PERILAKU KEORGANISASIAN
DISUSUN OLEH:
NUR AISYAH 220901500009
PUTRI NANDINI 220901500010
ARWINY ANDANA 220901501025
MUHAMMAD MUFLIH YUSBA 220901502018
FIDYA APRILIA 220901502019
HARIANTO 220901502024
AISYAH MAHARANI 220901502026
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu guna memenuhi
tugas mata kuliah Perilaku Keorganisasian dengan judul laporan “Mengidentifikasi
Macam-Macam Perilaku Organisasi Pada Beberapa Organisasi”. Tidak lupa pula
kami ucapkan salawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad Saw. sebagai
suri tauladan bagi seluruh umat manusia karena telah membawa umatnya dari
zaman jahiliyah (kebodohan) menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Selanjutnya, kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Nur Afni
Oktaviyah SE., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah “Perilaku
Keorganisasian” yang telah membimbing kami dalam proses pengerjaan hingga
penyelesaian laporan ini. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada teman-
teman khususnya anggota kelompok lima, karena telah meluangkan waktunya
untuk berpartisipasi dalam proses pengerjaan sampai ke tahap penyelesaian laporan
ini.
Terakhir, kami dari kelompok lima tentu sangat menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata. Maka dari itu, kami dengan senang hati secara terbuka untuk menerima
berbagai kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Hal tersebut tentu sangat
diperlukan sebagai bagian dari upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan
penyempurnaan untuk laporan-laporan selanjutnya di masa yang akan datang.
Penulis
Kelompok 5
ii
DAFTAS ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
2.5.1 Hasil Analisis Konflik Dan Negosiasi Dalam Ragam Organisasi ........ 13
iii
2.6.2 Kesimpulan ....................................................................................... 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi menjadi sangat menentukan bag manusia untuk berkarya,
menciptakan suatu pengharapan, dan memenuhi kebutuhan hidup seseorang
yang mendedikasikan dirinya pada suatu organisasi. Melalui organisasi
seseorang dapat memperoleh imbalan baik berupa materi maupun non
materi atau kepuasan tertentu yang apat memenuhi kebutuhan hidupnya
maupun keluarganya sampai batas tertentu sesuai aturan organisasi.
Organisasi dapat dikondisikan menjadi lingkungan tempt kehidupan
manusia yang berhubungan pada setiap aspek.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerja tim dalam organisasi tiap anggota kelompok 5?
2. Bagaimana komunikasi dalam organisasi tiap anggota kelompok 5?
3. Bagaimana kepemimpinan dalam organisasi tiap anggota kelompok 5?
4. Bagaimana kekuasaan dan politik dalam organisasi tiap anggota
kelompok 5?
5. Bagaimana konflik dan negosiasi dalam organisasi tiap anggota
kelompok 5?
6. Bagaimana budaya organisasi dalam organisasi tiap anggota kelompok
5?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana kerja tim dalam organisasi
tiap anggota kelompok 5.
2. Untuk mengatahui dan memahami bagaimana komunikasi dalam organisasi
tiap anggota kelompok 5.
3. Untuk mengatahui dan memahami bagaimana kepemimpinan dalam
organisasi tiap anggota kelompok 5.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana kekuasaan dan politik dalam
organisasi tiap anggota kelompok 5.
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konflik dan negosiasi dalam
organisasi tiap anggota kelompok 5.
6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana budaya organisasi dalam
organisasi tiap anggota kelompok 5.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerja Tim
Kerja sama tim memiliki peran yang sangat penting dalam
kesuksesan organisasi. Dalam konteks kerja sama tim, anggota tim saling
melengkapi dengan membawa beragam keahlian, pengetahuan, dan
pengalaman. Kerjasama memungkinkan tim mengatasi tugas-tugas yang
kompleks dengan pendekatan yang lebih holistik, karena setiap individu
memberikan kontribusi unik mereka. Tim yang berfungsi dengan baik mampu
memaksimalkan potensi individu dan menciptakan sinergi, di mana hasil
kolaboratif melebihi dari pada upaya individu. Selain itu, kerja sama tim
membangun hubungan interpersonal yang positif, meningkatkan komunikasi,
dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan
inovasi.
