Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN OBSERVASI RUMAH BUDAYA KRATONAN 1-6

 Asal usul Museum Rumah Budaya Kratonan Ini Beserta Koleksinya? Darimana
Museum ini mendapatkan koleksinya?

Rumah Budaya Keratonan bukan museum koleksi jadi tidak memiliki koleksi sama
sekali. Rumah Budaya Keratonan mengambil tema museum story line yaitu cerita, instalasi
dan menyampaikan tentang sejarah Kota Surakarta. Museum ini masuk ke jenis museum
ilmu pengetahuan. Lokasinya ada di Jalan Manduro nomor 6, Gang Kartotiyasan, Kecamatan
Serengan, Solo, Jawa Tengah.
Sejarah Museum Rumah Budaya Keratonan ini dari tahun 2017 mulai dibangun yang
sebelumnya rumah milik keluarga Bapak Mulyadi Joyomartono (1951), beliau adalah
seorang menteri social Indonesia era Kabinet Djuanda dan Kabinet Dwikora Tiga. Beliau
juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada tahun 1960
dan tahun 1966. Di tahun 2015 lokasi ini menjadi milik Ibu Krisnina Maharani Tanjung yang
merupakan istri dari Akbar Tanjung kemudian tempat ini dipugar dan pada tanggal 13 Maret
2016 Rumah Budaya Kratonan diresmikan menjadi ruang public oleh Walikota Surakarta.
Seiring berjalannya waktu Rumah Budaya Kratonan ditata kembali pada tanggal 13 Oktober
2018 diresmikan menjadi ruang public kebudayaan dan galeri sejarah Surakarta oleh Dirjen
Kebudayaan Dikbud Bapak Hilmar Farid.

 Bagaimana pendataan atau penggolongan Koleksi yang ada Di Museum Rumah


Budaya Kratonan ini?

Pembuatan museum berdasarkan apa yang ada di dalam buku The Last Sunan yang
merupakan karangan dari owner Rumah Budaya Kratonan. Terdiri dari beberapa ruang,
bangunan ini memberi edukasi sejarah dari yang kompleks menuju yang spesifik (panel
pertama menjadi intinya dan panel-panel berikutnya berisi penjelasan-penjelasan dari panel
pertama atau sebagai pemantik). Ditampilkannya sejarah perjalanan dari revolusi industri
hingga tumbuhnya kolonialisme di Indonesia, sampai pada sejarah Kota Surakarta. Terdiri
dari beberapa ruangan dengan fungsi yang unik. Ruangan-ruangan itu berbentuk panel
dengan sekuel cerita dan beberapa instalasi menarik.
Ada pula lika-liku tentang Diponegoro dan ironi penangkapannya. Selepas itu,
digambarkan pula pecahnya Mataram yang dirangkum dalam penyajian materi (teks dan
gambar) tentang Perjanjian Giyanti. Ada juga sajian tentang perkembangan politik di
Solo. Masuk ke ruang yang semakin dalam, kita diajak untuk meneropong lebih jauh lagi
tentang sejarah Surakarta hingga Tanam Paksa. Satu ruang tanam paksa, melecutkan refleksi
para pengunjung tentang penderitaan dan pemikiran kritis dari Edward Douwes Dekker yang
menentang cultuurstelsel. Hingga yang paling akhir adalah Kota Surakarta masa sekarang.
 Bagaimana perawatan yang dilakukan di Museum Budaya Kratonan ini?
Perawatan sehari-hari seperti perawatan ruang, panel, instalasi listrik maupun apa yang
dipamerkan missal foto dan sebagainya. Perawatan ruang dilakukan oleh cleaning service
kemudian perawatan kelistrikan setiap hari selalu dicek karena museum terdiri dari instalasi
lampu-lampu dan instalasi video televisi. Untuk panel-panel atau apa yang tertera disitu
perawatan dilakukan biasa saja tidak ada yang khusus karena tidak punya koleksi barang atau
benda.

 Bagaimana penataan display di Museum Budaya Kratonan ini? (tambahin gambar)

Penataan display berdasar perjalanan sejarah yang diceritakan, dimulai dari masuknya
VOC sampai dengan masa kemerdekaan dan Solo masa kini. Mengenai Solo masa kini yang
tampilkan di video awal tahun 2017 (belum di update lagi).
 Ruang Pendopo
Pada ruang pendopo kita akan melihat timeline sejarah yang terbagi menjadi tiga baris.
pada baris pertama terdapat timeline sejarah kota surakarta, baris kedua sejarah nasional
dan baris ketiga sejarah dunia.

 Pringgitan dan Dalem


Ruang kedua yaitu ruang pringgitan dan dalem, ruangan ini berisi tentang sejarah
Keraton Surakarta dalam perjalanan melalui empat almari. terdapat alat mirip kamera
yang dapat menampilkan berbagai foto saat diteropongkan.

 Ruang Sentong
Ruang ketiga yaitu ruang sentong atau ruang cermin yang membawa pengunjung ke
ruangan gemerlap penuh imajinasi tentang cerita Multatuli sang pendobrak anti
kolonialisme.
 Ruang Merah
Pada ruang keempat yaitu ruang merah yang berada di Gandok tengen menceritakan
tentang era politik etis dan kesadaran nasional serta peran dari Mangkunegaran VII dan
Pakubuwono X

 Ruang Gadri dan Pekiwon Mburi


Selanjutnya yaitu ruang Gadri dan Pekiwon Mburi menjadi ruang revolusi kemerdekaan
tahun 1942-1946. di ruangan ini menampilkan tentang Solo pada masa kini serta juga
berisi tentang fotografi.
 Perpustakaan Mini
Ruang berikutnya yaitu berada di gandok kiwo yang merupakan perpustakaan mini yang
menyediakan beberapa buku yang bisa dibaca pengunjung. pada sisi lainnya terdapat
Joglo Bali Pangggung yang biasa digunakan untuk latihan-latihan kesenian atau event-
event yang diadakan di Rumah Budaya Kratonan. Terdapat berbagai kegiatan yang
dilakukan di Rumah Budaya Kratonan, seperti latihan menari, latihan gamelan, latihan
bahasa Jawa, latihan bahasa Inggris, dan diskusi-diskusi budaya melalui buku maupun
film.

 Kantin Manduro 6
Tempat untuk bersantai serta minum dan ngemil setelah berkeliling yakni kantin
manduro 6.
 Siapa yang membiayai Museum ini? Berapa HTM nya?

Rumah Budaya Kratonan merupakan museum milik pribadi sehingga pembiayaan


dilakukan secara individu. Untuk HTM dibagi menjadi 3 kategori, kategori pertama yakni
5000/orang untuk rombongan dengan surat dari sekolah, yang kedua 10.000/orang untuk
pelajar dan mahasiswa, yang ketiga 25.000 untuk umum.

 Bagaimana Perkembangan Museum dari awal tahun 2017 hingga sekarang?

Pada awal pendirian masih terlihat menarik di kalangan tertentu saja seperti teman,
kerabat kemudian kelompok-kelompok yang bersinggungan dengan yayasan komunitas
kemudian di tahun 2018 diresmikan mulai pertama berkembang, instansi pendidikan mulai
masuk jadi anak-anak SMA mau masuk karena kebetulan pihak rumah budaya kratonan juga
membentuk suatu komunitas sejarah dengan anak-anak SMA sebagai penggeraknya yang
bernama Komunitas Jas Merah yang juga membantu untuk membangun jaringan di bidang
pendidikan sejarah terutama ilmu sejarah yang ada di galeri. Antusiasme anak SMA sampai
sekarang masih ada tetapi Rumah Budaya Kraton juga memiliki pasang surut terutama di
masa covid hampir sama sekali tidak ada pengunjung. Di tahun kedua juga hanya satu dua
orang saja yang berkunjung kemudian mulai berkembang lagi awal tahun 2023 karena covid
sudah mulai hilang dan teratasi. Digital mulai dilirik dan media sosial banyak digandrungi
anak muda, tepatnya sekitar setelah Maret itu menjadi booming setelah adanya tiktok dsb.

Anda mungkin juga menyukai