Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH PLENO

KOMUNIKASI KEPERAWATAN 1

KASUS 1

Dosen pembimbing : Ns. Yusnilawati S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
G1B118055 Elvin Piorano
G1B120017 Putri Fadilla
G1B120021 Dewi Aryani
G1B120024 Rifki Wahyudi
G1B120027 Thresyanty Elsye Sasmita
G1B120028 Andrisa Devitasari
G1B120034 Gusmarta
G1B120038 Anggun Meilani Aulia
G1B120049 Birgita Arta Milawati
G1B120050 Nyimas Aiysah
G1B120063 Fanesa Angela

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kepada Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan
taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat untuk menyusun dan
menyelesaikan Laporan Pleno tentang “Komunikasi Perawat Dengan Masyarakat Dalam
Konteks Sosial, Latar Belakang Budaya (Cultural Diversity) Serta Keyakinan“.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin. Dan akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi pembaca.Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi, Maret 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 3
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa ........................................................................ 3
1.4.2 Manfaat Untuk FKIK UNJA .................................................................... 4
1.4.3 Manfaat Untuk Masyarakat ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi ............................................................................................ 5

2.1.1 Pengertian Komunikasi ............................................................................. 5

2.1.2 Tujuan Komunikasi ................................................................................... 6

2.1.3 Prinsip-Prinsip Komunikasi ...................................................................... 7

2.1.4 Tipe-Tipe Komunikasi .............................................................................. 8

2.2 Komunikasi Efektif ............................................................................................. 10

2.2.1 Pengertian Komunikasi Efektif ................................................................. 10

2.2.2 Tujuan Komunikasi Efektif ...................................................................... 11

2.2.3 Fungsi Komunikasi Efektif ........................................................................ 11

ii
2.2.4 Ciri-Ciri Komunikasi Efektif .................................................................... 11

2.2.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Efektif ............... 12

2.2.6 Aspek Dalam Membanguun Komunikasi Efektif ...................................... 12

2.3 Komunikasi Dalam Konteks Sosial ..................................................................... 13

2.3.1 Pengertian Komunikasi Dalam Konteks Sosial ........................................ 13

2.3.2 Fungsi Komunikasi Sosial ........................................................................ 13

2.4 Komunikasi Dalam Konteks Latar Belakang Budaya ........................................ 14

2.4.1 Konsep Dasar Budaya ................................................................................ 14

2.4.2 Pengertian Komunikasi Lintas Budaya...................................................... 14

2.4.3 Makna Penting Komunikasi Lintas Budaya ............................................. 15

2.4.4 Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya ................................................. 15

2.4.5 Strategi Komunikasi Dengan Klien Dari Kultur Yang Berbeda ............... 16

2.4.6 Prinsip – Prinsip Komunikasi Perawat Pada Budaya Klien .................... 17

2.47 Strategi Perawat Mengkomunikasikan Terkait Persepsi Dan


Keberagaman Budaya Yang Ada Di Masyarakat .............................................. 18

2.5 Komunikasi Dalam Konteks Keyakinan ............................................................. 18

2.5.1 Konsep Komunikasi Keyakinan ................................................................ 18

2.5.2 Komunikasi Keyakinan Dalam Keperawatan ............................................ 19

2.6 Alasan Perawat Mempelajari Komunikasi Dalam Konteks Sosial, Latar

Belakang Budaya, Dan Keyakinan .......................................................................... 19

iii
BAB III KAJIAN KASUS

3.1 STEP I : ( Identifikasi Kata Sulit ) ..................................................................... 22

3.2 STEP II : ( Indentifikasi Masalah ) ..................................................................... 22

3.3 STEP III : ( Analisis Masalah ) ............................................................................ 23

3.4 STEP IV : ( Mind Mapping ) ............................................................................... 29

3.5 STEP V : ( Learning Object ) ............................................................................ 30

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 33

4.2 Saran ................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah komunikasi tidak asing lagi di telinga kita, berbagai sisi kehidupan tidak lepas dari
perilaku komunikasi baik verbal maupun non verbal. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan), pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Onong, 2011: 11).

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat. Komunikasi sebagai
sebuah proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk
merubah tingkah laku. Memahami komunikasi pun seolah tidak ada habisnya, mengingat
komunikasi sebagai suatu proses yang tiada henti melingkupi kehidupan manusia, salah satunya
mengenai komunikasi antar budaya.

Manusia hidup dalam sebuah komunitas yang mempunyai kebijakan tentang sesuatu yang
mereka miliki bersama, dan komunikasi merupakan satu-satunya jalan untuk membentuk
kebersamaan itu. Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata, tetapi dua konsep yang
tidak dapat dipisahkan. Budaya itu sendiri adalah sesuatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang dari generasi ke generasi. Komunikasi antar budaya
adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan diantara mereka yang berbeda
latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis,
juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atupun bantuan hal lain di sekitarnya
yang memperjelas pesan.

Kadangkala adanya perbedaan budaya mampu menimbulkan konflik antara komunikator


dengan komunikan karena makna (meaning) yang diperoleh mengalami ketidakpastian.
Ketidakpastian tersebut bisa dikurangi apabila komunikator dengan komunikan mampu
melakukan proses komunikasi yang efektif. Namun manusia dalam melakukan interaksi melalui

1
komunikasi kadang kala merasakan komunikasi itu tidak berjalan efektif di karenakan kesalahan
dalam penafsiran pesan oleh komunikan (penerima pesan) disebabkan oleh setiap persepsi
individu yang berbeda. Menurut Devito dalam buku Mulyana (2001:168), persepsi adalah proses
dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.
Komunikasi apapun bentuk dan konteksnya, selalu menampilkan perbedaan iklim antara
komunikator dengan komunikan. Karena ada perbedaan iklim budaya tersebut, maka pada
umumnya komunikasi yang terjadi selalu difokuskan pada pesan-pesan yang menghubungkan
individu atau kelompok dari dua situasi budaya yang berbeda. Dalam perbedaan itu umumnya
mengimplikasikan bahwa hambatan komunikasi antar budaya sering tampil dalam bentuk
perbedaan persepsi terhadap norma-norma budaya, pola-pola berpikir, struktur budaya, dan
sistem budaya. Semakin besar derajat pebedaan antar budaya, maka semakin besar kehilangan
peluang untuk merumuskan suatu tingkat kepastian sebuah komunikasi yang efektif.