Peran kerja sama tim dalam organisasi tidak hanya terbatas pada
pencapaian tujuan bersama, tetapi juga menciptakan budaya organisasi yang
inklusif dan proaktif. Tim yang solid menciptakan saling percaya dan
mendukung, memotivasi anggota untuk memberikan yang terbaik dari diri
mereka. Pemecahan masalah yang terjadi dalam tim melibatkan pemikiran
kreatif dan perspektif yang berbeda, sehingga memperkaya pengambilan
keputusan. Selain itu, kolaborasi tim dapat merespons perubahan dengan
lebih cepat dan efektif, menghadirkan fleksibilitas yang diperlukan dalam
lingkungan bisnis yang dinamis. Dengan demikian, kerja sama tim bukan
hanya elemen penting dalam mencapai tujuan organisasi, tetapi juga
merupakan fondasi untuk budaya yang dinamis, inovatif, dan berorientasi
pada pertumbuhan.
3
bertanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan
individu dan organisasi bersama-sama.
2. Nur Aisyah, sama dengan Aisyah Maharani, di dalam
organisasinya, kelompok kerja sama tim dibentuk sendiri, kerja
sama penuh dilakukan secara bersama-sama tanpa adanya
pembagian penugasan, setiap anggota harus bertanggung jawab
masing-masing untuk mencapai tujuan individu dan organisasi
bersama-sama.
3. Fidya Aprilia, di dalam organisasinya dibagi menjadi beberapa
bidang atau divisi, setiap divisi memiliki tugas yang berbeda-beda
sehingga setiap divisi perlu mempertanggungjawabkan tugasnya
masing-masing. Setiap kegiatan dan tugas dalam organisasi
diawasi atau dibimbing oleh Pembina organisasi itu sendiri.
4. Putri Nandini, di dalam organisasinya kerja sama tim sangat
dibutuhkan dan diutamakan dan dilakukan seluruhnya bersama-
sama, seperti dalam satu kegiatan pelatihan advokasi. Setelah
pelatihan dilakukan evaluasi melalui forum diskusi kelompok,
yang dimana setiap peserta didalamnya harus ikut serta dalam
pengambilan keputusan dalam diskusinya.
5. Arwiny Andana, di dalam komunitasnya dilakukan suatu kerja
sama tim untuk mencapai suatu tujuannya yaitu mengembangkan
skill anggota dengan melakukan sparing dengan club sehingga
terjalin kerja sama yang positif antara satu sama lain. Kerja
samanya juga didasarkan pada adanya kepercayaan satu sama
lain, dan adanya evaluasi kerja yang dilakukan.
6. Harianto, di dalam organisasinya dibentuk sebuah kerja sama tim,
yang dimana organisasi membagi beberapa kelompok atau tim
kemudian bersama-sama melakukan kegiatan dengan penuh
koordinasi dan kerja sama untuk menciptakan hasil sesuai dengan
yang diinginkan.
7. Muhammad Muflih Yusba, di dalam komunitasnya dilakukan
kerja sama tim, yang dimana organisasi ini membagi kelompok
4
berdasarkan tingkat kemampuan setiap individu. Dalam
kelompoknya diberi tugas kemudian diselesaikan secara bersama
dengan teman kelompok.
2.1.2 Kesimpulan
Dalam laporan ini, akan dibahas variasi perilaku organisasi di
beberapa organisasi, yaitu organisasi dari masing-masing anggota
kelompok 5. Laporan akan merangkum kecenderungan perilaku
organisasi, mencakup aspek seperti kerja tim (kelompok vs tim),
komunikasi, kepemimpinan, kekuasaan dan politik, konflik serta
negosiasi, dan budaya organisasi.
2.2 Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi merujuk pada pertukaran informasi,
ide, gagasan, dan instruksi antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan
bersama. Ini melibatkan proses penyampaian dan penerimaan pesan yang
melibatkan elemen-elemen seperti pembicara (pengirim), pesan, saluran
komunikasi, penerima (penerima pesan), dan umpan balik.
5
yang inspiratif dan memberikan umpan balik positif atas
pencapaian.
5. Peningkatan Keterbukaan, Komunikasi membuka jalur untuk
pertukaran gagasan dan umpan balik, meningkatkan keterbukaan
dalam organisasi dan mengurangi ketidakpastian.
6. Pembentukan Budaya Organisasi, Komunikasi membentuk dan
mempertahankan budaya organisasi dengan menyebarkan nilai,
norma, dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh anggota.
7. Efisiensi Operasional, Komunikasi yang lancar memastikan
informasi yang diperlukan dapat disampaikan dengan cepat dan
akurat, meningkatkan efisiensi operasional.
8. Keterlibatan Karyawan, Komunikasi yang baik meningkatkan
keterlibatan karyawan dengan menyediakan platform untuk
partisipasi, memberikan mereka rasa kepemilikan terhadap tujuan
dan proses organisasi.
9. Pengelolaan Perubahan, Komunikasi efektif sangat penting saat
menghadapi perubahan organisasi. Ini membantu anggota untuk
memahami, menerima, dan beradaptasi dengan perubahan
tersebut.
10. Pemeliharaan Citra dan Reputasi, Komunikasi yang tepat dapat
membantu menjaga citra positif dan reputasi organisasi di mata
Karyawan, Pelanggan, Dan Pemangku Kepentingan Lainnya.
6
atau hal yang terjadi dalam organisasi tersebut. Dalam organisasi ini
menggunakan arah komunikasi arah ke bawah, dimana ketua
organisasi menginformasikan langsung kepada para anggotanya
terhadap hal-hal apa saja yang harus dilakukan sebagai anggota.
Sedangkan Model komunikasi dalam organisasi ini berbentuk
komunikasi lisan dan juga tulisan.
Oleh Harianto
7
Elevating Zeniths of Proficiency and Zest English Communit
8
bidang dan ketua bidang akan menginformasikan kepada sekretaris
bidang agar memberitahu kepada anggota terkait permasalahan dan
agenda yang akan dilaksanakan dan sedang terjadi.
2.2.3 Kesimpulan
Dalam konteks organisasi, peran komunikasi sangat vital.
Komunikasi berperan dalam mengoordinasikan langkah-langkah
organisasi, menjaga keterbukaan untuk meningkatkan inovasi, dan
menyelesaikan masalah dengan efektif. Model komunikasi dipilih
berdasarkan kebutuhan unik setiap entitas, dengan tujuan utama
mencapai keselarasan dalam mencapai tujuan bersama. Komunikasi
bukan hanya sarana informasi, tetapi juga fondasi untuk membangun
budaya organisasi yang sehat dan adaptif, memungkinkan organisasi
untuk berkembang dalam menghadapi perubahan dan mencapai
keberlanjutan.
2.3 Kepemimpinan
Menurut (Dwi & Herachwati, 2007), kepemimpinan adalah
kemampuan untuk membujuk sekelompok orang untuk mengejar tujuan,
mendorong suatu kelompok untuk mengejar tujuannya. Sedangkan menurut
(Paul & Blanchard, 1995), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam keadaan
tertentu. Jadi, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan untuk
mendorong sebuah kelompok menuju pencapaian atau tujuan yang sudah
ditetapkan.
9
2.3.1 Hasil Analisis Kepemimpinan Dalam Ragam Organisasi
1. LDF SC AL HUDA BEM FEB UNM. Organisasi ini merupakan
organisasi keagamaan yang mana pemimpin dalam organisasi ini
adalah tipe yang memberikan arahan dan dukungan kepada
anggota. Mereka mengajak anggota untuk mengikuti norma dan
budaya organisasi, memberikan apresiasi, dan tetap terbuka tanpa
menghukum, bahkan ketika anggota membuat kesalahan, serta
sangat mengedepankan semua aturan dan hal-hal yang perlu
dilakukan dalam organisasi tanpa melupakan untuk mengepankan
sifat dan perilaku yang terbuka kepada para anggotanya.
2. AGENT OF CHANGES SPENSAS. Komunitas ini berada pasa
bidang pelatihan perlindungan anak dan perempuan. Gaya
kepemimpinan dalam komunitas ini bersifat Demokratis, yang
sangat menghargai pendapat dan tidak otoriter. Dalam forum
organisasi ini, setiap pendapat yang diberikan dari siapapun itu
sangat penting dan diperlukan, juga keterbukaan antara satu sama
lain merupakan hal yang diwajibkan.
3. Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Makassar (HIMA AKSI FE UNM). Organisasi ini
merupakan organisasi kemahasiswa. Gaya kepemimpinan di
dalam organisasi ini yaitu pemimpin selalu identik dengan
tanggung jawab. Kita diajarkan untuk bertanggungjawab atas
segala tindakan anggota dan saya turut bertanggungjawab atas
apa yang mereka dapatkan selama kegiatan berlangsung.
