Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH DAN DEFINISI

DEMOKRASI

Disusun Oleh :

1. ANGGUN NURKAYAH
2. FAJAR SIDIQ
3. HOSE ARMANDO

SMA YP UNILA
BANDAR LAMPUNG
2021
DEMOKRASI
sistem pemerintahan yang mengizinkan
rakyatnya memilih langsung perwakilan
mereka untuk membentuk badan
pemerintahan

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang
sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan
warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas
dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap
harkat dan martabat manusia. [1]
Seorang wanita memasukkan surat suara pada putaran kedua pemilu presiden Prancis tahun
2007.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", [2] yang
terbentuk dari δῆ μος (dêmos) "rakyat" dan κρά τος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan"
pada abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena;
kata ini merupakan antonim dari ἀ ριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara
teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas
lagi.[3] Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis
kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi
politik. Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern,
kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di
sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan
hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak
abad ke-16 dan berasal dari bahasa Prancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.
Konsep demokrasi
lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke IV SM sampai
dengan abad ke VI SM. Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi
langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara. [4]
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya
dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini [5] sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki,
dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk
mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan
revolusi.[6]

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan
cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah
demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam
pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh
rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan
secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demok
rasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan
Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Prancis.[7]
Pengertian menurut para ahli

Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan
pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga
negara.
John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya,
semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat
pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan
kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa
segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan
Negara.
Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.
C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin
pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik
dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh
mayoritas;
pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh mereka
baik
langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan
dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat umum
khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privelese
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem
dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu
para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa
dapat memberikan suara.

Sejarah

Zaman kuno

Cleisthenes, "bapak
demokrasi Athena"

Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara-
kota Athena.[8][9] Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum
dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Cleisthenes disebut
sebagai "bapak demokrasi Athena."[10]

Demokrasi Athena berbentuk demokrasi langsung dan memiliki dua ciri utama: pemilihan
acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di pemerintahan, [11] dan
majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena. [12] Semua warga negara yang

memenuhi ketentuan boleh berbicara dan memberi suara di majelis, sehingga tercipta hukum
di negara-kota tersebut. Akan tetapi, kewarganegaraan Athena tidak mencakup wanita,
budak, orang asing (μέτοικοι metoikoi), non-pemilik tanah, dan pria di bawah usia 20 tahun.
Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000 sampai 60.000 di antaranya
merupakan warga negara. Pengecualian sebagian besar penduduk dari kewarganegaraan
sangat berkaitan dengan pemahaman tentang kewarganegaraan pada masa itu. Nyaris
sepanjang zaman kuno, manfaat kewarganegaraan selalu terikat dengan kewajiban ikut serta
dalam perang.

Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh majelis,
tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule, dan pengadilan,
mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara terus terlibat dalam
urusan publik. [13] Meski hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena dalam arti
modern (bangsa Yunani kuno tidak punya kata untuk menyebut "hak" [14]), penduduk Athena
menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di sebuah
kota yang tidak dikuasai kekuatan lain dan menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah
orang lain.[15]

Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella merupakan
majelis rakyat yang diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin
dan melakukan pemungutan suara dengan cara pemungutan suara kisaran dan berteriak.
Setiap warga negara pria berusia 30 tahun boleh ikut serta. Aristoteles menyebut hal ini
"kekanak-kanakan", berbeda dengan pemakaian kotak suara batu layaknya warga Athena.
Tetapi Sparta memakai cara ini karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias,
pembelian suara, atau kecurangan yang mendominasi pemilihan-pemilihan demokratis
pertama.[16][17]

Meski Republik Romawi berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi, hanya
sebagian kecil orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat. Suara
kaum berkuasa ditambah-tambahi melalui sistem gerrymandering, sehingga kebanyakan
pejabat tinggi, termasuk anggota Senat, berasal dari keluarga-keluarga kaya dan ningrat. [18]
Namun banyak pengecualian yang terjadi. Republik Romawi juga merupakan pemerintahan
pertama di dunia Barat yang negara-bangsanya berbentuk Republik, meski demokrasinya tidak
menonjol. Bangsa Romawi menciptakan konsep klasik dan karya-karya dari zaman Yunani
kuno terus dilindungi. [19] Selain itu, model pemerintahan Romawi menginspirasi para pemikir
politik pada abad-abad selanjutnya, [20] dan negara-negara demokrasi perwakilan modern
cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi adalah negara yang
kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang telah memilih atau
mencalonkan seorang pemimpin. [21] Demokrasi perwakilan adalah bentuk demokrasi yang
rakyatnya memilih perwakilan yang kemudian memberi suara terhadap sejumlah inisiatif
kebijakan, berbeda dengan demokrasi langsung yang rakyatnya memberi suara terhadap
inisiatif kebijakan secara langsung. [22]
Abad Pertengahan

Selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang memiliki pemilihan umum atau
pertemuan meski hanya melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem-sistem tersebut
meliputi:

pemilihan Gopala oleh kasta atas di Bengal, Anak Benua India,

Persemakmuran Polandia-Lituania (10% dari populasi total),

Althing di Islandia,

Løgting di Kepulauan Faeroe,

beberapa negara-kota Italia abad pertengahan seperti Venesia,

sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal, Veche di Republik Novgorod dan Pskov di
Rusia abad pertengahan,

Things di Skandinavia,

The States di Tirol dan Swiss,

kota pedagang otonomi Sakai di Jepang abad ke-16, dan

masyarakat Igbo di Volta-Nigeria.

Banyak wilayah di Eropa abad pertengahan dipimpin oleh pendeta atau tuan tanah.

Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-klan (keluarga) berkuasa yang
diwakili di majelis umum bernama Gbara. Sayangnya, piagam tersebut membuat Mali lebih
mirip monarki konstitusional alih-alih republik demokratis. Negara yang sistemnya lebih
mendekati ddemokrasi modern adalah republik-republik Cossack di Ukraina pada abad ke-
16–17: Cossack Hetmanate dan Zaporizhian Sich. Jabatan tertinggi di sana, Hetman,
dipilih
oleh perwakilan distrik-distrik negara tersebut.

Magna Carta, 1215,


Inggris
Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja melalui Magna Carta, yang secara rinci
melindungi hak-hak khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah bebas atau masih terkekang,
dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas corpus Inggris, yaitu perlindungan
kebebasan individu dari penahanan tak berdasar dengan hak membela diri. Parlemen
pertama yang dipilih rakyat adalah Parlemen de Montfort di Inggris pada tahun 1265.

Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak suara; Parlemen dipilih oleh
sekian persen penduduk Inggris (kurang dari 3% pada tahun 1780 [23]) dan kekuasaan
menyusun parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat ia membutuhkan dana).

Kekuasaan Parlemen bertambah secara bertahap pada abad-abad berikutnya. Setelah


Revolusi Agung 1688, Undang-Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689 yang mengatur hak-hak
tertentu dan menambah pengaruh Parlemen diberlakukan. [23] Penyebarannya perlahan
ditingkatkan dan kekuasaan parlemen terus bertambah sampai monark hanya bersifat
pelengkap. [24] Seiring meningkatnya penyebaran pengaruh, sistem pemerintahan di seluruh
Inggris diseragamkan dengan penghapusan borough usang (borough yang jumlah pemilihnya
sangat sedikit) melalui Undang-Undang Reformasi 1832.

Di Amerika Utara, pemerintahan perwakilan terbentuk di Jamestown, Virginia, dengan


dipilihnya Majelis Burgesses (pendahulu Majelis Umum Virginia) pada tahun 1619. Kaum
Puritan Inggris yang bermigrasi sejak 1620 mendirikan koloni-koloni di New England yang
pemerintahan daerahnya bersifat demokratis dan mendorong perkembangan demokrasi di
Amerika Serikat. [25] Walaupun majelis-majelis daerah memiliki sedikit kekuasaan turunan,
otoritas mutlaknya dipegang oleh Raja dan Parlemen Inggris.

Era modern
Abad ke-18 dan 19

Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi demokrasi adalah
Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika didasarkan pada prinsip-prinsip
Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara wanita, hak yang baru diberikan di negara
demokrasi lain pada abad ke-20. Pada tahun 1789, Prancis pasca-Revolusi mengadopsi
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua
warga negara pria pada tahun 1792. [26]
Penetapan hak suara pria universal di Prancis tahun 1848 adalah peristiwa penting dalam sejarah
demokrasi.

Hak suara pria universal ditetapkan di Prancis pada bulan Maret 1848 setelah Revolusi
Prancis 1848.[27] Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di Eropa setelah para pemimpin
negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan pemerintahan yang lebih
demokratis dari rakyatnya. [28]

Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika Serikat, mereka memiliki
keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan dan kesetaraan alami di negara
ini.[29]Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun 1788 menetapkan pemerintahan
terpilih dan menjamin hak-hak dan kebebasan sipil.

Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat setelahnya, hanya pemilik properti
pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi suara, budak Afrika, sebagia besar penduduk
berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh memilih. Di garis depan Amerika Serikat,
demokrasi menjadi gaya hidup dengan munculnya kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik. [30]
Akan tetapi, perbudakan adalah institusi sosial dan ekonomi, terutama di 11 negara bagian di
Amerika Serikat Selatan. Sejumlah organisasi didirikan untuk mendukung perpindahan warga
kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang menjamin kebebasan dan kesetaraan yang
lebih besar.