1.2.RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Bagaimana konsep dari komunikasi?


1.2.2. Apakah komunikasi efektif itu ?
1.2.3. Bagaimana komunikasi dalam konteks sosial dan latar belakang budaya (cultural
diversity) serta keyakinan ?
1.2.4. Apakah alasan perawat mempelajari komunikasi dalam konteks sosial dan latar belakang
budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

1.3.TUJUAN PENULISAN

1.3.1. Tujuan Umum


Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
konsep tentang komunikasi dalam konteks sosial dan latar belakang budaya (cultural diversity)
serta keyakinan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1.Untuk mengetahui konsep dari komunikasi

2
1.3.2.2.Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang efektif
1.3.2.3.Untuk mengetahui konsep komunikasi dalam konteks sosial dan latar belakang budaya
(cultural diversity) serta keyakinan?
1.3.2.4.Untuk mengetahui alasan perawat mempelajari komunikasi dalam konteks sosial dan
latar belakang budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

1.4.MANFAAT PENULISAN

1.4.1. Manfaat Untuk MahasiswaDiharapkan dapat:

1) Menambah wawasan mahasiswa tentang komunikasi dalam konteks sosial dan latar
belakang budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

2) Mengembangkan pengetahuan mahasiswa mengenai komunikasi dalam konteks sosial


dan latar belakang budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

3) Sebagai penunjang pengetahuan lebih bagi mahasiswa

4) Mahasiswa mampu mempraktekkan cara-cara menangani masalah komunikasi dalam


konteks sosial dan latar belakang budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

1.4.2. Manfaat Untuk FKIK UNJA

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa UNJA tentang komunikasi dalam


konteks sosial dan latar belakang budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

1.4.3. Manfaat Untuk Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat memahami konsep komunikasi dalam konteks sosial dan latar
belakang budaya (cultural diversity) serta keyakinan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi


2.1.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin
communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti
membuat sama. Istilah pertama (communis) adalah isyilah yang paling sering disebut sebagai
asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip
(Mulyana, 2005:41).

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Coomunicare yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan. Hingga sekarang, definisi komunikasi masih terus didiskusikan oleh para pakar
ilmu komunikasi (Mundakir, 2006:2). Ada beberapa definisi komunikasi, menurut buku
Komunikasi Keperawatan karangan Mundakir, antara lain sebagai berikut (Mundakir, 2006:3) :

1) Menurut Edward Depari Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan
pesan yang disampaikanmelalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
2) Menurut James A.F. Stoner komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait
dalam penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi adalah proses dimana
seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3) Menurut J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses yang mana
simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
4) Hovlan, Janis, dan Kelley adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan bahwa
„‟Communication is the process by which an individual transmits stimuly (usually
verbal) to modify the behavior of other individuals‟‟ dengan kata lain, komunikasi
adalah proses individu dalam mengirim stimulus (umumnya dalam bentuk verbal) untuk
mengubah tingkah laku orang lain.

4
5) Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga
dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah.

Sedangkan menurut Harold dan CYRIL o‟Donell, dalam buku Komunikasi Keperawatan,
karangan Musliha dan Fatmawati, mengemukakan bahwapengertian komunikasi adalah
pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak. Tetapi informasi
yang ditransfer tentulah harus dimengerti oleh penerima. (Muslih dan Fatmawati, 2010:1)

Dari beberapa definisi tersebut diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal, symbol, informasi) baik dalam
bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya
perubahan (baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor) (Mundakir, 2006:4).

2.1.2 Tujuan Komunikasi


Adapun tujuan komunikasi antara lain (Musliha & Fatmawati 2010:5-10 ) :
1) Mampu memahami perilaku orang lain
Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil oleh perawat yaitu
menenangkanya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahanya, mengapa ia bisa
marah. Setelah masalahnya diketahui, perawat kemudian membantu pasien untuk
beradaptasi dengan lingkungannya.
2) Untuk menentukan suatu kesanggupan
Bila merawat pasien di ruangan, banyak kita jumpai pasien pasca operasi tidak
mau latihan jalan dengan alasan bermacam-macam. Ada yang takut jahitan lepas, sakit,
ada yang lemas dan sebagainya. Untuk itu perlu kita tanyakan kesangguapannya dengan
cara mengajukan pertanyaan. Bila ditemukan alasannya, perawat harus menasehati pasien
dengan jalan menjelaskan tentang pentingnya mobilisasi setelah operasi, karena dengan
bergerak dapat melemaskan otot-otot dan memperlancar peredaran darah.
3) Untuk meneliti pola kesehatan
Ini kita lakukan bagi pasien yang baru masuk rumah sakit dengan tujuan untuk
mengetahui kebiasaan pasien dirumah, bila mungkin perawat dapat menyesuaikan
kebiasaan tersebut atau mengubahnya. Agar kita tahu kebiasaan itu kita perlu
mengajukan pertanyaan.

5
4) Mendorng untuk bertindak Mendorong atau mengarahkan pasien bertindak atau
melakukan suatu kegiatan.
5) Memberi nasehat
Di dalam komunikasi perawat juga ada yang bersifat member nasehat kepada
pasien/keluarga, masyarakat. Misalnya saja tindakan mobilisasi pasien pasca operasi,
tidak jarang pasien menolak untuk jalan, turun, atau latihan duduk dengan berbagai jenis
alasan. Mungkin juga pasien tidak mengerti pentingnya mobilisasi. Jelaskan pada pasien
tentang tujuan mobilisasi setelah operasi antara lain dengan menjelaskan bahwa dengan
melakukan latihan berjalan, duduk, pasien akan terhindar dari berbagai komplikasi
misalnya, untuk menghindari kontraktur / kekakuan pada sendi.

2.1.3 Prinsip-prinsip Komunikasi


Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Menurut Carl Rogers
(1961), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik meliputi:
- Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) yang berarti memahami nilai-
nilai yang di anut
- Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai
- Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental
- Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa
rasa takut
- Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan
dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
- Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan emosional seperti perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan,
maupun frustasi
- Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya
- Perawat harus mampu memahami arti empati dan menggunakannya sebagai tindakan yang
terapeutik, dan mampu memahami arti simpati yang bukan sebagai tindakan terapeutik

6
- Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan
dasar dari hubungan terapeutik
- Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan dan sebagai contoh
kepada orang lain tentang perilaku sehat.
- Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan menyatakan sikap yang jelas
- Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau membantu
permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan apapun dari klien Perawat harus mampu
mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia
- Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan .

2.1.4 Tipe-tipe komunikasi


Ada beberapa tipe komunikasi yang sering digunakan oleh seorang komunikator dalam
berkomunikasi. Berdasarkan penggunaan kata, pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada
penerima dapat dikemas secara verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata.
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan
maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, komunikator mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,
atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya,
saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat.
b. Komunikasi Non-verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk
nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak
dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis
komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan
selalu ada. Komunikasi nonverbal biasanya bersifat spontan dan lebih jujur
mengungkapkan hal yang mau disampaikan. Termasuk pada komunikasi non verbal
seperti penampilan fisik, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, dan sentuhan.

Berdasarkan media yang digunakan, komunikasi dapat berbentuk dua:

a. Komunikasi langsung

7
Komunikasi langsung merupakan komunikasi yang tidak menggunakan alat,
komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan
isyarat, misalnya saat seseorang berbicara langsung pada orang lain di hadapannya.
b. Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipatgandakan jumlah
penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis dan waktu,
misalnya menggunakan radio, buku, dll. Contoh: Penggunaan poster „Buanglah Sampah
pada Tempatnya‟.

Berdasarkan jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi, terdapat empat tipe
komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang dilakukan pada diri
sendiri yang terdiri atas sensasi, persepsi, memori, dan proses berpikir (Rahmad J., 1996).
Seorang individu menjadi pengirim pesan sekaligus penerima pesan dan memberikan
umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.
b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di
antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan
balik yang bersifat langsung. Tipe komunikasi ini memiliki karakteristik seperti, bersifat
dua arah yang berarti melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, ada unsur dialogis
dan ditujukan kepada sasaran terbatas dan dikenal.
c. Komunikasi Publik
Cangara, H. (2004) mengatakan bahwa komunikasi publik merupakan suatu
prises komunikasi di mana pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara dalam situasi
tatap muka di depan khalayak yang lebih besar dengan tujuan menumbuhkan semangat
kebersamaan, memberikan informasi, mendidik, serta mempengaruhi orang lain dalam
upaya menumbuhkan semangat. Pada tipe komunikasi ini jarang dijumpai feedback,
karena komunikasi bersifat searah.
d. Komunikasi Massa

8
Komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung di mana pesan yang
dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang bersifat massal melalui alat-
alat yang bersifat mekanis. Komunikasi antara sumber dan penerima tidak terjadi dengan
kontak langsung. Unsur yang terkandung dalam komunikasi untuk menyiarkan informasi,
mendidik, dan menghibur. Pesan yang disampaikan berlangsung cepat, serempak, luas,
mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan.

Berdasarkan sikap dan perilaku pemberi pesan, komunikasi dapat berbentuk tiga tipe
seperti berikut:

a. Komunikasi Agresif
Tipe komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung
merendahkan/mengendalikan orang lain.
b. Komunikasi Pasif
Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi agresif, di mana seseorang
cenderung untuk mengalah dan tidak mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan
hak mereka cendrung dilanggar namun dibiarkan.
c. Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri, dan
orang lain. Komunikasi ini tidak menaruh perhatian hanya pada hasil akhir, tetapi juga
hubungan perasaan antarmanusia.

2.2 Komunikasi Efektif


2.2.1 Pngertian Komunikasi Efektif
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti
bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu
pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat
berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
1) Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
2) Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3) Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak Komunikan
4) Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan

9
5) Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

2.2.2 Tujuan Komunikasi Efektif


a. Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi
informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi
informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh
penerima informasi, atau komunikan.
b. Agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seimbang sehingga
tidak terjadi monoton Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa
nonverbal secara baik.

2.2.3 Fungsi Komunikasi Efektif


1. Fungsi Informasi
Untuk memberitahukan sesuatu (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar
komunikan dapat memahaminya.
2. Fungsi Ekspresi
Sebagai wujud ungkapan perasaan pikiran komunikator atas apa yang dia pahami
terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3. Fungsi Kontrol
Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dengan memberi pesan berupa
perintah peringatan penilaian dan lain sebagainya.
4. Fungsi sosial
Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan
komunikan.
5. Fungsi ekonomi.
Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial barang dan jasa.

2.2.4 Ciri Komunikasi Efektif


1) Pengertian
2) Kesenangan
3) Hubungan sosial yang baik

10
4) Mengubah sikap dan tindakan

2.2.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Efektif


a) Berkomunikasi pada suasana yang menguntungkan.
b) Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
c) Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan
d) Pesan dapat menggugah dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya Pesan dapat
menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward dipihak komunikan.

2.2.6 Aspek dalam Membangun Komunikasi Efektif


Komunikasi yang efektif terjadi apabila terdapat aliran informasi dari dua arah antara
komunikator dengan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut memahaminya. Ada 5 aspek yang perlu dipahami dalam
membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
- Kejelasan
Komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas sehingga
mudah diterima dan dipahami.
- Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
- Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, adalah bahasa dan informasi yang disampaikan
harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
- Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang
jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
- Budaya
Komunikasi tidak hanya berhubungan dengan bahasa saja tetapi perlu memperhatikan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang
yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar
tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)

11
2.3 Komunikasi Dalam Konteks Sosial
2.3.1 Pengertian Komunikasi Dalam Konteks Sosial
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Manusia
mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak
bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan
tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja
melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan, ia
tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan
sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan
alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri. Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan
komunikasi adalah persyaratan yang utama dalam kehidupan manusia.
Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk berkomuikasi antar sesama. Dengan
seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk
membantunya berinteraksi dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai mahluk sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisis
secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat secara lebih mendalam dan
terorganisir.

2.3.2 Fungsi komunikasi sosial


Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat,
karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang
memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya
sebagaimpantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang
tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicar sebagai manusia dan memperlakukan
manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat
pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Implasif
adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan sosial
mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi

12
dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya
komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam:
pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup, memupuk
hubungan & memperoleh kebahagiaan.