4. PB (Persatuan Bulutangkis) Malindo. Komunitas ini merupakan
komunitas olahraga bulutangkis. Pemimpin PB Malindo
merupakan pemimpin yang transaksional karena mampu
membimbing dan memotivasi anggotanya menuju tujuan yang
ingin dicapai dan menjelaskan peranan serta tugas yang harus
dilakukan masing-masing anggotanya dengan jelas, serta tak lupa
mengajarkan etika pada anggotanya, siap melayani anggotanya
bahkan dengan melampaui kepentingan dirinya sendiri demi
10
membantu anggotanya bertumbuh dan berkembang.
5. World Cleanup Day Sulawesi Selatan. Komunitas ini merupaka
komunitas yang meyuarakan aksi bersih-bersih lingkungan.
Gaya kepemimpinan dari komunitas ini terbuka asalkan
komunikasi di dalam tim tetap berjalan lancar dan sesuai, dengan
itu maka lingkungan kerja yang efisien dan kolaboratif dapat
tercipta.
6. Elevating Zeniths of Proficiency and Zest English Community.
Komunitas ini merupakan komunitas Bahasa Inggris. Sistem
kepemimpinannya hanya Founder & co founder yang memegang
kendali secara penuh. Adapun yang terjadi di dalam kegiatan
Fonder memilih anggotanya yang bisa menjadi leader
(pemimpin) didalam kelompok yang telah dibagi berdasarkan
kemampuan Bahasa inggrisnya, kemudia leader ini lah yang akan
mengajarkan kepada kelompoknya mengenai materi yang akan di
bahas pekan ini.
2.3.2 Kesimpulan
Setiap organisasi/komunitas memiliki tujuan yang bebeda-beda dan
juga gaya kepemimpinannya masing-masing. Tetapi kesamaan yang
dimiliki yakni setiap organisasi berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai.
11
diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang
kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.
Politik dan kekuasaan dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan
individu karyawan dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi.
12
politik seperti menahan informasi terkadang terjadi, dimotivasi
oleh keinginan untuk memenangkan pertandingan sendiri.
6. Dari Nur Aisyah, jenis kekuasaan yang diterapkan dalam
organisasi ini adalah kekuasaan pribadi, terutama kekuasaan
karena keahlian. Ketua organisasi dipilih karena pengetahuannya
yang luas dalam agama dan keterampilan berdakwah. Pengaruh
kekuasaan ini membentuk sikap dan perilaku yang positif dalam
organisasi.
7. Dari Aisyah Maharani, organisasi ini menekankan kekuasaan
personal yang berasal dari pengetahuan dan keahlian. Ketua
organisasi dipilih berdasarkan keterampilan berdakwah dan
kemampuan membaca Al-Qur'an, menjadi contoh bagi anggota
dan mencapai tujuan organisasi dengan efektif.
2.5 Konflik Dan Negosiasi
Menurut Umam (2010: 323), konflik berasal dari bahasa Latin
"confligo," yang terdiri dari dua kata, yakni 'con', yang berarti bersama-
sama, dan 'fligo', yang mengacu pada pemogokan, penghancuran, atau
peremukan. Definisi konflik menurut Frost dan Wilmot (1978: 9),
sebagaimana diutarakan dalam Pace dan Faules (2010: 369), merujuk pada
suatu "perjuangan yang diekspresikan antara setidaknya dua pihak yang
saling bergantung, yang mengalami persepsi tujuan yang tidak sepadan,
keterbatasan imbalan, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan
mereka." Mc.Shane dan Glinow (2010: 333) menyatakan bahwa beberapa
penyebab konflik melibatkan tujuan yang tidak sejalan, perbedaan, saling
ketergantungan, sumber daya yang terbatas, aturan yang ambigu, dan
masalah komunikasi. (Wijaya Candra, 2017).
13
dari komunikasi tidak sinkron, tapi anggota berusaha
menghindari konflik dan kembali ke perilaku positif. Penanganan
konflik dilakukan melalui negosiasi, dengan pendekatan
integratif untuk mencapai kesepakatan bagi semua pihak.
2. Arwiny Andana, Dalam komunitas ini menggambarkan bahwa
konflik dalam komunitas, seperti dalam olahraga, sering bermula
dari pertentangan atau ketidaksesuaian karena kesalahpahaman
komunikasi. Proses penyelesaiannya melibatkan kesadaran, niat
untuk berkompromi, dan negosiasi. Tahap negosiasi mencakup
persiapan, definisi aturan dasar, klarifikasi, perundingan, dan
penutupan dengan implementasi solusi. Keberhasilan
penyelesaian terlihat dari hasil akhir apakah pertentangan
emosional berhasil diatasi atau tidak. Penengah atau mediator
memegang peran kunci dalam menciptakan ruang untuk
komunikasi efektif dan solusi yang adil bagi semua pihak.
3. Fidya Aprilia, Konflik yang muncul dalam organisasi ini terutama
berkaitan dengan pembullyan atau perundungan di lingkup
sekolah, kadang-kadang juga mencakup permasalahan yang
terjadi di lingkungan tempat tinggal. Penyelesaiannya melibatkan
proses diskusi dan pembahasan materi terkait konflik. Tahapan
penyelesaian melibatkan pemberian nasihat/pembelajaran,
komunikasi serius dengan pihak terkait, dan tindakan langsung
untuk menangani konflik. Pendekatan ini bertujuan untuk
menangani konflik secara bertahap dan menyeluruh.
4. Harianto, Dalam konteks organisasi WCD Sulsel, terdapat dua
kendala utama yang perlu diperbaiki. Pertama, ada masalah
pengelolaan dana dalam laporan keuangan yang tidak selalu
terkontrol, memerlukan peningkatan sistem pengawasan
keuangan. Kedua, negosiasi dengan penyumbang dan sponsor
sulit karena kurangnya insentif untuk mendukung pembersihan
lingkungan. Diperlukan upaya meningkatkan motivasi dan
membangun hubungan yang kuat dalam proses negosiasi, serta
14
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pendidikan.
Pendekatan holistik diharapkan dapat membantu organisasi
mengatasi hambatan ini dan mencapai tujuan pembersihan
lingkungan dengan lebih efektif.
5. Muhammad Muflih Yusba, Konflik dalam "Elevating Zeniths of
Proficiency and Zest English" tidak memerlukan respons yang
serius, karena bersifat sebagai perbedaan pendapat pribadi
mengenai persetujuan atau ketidaksenangan terhadap suatu
gagasan. Proses negosiasi diarahkan untuk menyatukan kedua
pandangan sehingga dapat dicapai kesimpulan atau pernyataan
yang menggabungkan ide-ide dari kedua belah pihak.
6. Nur Aisyah, Dalam organisasi ini, terjadi konflik tugas,
hubungan, dan proses. Konflik tugas karena kurangnya tanggung
jawab, konflik hubungan akibat perbedaan pendapat, dan konflik
proses terkait hambatan dalam penyelesaian tugas. Konflik
intragrup sering muncul, mempengaruhi atmosfer dan hubungan
dalam tim. Organisasi berusaha menghindari konflik
berkepanjangan dengan mempromosikan etika berorganisasi.
Proses konflik dimulai dari komunikasi yang tidak sejalan,
menciptakan ketegangan dan perilaku tidak terkontrol.
Penanganan melibatkan nasihat saling, kembalinya perilaku yang
baik, dan usaha menghindari situasi pemicu konflik. Negosiasi
menjadi kunci penyelesaian, dengan pendekatan integratif.
Organisasi berkomitmen untuk mencapai kesepakatan yang
mendukung kerjasama dan pencapaian tujuan bersama.
7. Putri Nandini, Mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar
menggelar aksi unjuk rasa sebagai respons terhadap berbagai isu
di kampus, seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai,
jam malam berkegiatan di beberapa fakultas, dan masalah
bangunan kampus yang belum selesai. Aksi ini dilakukan untuk
menyuarakan keresahan mahasiswa dan mendorong dialog
15
dengan pihak birokrasi kampus guna mencari solusi terhadap
problematika yang dihadapi.
2.5.2 Kesimpulan
Secara Garis besar dari beberapa pengalaman yang dialami oleh
teman teman di suatu organisasi kita dapat mengetahui bahwa
semuanya mencakup beragam konteks organisasi dan situasi konflik.