Pada Sensus Amerika Serikat 1860, populasi budak di Amerika Serikat bertambah menjadi
empat juta jiwa,[31] dan pada Rekonstruksi pasca-Perang Saudara (akhir 1860-an), budak-
budak yang baru bebas menjadi warga negara dengan hak suara (pria saja).

Penyertaan penuh warga negara belum sempurna dilakukan sampai Gerakan Hak-Hak Sipil
Afrika-Amerika (1955–1968) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat melalui Undang-Undang
Hak Suara 1965.[32][33]

Abad ke-20 dan 21


Jumlah negara pada 1800–2003 yang memiliki skor 8 atau lebih pada skala Polity IV, cara yang sering dipakai
untuk
mengukur demokrasi.

Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam serangkaian "gelombang demokrasi"
yang diakibatkan oleh perang, revolusi, dekolonisasi, religious and economic circumstances
(http://www.prc.utexas.edu/prec/en/publications/articles/index.html) . Perang Dunia I dan
pembubaran Kesultanan Utsmaniyah dan Austria-Hongaria berakhir dengan terbentuknya
beberapa negara-bangsa baru di Eropa, kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis.

Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh subur tetapi terhambat Depresi Besar. Amerika Latin
dan Asia langsung berubah ke sistem kekuasaan mutlak atau kediktatoran. Fasisme dan
kediktatoran terbentuk di Jerman Nazi, Italia, Spanyol, dan Portugal, serta rezim-rezim non-
demokratis di Baltik, Balkan, Brasil, Kuba, Cina, dan Jepang.[34]

Perang Dunia II mulai memutarbalikkan tren ini di Eropa Barat. Demokratisasi Jerman
dudukan Amerika Serikat, Britania, dan Prancis (diragukan[35]), Austria, Italia, dan
Jepang dudukan menjadi model teori perubahan rezim selanjutnya.

Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur, termasuk Jerman dudukan Soviet masuk dalam
blok-Soviet yang non-demokratis. Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi dan banyak negara
merdeka baru memiliki konstitusi demokratis. India tampil sebagai negara demokrasi
terbesar di dunia sampai sekarang. [36]

Pada tahun 1960, banyak negara yang menggunakan sistem demokrasi, meski sebagian
besar penduduk dunia tinggal di negara yang melaksanakan pemilihan umum terkontrol dan
bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di negara komunis dan bekas koloninya).
Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa keuntungan demokrasi liberal
sejati yang besar bagi banyak negara. Spanyol, Portugal (1974), dan sejumlah kediktatoran
militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat sipil pada akhir 1970-an dan awal 1980-an
(Argentina tahun 1983, Bolivia, Uruguay tahun 1984, Brasil tahun 1985, dan Chili awal 1990-
an). Peristiwa ini diikuti oleh banyak bangsa di Asia Timur dan Selatan pada pertengahan
sampai akhir 1980-an.

Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai ketidakpuasan atas penindasan Soviet, menjadi
faktor runtuhnya Uni Soviet yang menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin dan demokratisasi
dan liberalisasi bekas negara-negara blok Timur. Kebanyakan negara demokrasi baru yang
sukses secara geografis dan budaya terletak dekat dengan Eropa Barat. Mereka sekarang
menjadi anggota atau calon anggota Uni Eropa. Sejumlah peneliti menganggap Rusia saat ini
bukanlah demokrasi sejati dan lebih mirip kediktatoran.[37]

Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember 2019. Warna hijau mewakili negara-negara yang
lebih
demokratis. Warna merah gelap mewakili negara-negara otoriter.

Tren liberal ini menyebar ke beberapa negara di Afrika pada tahun 1990-an, termasuk Afrika
Selatan. Contoh terbaru liberalisasi adalah Revolusi Indonesia 1998, Revolusi Bulldozer di
Yugoslavia, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi Oranye di Ukraina, Revolusi Cedar di
Lebanon, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan, dan Revolusi Yasmin di Tunisia.

Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123 negara demokrasi elektoral (naik
dari 40 pada tahun 1972). [38] Menurut World Forum on Democracy, jumlah negara demokrasi
elektoral mencapai 120 dari 192 negara di dunia dan mencakup 58,2 penduduk dunia. Pada
saat yang sama, negara-negara demokrasi liberal (yang dianggap Freedom House sebagai
negara yang bebas dan menghormati hukum dan HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38
persen penduduk dunia. [39]

Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 15 September sebagai Hari


Demokrasi Internasional.[40]

Negara

Negara-negara berikut dikategorikan sebagai demokrasi penuh oleh Indeks Demokrasi pada
tahun 2011:[41]

