Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

KUNJUNGAN KEACHMADYANIAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Studi Sarjana Teknik sipil

Dosen Pengampu:

Taufan Herdansyah Akbar,S.IP.,M.Si

NID.4121.887.90

Disusun Oleh:

Muhammad Fikri Iskandar

NIM.2411.211.022

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2022
A. Kegiatan yang dilaksanakan selama kunjungan .

Berikut tempat-tempat yang dikunjungi, yaitu:

1. Museum Lubang Buaya


2. Museum A.H Nasution
3. Museum Sasmitaloka

1. Museum Lubang Buaya

Kunjungan pertama kami adalah mengunjungi “Museum


Lubang Buaya”. Terdapat banyak benda peninggalan sebagai
saksi bisu atas kehebatan Jendral besar TNI. Museum Lubang
Buay ini terletak di Kelurahan Lubanng Buaya, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur.
Museum ini pertama kali diresmikan oleh Presiden kedua
Indonesia, yaitu bapak Soeharto. Dibangun pada lahan seluas
15 hektar dan tepatnya 2 tahun setelah kejadian G30S, yakni
pada tahun 1967.
Saat kunjungan ke Museum Luba ng Buaya, kami dibimbingi
dan diberi arahan khusus oleh bapak tantara yang bertugas
sebagai untuk menjelaskan dan menyusuri tempat -tempat yang
di dalam kawasan Museum Lubang Buaya.
Di Lubang Buaya ini dijelaskan bahwa tempat ini adalah
tempat pembuangan jasad tujuh Pahlawan Revolusi, yang
menurut catatan sejarah Orde Baru, dibunuh oleh PKI pada
tanggal 30 September 1965. Kejadian ini kini dikenal sebagai
Gerakan 30 September atau disingkat G30S/PKI.
Dalam rangka mengenang kepergian tujuh Pahlawan Revolus i
tersebut kemudian asal muasal nama tersebut dijelaskan oleh
bapak tantara bahwa nama Lubang Buaya berasal dari sebuah
legenda yang menyatakan sudah ada buaya -buaya putih di
sungai yang letaknya dekat dengan Kawasan Pondok Gede.
Museum Lubang Buaya terda pat berbagai macam bangunan
antara lain sebagai berikut:
a) Monumen Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti merupakan sebuah monumen
yang dibangun untuk mengenang dan menghormati 7
pahlawan revolusi yang menjadi korban kebiadaban PKI
dalam perisiwa G30S pada tahun 1965. Nama-nama
pahlawan revolusi tersebut adalah:
1) Jendral TNI Achmad Yani
2) Letnan Jendral Anumerta Suprapto
3) Letnan Jendral M.T. Haryono
4) Letnan Jendral S Parman
5) Mayor Jendral D.I. Panjaitan
6) Mayor Jendral Sutoyo Siswomiharjo
7) Kapten Pierre Tandean

Pada monument ini terdapat patung burung garuda yang


di depannya berderet 7 patung pahlawan revolusi.

b) Ruang Penyiksaan
Sesuai dengan namanya, Ruang Penyiksaan di Kawasan
Museum Lubang Buaya digunakan sebagai tempat untuk
melawan dan menyiks a para perwira tinggi TNI-AD
sebelum dibunuh dan kemudian jenazahnya dimasukan
ke dalam sumur tua.
c) Museum Pengkhianatan PKI
Pada area ini terdapat diorama dan mozaik korban PKI
di Madiun pada tahun 1948, pengangkatan jenazah para
pahlawan dari dalam sumur tua, serta sidang Mahkamah
Militer Luar Biasa terhadap para tokoh PKI 1966 -1967.
d) Dapur Umum PKI
Ruang ini dahulu digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan logistic pengolahan makanan untuk
konsumsi PKI. Beberapa benda masih tersimpan di area
ini, salah satunya adalah wajan dengan ukuran yang
cukup besar dan sudah menghitam.
e) Pos Komando PKI
Pos Komando merupakan rumah milik warga sekitar
yang digunakan sebagai tempat untuk berkumpul, rapat
dan koordinasi serta merencanakan aksi penculikan
terhadap para jendral dan perwira TNI-AD. Di lokasi ini
terdapat beberapa barang peninggalan seperti lemari
kaca, mesin jahit, dan beberapa kursi.
f) Museum Paseban
Masih berada dalam satu kompleks dengan Monumen
Pancasila Sakti, Museum Paseban diresmikan pada
tanggal 1 Oktober 1981 dan terdiri dari beberapa
diorama. Setidaknhya ada 9 diorama yang bisa
disaksikan oleh pengunjung. Diantaranya adalah
persiapan pemberontakan, penculikan Letnan Jendral
Achmad Yani, tertembaknya Ade Irma Suryani, putri
dari Jendral A.H Nasution, pengangkatan jenazah
pahlawan revolusi dari sumur tua hingga pembentukan
Supersemar.
g) Sumur Maut
Sumur tua yang dijadikan sebagai lokasi pembuangan
jenazah para pahlawan revolusi ini memiliki kedalaman
12 meter dengan diameter 75 cm. Pada awalnya anggota
PKI membuat tipuan 2 galian untuk mengecoh
keberadaan sumur tua ini, yaitu dengan membuat bekas
cangkulan dengan taburan daun kering diatasnya.
Sementara sumur asli yang digunakan untuk membuang
jenazah para korban. Kondisi sumur tua yang mengering
membuat pinggirannnya semakin tergerus sedikit demi
sedikit dan sudah tidak seutuhnya asli. Pihak museum
memberikan lampu peneranga pada bagian pinggir dan
juga di tengah sumur agar pengunjung bisa dengan
mudah melihat bagian dalamnya.
h) Ruang Teater
Ruang Teater di Kawasan museum ini digunakan sebagai
tempat untuk pemutaran rekaman bersejarah
pengangkatan jenazah para Pahlawan Revolusi dari
dalam sumur tua. Serta momen pemakaman 7 pahlawan
revolusi di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
i) Ruang Relik
Ruang Relik merupakan ruangan khusus yang digunakan
untuk menyimpan dan memajang barang -barang
peninggalan bersejarah seperti pakaian para korban
yang masih ada bercak darahnya, sepeda onthel, hingga
foto-foto para pahlawan revolusi. Ada juga alat visum
dokter dan alat bantu pe rnafasan yang digunakan oleh
tim evakuasi jenazah dari dalam sumur.
j) Ruang Foto
Ruang foto disini merupakan salah satu ruangan di
Museum Lubang Buaya yang memperlihatkan foto
dokumentasi pengangkatan jenazah pahlawan revolusi
dari dalam sumur tua dan juga pemakaman jenazah di
Taman Makam Pahlawan Kalibata.

2. Museum A.H Nasution

Kunjungan ke-dua setelah kami mengunjungi Museum


Lubang Buaya adalah kami berangkat ke Museum A.H
Nasution. Museum Abdul Haris Nasution adalah sebuah
museum yang terletak di Jalan Teuku Umar Nomor 40,
Menteng, Jakarta Pusat.
Museum A.H Nasution ini semula adalah kediaman pribadi
dari Nasution yang ditempati bersama dengan keluarganya
sejak menjabat sebagai KSAD tahun 1949 hingga wafatnya
pada tanggal 6 September 2000. Selanju tnya keluarga
Nasution pindah rumah pada tanggal 29 Juli 2008, sejak
dimulainya renovasi rumah pribadi tersebut menjadi museum.

Saat peristiwa G30S anak kecil yakni anak bungsu dari


Jendral Abdul Haris Nasution yang bernama Ade Irma
Suryani Nasution, anak bungsu dari jendral ini tertembak
pada bagian punggungnya di gendongan ibu nya. Ade Irma
Suryanti Nasution lahir pada tanggal 19 Februari 1960 .

Pada malam hari, pasukan Cakrabirawa ingin menculik


Jendral A.H Nasution seperti para jendral revolusi lainnya
dengan melakukan penyerbuan ke rumah di daerah Menteng,
Jakarta Pusat yang kemudian dibawa ke Lubang Buaya di
Jakarta Timur.

Namun Jendral A.H Nasution berhasil menyelamatkan diri


dengan memanjat tembok rumahnya. Tetapi pasukan
Cakrabirawa justru membawa Kapten Pierre Tandean yang
merupakan ajudan A.H Nasution.

Pasukan Cakrabirawa membawa Kapten Pierre bahwa dia


mengaku dan menyamar pada Cakrabirawa kalua Kapten
Pierre itu sendiri adalah A.H Nasution. Kemudian pasukan
Cakrabirawa percaya bahwa Kapt en Pierre adalah A.H
Nasution.

Kemudian peristiwa tersebut akhirnya pasukan Cakrabirawa


menembak Kapten Pierre dan meninggal dunia. Sama seperti
Ade Irma yang mencoba menjadi pelindung bagi sang ayah,
ditembak dari jarak dekat. Dengan bermandikan darah ia
berada dalam pelukan sang ibu yang Bernama Johana Sunarti
Nasution. Anak bungsu A.H Nasution kemudian dilarikan ke
rumah sakit Angkatan Darat untuk mendapatkan pertolongan.
Ade Irma dirawat selama tiga hari di RSPAD Gatot Subroto,
dan pada akhirnya meningg al dunia pada tanggal 6 Oktober
1965.

3. Museum Sasmitaloka

Kunjungan ke-tiga atau yang terakhir adalah ke Museum


Sasmitaloka yang terletak di Jalan Lembang No. 58 dan jalan
Laruharhari No. 65, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia.

Secara umum Museum Achmad Yani “Sasmitaloka”


menceritakan riwayat dan perjalanan hidup salah satu jendral
terbaik yang pernah dimiliki Tentara Nasional bangsa
Indonesia. Beliau dilahirkan di daerah Purworejo, Jawa
Tengah pada tahun 1922, tepatnya di tanggal 19 Juni dari
pasangan Ibu Murtini dan Bapak Sarjo. Setelah beerturut -
turut menamatkan berbagai jenjang Pendidikan seperti HIS,
MULO dan AMS, beliau lalu memasuki keakademian militer
Belanda di sekitar tahun 1938 -1939.

Museum Sasmitaloka layak ditambahi dengan nama


Sasmitaloka, dikarenakan di negara ini hanya dua museum
yang mengenamakan nama tersebut yaitu Museum Ahmad
Yani. Sasmitaloka sendiri berasal dari dua kata sansekerta,
yakni Sasmita yang artinya mengenang, dan Loka yang
berarti tempat.

Masuk museum menyusuri lorong yang dulu jalur


ini digunakan 1 peleton pasukan Cakrabirawa tatkala akan
menculik beliau. Setelah berada di depan pintu masuk, akan
berjumpa pintu kaca yang berlubang, dimana ini memang
sengaja dibuat seperti keadaan aslinya setelah peristiwa p ada
dini hari tanggal 1 Oktober 1965.

Sebelah samping pintu tersebut, ada sebuah ruangan yang


menampilkan mobil model sedan dengan merk Chevrolet
warna biru yang merupakan kendaraan Jenderal Ahmad Yani
tatkala berdinas sebagai Menteri dan Panglima Tertingg i.

Di lorong yang letaknya di bagian belakang Museum Ahmad


Yani “Sasmitaloka”, akan didapati berbagai dokumentasi
berupa foto-foto yang mencoba merekonstruksi dan
menceritakan peristiwa penculikan serta penembakan
terhadap Jenderal Ahmad Yani. Deretan foto -foto tersebut
juga mengabadikan saat jenazah para pahlawan revolusi
tersebut diangkat dari sumur hingga upacara militer
pemakaman. Selain itu, juga terdapat beberapa foto -foto
keluarga Ahmad Yani dan peristiwa di tahun 1949 saat
penyerahan kota Magelang y ang dilalui Jenderal yang
bersahaja tersebut. Di foto tersebut, beliau yang masih
berpangkat Letnan Kolonel mewakili pihak Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan dari pihak Belanda sendiri diwakili
Letnan Kolonel van Santen.

Pada bagian dinding ruangan makan Museum Ahmad Yani


“Sasmitaloka” dapat dijumpai foto -foto dari tiap pahlawan
revolusi. Sementara ruangan yang berada di sebelah
kirinya, dahulunya adalah ruangan kamar tidur dari Jenderal
Ahmad Yani. Di ruangan tersebut disimpan pula senapan
otomatis Thompson dengan beberapa butir sisa peluru milik
salah satu personil Cakrabirawa yang menewaskan beliau.

