Anda di halaman 1dari 13

MONUMEN KAPAL SELAM SURABAYA

SEJARAH :
Monumen Kapal Selam, atau disingkat Monkasel, adalah sebuah museum kapal
selam yang terdapat di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Terletak di pusat kota,
monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada
Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini pernah
dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari
pendudukan Belanda.
Kapal selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk
memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monkasel berada di Jalan Pemuda, tepat di
sebelah Plasa Surabaya. Selain interior kapal selam, di sini juga diadakan pemutaran film
tentang proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika ingin mengunjungi tempat wisata
ini, maka akan ditemani oleh seorang pemandu lokal yang terdapat di sana.
Ada cerita unik di balik hadirnya monumen Kapal Selam ini. Pada suatu malam Pak
Drajat Budiyanto yang merupakan mantan KKM KRI Pasopati 410 (buatan Rusia) ini dan
juga mantan KKM KRI Cakra 401 (buatan Jerman Barat), bermimpi diperintahkan oleh
KSAL pada waktu itu untuk membawa kapal selam ini melayari Kali Mas. Ternyata mimpi
itu menjadi kenyataan. Dia ditugaskan untuk memajang kapal selam di samping Surabaya
Plaza. Caranya dengan memotong kapal selam ini menjadi beberapa bagian, kemudian
diangkut ke darat, dan dirangkai dan disambung kembali menjadi kapal selam yang utuh.

MUSEUM SEPULUH NOPEMBER

SEJARAH :
Museum Sepuluh Nopember didirikan pada tanggal 10 Nopember 1991 guna
menunjang keberadaan Monumen Tugu Pahlawan yang telah berdiri sebelumnya, yakni
tanggal 10 Nopember 1951. Museum ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-4
dan KH. Abdul Rahman Wahid (Gus Dur) pada tanggal 19 Februari 2000. Di dalam Museum
Sepuluh Nopember, tersimpan benda-benda bersejarah yang berkaitan khusus dengan
peristiwa pertempuran Sepuluh Nopember yang pernah terjadi di Surabaya.
Koleksi utama dari museum ini adalah suara pidato Bung Tomo (Sosiodrama), radio
peninggalan Bung Tomo, Senjata-senjata otomatis (peninggalan peperangan), mobil Bung
Tomo, benda-benda peninggalan H.R Muhammad. Pengelola museum ini adalah UPTD
Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember / Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surabaya.

Alamat : Jl. Pahlawan, Alun-alun Contong, Bubutan, Surabaya, Jawa Timur


Telp. : (031) 3571100
Faks. : (031) 3571100
Email : Museumsepuluhnopember@yahoo.com
MONUMEN TUGU PAHLAWAN
SEJARAH :
Ada dua pendapat mengenai sejarah pendirian Tugu Pahlawan yang terletak di Taman
Kebonrojo di depan Kantor Gubernur Jawa Timur ini.  Semua catatan sejarah ini menambah
makna yang mendalam kepada pendirian monumen Tugu Pahlawan.Pendapat pertama adalah
pendirian tugu ini diprakarsai oleh Doel Arnowo, walikota Surabaya pada masa itu. Doel
meminta kepada arsitek Mr. Tan untuk merancang gambar monumen dimaksud, untuk
selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.Pendapat lain mengatakan bahwa pemrakarsa
Tugu Pahlawan adalah Presiden Soekarno, dan mendapat perhatian khusus dari Doel
Arnowo. Rancangan gambar monumen dibuat oleh Ir. R. Soeratmoko, yang telah
mengalahkan beberapa arsitek lain dalam sayembara pemilihan arsitek untuk membangun
monumen ini.
Peletakan batu pertama monumen ini dilakukan oleh Presiden RI Ir.
Soekarno didampingi Walikota Surabaya Doel Arnowo pada 10 November 1951. Pada awal
pekerjaan, pembangunan Tugu Pahlawan ditangani Balai Kota Surabaya, kemudian
dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation, yang diteruskan oleh Pemborong
Saroja. Lama pembangunan monumen adalah 10 bulan, dan pada tanggal 10 November 1952
Ir. Soekarno didampingi Walikota Surabaya R. Moestadjab Soemowidigo meresmikan
monumen Tugu Pahlawan.
Tugu Pahlawan adalah sebuah monumen yang menjadi markah tanah Kota Surabaya.
Tinggi monumen ini adalah 41,15 meter dan berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh
monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan
terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11,
tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga
bagi seluruh Rakyat Indonesia. Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati
peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, di mana arek-arek
Suroboyo berjuang melawan pasukan Sekutu bersama Belanda yang hendak menjajah
kembali Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10
November mengenang peristiwa pada tahun 1945 ketika banyak pahlawan yang gugur dalam
perang kemerdekaan.
Fungsi Monumen ini yaitu untuk mengingat sejarah yang mempelopori didirikannya
Tugu Pahlawan  Surabaya. Tugu Pahlawan bukan hanya dijadikan salah satu tempat wisata
belaka. Namun, ada manfaat yang sangat penting untuk anak bangsa Indonesia. Dari tugu
inilah, masyarakat Surabaya dan Indonesia dapat mengetahui betapa susah dan beratnya
perjuangan yang musti ditempuh oleh bangsa Indonesia pada zaman itu untuk memperoleh
kemerdekaannya.

IKUT MERAYAKAN HARI BATIK NASIONAL


SEJARAH :
Sejarah batik di Indonesia terkait erat dengan perkembangan Kerajaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Dalam beberapa catatan,
pengembangan batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan Mataram, lalu berlanjut pada
zaman Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Kesenianbatik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus
berkembang sampai kerajaan berikutnya beserta raja-rajanya. Kesenian batik secara umum
meluas di Indonesia dan secara khusus di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad
ke-19.
Teknik batik sendiri telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari
Mesir kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika
Barat seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri
Lanka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Hingga awal abad ke-20, batik
yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia
I berakhir atau sekitar tahun 1920.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah
satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia zaman dahulu. Awalnya kegiatan membatik
hanya terbatas dalam keraton saja dan batik dihasilkan untuk pakaian raja dan keluarga
pemerintah dan para pembesar. Oleh karena banyak dari pembesar tinggal di luar keraton,
maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan dihasilkan pula di
tempatnya masing-masing.
Lama kelamaan kesenian batik ini ditiru oleh rakyat jelata dan selanjutnya meluas
sehingga menjadi pekerjaan kaum wanita rumah tangga untuk mengisi waktu luang mereka.
Bahan-bahan pewarna yang dipakai ketika membatik terdiri dari tumbuh-tumbuhan
asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila. Bahan
sodanya dibuat dari soda abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah lumpur.

BAKTI SOSIAL
1. BAKTI SOSIAL DI SEKITAR UPN “VETERAN” JATIM
2. BAKTI SOSIAL DI COBAN RONDO MALANG ACARA
KBMTI
MENGIKUTI KEGIATAN YANG DISELENGGARAN
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
1. MENGIKUTI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
NASIONAL YANG DIADAKAN OLEH JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI

2. MENGIKUTI SEMINAR NASIONAL WALUYO


JATMIKO TEKNIK INDUSTRI TAHUN 2018
3. MENGIKUTI SEMINAR NASIONAL WALUYO
JATMIKO TEKNIK INDUSTRI TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai