Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL DISKUSI

“KONSEP KOMUNIKASI PADA REMAJA”


Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Komunikasi Keperawatan
yang dibimbing Dosen:
Ns. Agus Sumarno, S.Kep, M.Pd

Disusun Oleh:

Widiastuti (1720180036)
Ilham (1720180037)
Hanna Vania C (1720180047)
Shella Tiara A (1720180049)
Sherly Ayu A (1720180054)
Desya Viviari (1720180056)

UNIVERSITAS ISLAM AS – ASYAFI’IYAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN
2018/2019
Daftar Isi

Halaman Judul...................................................................................................................

Kata Pengantar ..................................................................................................................1

Daftar Isi............................................................................................................................. 2

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................3

Bab II Pembahasan ...........................................................................................................4

2.1 Konsep Dasar Komunikasi ......................................................................................5


2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ......................................................... 7
2.3 Faktor Yang Memengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ......................... 7
2.4 Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ......................................................... 8
2.5 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ............................................9
2.6 Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ....................................................13
2.7 Strategi Pelaksanaan (tahap-tahap) Komunikasi Terapeutik Pada Remaja .............16
2.8 Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ....................................................17
2.9 Role Play Komunikasi Terapeutik Pada Remaja.....................................................18

Bab III Penutup .................................................................................................................21

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................21


4.2 Saran ........................................................................................................................21

Daftar Pustaka ...................................................................................................................22

Konsep Komunikasi Pada Remaja 2


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan
untuk melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja
untuk setiap anak terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak
remaja mulai mengalami beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan
identitas mereka sendiri secara individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis ,
menghadapi tekanan dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan
jenis, dan lain sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya
kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun
perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk
mengatasinya?
Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat penting
dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin
dengan baik. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif orang tua perlu
memahami karakteristik remaja.
Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan
remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan selanjutnya orang
tua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya. Agar tindakan yang
diberikan perawat bisa berjalan lancar, perawat perlu menerapkan strategi
pelaksanaan di setiap tindakan keperawatan. Pada makalah ini, kami akan
membahas mengenai komunikasi terapeutik pada klien remaja.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari komunikasi?
b. Apa itu remaja?
c. Bagaimana tahap perkembangan remaja?
d. Apa tujuan komunikasi terapeutik pada remaja?
e. Apa saja faktor yang memengaruhi komunikasi terapeutik pada remaja?
f. Apa saja hambatan komunikasi terapeutik pada remaja?
g. Apa saja prinsip komunikasi terapeutik pada usia remaja?

Konsep Komunikasi Pada Remaja 3


h. Apa saja teknik komunikasi terapeutik pada remaja?
i. Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja?
1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai Konsep Komunikasi Pada
Remaja.
b. Mendapat pengetahuan baru yang dapat dikembangkan dan di
implementasikan pada profesi keperawatan mengenai Konsep Komunikasi
Pada Remaja.
c. Memenuhi nilai tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 4


BAB II

Pembahasan

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik Pada Remaja


a. Definisi Komunikasi
Komunikasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan adalah hal yang
paling esensial. Komunikasi menjadi alat kerja utama bagi perawat dalam
rangka memberikan pelayanan yang terbaik. Bagi seorang perawat, hal ini
cukup beralasan karena perawat selalu bersama dan berinteraksi dengan
pasien selama 24 jam secara terus-menerus dan berkesinambungan mulai
awal kontak sampai akhir. Komunikasi dalam praktik keperawatan dapat
menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi
terapeutik akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan
memberikan kepuasan serta meningkatkan citra profesi keperawatan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat
dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk
membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.
b. Definisi Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial. Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja merupakan
masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20
tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan
berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu :
1) Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah
bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun
anak laki-laki.
2) Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah
berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 5


3) Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
c. Tahap Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja yakni sebagai berikut:
1) Remaja awal/early adolescent (10-12 tahun)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis
ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal
ini sulit dimengerti. Selain itu remaja awal memiliki sifat psikologi yaitu:
Krisis identitas, jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk
ekspresi diri, pentingnya teman dekat/sahabat, berkurangnya rasa hormat
terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar, menunjukkan kesalahan
orangtua, mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,
kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan terdapatnya pengaruh
teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.
2) Remaja madya/middle adolescent (13-15 tahun)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang
kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan
dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu
memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja
pria harus membebaskan diri dari oedipuscomplex (perasaan cinta pada
ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan- kawan.
3) Remaja akhir/late adolescent (16-19 tahun)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal yaitu:

Konsep Komunikasi Pada Remaja 6


a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman- pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah sebagai
berikut:
1) Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
2) Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar
3) Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah
4) Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara
5) Membantu remaja menyelesaikan masalah
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu sebagai
berikut:
1) Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung
secara efektif
2) Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung
secara efektif
3) Sikap
Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak
berlangsung efektif
4) Usia tumbang dan status kesehatan remaja
Bila ingin berkomunikasi, maka harus sesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung efektif
5) Saluran

Konsep Komunikasi Pada Remaja 7


Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan
ke komunikan dengan baik
6) Lingkungan
Lingkungan juga sangat berperan penting dalam berkomunikasi, semakin
bagus/indah lingkungan yang ditempati maka dalam berinteraksi akan terasa
nyaman dan aman.
2.4 Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi, orang tua ingin
segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang orang tua
sering lakukan seperti:
a. Cenderung lebih banyak bicara daripada mendengarkan
b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat
d. Berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang
dialami remaja
e. Memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat
f. Mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya
2. Kunci Pokok Berkomunikasi Dengan Remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang
beranjak dewasa seperti:
a. Mendengar Supaya remaja mau berbicara
b. Menerima dahulu perasaan remaja
c. Bicara supaya di dengar.
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya
yang diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu
meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak
sebagai lawan bicara.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 8


b. Bagaimana Memahami Perasaan Remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima dulu
perasaaan dan ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami
masalah, agar ia merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan
dengan orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya
dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah
Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku
anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung
tidak membedakan antara anak dan perilakunya sehingga membuat anak
mereka disalahkan, direndahkan dan disudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai
akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku
mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya akan
mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga
anak akan merasa nyaman.
b. Menentukan Masalah Siapa
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita
perlu mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena:
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua
masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam
memecahkan masalahnya sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Remaja perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa yang punya masalah harus
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah
masalah remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif.
2.5 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Konsep Komunikasi Pada Remaja 9


Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi ini
remaja banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi.
Remaja sering tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya
dan cenderung tertekan. Hal ini akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja
terutama komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Terkait
dengan permasalahan di atas, dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau
orang dewasa lain harus mampu bersikap sebagai “sahabat” untuk remaja.
Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang
selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan.
Beberapa teknik yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, yaitu
sebagai berikut:
1) Menjadi pendengar aktif
Seorang perawat harus mampu untuk menjadi pendengar yang aktif.
Menjadi pendengar yang aktif disini adalah memiliki konsentrasi dan
perasaan yang baik dengan menggunakan seluruh indra dengan tujuan untuk
menerima segala jenis keluhan, komplain, aduan ataupun protes dari setiap
pasien remaja.

Cara untuk menjadi perawat pendengar aktif antara lain adalah:

a. Membuat kontak mata dengan pasien dan berusaha menatap wajah


pasien ketika pasien berbicara
b. Jangan melalukan gerakan yang tidak diperlukan, tapi lakukanlah
gerakan ketika perawat merasa pasien butuh sentuhan. Seperti misalnya
dengan mengusap tangan, mengusap wajah atau menggenggam tangan
pasien.
c. Berikan jawaban setiap pasien bertanya, misalnya dengan langsung
berbicara atau hanya sekedar menggerakkan kepala pertanda kamu
mendengarkan pasien.
d. Hadapkan atau arahkan tubuh kepada pasien, dan usahakan untuk tidak
membelakangi pasien ketika berbicara