2.4 Komunikasi Dalam Konteks Latar Belakang Budaya


2.4.1 Konsep Dasar Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah”, yang
merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Maka, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di
antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosio
ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Seperti kita ketahui bahwa budaya
mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh aspek
komunikasi yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok, baik secara verbal maupun
nonverbal.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki

2.4.2 Pengertian Komunikasi Lintas Budaya


Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh
dengan cara belajar dalam rangka kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 1986)
Komunikasi lintas Budaya adalah:
(1) suatu studi tentang perbandingan gagasan atau konsep dalam berbagai kebudayaan;
(2) perbandingan antara satu aspek atau minat tertentu dalam satu kebudayaan;
(3) atau perbandingan antara satu aspek atau minat tertentu dengan satu atau lebih
kebudayaan lebih kebudayaan lain.
Pengertian komunikasi lintas budaya menurut para ahli. Guo-Ming Chen dan William J.
Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran

13
sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi lintas budaya adalah
proses pertukaran/penyampaian informasi atau pesan antar individu satu ke individu lainnya
yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

2.4.3 Makna Penting Komunikasi Lintas Budaya


Tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya menurut Litvin (1977) yaitu :
1) Menyadari bias budaya sendiri
2) Lebih peka secara budaya
3) Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk
menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
4) Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri
5) Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang
6) Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan
isi komunikasinya sendiri.
7) Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta
wacana dan makna bagi para anggotanya
8) Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke
dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-
keterbatasannya.
9) Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi
antar budaya.
10) Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara
sistematis, dibandingkan, dan dipahami.

2.4.4 Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya


a. Komunikasi dan bahasa
Sistem komunikasi verbal dan non-verbal satu unsur yang membedakan satu kelompok
dengan kelompok lainnya.
b. Pakaian dan penampilan

14
Meliputi pakaian, perhiasan, dan dandanan. Pakian ini akan menjadi cirri yang menandakan
seseorang berasal dari daerah mana ia berasal.
c. Makanan dan kebiasaan makan
Ciri ini menyangkut hal dalam pemilihan, penyajian, dan cara makan. Dilarangnya seorang
muslim untuk mengnsumsi daging babi, tidak berlaku bagi mereka orang Cina. Orang Sunda
terkesan senang makan tanpa alat sendok (tangan saja) akan terlihat kurang sopan bagi mereka
orang-orang barat.
d. Waktu dan kesadaran akan waktu
Hal ini menyangkut pandangan orang akan waktu. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian
lain berpandangan merelatifkan waktu. Ada orang yang tidak mempedulikan jam atau menit tapi
hanya menandai waktunya dengan saat matahari terbit atau saat metahari terbenam saja.
e. Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memerhatikn cara dan metode
memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-
bentuk lain penyelesaian tugas.
f. Hubungan-hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan.

2.4.5 Strategi Komunikasi dengan Klien dari Kultur yang Berbeda

Menurut Kozier B. Erb G., dan Blais K. (1997 ) strategi komunikasi dengan klien dari
kultur yang berbeda hendaknya dilakukan dengan cara sebagai Berikut :

1. Mempertimbangkan komponen kultur yang terintegrasi dalam melakukan komunikasi.


2. Mendorong klien untuk dapat mengomunikasikan interprestasinya terhadap kesehatan,
sakit, pengobatan , dan perencanaan keperawatan sesuai dengan kultur yang dianutnya,
kemudian menuangkannya kedalam perencanaan keperawatan sehingga sesuai dengan
gaya hidup , kebutuhan , serta nilai yang dianut.
3. Memahami bahwa respek terhadap klien merupakn kebutuhan komunikasi yang sangat
penting dalam membantu hubungan yang efektip.

15
4. Mengungkapkan pendekatan terbuka dan penuh etensi , sehingga klien mengetahui
bahwa perawat mendengarkan apa yang disampaikan oleh klien.
5. Memberikan waktu yang cukup pada klien untuk dapat menjawab semua pertanyaan
yang terkait dengan kehidupan sosial dan kuktur yang dianutnya , tidak perlu tergesa –
gesa sehingga klien tidak mersa nyaman dengan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan.
6. Menggunakan teknik komunikasi yang baik dalam melakukan validasi pada klien.
7. Diskusi tentang seks agak sulit dibicarakan apalagi dengan jenis kelamin yang berbeda
ada baiknya untuk mencarikan perawat dengan jenis kelamin yang sama.
8. Gunakan altenatif metode komunikasi yang berbeda apabila ada perbesdaan bahasa
antara perawat dan klien , seperti menggunakn penerjemahan , bahasa tubuh yang jelas,
gambar , ekspresi muka yang mudah terbaca , serta suara dan nda bicara yang baik.
9. Pelajari kelompok kata – kata kunci yang dapt membantu memahami dan memperlancar
komunikasi antara perawat dan klien.

2.4.6 Prinsip – prinsip komunikasi perawat pada budaya klien


1. Kenali bahasa yang digunakan klien dan kluarganya dirumah.
2. Sampai diman tingkat kemahiran bahasa nasional yang digunakan oleh klien baik secara
tertulis maupun lisan.
3. Kenali adanya orang yang tidak dikendaki klien sebagai penerjemahnya.
4. Perawat hendaknya menggunakan bahasa indonesia yang benar sehingga mudah di
pahami oleh lawan bicaranya dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.
5. Penggunaan variasi teknik komunikasi selama ineraksi seperti bahasa tubuh, kontak mata,
kepekaan terhadap ketabuan, norma – norma rahasia , serta gaya penjelasan sebaiknya
digunakan secara benar.
6. Melakukan komunikasi non verbal klien selama komunikasi berlangsung.
7. Bagaiman persepsi klien terhadap pelayanan yang ada ditatanan pelayanan kesehatan
terutama yang terkait dengan budaya tenaga kesehatan.
8. Kenali karakteristi budaya klien dari proses bahasa dan cara komunikasi klien.
9. Kenali bahasa dan dialek apa yang merasa klien lebih nyaman selama berinteraksi.

16
2.4.7 Strategi Perawat Mengkomunikasikan Terkait Persepsi Dan Keberagaman
Budaya Yang Ada Di Masyarakat.
a. Strategi I : Perlindungan/mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya : budaya berolah raga setiap pagi.
b. Strategi II : Mengakomodasi/negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang
lain.

c. Strategi III : Mengubah/mengganti budaya klien


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

2.5 Komunikasi Dalam Konteks Keyakinan


2.5.1 Konsep Komunikasi Keyakinan
Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari keyakinan budaya
seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai penyebab penyakit, praktek
penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan kesehatan. Keyakian spiritual dan
agama dapat menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan bagi klien. Perawat yang memiliki
keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung lebih mudah memahami dan mengambil
tindakan untuk menangani kliennya.