Selain senapan tersebut, dipajang juga senapan LE Cal 7,62


pabrikan negara Cekoslovakia yang digunakan untuk
menembak Letjen S. Parman serta s enapan Owengun yang
dipakai untuk menamatkan riwayat DN Aidit beserta tokoh -
tokoh tertinggi PKI.

Masih pada ruangan tidur tersebut, pada bagian atasnya ada


simbol halilintar kejadian yang mengagetkan bagi keluarga
beliau. Disana disimpan juga beberapa repl ika dari pakaian
tidur istri beliau disamping gaji terakhir beliau, kacamata,
cincin, keris dan sebuah tongkat komando.

Memotret ruangan tersebut walau lewat ponsel sangatlah


dilarang oleh para petugas, agaknya itu harus ditaati oleh
setiap pengunjung dalam ruangan tersebut. Pada ruang tamu
dan ruang tunggu dari Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka”,
para pengunjung dapat menyaksikan dan mengamati berbagai
obyek dan benda terkait sang Jenderal Ahmad Yani. Khusus
pada ruang tamu, pengunjung dapat melihat secara de tail
moment tatkala Ahmad Yani menampar pimpinan pasukan
Cakrabirawa yang melarangnya untuk mengganti baju yang
sebenarnya maksud beliau saat itu adalah hendak meraih
sebuah senjata api dikarenakan telah menangkap gelagat
mencurigakan dari pasukan tersebut .

Sedangkan pada ruang tunggu akan disaksikan berbagai


koleksi pribadi beliau yang berupa cinderamata, senjata,
medali, lambang, gading gajah hingga harimau yang
diawetkan. Yang menarik adalah koleksi buku beliau yang
tersimpan rapi pada rak dinding di ruangan tersebut.

Pada sebelah kanan dari ruangan makan akan dijumpai


kutipan dari ucapan beliau dengan bunyi “sampai liang kubur
kupertahankan Pancasila”. Adapun pada bagian lantainya
dibatasi kayu dengan tulisan “DI SINILAH GUGURNJA
PAHLAWAN DJENDERAL TNI A. YANI PADA TANGGAL
1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35″. Beliau akhirnya harus
mangkat setelah mengalami luka tembak sebanyak 8 kali,
kemudian jenazah beliau dibawa ke lubang buaya tempat
dimana pusat operasi gerakan tersebut berada.

Itulah beberapa gambaran tentang Museum Ahmad Yani


“Sasmitaloka” yang memberikan sarat pesan akan
pengorbanan para Pahlawan Revolusi dalam mempertahankan
falsafah Pancasila. Tentunya museum tersebut sangat sesuai
untuk dikunjungi oleh siapapun yang memang selalu
menempatkan betapa pentingnya mengenang kembali sejarah
yang telah berlalu.

B. Nilai-nilai yang didapat dari kunjungan.

Ada beberapa nilai-nilai kepahlawanan setelah kunjungan di


berbagai tempat museum yang patut diteladani, yaitu:

1) Kecermatan
2) Keterpercayaan
3) Kejujuran
4) Rela Berkorban
5) Berani saat mengambil keputusan
6) Pantang menyerah
7) Cerdas

C. Pendapat terkait peran pemerintah dalam menjaga


situs budaya seperti museum lubang buaya dan
sasmitaloka Achmad Yani.

Pendapat saya mengenai pemerintah menjaga barang -barang


bersejarah sudah cukup baik, Cuma saja barang barang itu
jarang diperhatikan kebersihannya, kalau soal keamanannya
sudah cukup baik.

D. Kesimpulan

Jelas ada tindak kekejian terjadi dari manusia yang hilang


akal warasnya, Letjen Ahmad Yani tercatat diberondo ng oleh
10 peluru untuk membunuhnya. Perbuatan kasar ini
didemontrasikan secara telanjang dilakukan di rumah para
jenderal dan didepan keluarga mereka, ironisnya oleh orang
yang berpangkat lebih rendah.

E. Saran

Saran pribadi mungkin dalam wakt u kunjungan ke museum,


karena waktu tersebut bentrok dengan kegiatan praktikum.
Waktu pemberangkatan saran saya harus sesuai lagi dengan
schedule yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai