbeda dengan rumah asli.
2.budha sleeping

Patung Buddha merupakan asimilasi budaya Helenisme dari Bangsa Yunani. Pada awalnya,
di ajaran agama Buddha tidak ada maksud untuk mendirikan patung. Namun setelah Bangsa
Yunani masuk ke India dengan budaya Helenisme, mereka mulai membentuk image Buddha
dalam wujud patung. Karena terbukanya Jalur Sutra (Silk Road), agama dan image patung
Buddha mulai tersebar ke negara-negara yang dilewatinya (termasuk Asia Tenggara dan
China).

Akan tetapi, ketika budaya Buddha berada di masing-masing negara, image Buddha mulai
bercampur dengan budaya lokal dari masing-masing menara. Hal ini dikarenakan pendirian
patung bila tidak dicampur dengan budaya lokal, masyarakat tidak akan tertarik. Patung yang
dulu hanya dijadikan sebagai alat pemujaan oleh golongan atau ajaran tertentu, kini bisa juga
menjadi sarana media berpromosi yang tepat untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Berbicara mengenai patung, di Indonesia memiliki beragam jenis patung. Patung-patung ini
biasanya menyimpan sebuah peninggalan sejarah besar. Salah satunya yaitu Patung Buddha
Tidur. Patung Buddha Tidur dibangun di dalam kompleks Maha Vihara Mojopahit. Di
Indonesia, patung Buddha Tidur hanya terdapat di Mojokerto dan Bogor.

Menurut para pengamat, patung buddha tidur di Mojokerto merupakan patung terbesar di
Indonesia. Patung ini juga menempati urutan ketiga setelah patung sejenis yang berada di
Thailand dan Myanmar.

Ciri-Ciri Patung Buddha Tidur di Mojokerto

1. Merupakan patung yang menggambarkan Buddha Gautama.

2. Memiliki panjang 22 meter, lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter.

3. Dibuat menggunakan beton.

4. Dibuat pada tahun 1993 oleh YM Viryanadi Maha Tera, pengrajin patung asal
Trowulan.

5. Seluruh bagian patung dicat warna kuning keemasan, sedangkan di bagian bawah
patung terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama,
hukum karmaphala dan hukum tumimbal lahir.

6. Posisi tubuh patung berbaring miring menghadap ke arah selatan dan kepala
bersandar di atas bantal yang disangga menggunakan lengan kanannya.
7. Di dekat patung, terdapat kolam air yang ditumbuhi tanaman teratai yang
menggambarkan laut dimana abu Sang Budha Gautama larung.

Posisi Patung Buddha Tidur

Patung Buddha Tidur (rupang Buddha) adalah arca yang menggambarkan Buddha Gautama
tengah berbaring menghadap sisi kanan. Sementara kepala patung, bersandar di atas bantal
disangga lengan kanannya. Menurut Bhiksu Nyanadhiro, “Rupang adalah replika atau
gambaran dari orang-orang yang di anggap telah mencapai kesucian, seperti para Buddha dan
murid-muridnya. Rupang biasanya diletakkan di meja sembahyang dan dijadikan sebagai
arah untuk membaca kitab suci dalam agama Buddha. Rupang hanya berfungsi sebagai
simbol untuk membantu visualisasi”.

Patung (rupang) Buddha Tidur dibuat dengan posisi berbaring menghadap ke arah selatan,
sehingga penganut agama Buddha menganggap arah selatan adalah arah kiblat. Posisi
sleeping atau reclining atau tidur ini dipercaya merupakan posisi ketika Sang Buddha
Gautama meninggalkan dunia memasuki Nirwana. Menurut kesehatan, posisi tidur
menghadap kanan adalah posisi terbaik untuk melindungi jantung dari posisi tertindih atau
tertekan organ lainnya.

Sumber lain menyebutkan hal yang berbeda yakni posisi patung tengah berbaring menghadap
sisi kanan ini karena Sang Buddha Gautama sedang melakukan meditasi. Hal ini juga
diperjelas oleh salah satu karyawan di Maha Vihara Mojopahit, “Dibawah Rupang Sleeping
Buddha, terdapat ruangan yang dimanfaatkan untuk meditasi umat Buddha” (Abadiyah,
2014).

Siapakah Sidharta Gautama?

Sidhartha Gautama (nama Buddha Sakyamuni atau Buddha Gautama) adalah seorang
pangeran kerajaan India yang mendirikan Buddhisme. Buddhisme merupakan suatu ajaran
filsafat religius yang tidak mengenal Tuhan. Di ajarannya, meskipun tidak mengenal Tuhan,
mereka akan memberikan reward (penghargaan) bila berbuat baik kepada sesamanya dan
akan memberikan sanksi tegas (hukuman) bila melakukan perbuatan jahat.

Patung Buddha Gautama dibuat bertujuan untuk merepresentasikan sosok Buddha yang telah
tercerahkan (enlighted). Dia juga dikenal sebagai Shakyamuni yaitu orang bijak dari kaum
Sakya’. Patung Buddha Gautama pertama kali dibuat pada 400-500 tahun setelah beliau
Maha Parinibbana (wafat). Image Patung Buddha biasanya mirip dengan Dewa Yunani,
memakai jubah, berambut ikal dan posisi berdirinya juga posisi Dewa Yunani.

Lokasi Patung Buddha Tidur

Patung Buddha Tidur (Sleeping Buddha) ini terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto. Lokasinya berada di tengah perkampungan yang dekat dengan desa
persawahan, sehingga menjadikan suasana disana menjadi tenang dan sejuk khas pedesaan.
Tempat ini sering mendapat kunjungan wisatawan, baik untuk beribadah maupun rombongan
non-Buddhis, terutama hari libur sekolah yang banyak dikunjungi oleh para pelajar.

Pihak pengelola vihara cukup terbuka menerima kedatangan rombongan darimanapun dan
akan memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan keberadaan tempat ini.
Untuk menuju lokasi desa Bejijong bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan
umum, misalnya bus karena lokasinya mudah dijangkau dan dekat dengan jalur jalan raya
lintas Provinsi Jawa Timur.
3.Gapura Bajang Ratu

Gapura Bajang Ratu atau juga dikenal dengan nama Candi Bajang Ratu adalah
sebuah gapura / candi peninggalan Majapahit yang berada di Desa Temon, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Bangunan ini diperkirakan
dibangun pada abad ke-14 dan adalah salah satu gapura besar pada zaman keemasan
Majapahit. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Mojokerto, candi /
gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk
memperingati wafatnyaRaja Jayanegara yang dalam Negarakertagama disebut "kembali ke
dunia Wisnu" tahun 1250 Saka(sekitar tahun 1328 M). Namun sebenarnya sebelum wafatnya
Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Dugaan ini didukung
adanya relief "Sri Tanjung" dan sayap gapura yang melambangkan penglepasan dan sampai
sekarang di daerah Trowulan sudah menjadi suatu kebudayaan jika melayat orang meninggal
diharuskan lewat pintu belakang

Penamaan
"Bajang Ratu" dalam bahasa Jawa berarti "raja / bangsawan yang kecil / kerdil / cacat". Dari
arti nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan Raja Jayanegara (raja
kedua Majapahit) dan tulisan dalam SeratPararaton, ditambah legenda masyarakat.
Disebutkan bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, usia Jayanegara masih sangat muda
("bujang" / "bajang") sehingga diduga gapura ini kemudian diberi sebutan "Ratu Bajang /
Bajang Ratu" (berarti "Raja Cilik"). Jika berdasarkan legenda setempat, dipercaya bahwa
ketika kecil Raja Jayanegara terjatuh di gapura ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya,
sehingga diberi nama "Bajang Ratu" ("Raja Cacat").