17
2.5.2 Komunikasi Keyakinan Dalam Keperawatan
Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
tepat terhadap klien yang berbeda keyakinan terhadap perawat tersebut.Contoh : Klien yang
menolak memakan dagingdikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki oleh agamanya.Perawat
harus mengambil tindakan yang tepatbagaimana cara membujuk pasien tersebut untukmemakan
daging tersebut.Misalnya diberikan penjelasan yang kuat mengenai alasan kenapa pasien tersebut
harusmakan daging.

2.6 Alasan Perawat Mempelajari Komunikasi Dalam Konteks Sosial, Latar Belakang
Budaya dan Keyakinan
Budaya, dan Keyakinan Pertama perawat haruslah terlebih dahulu memiliki pengetahuan
seputar budaya agar dapat memberikan pelayanan terbaik. Oleh karena itu ketika perawat
memberikan asumsi yang salah atau berkebalikan dengan mereka yang berbeda (budaya) hal
tersebut akan mengakibatkan pelayanan keperawatan menjadi tidak efektif dan tidak berkualitas
(Galatin, 2000). Perawat perlu mempelajari budaya yang dianut oleh pasien karena beberapa
alasan sebagai berikut :
1) Untuk tercapainya keefektifan pengiriman dan penerimaan pesan antara seorang perawat
dengan klien ataupun keluarga klien. Sehingga apa yang ingin disampaikan oleh perawat
akan dapat diterima oleh klien tersebut.
2) Karena budaya yang dimiliki klien akan mempengaruhi bagaimana klien tersebut
mempersepsikan asuhan keperawatan yang diberikan, mempengaruhi bagaimana mereka
merespon untuk menyelesaikan masalah kehidupan termasuk masalah kesehatannya, dan
mempengaruhi interaksi dengan yang lain termasuk interaksi dengan tenaga kesehatan
ataupun perawat.
3) Agar perawat dapat mengidentifikasi, menguji, mengerti, dan menggunakan pemahaman
keperawatan transcultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada klien/pasien.
4) Mengurangi cultural shock yang akan dialami oleh klien pada kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan klien. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
disorientasi. Contohnya pengekspresian nyeri yang berbeda-beda di setiap daerah.

18
Perawat mungkin akan memarahi pasien dengan kebudayaan yang menurut perawat
tersebut tidak sesuai dengan kebudayaannya. Kebutaan budaya yang di alami perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Perawat perlu mengetahui tentang bagaimana kelompok masyarakat budaya tertentu


dalam memahami proses kehidupan, mendefinisikan sehat sakit, mempertahankan kesehatan dan
keyakinan mereka tentang penyebab penyakit dan sebagainya (Anonim,1990).
Selanjutnya, Meyer, 1996, memberikan empat tuntutan yang harus dimiliki seorang
perawat sebagai provider dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan yaitu mempunyai
kapabilitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang beraneka ragam
latarbelakang, mempunyai kapabilitas dalam bidang ethics dan menumbuhkan kepercayaan.

19
BAB III

KAJIAN KASUS

SKENARIO 1

Pada saat perawat melakukan survey dan observasi di masyarakat tentang kesehatan ibu dan
bayi. Perawat mendapatkan beberapa kebiasaan atau budaya yang sering dilakukan oleh
masyarakat tersebut. Ny A berasal dari suku jawa mempercayai bahwa tali pusat bayi yang sudah
lepas harus ditindih dengan koin agar tidak bodong. Ny.Z mempunyai tradisi bahwa wanita
habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbau amis, sehingga ibu nifas akan
pantang makan ikan. Tradisi pakpak juga sering dilakukan yaitu ibunya mengunyah nasi terlebih
dahulu sebelum di kasih ke bayi baru lahir agar bayinya tumbuh sehat dan kuat.

Pada saat di komunikasikan tentang persepsi terhadap kebiasan tersebut, masyarakat mengatakan
kebiasaan ini sudah ada sejak dahulu dan turun temurun dan masyarakat mengganggap kebiasaan
ini tidak bertentangan dengan kesehatan

LO

1. Bagaimana tanggapanmu tentang keyakinan dan perilaku masyarakat pada kasus


2. Bagaimana cara perawat mengkomunikasikan terkait persepsi dan keberagaman budaya
yang ada di masyarakat agar tidak terjadi konflik

20
STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit)
1. Persepsi
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau berarti juga proses
seseorang mengetahui beberapa halmelalui panca inderanya.
2. Bodong
Bodong adalah suatu kondisi ketika usus menonjol melalui otot-otot perut di pusar tanda
umum dari bodong adalah pusar yang menonjol. Pada bayi, bodong paling terlihat saat
bayi menangis.
3. Observasi
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan
dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan
dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi
yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian
4. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim seorang ibu setelah melahirkan (Lamanya 40-
60 hari)
5. Tradisi
Tradisi adalah sikap dan cara berpikir serta tindakan yang selalu berpegang teguh pada
norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun pada suatu tempat atau wilayah
tertentu.

STEP 2 (Identifikasi Masalah)


1. Dari kasus diatas tadi, dikatakan bahwa kebiasaan masyarakat itu tidak menentang
kesehatan, lalu menurut anda apakah kebiasaan itu bertentangan dg kesehatan?
2. Menggunakan komunikasi apa yang tepat dilakukan untuk menghadapi masyarakat yang
berbeda beda budaya.
3. Bagaimana komunikasi kita terhada Ny.Z dengan maksud bahwa ada kekeliruan dengan
ibu hamil yang pantang makan ikan?
4. Bagaimana menanggapi jika sudah terjadi konflik antara tenaga kesehatan yang
mengatakan bahwa sabagian kepercayaan tersebut akan mengakibatkan akibat buruk bagi

21
kesehatan dengan masyarakat yang tetap bersikeras mempertahankan kebiasaan dan
budayanya tersebut?
5. Eduksi apa yang harus diberikan pada masyarakat yang memang masih mempercayai hal
seperti itu , melalui metode apa agar efektif apakah melalui vidio atau face to face?
6. Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dengan Ny. Z
7. Berdasarkan kasus, kegiatan survey dan observasi seperti apa yang dapat dilakukan
seorang perawat untuk memperoleh data.

STEP 3 (Analisis Masalah)


1. Dari kasus diatas tadi, dikatakan bahwa kebiasaan masyarakat itu tidak menentang
kesehatan, lalu menurut anda apakah kebiasaan itu bertentangan dg kesehatan?
Metode kesehatan yang dilakukan para masyarakat pada kasus memang
bertentangan dengan kesehatan.Tetapi manusia tidak dapat dipisahkan dari agama dan
budaya.Salah satu bagian dari budaya adalah kearifan local yang dapat diartikan sebagai
pandangan atau ajaran hidup, petuah-petuah, pepatah-pepatah, dan nilai-nilai tradisiyang
dihormati dan diamalkan oleh semua masyarakat. Menurut Leninger, manusia mempunyai
hak untuk difahami, dihargai, dimengerti dan digunakan budayanya dalam perawatan. Oleh
karena itu seorang perawat kesehatan harus mampu untuk bersikap menghargai budaya
kliennya atau keluarganya, serta berusaha untuk memahami dan mengerti budaya – budaya
klien yang sangat variatif, walaupun budaya sangat berbeda jauh

2. Menggunakan komunikasi apa yang tepat dilakukan untuk menghadapi masyarakat


yang berbeda beda budaya?
Strategi komunikasi perlu diperhatikan dengan maksimal karena fungsinya yang
begitu urgen. Onong menggambarkan bahwa fungsi strategi komunikasi itu ganda yakni:
a) Pertama, menyebarkan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b) Kedua, menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan
kemudahandioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika
dibiarkan akan merusaknilai-nilai budaya

22
3. Bagaimana komunikasi kita terhadap Ny.Z dengan maksud bahwa ada kekeliruan
dengan ibu hamil yang pantang makan ikan?

Komunikasi dalam profesi keperawatan adalah faktor yang mendukung perawatan


professional yang dilakukan oleh perawat dalam mengekspresikan peran dan fungsinya,
Kemampuan untuk berkomunikasi akan mendasari upaya pemecahan masalah pasien,
memfasilitasi penyediaan bantuan, baik dalam layanan medis atau psikologi. Komunikasi
yang efektif untuk digunakan seperti komunikasi terapeutik, dimana komunikasi ini terjadi
apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada pasien, pertama pasien harus


percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi
keluhannya, demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan diandalkan atas
kemampuan nya agar pasien tidak ragu, tidak cemas, pesimis, dan skeptis dalam menjalani
proses pelayanan keperawatan. Pada kasus perawat disini berperan untuk memberi
edukasi pada masyrakat khusus nya ibu hamil mengenai nutrisi apa saja yang dibutuhkan
untuk ibu dan anaknya, lalu juga seberapa pentingnya nutrisi untuk ibu hamil agar asupan
kalori nya bisa tercukupi dengan baik.

4. Bagaimana menanggapi jika sudah terjadi konflik antara tenaga kesehatan yang
mengatakan bahwa sabagian kepercayaan tersebut akan mengakibatkan akibat
buruk bagi kesehatan dengan masyarakat yang tetap bersikeras mempertahankan
kebiasaan dan budayanya tersebut?
Strategi pemecahan konflik yang paling banyak digunakan dari sudut pandang
perawat adalah strategi mengindar diikuti dengan berkolaborasi, kompromi, akomodasi
dan bersaing. Menurut Haryati (2014) bahwa strategi menghindar hanya digunakan pada
masalah yang tidak gawat. Biasanya seorang penengah akan memberikan waktu antara
kedua belah pihak untuk memikirkan masalah dipertemuan selanjutnya. Strategi
penyelesaian konflik dengan menghindar hanya digunakan pada persoalan konflik yang
sangat kecil yang hanya melibatkan dua orang dan tidak memberikan dampak yang besar.

23
Gaya manajemen konflik yang yang paling banyak digunakan oleh perawat
manajer dari persepsi perawat adalah menghindar, kemudian diikuti dengan kolaborasi
dan terakhir dengan gaya bersaing. Oleh karena itu disarankan kepada pihak rumah sakit
agar memberikan pelatihan kepada para perawat yang turun langsung mengedukasi
masyarakat terkait strategi pemecahan konflik sehingga dapat dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif, saling menghargai, dan membangun organisasi menjadi lebih
kuat untuk mencapai tujuan.
Seorang Kepala Perawat sebagai pemimpin tenaga kesehatan yang terjun
langsung ke masyarakat harus segera mengambil inisiatif untuk memfasilitasi
penyelesaian konflik yang positif. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan konflik, seperti penggunaan disiplin, pertimbangan tahap kehidupan,
komunikasi, lingkaran kualitas (Kuntoro, 2017).
Secara umum pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap
pemecahan masalah menyelidiki situasi, mengembangkan alternatif, mengevaluasi
berbagai alternatif dan menentukan pilihan yang terbaik, melaksnakan keputusan dan
melakukan tindak lanjut (Suarli dan Bahtiar, 2009). Dalam pemecahan konflik juga harus
memperhatikan kode etik keperawatan. Kode etik sebagai bagian dari pengetahuan dasar
etik berisi bagaimana perawat seharusnya berperilaku etik sebagai sebuah profesi,
bagaimana seharusnya membuat keputusan saat mengalami hambatan, bagaimana
mencegah terjadinya permasalahan etik, serta bagaimana berusaha memenuhi kewajiban
profesional sersuai tujuan, nilai dan standar keperawatan. Selain perawat kode etik juga
bermanfaat bagi tim kesehatan lainnya dan bagi penerima pelayanan kesehatan.

5. Eduksi apa yang harus diberikan pada masyarakat yang memang masih
mempercayai hal seperti itu , melalui metode apa agar efektif apakah melalui vidio
atau face to face?
Dari kebiasaan dan perilaku masyarakat yang sudah percaya dengan budayanya
tersebut, cara yang paling efektif adalah face to face. Perawat sebagai tenaga kesehatan
bisa memberikan edukasi kesehatan dengan sasaran ibu hamil, ibu yang baru melahirkan,
ibu menyusui cara merancang program komunikasi melalui pendidikan dan promosi
kesehatan melalui penyuluhan secara langsung tentang kesehatan ibu dan bayi audio

24
visual (video, film), radio, media cetak seperti poster leaflet. Tenaga kesehatan juga bisa
berkerjasama dibantu oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama setempat agar
mengajak mulai mencoba suatu budaya baru yang sudah diedukasi kan oleh tenaga
kesehatan yang lebih ahli.
Upaya menambah tenaga kesehatan yang berasal dari daerah atau suku setempat
merupakan hal yang harus tetap diupayakan untuk meningkatkan aksesibilitas sosial
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (Williams, 2001). Hal ini merupakan salah satu
upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kompetensi
budaya pada tenaga kesehatan agar masyarakat setempat lebih percaya dengan orang
orang sesame suku dan ras nya. (Betancourt, Green, Emilio Carrillo, & Park,
2005;Betancourt et al., 2005).
Adapun menurut Menurut Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek, saat
memberikan keterangan pers usai pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) tahun 2018 di International Convention Center (ICE) BSD Tangerang,
Selasa siang (6/3), budaya tentunya juga termasuk salah satu faktor determinan yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan.

6. Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dengan Ny. Z


Dalam ilmu kesehatan komunikasi interpersonal ini disebut juga dengan
Komunikasi Teraupatik. Komunikasi terapeutik yang dilakukan bersifat langsung, si
perawat mengetahui keadaan dan tanggapan pasien saat itu, demikian juga pasien
mengetahui perhatian yang diberikan perawat (Wijaya, dkk, 1996:34).
Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi terapeutik, merupakan
komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
kegiatannya dipusatkan untuk penyembuhan pasien. (Wijaya, dkk, 1996:53).

25
Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dengan pasien
adalah mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara perawat dengan
pasien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi
dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

7. Berdasarkan kasus, kegiatan survey dan observasi seperti apa yang dapat
dilakukan seorang perawat untuk memperoleh data.
Pada kasus, data diperoleh dari data subjektif . Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian
(Nursalam,2008). Metode yang dilakukan masyarakat untuk memperoleh data subjektif
masyarakat pada kasus ialah dengan survey dan observasi.
a) Metode pertama yaitu survey yang dilakukan perawat biasanya dengan wawancara
langsung dengan klien. Dalam berkomunikasi saat survey wawancara ini, perawat
mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang
diistilahkan teknik komunikasi terapeutik. Teknik tersebut mencakup keterampilan
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal
termasuk pertanyaan terbuka maupun tertutup, jawaban dan memvalidasi respon
klien. Teknik non verbal termasuk mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan
kontak mata.
b) Metode kedua yaitu observasi yang merupakan pengamatan terhadap perilaku dan
keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan
klien. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang
dimiliki klien melalui kepekaan alat panca indra. Tidak selalu pemeriksaan yang
akan kita lakukan secara rinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap
harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan laporan klien atau
mengaburkan data (data yang diperoleh tidak murni). Contoh kegiatan observasi
pada kasus misalnya: Perawat melihat sendiri ibu yang baru melahirkan
melakukan sesuatu terhadap tali pusat bayi yang sudah lepas harus ditindih dengan
koin agar tidak bodong, lalu tradisi pakpak juga dilakukan oleh seorang ibu yang
mengunyah nasi terlebih dahulu sebelum di kasih ke bayi baru lahir agar bayinya
tumbuh sehat dan kuat.

26
Adapun Menurut Janu Purwono, 2010:
Dengan metode kelompok kecil Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaan pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan
(curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelumsemua peserta mencurahkan pendapatnya tidak boleh
dikomentari oleh siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya tiap
anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.
Menurut Tarwoto, & Wartono. (2015) :
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan cara
mengumpulkan sebanyak-banyaknya data untuk dianalisis. Tulisan ini didasarkan dengan
menganalisis berbagai karya penelitian, tulisan ilmiah yang berfokus pada „Metode
Pengkajian serta Pengumpulan Data dalam Keperawatan‟.

27
STEP 4 (Mind Mapping)

Perawat melakukan
survey dan observasi

Kepada masyarakat tentang


Kesehatan Ibu dan bayi

Ny. A berasal dari Tradisi pakpak Ny. Z dengan tradisi


suku jawa

Ibu mengunyah nasi Wanita habis melahirkan tidak


Tali pusat bayi yang terlebih dahulu sebelum boleh makan ikan karena ASI
sudah lepas harus ditindih diberikan ke bayi yang baru akan berbau amis, sehingga
dengan koin agar tidak lahir agar bayinya tumbuh ibu nifas akan pantang
bodong sehat dan kuat. makan ikan.

Masyarakat mengatakan kebiasaan ini sudah


ada sejak dahulu dan turun temurun dan
mengganggap kebiasaan ini tidak bertentangan
dengan kesehatan

Komunikasi Perawat Dengan Masyarakat


Dalam Konteks Sosial, Latar Belakang Budaya
(Cultural Diversity) Serta Keyakinan

28
STEP 5 ( Learning Objective)

1. Bagaimana tanggapanmu tentang keyakinan dan perilaku masyarakat pada kasus?

Pertukaran kebudayaan/keyakinan adalah hal yang sangat mungkin terjadi


diberbagai daerah karena siapapun yang datang dari suatu negara atau daerah sudah pasti
tidak akan terlepas dari budaya di mana ia lahir dan dibesarkan. Pertukaran budaya ini,
mungkin saja menimbulkan konflik. Konflik bisa diredam dengan lahirnya sebuah
kesadaran bahwa setiap orang harus bisa memahami budaya orang lain yang berbeda
budaya dengan dirinya.

Kita sebagai perawat juga tidak bisa menyalahkan penuh atas mitos mitos yang
sudh beredar di daerah tersebut, yang mana itu adalah keyakinan mereka yang harus kita
hargai walaupun itu keliru dalam dunia kesehatan, contohnya bayi yang baru lahir pusar
nya di tutup koin supaya pusarnya tidak bodong, kemudian ibu hamil tidak boleh makan
ikan. Itu semua adalah hal yang tidak dibenarkan didalam dunia kesehatan, yang dimana
contoh, ibu hamil tidak boleh makan ikan, tetapi kita tahu ikan adalah salah satu sumber
protein, tentu sangat penting untuk kesehatan janin. Itulah pentingnya edukasi dan
pendekatan bagi orang orang yang memang memerlukan edukasi contoh nya ibu
menyusui dan ibu hamil , supaya paham bagaimana dampak kedepannya jika mitos
tersebut masih dipatuhi.

2. Bagaimana cara perawat mengkomunikasikan terkait persepsi dan keberagaman


budaya yang ada di masyarakat agar tidak terjadi konflik?

Pada kasus diatas, perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik.

Menurut Stuart & Sundeen (1950) dalam Suciata menyatakan bahwa dalam sebuah
komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik tertentu. Teknik-teknik tersebut
antara lain:

a) Mendegarkan (listening)

29
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan nonverbal bahwa perawat
memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan
dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal
dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan penuh
perhatian adalah dengan: pandang klien ketika sedang bicara, pertahankan kontak
mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang
menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan, hindarkan
gerakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting
atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

b) Bertanya (question)

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik


mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama
pengkajian, ajukan pertanyaan secara berurutan.

c) Penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk


mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu
saja sebagai perawat, kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat
sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan
tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak
percaya.

d) Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk


mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan
benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti
klien.

e) Menyampaikan Hasil Observasi

30
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi
lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

31
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Perawat haruslah terlebih dahulu memiliki pengetahuan seputar budaya agar dapat
memberikan pelayanan terbaik. Oleh karena itu ketika perawat memberikan asumsi yang
salah atau berkebalikan dengan mereka yang berbeda (budaya) hal tersebut akan
mengakibatkan pelayanan keperawatan menjadi tidak efektif dan tidak berkualitas,
perawat perlu mempelajari budaya yang dianut oleh pasien.

Perawat perlu mengetahui tentang bagaimana kelompok masyarakat budaya


tertentu dalam memahami proses kehidupan, mendefinisikan sehat sakit,
mempertahankan kesehatan dan keyakinan mereka tentang penyebab penyakit dan
sebagainya.
Tuntutan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai provider dalam
mengimplementasikan asuhan keperawatan yaitu mempunyai kapabilitas menghadapi
tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang beraneka ragam latarbelakang,
mempunyai kapabilitas dalam bidang ethics dan menumbuhkan kepercayaan.

4.2. Saran

1) Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat memahami dan mempelajari lebih


dalam tentang komunikasi efektif dalam dunia keperawatan sebab komunikasi
merupakan bagi seorang perawat dalam menjalani asuhan keperawatan.
2) Diharapkan kepada pengajar materi ini agar bisa membimbing mahasiwa/i dengan
baik agar mahasiwa/i dapat memahami dengan mudah tentang konsep materi ini.
Dan yang paling penting adalah setelah mempelajari materi ini mahasiswa/i dapat
menerapkan komunikasi efektif dalam dunia keperawatan..

32
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Sarfika Rika, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawatan. Padang: Universitas Andalas.

Wahyu Nugroho,Abraham. 2009. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dan Pasien. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Hanifah Fiidin, Hasna. 2017. Mitos Kesehatan Dan Komunikasi Kesehatan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.

Suryani,Wahida. 2013. “Komunikasi Antar Budaya Yang Efektif” dalam Jurnal Dakwah Tabligh,
Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 91 - 100. Gorontalo: IAIN Sultan Amai.

Rahma,Nur. 2016. “Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien Di Puskesmas Antang
Perumnas Makassar”

Alo, Liliweri. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Anonim, 1990. American Nurses Association, 1990. Cultural Diversity in Nursing, ANA House of
Delegates.

Galanti, G A , 2000. An introduction to cultural differences. West J Med 2000; 172:335-336.

Jurnal KesMaDaska, 2014. http://www.culturdiversity./about.htm

Santrock, J. W. (1991), Pychology the Science of Mind and Behavior Third Edition. USA: Wm. C.
Brown Publicher.

https://kbbi.web.id/bodong

33
Warner Oswald, & Schoepfle, G. Mark, Systematic Fieldwork: Ethnographic Analysis and Data
Management, Journal of Ethnographic Analysis and Data Management, Vol. 1, Julie Ahern:
Sage Publication, 1987, hlm. 1-15.

Van Peursen, Strategi Kebudayaan (Jakarta: Kanisus, 1976). 11.

Etik Anjar Fitriarti, Komunikasi terapeutik dalam konseling, Skripsi, (Yogyakarta:Fakultas Ilmu
Sosisal dan Humaniora Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga)

Amru, 2012

(Clancy, C., & Tornber, D. (2007). TeamSTEPPS: assuring optimal teamwork in clinical settings.
Am J Med Qual, 22 (3): 214-217.)

Tarwoto, & Wartono. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Yogyakarta:
Salemba Medika Metode

Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek, saat memberikan keterangan pers usai pembukaan Rapat
Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2018 di International Convention Center (ICE)
BSD Tangerang, Selasa siang (6/3)

Maria Wilsa Prismeiningrum, Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kualitas Pelayana


Perawat, ( Universitas Negeri Semarang, 2015)

Liliweri, Alo. 2002. Makna Komunikasi Dalam Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta: PT Lkis


Pelangi Aksara, hlm. 18.)

Buku ajar keperawatan dasar komunikasi dalam keperawatan, andalas university,2018

Sudiharto, 2007, asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Clancy, C., & Tornber, D. (2007). TeamSTEPPS: assuring optimal teamwork in clinical settings. Am
J Med Qual, 22 (3): 214-217.

Atiqah Hamid (2013). Buku Lengkap Fiqh Wanita. DIVA Press. hlm. 170–179

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 8, No 1 Tahun 2020

34
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 91 – 100 di No author,Intercultural

Communication Tips, center for intercultural learning Canadian Foreign Service Institute, diakses
tanggal 28 oktober 2012.

Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA (PDF). Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 35. ISBN 978-979-068-219-1.

Clancy, C., & Tornber, D. (2007). TeamSTEPPS: assuring optimal teamwork in clinical settings. Am
J Med Qual, 22 (3): 214-217.

Krueger, R.A, 1988. Focus Group, A practical Guide for Applied Research, Sage Publication, The
International Professional Publisher, Newbury Park, London.

Debora Silalahi (2019), Jurnal Penelitian Magister Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 dan Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan – Vol. 18 No. 4 Oktober 2015: 347–354

35

Anda mungkin juga menyukai