Norwegia Australia Luksemburg Republik Ceko Jepang

Islandia Swiss Irlandia Uruguay Korea Selatan

Denmark Kanada Austria Britania Raya Belgia

Swedia Finlandia Jerman Amerika Mauritius


Serikat
Selandia Baru Belanda Malta Spanyol
Kosta Rika

Index Demokrasi memasukkan 53 negara di kategori berikutnya, demokrasi tidak sempurna:


Argentina, Benin, Botswana, Brasil, Bulgaria, Tanjung Verde, Chili, Kolombia, Kroasia, Siprus,
Republik Dominika, El Salvador, Estonia, Prancis, Ghana, Yunani, Guyana, Hongaria, Indonesia,
India, Israel, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Lituania, Makedonia, Malaysia, Mali, Meksiko,
Moldova, Mongolia, Montenegro, Namibia, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Filipina,
Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Slowakia, Slovenia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Suriname,
Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan Tobago, Zambia[41]

Bentuk-bentuk demokrasi

Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi
perwakilan.

Demokrasi langsung

Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi di mana setiap rakyat memberikan
suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat
mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh
langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung digunakan pada
masa awal terbentuknya demokrasi di Athena di mana ketika terdapat suatu permasalahan
yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya. Di era modern
sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem
ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak
memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik negara.

Demokrasi perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan umum
untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

Jenis demokrasi berdasarkan prioritas

Jenis-jenis demokrasi berdasarkan yang dijadikan prioritas atau titik perhatian:

Demokrasi Material

Demokrasi Formal

Demokrasi Campuran

Demokrasi dan birokrasi

Hubungan birokrasi dan demokrasi sesungguhnya rapat. Istilah birokrasi dan demokrasi
kerap dipertentangkan satu sama lain. Pertentangan ini berlaku baik pada tataran akademis
maupun awam. Di satu sisi, birokrasi publik menempati posisi penting dalam administrasi
publik yang efektif. Namun, birokrasi dianggap bersifat legalistik dan mengabaikan tuntutan
serta keinginan warga negara secara individual. Birokrasi cenderung diasosiasikan dengan
sesuatu yang bersifat hirarkis bahkan bentuk pemerintahan yang otoritarian. Ini tetap terjadi
meski birokrasi tercipta justru untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat, dan
sering kali secara demokratis.

Di sisi lain, lembaga pemerintahan yang demokratis diasumsikan amat responsif pada
keinginan publik. Pemerintahan demokratis berupaya memetakan pilihan publik ke dalam
kebijakan positif bagi warga negaranya. Richard Rose dan lainnya telah mengkaji hubungan
antara voting dan pilihan kebijakan dalam negara demokrasi perwakilan yang ternyata tidak
begitu jelas seperti yang digembar-gemborkan. Bahkan, publik dapat saja memilih tujuan-
tujuan yang inkonsisten. Atau, publik punya harapan yang kurang realistik yang memaksa
pemimpin (baik di kalangan legislatif ataupun birokrasi) membuat keputusan hanya untuk diri
mereka seorang. Potret Indonesia

Hubungan antara birokrasi dan demokrasi sekaligus paradoksal juga saling melengkapi.
Paradoksal akibat kenyataan bahwa negara demokrasi yang efektif justru memerlukan
birokrasi yang berfungsi baik. Stereotip kaku yang ditempelkan secara negatif pada birokrasi
justru diperlukan agar negara demokratis berfungsi baik.

Konsep birokrasi dan demokrasi mungkin terkesan bertentangan. Namun, sesunggunya


keduanya diperlukan demi terciptanya pemerintahan yang efektif dan responsif. Keduanya
menyediakan manfaat bagi masyarakat. Responsifnya pemerintahan demokratis harus
diimbangi dengan dengan kepastian dan kenetralan yang ada di lembaga birokrasi. Begitu
juga, proses-proses demokratis diperlukan demi mengabsahkan proses pemerintahan dan
menghasilkan perundang-undangan yang benar-benar diinginkan warganegara. Sifat
komplementer birokrasi dan demokrasi ini esensial bagi good governance.

Prinsip-prinsip demokrasi

Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik dan
sosial.

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.[42] Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau
dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi". [43]
Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah: [43]

Kedaulatan rakyat

Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah

Kekuasaan mayoritas
Hak-hak minoritas

Jaminan hak asasi manusia

Pemilihan yang bebas, adil dan jujur

Persamaan di depan hukum

Proses hukum yang wajar

Pembatasan pemerintah secara konstitusional

Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik

Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Asas pokok demokrasi

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan
hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam
hubungan sosial.[44] Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok
demokrasi, yaitu:[44]

Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat


untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur
dan adil; dan

Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu


tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).

Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.

Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum

Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.

Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.

Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan


sebagainya).

Anda mungkin juga menyukai