Anda di halaman 1dari 6

6 TUGU YANG ADA DI JAKARTA DAN SEJARAHNYA

1. TUGU MONUMEN NASIONAL

Monumen ini terletak persis di Pusat Kota Jakarta. Tugu Monas merupakan tugu kebanggaan bangsa
Indonesia, selain itu monas juga menjadi salah satu pusat tempat wisata dan pusat pendidikan yang
menarik bagi warga Indonesa baik yang dijakarta maupun di luar Jakarta. Tujuan pembangunan tugu
monas adalah untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal
dengan Revolusi 17 Agustus 1945, dan juga sebagai wahana untuk membangkitkan semangat patriotisme
generasi sekarang dan akan datang.

Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para
arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961,
Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.
Di pelataran puncak tugu yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran
11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) tunggal
yang berkapasitas sekitar 11 orang.

Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut,
dimana pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari halaman tugu
Monas.

2. TUGU DIRGANTARA
Patung Pancoran (patung dirgantara) dibuat sekitar tahun 1964–1966 berdasarkan rancangan
Edhi Sunarso. Patung ini dikerjakan oleh pematung keluarga Arca Yogyakarta PN Hutama
Karya dan IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana. Untuk proses pengecorannya, dilakukan oleh
pimpinan I Gardono. Pengerjaan patung sebenarnya selesai pada tahun 1964 di Yogyakarta,
namun sempat mengalami keterlambatan karena adanya peristiwa Gerakan 30 September PKI
tahun 1965 dan akhirnya selesai pada akhir tahun 1966.
Patung ini dikenal dengan nama Patung Pancoran, namun sebenarnya patung ini bernama
Patung Dirgantara.
Lokasi Patung Pancoran berada di depan komplek perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara
yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara dan Bandar Udara Domestik
Halim Perdana Kusuma.
Patung ini terbuat dari bahan perunggu yang memiliki berat keseluruhan 11 ton dengan tinggi
11 meter dan tinggi voetstuk (kaki patung) 27 meter. Dengan pemasangan menggunakan derek
tarikan tangan, patung ini terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing beratnya 1
ton.

3. TUGU SELAMAT DATANG


Tugu Selamat Datang Bundaran HI terletak di tengah persimpangan Jalan MH Thamrin,
dengan Jalan Imam Bonjol, Jalan Sutan Syahrir, dan Jalan Kebon Kacang di Jakarta Pusat.
Dinamakan Bundaran HI karena bentuknya yang memang berupa jalan melingkar dan dekat
dengan Hotel Indonesia.

Sejarah pembangunan Bundaran HI terkait erat dengan riwayat keberadaan Monumen


Selamat Datang yang ditempatkan di tengah kolam bundar tersebut.

Sukarno mengungkapkan bahwa ia ingin ada sebuah monumen yang bisa mewakili karakter
bangsa Indonesia untuk menyambut para tamu yang akan hadir di Jakarta sebagai tuan rumah
Asian Games 1962.

Tugu Selamat Datang dibuat menggunakan bahan perunggu. Tinggi penyangga patung 10
meter. Sementara tinggi patung adalah 7 meter.

4. Tugu pembahasan irian barat


Tinggi patung ±11 m, vootstuk 20 m dari jembatan dan 25 m dari landasan bawah
Lokasi Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat
Pengelola Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta
Pemilik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Monumen Pembebasan Irian Barat didirikan untuk memperingati kembalinya Irian Barat ke
dalam wilayah Republik Indonesia pada 1962, yang sebelumnya diklaim oleh Belanda. Irian
Barat, yang kala itu dinamai Nederlands-Nieuw Guinea, telah menjadi jajahan Belanda sejak
tahun 1828. Walaupun Indonesia telah merdeka pada tahun 1945, Belanda baru mengakui
kedaulatannya pada tahun 1949 tanpa melepaskan Irian Barat. Monumen yang berlokasi di
tengah-tengah Taman Lapangan Banteng tingginya menjulang mencapai ±35 meter. Patung
di puncak monumen dikerjakan oleh Edhi Sunarso dan tim Sanggar Keluarga Arca
Yogyakarta (Trisno, Askabul, Sarpomo, Mon Mujiman, Suwandi, dan Suwardi), sementara
arsitektur monumen dirancang oleh Friedrich Silaban.

lde pembentukan monumen berasal dari Presiden Soekarno, kemudian diterjemahkan oleh
Henk Ngantung dalam bentuk sketsa yang pada saat itu tercetus dari pidato Soekarno di
Yogyakarta. Figur dari patung tersebut adalah seorang lelaki bertelanjang dada berdiri agak
condong ke belakang, kedua kaki merentang, dan tangan terentang ke atas memutuskan
rantai. Mulutnya terbuka lebar seolah-olah meneriakkan kata merdeka. Monumen ini
merupakan simbolisasi rakyat Irian Barat yang melepaskan diri dari belenggu kolonial
Belanda. Monumen Pembebasan Irian Barat diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 17
Agustus 1963.

5. Tugu proklamasi
Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di teras depan
rumahnya, di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta.

Kini jalan tersebut beralih nama menjadi Jalan Proklamasi. Pada Tugu Proklamasi
berdiri tiga monumen bersejarah, yakni Tugu Petir, Patung Soekarno-Hatta, dan Tugu
Wanita.

Tugu peringatan ini, dikenal sebagai Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik
Indonesia, dibangun di halaman depan Gedung Proklamasi. Kemudian tugu tersebut
dinamai ulang sebagai Tugu Proklamasi.Sejak saat itu, para pemuda dan pelajar
Indonesia mengadakan upacara tahunan untuk merayakan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus.

6. Tugu tani
Asal usul patung Tugu Tani Jakarta dimulai ketika Inspektur Jenderal Departemen Luar
Negeri Sarwo Edhie Wibowo, meminta Gubernur Jakarta Soemarno Sosroatmodjo yang kala
itu memimpin Jakarta untuk merakit patung yang telah menjadi ikon kawasan Menteng,
Jakarta Pusat. Namun, Mantan Panglima RPKAD itu mengatakan, patung berupa seorang
petani bersenapan dengan terhunus bayonet dan sebuah pistol sama sekali tidak mewakili
petaniIndonesia. Patung tersebut juga mirip dengan PKI.

gambar dan bentuk patung Tugu, Tani Jakarta merupakan inisiasi dari Bung Karno sendiri.
Kala itu, Soekarno memiliki ide untuk membuat patung seorang ibu yang rela dan senang
melepaskan para pejuang untuk merebut Irian Barat. Dalam adegan perpisahan, sang Ibu
memberikan sebungkus nasi kepada pendekar muda yang akan berangkat ke medan perang.
Namun, seluruh gambar masih dalam coretan kasar. Bung Karno menggambarkan hal itu
semua karena Belanda belum memiliki itikad baik untuk mengembalikan Irian Barat ke
Indonesia, setelah penyerahan kedaulatan pada tahun 1949. Belakangan, Bung Karno
menyelamatkan Trikora di

Nama : Nauvalina Kanza Dewi


Kelas : 5C
No Absen : 22

Anda mungkin juga menyukai