Ada penekanan pada berbagai tipe konflik seperti konflik tugas,
hubungan, dan proses dalam organisasi. Solusi untuk mengatasi
konflik melibatkan pendekatan melalui rapat, komunikasi terbuka,
dan negosiasi, dengan harapan mencapai kesepakatan yang
memuaskan semua pihak. Beberapa pendapat teman-teman juga
menyoroti kendala spesifik, seperti pengelolaan dana, negosiasi
dengan pihak luar, dan permasalahan di lingkup sekolah. Upaya
penyelesaian konflik diilustrasikan dengan berbagai pendekatan,
termasuk pendekatan holistik dan partisipasi aktif melalui aksi unjuk
rasa. Kesimpulannya, setiap organisasi memiliki dinamika konflik
yang berbeda, dan penanganannya memerlukan pemahaman
mendalam serta keterlibatan semua pihak terkait.
16
2.6.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kami terhadap budaya organisasi dari
anggota kelompok, kami menemukan bahwa terdapat beberapa
karakteristik budaya di dalam sebuah organisasi yaitu:
1. Solidaritas/Menjunjung tinggi Persaudaraan
Solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para
anggota dan juga pemimpin dalam suatu kelompok atau
komunitas,salah satu bentuk solidaritas adalah kekompakan
dalam kerja sama atau gotong royong. Seperti pada organisasi
Word Cleanup Day Sulawesi Selatan, Hima aksi feb unm, dan PB
(Persatuan Bulutangkis) Malindo, dimana budaya mereka seperti
salim, makan bersama, menyambut angkatan baru dan juga
melakukan pendekatan holistik. Tentunya hal ini mengandung
makna dan juga tujuan yang sama agar dapat mempererat jiwa
persaudaraan antar satu sama lain.
2. Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Agama
Seperti pada budaya organisasi LDF SC AL-HUDA BEM
FEB UNM. Sebagai organisasi keagamaan, organisasi ini
menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan islam
a) Menunjukkan akhlak dan perilaku yang baik sesuai ajaran
Nabi Muhammad Saw.
b) Bertutur kata yang sopan dan tidak menampilkan gambar
tanpa konteks.
c) Melaksanakan segala aktivitas dalam organisasi sesuai
dengan syariat islam.
Budaya ini bertujuan agar terciptanya organisasi yang berpegang
teguh pada syariat dan adat istiadat islam.
3. Orientasi Tim yang terbuka dan partisipatif
Orientasi tim bisa diartikan sebagai kegiatan kerja yang
diorganisasikan sekitar anggota organisasi, tidak hanya pada
individu untuk mendukung kerjasama. Organisasi yang terbuka
dan partisipatif ditandai dengan adanya pencapaian yang lebih
tinggi dan saling percaya pada bawahan atau anggota organisasi.
17
Seperti pada organisasi Agent of Changes Spensas dan Elevating
Zeniths of Proficiency and Zest English Community yang dimana
mereka memiliki budaya yang terbuka dan transparan dalam
berkomunikasi, penyelesaian masalah bersama serta memiliki
kebijakan dan prosedur yang merefleksikan nilai serta tujuan
mereka.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku organisasi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu
organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual,
kelompok, kinerja merupakan penampilan hasil kerja yang baik secara
kuantitas maupun kualitas. Mempelajari perilaku keorganisasian bertujuan
untuk memahami, meramalkan, dan mengendalikan perilaku dalam
organisasi. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengembangkan cara
berpikir tentang kejadian di lingkungan organisasi. Identifikasi pola
kejadian yang berulang memungkinkan kita mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan yang mempengaruhi perilaku, penting untuk memprediksi
situasi di masa depan dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi kerja
lingkungan.
3.2 Saran
untuk meningkatkan perilaku keorganisasian melibatkan pembinaan
budaya kerja yang positif, peningkatan komunikasi antaranggota tim, dan
pengelolaan konflik dengan bijak. Juga, memberikan insentif yang sesuai
dapat meningkatkan motivasi individu, sehingga mendukung efisiensi dan
efektivitas organisasi secara keseluruhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku Organisasi (Edisi 16). Jakarta:
Salemba Empat.
Wijaya, I. S. (2013). Komunikasi interpersonal dan iklim komunikasi dalam
organisasi. Jurnal Dakwah Tabligh, 14(1), 115-126.
Wijaya Candra. (2017). Perilaku Organisasi (Chaniago Nasrul Syakur, Ed.; 2017th
ed.). Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
20