Scene 1
Scene 2
Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara
perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang
masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Friedrich Silaban yang
memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter
bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua
digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang
memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan
rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan
itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Soekarno
kemudian meminta arsitek Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu.
Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan 17 Agustus 1945. Tugu
Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini
diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan Soedarsono mulai dibangun 17 Agustus 1961.
Scene 3
Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat
terjadinya Gerakan 30 September sehingga tahap ini sempat tertunda.
Scene 4
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang
menggambarkan sejarah Indonesia. menggambarkan masa penjajahan Belanda,
perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia,
terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada
awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II,
proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan
Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief
dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam.
Scene 5
Scene 6
Scene 7
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju
pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan
tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat
menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama
Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang
terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati
pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap
kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten
Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.