Sejarawan mengkaitkan gapura ini dengan Çrenggapura (Çri Ranggapura)


atau Kapopongan di Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang disebutkan
dalam Kakawin Negarakretagama: "Sira ta dhinarumeng Kapopongan, bhiseka ring
crnggapura pratista ring antawulan", sebagai pedharmaan (tempat suci). Di situ disebutkan
bahwa setelah meninggal pada tahun 1250 Saka (sekitar 1328 M), tempat tersebut
dipersembahkan untuk arwah Jayanegara yang wafat. Jayanegara didharmakan di
Kapopongan serta dikukuhkan di Antawulan (Trowulan). Reruntuhan bekas candi tempat
Jayanegara didharmakan tidak ditemukan, yang tersisa tinggal gapura paduraksa ini dan
fondasi bekas pagar. Penyebutan "Bajang Ratu" muncul pertama kali dalam Oundheitkundig
Verslag (OV) tahun 1915.
Struktur bangunan
Menurut buku Drs I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini
merupakan bangunan pintu gerbang tipe "paduraksa" (gapura beratap). Secara fisik
keseluruhan candi ini terbuat dari batu bata merah, kecuali lantai tangga serta ambang pintu
bawah dan atas yang dibuat dari batu andesit. Berdiri di ketinggian 41,49 m dpl, dengan
orientasi mengarah timur laut-tenggara. Denah candi berbetuk segiempat, berukuran ± 11,5
(panjang) x 10,5 meter (lebar), tinggi 16,5 meter, lorong pintu masuk lebar ± 1,4 meter.[1]

Secara vertikal bangunan ini mempunyai 3 bagian: kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai
semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi. Kaki gapura sepanjang 2,48 meter. Struktur
kaki tersebut terdiri dari bingkai bawah, badan kaki dan bingkai atas. Bingkai-bingkai ini
hanya terdiri dari susunan sejumlah pelipit rata dan berbingkai bentuk genta. Pada sudut-
sudut kaki terdapat hiasan sederhana, kecuali pada sudut kiri depan dihias relief
menggambarkan cerita "Sri Tanjung". Di bagian tubuh di atas ambang pintu ada relief hiasan
"kala" dengan relief hiasan sulur suluran, dan bagian atapnya terdapat relief hiasan rumit,
berupa kepala "kala" diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief
bermata satu atau monocle cyclops. Fungsi relief tersebut dalam kepercayaan budaya
Majapahit adalah sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief
cerita Ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.

lokasi
Lokasi Candi Bajang Ratu berletak relatif jauh (2 km) dari dari pusat kanal perairan
Majapahit di sebelah timur, saat ini berada di Dusun Kraton, Desa Temon, berjarak cukup
dekat (0,7 km) dengan Candi Tikus. Alasan pemilihan lokasi ini oleh arsitek kerajaan
Majapahit, mungkin untuk memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun
masih terkontrol, yakni dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak
kurang lebih 200 meter yang langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit,
menunjukkan hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit.

Untuk mencapai lokasi Gapura Bajang Ratu, pengunjung harus mengendara sejauh 200 meter
dari jalan raya Mojokerto - Jombang, kemudian sampai di perempatan Dukuh Ngliguk,
berbelok ke arak timur sejauh 3 km, di Dukuh Kraton, Desa
Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Di sekitar lokasi Gapura Bajang Ratu
di Trowulan (bekas ibukota kerajaan Majapahit) tersimpan banyak peninggalan bersejarah
lainnya dari zaman keeemasan saat kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan yang
disegani di muka bumi.
4.Candi Tikus

Sejarah Candi Tikus


Candi Tikus merupakan bangunan petirtaan. Hal ini terlihat dari adanya miniatur candi di
tengah bangunannya yang melambangkan Gunung Mahameru, tempat para dewa
bersemayam dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari
pancuran-pancuran yang terdapat di sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci
Amerta, sumber segala kehidupan.

Candi Tikus ditemukan pada tahun 1914 oleh seorang penduduk yang kemudian dilaporkan
kepada Bupati Mojokerto saat itu, yaitu R.A.A. Kromodjojo Adinegoro. Penemuan tersebut
diawali dengan laporan penduduk bahwa di daerah tersebut terjangkit wabah tikus yang
bersarang di sebuah gundukan. Ketika gundukan dibongkar ternyata di dalamnya terdapat
sebuah candi yang kemudian disebut Candi Tikus. Karena sejarah penemuan inilah hingga
sekarang banyak petani, baik dari daerah sekitar Mojokerto maupun luar kota yang sawahnya
diserang hama tikus datang ke tempat ini untuk memperoleh air candi yang dipercaya dapat
mengusir hama tikus.

Bangunan Candi Tikus berdiri pada permukaan tanah yang lebih rndah dari daerah
sekitarnya, yaitu lebih kurang sedalam 3,5 meter. Oleh karena itu, untuk mencapai lantai
dasar candi harus menuruni tangga masuk yang berada di sisi utara yang merupakan pintu
masuk candi. Orientasi Candi Tikus adalah menghadap ke utara dengan azimuth 200.

Bangunan Candi Tikus


Bangunan candi didominasi oleh bata, sedang batu andesit digunakan untuk pancurannya.
Dinding Candi Tikus dibuat berteras untuk menahan tanah sekitarnya. Pada dinding bagian
bawah serta batur candi inilah terdapat pancuran yang seharusnya berjumlah 46 buah, namun
kini tinggal 19 buah, sementara yang lain tersimpan di Museum Majapahit, Trowulan.
Adapun bentuk pancurannya ada dua macam yaitu padma (lotus) dan makara.
Pada dinding utara bagian bawah di kiri-kanan tangga masuk terdapat bilik berupa kolam
berukuran sama: panjang 3,5 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,05 meter. Pintu masuknya
mempunyai tangga, terletak di dinding sebelah selatan berukuran lebar 1,2 meter. Dinding
utara kolam terdapat pancuran masing-masing berjumlah 3 buah.

Bangunan induk terletak di tengah, kakinya menempel pada teras bawah dinding selatan.
Struktur bangunan induk terdiri dari kaki, tubuh dan atap. Kaki candi berdenah segi empat
berukuran panjang 7,75 meter, lebar 7,65 meter dan tinggi 1,5 meter. Pada bagian kaki ini
terdapat saluran air tertutup mengelilingi kaki, lebar 17cm dan kedalaman 54 cm, berguna
untuk memasok air ke pancuran-pancuran di sepanjang kaki candi.

Tubuh candi berdenah bujur sangkar berukuran 4,8 meter x 4,8 meter. Di sisi barat, utara dan
timur menempel pada bagian luar tubuh candi terdapat menara semu, masing-masing
berjumlah 5 buah. Di atas tubuh candi terdapat 4 buah menara berukuran 0.84 meter x 0,8
meter terletak pada tiap sudutnya. Menara yang paling besar berdiri di tengahnya berukuran 1
meter x 1,04 meter serta tinggi 2,76 cm. Kepuncak menara-menara ini telah hilang, hingga
tidak diketahui dengan pasti bentuknya. Menara-menara ini melambangkan Gunung
Mahameru sebagai pusat makro kosmos. Candi Tikus dipugar pada Tahun Anggaran
1984/1985 sampai dengan 1988/1989.
5.makam GUS DUR

Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia
menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau
ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Beberapa kali ia mengalami
serangan stroke. Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya. Ia meninggal dunia pada hari
Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45
akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia
harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Menurut Salahuddin Wahid adiknya, Gus
Dur wafat akibat sumbatan pada arteri. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat
dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur

Testimonial
KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)

“Menurut saya, Gus Dur itu diutus Tuhan, untuk mengajarkan Indonesia agar pandai
berbeda dengan yang lain. Karena itu, Gus Dur sangat kontroversial, setiap sikap
dan ucapannya menimbulkan kontoroversi. Dengan begitu, orang Indonesia akan
belajar bagaimana berbeda dengan orang lain. Itu sebetulnya hakikat kehadiran Gus
Dur di Indonesia.
Kemudian, kita akan menjadi Negara yang betul-betul demokratis, karena saling
menghargai pendapat orang lain. Kita Negara yang sangat plural, sangat majemuk.
Kita mempunyai slogan Bhinneka Tunggal Ika, dan itu akhir-akhir ini seperti sedang
mendapatkan tantangan orang-orang yang tidak bisa berbeda dengan saudara-
saudaranya. Gus Dur sangat berperan, sangat berjasa dan banyak. Mungkin nanti,
pengikut-pengikutnya yang bertanggung jawab untuk meneruskan perjuangannya.”

Guruh Soekarnoputra
“Saya rasa ia patut menjadi pahlawan nasional. Banyak hal-hal darinya yang perlu
diteladani dan harus diturun-temurunkan kepada generasi muda. Misalnya apa
dibuat buku tentang pemikiran-pemikirannya, biografinya dan sebagainya.”

Viryanadi Mahatera

“Gus Dur itu salah satu tokoh yang benar-benar universal. Selama ini Gus Dur
seringkali hadir ditengah-tengah kami. Setiap kali ada even-even besar, seperti
seminar, talkshow dalam konteks pluralisme, dan lain-lain. Dan apa yang
disampaikan; pesan, petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, ini membawa kemajuan bagi
khususnya umat budha. Gus Dur adalah penasehat kami.”

Soesilo Bambang Yudhoyono (Petikan pidato dalam penutupan upacara


kenegaraan di Ponpes Tebuireng)

“Sebagai pejuang reformasi, almarhum telah mengajari kita kepada gagasan-


gagasan universal mengenai pentingnya kita sebagai bangsa yang beragam ini
menghormati dan menghargai keadilan. Melalui ucapan, sifat, dan perbuatannya,
Gus Dur mengobarkan sekaligus melembagakan penghormatan kita kepada
kemajemukan dan identitas yang tercampur dari perbedaan agama, kepercayaan,
etnis, dan kedaerahan. Disadari atau tidak, sesungguhnya ia adalah bapak
pluralisme

Wisata ziarah di Indonesia juga berkembang.

Gus Dur, Presiden RI yang ke tiga ini merupakan sosok yang terkenal oleh masyarakat
Indonesia. Berbagai kalangan kagum atas sosok Gus Dur. Beliau juga merupakan tokoh
organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama, Sosok Gus Dur yang terkenal ini, membuat banyak
peziarah yang berkunjung makamnya. Menurut Tempo.com (anonim), 2010, rata-rata
pengunjung per hari sebesar 2000-7000 pengunjung. Apabila dihitung per tahun berjumlah
sekitar 2 juta pengunjung.

Peziarah yang menggunakan kendaraan bus dan mobil-mobil pribadi telah merubah
lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng menjadi pusat keramaian yang berdampak
kemacetan, karena daya dukung jalan, perpakiran serta fasilitas umum lain tidak mendukung.
Proses belajar mengajar di Pondok Pesantren juga terganggu.sehingga perlu penangan
terpadu terhadap permasalahan di atas.

Peziarah yang mendatangi makam Gus Dur ini, mempunyai ikatan emosional yang tinggi
terhadap sosok Gus Dur. Peningkatan jumlah pengunjung setiap hari ini, mennimbulkan
masalah baru di kawasan Makam Gus Dur. Untuk itu penulis bermaksud mengkaji apakah
pemakaman Gus Dur dapat dijadikan Wisata Ziarah dan bagaimanakah pengembangannya
sebagai atraksi wisata ziarah.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menemukenali potensi dan strategi dalam rangka
pengembangan wisata ziarah terhadap Makam Gus Dur di Kabupaten Jombang.
6.Transmart sidoarjo

