Anda di halaman 1dari 2

Laporan Analisa Jurnal Museum Trinil Ngawi

Irawan Tri Aminudin

(206131049)

Sejarah Peradaban Islam

2020

Museum Trinil sendiri merupakan situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil
dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur.1 Sebagai salah satu situs yang penting untuk sejarah manusia purba,
Museum Trinil sering dikunjungi oleh para pelajar baik pelajar dari tingkat SD, SMP dan SMA.
Selain para pelajar, pengunjung Museum Trinil juga datang dari kalangan umum masyarakat.
Para pengunjung datang untuk mempelajari sejarah dan juga untuk rekreasi. Jadi Museum Trinil
memiliki dua fungsi yakni menjadi tempat untuk mempelajari sejarah manusia purba serta
berekreasi.

Trinil adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran.
Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur,
kira-kira 13 km sebelum pusat kota Ngawi dari arah kota Solo. Trinil merupakan kawasan di
lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Pleistosen
Tengah, sekitar satu juta tahun lalu. Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli
anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa (saat itu) yaitu spesimen
manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta
berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba. Saat ini di Trinil berdiri sebuah museum yang
menempati area seluas tiga hektare, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus
erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas
gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos
palaeosondaicus). Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob, ahli antropologi
ragawi dari Universitas Gadjah Mada.

Wilayah Museum Trinil sendiri memiliki luas 44,406.53 m² namun hanya sebagian yang
diperuntukkan untuk bangunan yaitu sekitar 7,571.99 m².

KESIMPULAN

Berdasarkan studi dan analisa yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Pengembangan museum Trinil dimana dilakukan perbaikan dan penambahan fasilitas yang
menunjang fungsi wisata maupun edukasi.
2. Menjadikan museum Trinil sebagai museum yang baik dalam menyajikan display benda beda
bersejarah.

3. Pengembangan kawasan agrowisata yang berdampak positif bagi masyarakat

4. Pengembangan ini memiliki provit, diantaranya :

a. Meningkatkan potensi pariwisata sejarah di kabupaten Ngawi

b. Mengenalkan obyek wisata yang layak direkomendasikan di kabupaten Ngawi

c. Fasilitas baru direkomendasikan sebagai fasilitas yang ramah lingkungan. Misal :


meminimalisir penggunaan pencahayaan & penghawaan buatan

d. Meningkatkan ekonomi daerah karena dapat memberi lapangan pekerjaan bagi warga sekitar,
memberi pemasukan bagi pengelola dan pemerintah

e. Meningkatkan ilmu pengetahuan bagi pengunjung, karena didukung dengan fungsi edukasi.
Pengembangan ini memberikan wacana baru bagi pemerintah kabupaten Ngawi bahwa museum
Trinil layak untuk dikembangkan, karena potensi yang dimiliki daerah tersebut sangatlah tinggi
sehingga mampu menunjang sector pariwisata di kabupaten Ngawi.

Anda mungkin juga menyukai