Anda di halaman 1dari 3

Jalan-jalan ke Kota Kudus tak lengkap rasanya tanpa membeli oleh-oleh khas Kudus, yaitu jenang.

Ya,
selain dikenal sebagai kota Kretek, Kudus juga menjadi tanah kelahiran jenang. Perkenalkan nama saya
Jonathan Abdiel Putra Sasongko saya akan mengajak kalian untuk berjalan jalan di Museum Jenang
Kudus. Pada tanggal 15 Februari 2023 SMP 5 Kudus mengadakan outing class ke Museum Jenang
Kudus,pada jam 12 siang kita semua berangkat bersama ke museum jenang. Setelah sampai kita berfoto
dulu di depan tulisan Gusjigang X- Building. Bangunan Museum Jenang di bagi menjadi dua lantai. Lantai
1 adalah Toko Mubarok Food yang menyediakan produk jenang Kudus merek Mubarok dengan berbagai
varian rasa, beserta pilihan aneka produk oleh-oleh lainnya. Adapun Museum Jenang yang berada di
lantai dua. Saat kita naik tangga dan masuk ke ruang museum, kita akan disambut oleh interior ruangan
yang klasik dan memikat. Di ruangan ini terdapat sebuah informasi yang disematkan pada sebuah papan
kayu yang dibuat artistik yang berisi sekilas riwayat asal-usul jenang Kudus. Di bagian paling depan lantai
dua, ada ruangan khusus untuk menjual kain batik khas Kudus, sandal batik hingga cincin serta
gantungan kunci dan mukena yang dijual. Disini kita di bantu oleh Mas Arit untuk berkeliling dan
menceritakan asal usul Jenang Kudus. Asal-usul jenang Kudus berawal ketika cucu Mbah Dempok sedang
bermain burung merpati di tepi sungai, lalu tercebur dan hanyut. Anak tersebut ditolong oleh warga. Saat
itu, melintaslah Sunan Kudus dan muridnya, Syekh Jangkung menghampiri warga yang sedang
berkerumun. Sunan Kudus dan Syekh Jangkung mengatakan bahwa anak tersebut hanya mati suri.
Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta para ibu untuk membuat jenang. Dari situlah
kemudian Sunan Kudus berucap, “Suk nek ono rejaning jaman, wong Kaliputu uripe seko jenang.”
Artinya, suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan
jenang.Dari legenda itulah, produksi jenang Kudus di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus, kemudian
berkembang hingga sekarang. Di museum itu juga terdapat gambar yg menjelaskan tentang proses
pembuatan jenang melalui patung orang yang sedang mengaduk jenang.

Hingga berbagai alat membuat jenang yang dulu dipakai untuk membuat jenang di pajang, sehingga
pengunjung bisa melihat proses pembuatan jenang dari masa ke masa. Misalnya ada mesin parut kelapa,
alat susuk, alu (penumbuk) dan tebok (tempat jenang). Dipajang pula potret pendiri dan pengelola jenang
Kudus merek Mubarok dari generasi ke generasi, yang hingga sekarang telah memasuki generasi ketiga.
Dimulai dari perintis pertama jenang Mubarok, pasangan H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sejak tahun 1910
hingga tahun 1940. Lalu diteruskan generasi kedua, pasangan H.A. Sochib dan Hj. Istifaiyah sejak tahun
1940 hingga tahun 1992. Lalu generasi ketiga, pasangan H.Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE
sejak tahun 1992 hingga sekarang. Museum Jenang tak hanya menggambarkan tentang Jenang. Museum
jenang juga menggambarkan sejarah Kudus pada umumnya. Di mulai dari adanya desain bangunan
berupa tembok yang mengelilingi seluruh bangunan yang dibuat dari batu bata merah, yang
mengingatkan pada gaya bangunan kerajaan Jawa kuno. Ada pula Rumah Adat Kudus di Museum Jenang.
Rumah adat Kudus yang biasa disebut dengan istilah “joglo Kudus” ini merupakan salah satu rumah
tradisional masyarakat Kudus. Di sebelah rumah Joglo Kudus ini, museum jenang juga menampilan foto
Bupati Kudus dari masa ke masa yang dipasang secara berjajar.

Juga dipajang beberapa foto Bupati Kudus tempo dulu dalam berbagai bingkai, seperti foto Bupati Kudus
saat berpose dengan Bupati Demak tahun 1868, foto Bupati Kudus Raden Mas Toemenggoeng
Tjondronegoro bersama saudara-saudaranya tahun 1867, foto Bupati Kudus Raden Panji Toemenggoeng
Hadinoto dan keluarganya di Pendopo Kabupaten tahun 1924, dan banyak lagi. Di depan foto bupati
Kudus juga terdapat beberapa motor antik yg bisa di kendarai dan dijadikan bahan potret pengunjung.
Museum jenang juga menampilkan potret Kudus jaman dahulu seperti Jembatan Kereta Api di
Tanggulangin tahun 1900, Stasiun Kereta Api Tahun 1936, , Alun-alun Kudus Tahun 1936, Petugas Telkom
Kudus tahun 1938, dan lainnya. Tak hanya menampilkan sejarah jenang dari masa ke masa dan sejarah
Kudus , di Museum Jenang juga terdapat ruang khusus yang dinamakan Ruang Gusjigang atau Gusjigang X-
Building.
Pengunjung Museum Jenang bisa masuk dan mengeksplorasi berbagai tempat yang ditampilkan di ruang ini.
Di Ruang Gusjigang juga terdapat Ruang Galeri Al-Quran dan Asmaul Husna, Omah Kembar dan Pesawat
Fokker Nitisemito, Omah Kapal, dan Ruang Trilogi Ukhuwah. Di Ruang Trilogi Ukhuwah pengunjung dapat
menyelami pesan-pesan persaudaraan, utamanya dalam konteks dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu
NU dan Muhammadiyah.  Dan di tempat Omah Kapal pengunjung dapat naik kekapal dan berselfie di sana.
Dan di sebelah Omah kapal juga terdapat pesawat Fokker Nitisemito yang melayang di atas kapal lhoo.
Gusjigang sendiri yang menjadi nama bagi ruang ini merupakan falsafah masyarakat Kudus sebagai ajaran
moral kehidupan warisan Sunan Kudus. Kata Gusjigang terdapat dalam akronim Gusjigang yaitu
baGUS akhlaknya (spiritual), pinter ngaJI (intelektual), dan terampil daGANG (entrepreneurship). Melalui
filosofi inilah Sunan Kudus menuntun para pengikutnya dan masyarakat Kudus menjadi orang-orang yang
memiliki kepribadian yang bagus, tekun mengaji, dan mau berusaha atau berdagang.

Jadi gimana masih tidak tertarik

untuk berkunjung di museum Jenang Kudus??

Anda mungkin juga menyukai