Konsep Komunikasi Pada Remaja 10


2) Menerima informasi
Menerima informasi merupakan sebuah langkah yang bertujuan untuk
mendukung segala informasi yang kamu terima dari pasien. Beberapa cara
ataupun langkah-langkah yang harus kamu lakukan untuk menunjukkan
bahwa kamu menerima informasi dari pasien adalah :

a. Ketika pasien bertanya, maka jawablah pertanyaan pasien tersebut sesuai


dengan pengetahuan kamu. Pada saat kamu menjawab pertanyaan pasien,
maka disitu kamu sudah melakukan klarifikasi apakah kamu mengerti
dengan pertanyaannya atau tidak. Jika mengerti, maka cobalah untuk
menjawab pertanyaannya.
b. Usahakan untuk tetap fokus pada topik yang dimulai oleh pasien, dan
kembalikan pembicaraan ketika kamu merasa bahwa pasien sudah tidak
membahas topik yang utama tadi.
c. Lakukanlah observasi terhadap pasien, misalnya dengan mengamati
tingkah laku, gerak gerik, ekspresi wajah hingga cobalah untuk memahami
perasaan pasien

3) Bercerita
Memposisikan diri seorang perawat menjadi seorang sahabat pasien di
usia remaja dengan cara bercerita. Melalui cara ini pesan yang akan
disampaikan kepada remaja dapat mudah diterima. Cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan.
4) Diam
Ketika pasien sedang berbicara, maka usahakanlah untuk tidak berbicara
dengan orang lain, atau bahkan diamlah sesaat dan dengarkan seluruh
informasi yang diberikan oleh pasien. Ketika kamu diam pada saat pasien
berbicara, maka pasien akan merasa bahwa kamu mau menunggu dirinya
selesai berbicara dan dia akan merasa dihormati. Tapi, diam juga tidak boleh
kamu lakukan terlalu lama karena akan membuat pasien menjadi khawatir
kepada kamu.
5) Memberi penghargaan

Konsep Komunikasi Pada Remaja 11


Teknik yang selanjutnya yang harus dipelajari oleh seorang perawat
adalah mencoba untuk mampu memberikan penghargaan ketika percakapan
atau komunikasi sudah berakhir. Misalnya dengan memberikan semangat atau
memberikan respon-respon yang sepertinya diharapkan oleh pasien. Dengan
memberikan penghargaan kepada pasien, maka pasien akan merasa dihargai,
dihormati dan dirawat dengan baik.

6) Membuka komunikasi
Ketika seorang pasien ingin menyampaikan sebuah informasi, namun ia
masih ragu untuk mengutarakannya, maka seorang perawat harus mampu
untuk membuka komunikasi. Membuka komunikasi akan membuat
komunikasi yang terjadi memiliki sifat terbuka dan tidak ada saling tutup
menutupi, sehingga pasien akan secara terus terang dan berkata jujur untuk
memberikan seluruh informasi kepada perawat yang merawatnya. Membuka
komunikasi bisa dengan melakukan beberapa cara seperti :
a. Mendorong pasien untuk meneruskan komunikasi
b. Menunjukkan sikap bahwa kamu selaku perawat mau mendengarkan
dirinya
c. Memotivasi diri pasien untuk terbuka dan membuka diri
d. Mendominasi komunikasi dengan tujuan untuk memancing respon pasien
7) Memberikan humor
Memberikan humor atau bahan bercandaan adalah salah satu hal
terpenting yang harus bisa dipelajari dan diaplikasikan oleh seorang perawat.
Sebuah bahan bercandaan yang berhasil membuat pasien tertawa akan
menunjukkan sebuah keberhasilan perawat dalam memberikan ketenangan
dan kebahagiaan bagi pasien.
Adapun beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk mendukung teknik
komunikasi terapeutik pada remaja yaitu:
1) Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan remaja
menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap
kepercayaan kita pada pasien remaja.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 12


2) Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi pasien dan orang
tua.
3) Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa
suka dan menghargai klien. contohnya: senyum pada saat yang tepat,
melakukan jabat tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana
psikologis antara perawat dengan remaja. Berikut suasana yang mendukung
dalam komunikasi pada remaja:
1. Suasana hormat menghormati
Remaja akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan
pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, suasana pikiran, gagasan, sistem nilai yang dianut perlu
dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka karena dapat
menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif tergali.
2.6 Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan
komunikasi yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam
menafsirkan pesan yang kita terima. Hal ini terjadi karena setiap manusia
mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu :
1) Hambatan fisik
a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten

Konsep Komunikasi Pada Remaja 13


Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara,
tetapi dengan aktifitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita,
mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
b. Gangguan noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi,
jarak jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta)
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan
sebagainya yang dialami oleh seorang remaja. Terimalah mereka apa
adanya, mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali.
Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya
mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja
tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan
sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa
yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik
bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas
belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk
Kesulitan orang memahami materi yang disampaikan karena komunikator
tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab,
melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu
teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak memberikan
kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu lngsung dijawab oleh
komunikator.
f. Kurang menguasai materi
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi professional salah satu maknanya
adalah menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi untuk
meluas.
g. Kurang persiapan

Konsep Komunikasi Pada Remaja 14


Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat
optimal jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.
2) Hambatan psikologis
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai
denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat
berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang
kurang benar.
c. Menilai sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada
seorang remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita
cenderung mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi.
Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
e. Kecurigaan
Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah berpikir
baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator
curiga pada komunikan akan membawa suasana pembelajaran tidak
kondusif.
f. Tidak jujur
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita
harus jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang tidak tahu.
g. Tertutup

Konsep Komunikasi Pada Remaja 15


Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran,
sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam prose situ diperlukan
kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
h. Dekstuktif
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja.
Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap dekstruktif itu muncul,
lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang
berlaku.
i. Kurang dewasa
Kita perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan
ketika kita berbicara dengan anak, karena kita berkomunikasi dengan
seorang remaja yang mampu tetapi ada hambatan psikologi.
3) Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
2.7 Strategi Pelaksanaan (Tahap-Tahap) Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Berikut tahap-tahap dalam melaksanakan suatu komunikasi terapeutik pada
remaja:
1) Tahap prainteraksi
Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah yang ada.
2) Tahap perkenalan
a. Memberi salam dan senyum pada klien
b. Melakukan validasi
c. Mencari kebenaran data yang ada
d. Mengobservasi
e. Memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu
f. Menjaga kerahasiaan klien.
3) Tahap kerja

Konsep Komunikasi Pada Remaja 16


a. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu
tentang hal yang kurang dimengerti dalam berkomunikasi.
b. Menanyakan keluhan utama.
c. Saat berkomunikasi dengan klien remaja, usahakan berdiskusi atau curah
pendapat seperti teman sebaya.
d. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
e. Jaga kerahasiaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
f. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam bersikap
dewasa).
4) Tahap terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil.
b. Memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan
c. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
2.8 Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja)
sebenarnya lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara
tentang masalah yang kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita
tidak bisa memindahkan alur pembicaraan, mengatur dan memegang kendali
secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal
yang ia bicarakan.
Contoh respon yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya
yang bisa menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam,
memperingatkan, memerintah, menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan,
menasehati, menyelesaikan masalah, menghindar, mengalihkan perhatian,
menertawakan, mendesak memberi kuliah, mengajari, mencemooh, membuat
malu, menyelidiki dan mengusut.
Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja
berikut ini:
1. Komunikasi terbuka.
2. Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang
mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan, sediakan waktu untuk
remaja dalam menyampaikan pendapatnya.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 17


3. Mendengar aktif artinya tidak hanya sekedar mendengar tetapi juga
memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan
refleksikan emosi yang ditunjukkan.
4. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika
sedang tidak bisa, katakan terus terang daripada anda tidak fokus dan
memutus komunikasi dengan remaja.
5. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan
karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Remaja
sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain
termasuk orang tuanya.
6. Utarakan perasaan anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan
jangan memarahi atau membentak.
7. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya.
8. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal-
sinyal emosi dari bahasa tubuhnya.
9. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada
aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
10. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.
2.9 Role Play Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Berikut contoh skenario percakapan komunikasi terapeutik sesuai dengan fase-
fase komunikasi:
Kondisi Pasien :
Remaja usia 15 tahun, keluhan utama sering menangis, tidak bisa tidur nyenyak
dan sering terbangun di malam hari. Anak mengatakan tidak bisa konsentrasi
belajar, malas untuk ke sekolah dan merasa malu karena telah gagal. Keadaan ini
terjadi setelah anak kalah berkompetisi dengan temannya.
Masalah Keperawatan:
Krisis situasi
Tujuan: klien mampu mengatasi krisis yang terjadi dan perilaku efektif
Rencana Keperawatan:
1) Identifikasi masalah yang terjadi bersama klien
2) Dengarkan ungkapan perasaan pasien