Transmart adalah salah satu perusahaan Retail dengan konsep Hypermarket di Inonesia.
Berawal dengan nama Carrefour merupakan perusahaan retail asal Prancis, pertama kali
masuk ke Indonesia pada tahun 1998 dengan hak kepemilikan oleh CT Corpora sebesar
40%.Kemudian, 15 tahun kemudian tepatnya pada tanggal 16 Januari 2013 Carrefour
Indonesia resmi dimiliki 100% oleh CT Corp dan sejak saat itu perusahaan berganti nama
menjadi PT Trans Retail Indonesia. Samapai PT.Trans Retail memiliki total 92 gerai yang
terdiri dari 17 Transmart, 74 Carrefour. Salah satunya adalah transmart sidoarjo yang terletak
di Jl. Raya Taman Tiara No.35, Pagerwojo, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
61252

Konsep

T. Trans Retail hadir dengan konsep baru yaitu Transmart Carrefour dengan pembagian
koridor belanja lebih rapi dan suasana belanja yang lebih nyaman, lebih luang dan lapang.
Juga terdapat lounge pada area informasi yang dilengkapi dengan sofa sehingga membuat
nyaman saat menunggu antrian untuk dilayani. Saat ini sudah ada 4 Transmart Carrefour
yang tersebar di Indonesia. Yaitu di Tangerang Center, Cempaka Putih, Cilandak, dan Daun
Village Balikpapan.
Jadi apa yang berbeda dari Transmart Carrefour dibandingkan dengan Carrefour

Fashion & Beauty


Mengusung tema one stop shopping, selain belanja groseri Transmart Carrefour
menyediakan suasana belanja layaknya di department store. Diisi juga dengan pilihan merek
yang lebih beragam dan berkualitas, mulai dari busana kerja, kasual, maupun pakaian sehari-
hari baik untuk pria, wanita, anak, sampai bayi.

Electronic Pro
Transmart Carreforur memiliki berbagai pilihan elektronik mulai dari televisi, DVD player,
kulkas, AC, kipas angin, oven, dan peralatan elektronik rumah tangga lainnya. Sedangkan
untuk kebutuhan akan gadget, ada Trans Hello. Area ini menjadi destinasi lengkap untuk
mendapatkan semua merek terkini mulai dari smartphone, tablet dan aksesoris telepon
lainnya seperti power bank, headphone, modem, dan lainnya.

Buah & Sayur Fresh Setiap Saat


Transmart Carrefour tetap mengutamakan buah & sayur yang fresh setiap saat. Tidak hanya
kualitas tetapi juga kenyamaan pada saat berbelanja. Di area makanan segar, penataan sayur
dan buah lebih dinamis, dengan adanya kotak kayu yang dibuat a la peti kemas dan
keranjang-keranjang untuk display sayur dan buah.

Food & Beverages


Transmart Carrefour menyajikan aneka makanan mulai tradisional sampai internasional
dengan kapsitas meja dan kursi yang lebih banyak. Dan pilihan makanan baik prasmanan
maupun ala carte yang lebih beragam. Tidak ketinggalan Bread Shop yang terletak diluar area
belanja sehingga memudahkan untuk membeli setelah berbelanja. Tidak hanya roti namun
juga ada beragam macam cake dan kreasi pastry lainnya. Baik dalam bentuk slice maupun
utuh.

Kids City
Anak-anak dapat ikut menikmati permainan yang tidak hanya ditujukan untuk anak-anak
namun juga membawa keceriaan untuk seluruh anggota keluarga. Area bermain ini dibuat
berdasarkan tema ikon dari negara-negara di dunia dengan suasana petualangan.

Bank Mega
DI Transmart selalu ada diskon 10% serta cicilan dengan bunga rendah jika bertransaksi
dengan kartu kredit Bank Mega. Bank yang juga milik pengusaha asal Indonesia Chairul
Tanjung.

Anda mungkin juga menyukai