Konsep Komunikasi Pada Remaja 18


SP Komunikasi
Fase Orientasi
Salam terapeutik :
“Selamat pagi. Saya Ibu Tri” (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat
tangan).
Evaluasi dan validasi :
“Apa kabar? Bagaimana perasaanmu pagi ini? Saya lihat mata adik tampak
merah dan sembab, bagaimana tidurnya semalam?”
Kontrak :
“Sesuai perjanjian, sekarang kita akan mengidentifikasi krisis yang terjadi pada
adik. Mau di mana tempatnya?” “Baiklah tempatnya di kamar saja, waktunya
10—15 menit. Sudah siap?”
Fase Kerja: (Tuliskan Kata-kata sesuai Tujuan dan Rencana yang Akan
Dicapai/ Dilakukan)
Perawat : “Baiklah, sesuai kesepakatan kita akan diskusi masalah yang adik
hadapi”.
Pasien : (Respons)
Perawat : “Coba jelaskan apa yang terjadi sehingga adik merasa sedih dan sulit
tidur”.
Pasien : “Aku telah gagal, aku bodoh, aku malu dengan semua yang terjadi pada
diriku”.
Perawat : “Coba jelaskan apa yang menyebabkan kamu merasa gagal dan
bodoh!”
Pasien : “Aku bodoh karena tidak bisa menjadi juara dalam kompetisi”.
Perawat : (Diam, mengangguk), “Apa yang menjadi keinginanmu?”
Pasien : “Aku ingin membuat mama bangga jika aku jadi juara”.
Perawat : “Saya memahami apa yang kamu rasakan. Setiap masalah pasti ada
solusinya. Mama akan sangat bangga jika kamu mampu bangkit dan
menjadi orang yang kuat”. “Kamu tidak sendiri. Jadikanlah
kegagalan sebagai guru yang berharga. Kegagalan adalah kesuksesan
yang tertunda”.
Pasien : (Diam)

Konsep Komunikasi Pada Remaja 19


Perawat : “Lihatlah mama, dia sangat mengharapkan kamu bangkit dan menjadi
anak yang tangguh”.
Pasien : (Melihat ke arah mamanya)
Perawat : “Pandanglah mama dan tersenyumlah untuk mama”. “Kamu harus
berjanji akan bangkit kembali, belajar lebih giat, untuk hari esok
yang lebih baik”.
Pasien : (Memeluk mamanya) “Aku minta maaf, aku janji mau bangkit kembali
dan belajar lebih baik”.
Fase Terminasi:
Evaluasi subjektif/objektif :
“Bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Coba sebutkan kembali masalah yang terjadi?”
“Saya senang melihat kamu sudah bisa tersenyum”.
Rencana tindak lanjut :
“Mulai sekarang kamu harus menyiapkan diri lagi untuk belajar lebih baik.
Tuliskan rencana kamu untuk 1 minggu ke depan”.
Kontrak yang akan datang :
“Besok saya minta kamu datang lagi ke sini untuk menunjukkan rencanamu
dalam 1 minggu ke depan. Sampai jumpa besok, ya. Selamat siang”.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 20


BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan
oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi
yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si
komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan
remaja, teknik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi
komuikasi.
Seperti pada remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk jati
dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama dengan
dia. Masa remaja merupakan masa-masa panjang yang dialami seorang anak.
Saat remaja mereka mulai mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun
non fisik dalam kehidupan mereka.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan makalah ini
yaitu:
1) Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah
mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja,
serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi
dengan remaja.
2) Mahasiswa mampu menerapkan teknik-teknik komunikasi, cara
berkomunikasi, tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat
komunikasi pada anak dan remaja.
3) Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.

Konsep Komunikasi Pada Remaja 21


Daftar Pustaka

Ns. Rika Sarfika, S.Kep., M.Kep. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2. Padang:
Andalas University Press, 76-78

Anjaswarni Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan, 58-63

Konsep Komunikasi Pada Remaja 22

Anda mungkin juga menyukai