Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA PASIEN LANSIA

KELOMPOK 5:

1. Anne Oktarina ( 1714201018 )


2. Cut Tiara Sungkar ( 1714201022 )
3. Verawati ( 1714201026 )
4. Adinda mutiara ( 1714201031 )
5. Adhe tri putri ( 1714201036 )
6. Riesaldi noveryan ( 1715201011 )

S-1 KEPERAWATAN

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Tangerang


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul komunikasi terapeutik pada lansia ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada fakultas
ilmu kesehatan jurusan keperawatan mata kuliah Gerontik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang bersangkutan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 26 febuari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ....................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ..........................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ................................................................................3
2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ...........................................................................3
2.1.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik .............................................................................3
2.1.3 Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ........................................................................4
2.1.8 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ..........................................................5
2.1.10 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Berinteraksi Pada Lansia ..........................6
BAB V : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................................7
4.2 Saran ......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali
telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan
sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001: 188).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung
konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu,
proporsi populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda. Pertumbuhan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020,
atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia
akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap
keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan
kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap
memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam
penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat
membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang
labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007).
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan untuk mengerti
apa yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang pasien pikirkan dan
inginkan. Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan.
oleh karena itu, perawat perlu menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nugroho,
2008)

2.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan diatas, dalam pembahasan makalah komunikasi keperawatan ini, kita
akan membahas tentang Komunikasi Terapeuik pada lansia dan konsep dasar gerontik
(lansia), baik itu dari segi definisi sampai pada contoh-contohnya dan aspek-aspek yang
terkait dengan materi tersebut serta contoh kasus penerapan Komunikasi Terapeutik pada
Lansia.

2.3 Tujuan Penulisan


2.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa
keperawatan dapat menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia. Sehingga
kita dapat mengaplikasikannya dalam praktik klinik ataupun di dunia kerja nanti.
2.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Konsep Komunikasi Terapeutik pada Lansia
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
3. Mahasiswa dapat menerapkan dan mempraktekan Komunikasi Terapeutik
pada Lansia
BAB 2
PEMBAHASAN
Komunikasi Terapeutik pada Lansia
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim terapeutik. Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik,
psikologi, lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat. (Stuart dan Sundeen, 2013)
 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat (Indrawati, 2003 : 50).
 Komunikasi Terapeutik pada lansia
Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Komunikasi dengan lansia adalah proses
penyampaian pesan atau gagasan dari petugas atau perawat kepada lanjut usia dan
diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga diperoleh kesepakatan tentang isi pesan
komunikasi.
Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan sederhana. Sarana
komunikasi meliputi panca indra manusia (mata, mulut, tangandan jari) dan buatan
manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap penyampaian pesan harus dalam jarak dekat,
suara jelas, tidak terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri, sambil
menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit membungkuk dan jempol
tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi
berjalan lancar adalah menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan, menguasai
bahasa setempat, tidak terburu-buru, memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya diri,
ramah, dan sopan. Lingkungan yang mendukung komunikasi adalah suasana terbuka,
akrab, santai, menjaga tetap ramah, posisi menghormati, dan memahai keadaan lanjut
usia. (Wahjudi Nugroho, 2008)
2. Tahapan komunikasi terapeutik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G. W, 2009 menjelaskan bahwa dalam
prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau
tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

 Tahap Persiapan/Pra-interaksi

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya


dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat
mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.

Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan


orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada
saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian). Tugas perawat
dalam tahapan ini adalah:

1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi


kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

 Tahap Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam
tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart. G. W, 2009).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

1) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.


2) Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
3) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini
merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
 Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G. W,
2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien
untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian
masalah dan mengevaluasinya.

Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya


dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki
pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani, 2010). Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-
benar dipahami oleh perawat.

 Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua
yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan. Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi


objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi
yang  akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.

3. Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau  perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan
atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan
‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…?  berespon
berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di
luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri
klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya dan bila
diperlukan kami dapat membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi
tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan
ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi? bisa minta tolong bapak/ibu
untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi?.
f. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak
di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia
a. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak” “ibu” kecuali apabila
sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
c. Pertahankan kontak mata dengan pasien
d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah
kunci komunikasi efektif
e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa
dan kalimat yang sederhana.
g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
i. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
j. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
k. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
l. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau
bahu.
m. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

5. Lingkungan yang baik pada komunikasi terapeutik pada lansia


 Posisi duduk berhadapan
 Jaga privasi klien
 Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
 Kurangi keramaian dan berisik
 Komunikasi dengan lansia kita coba untuk mengerti dan menjaga, kita
mengekpsresikan diri kita sendiri efek dari komunikasi adalah pengaruh timbal
balik seperti kaca
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada
terhadap perubahan fisik psikologi, emosi, dan social yang mempengaruhi pola
komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga menghalangi proses
pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran terhadap suara. Komunikasi yang biasa
dilakukan lansia bukan hanya sebatas tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman, tetapi juga hubungan intim yang terapeutik. Manfaat komunikasi terapeutik
adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien serta mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. Teknik komunikasi yang
baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan caregiver-nya. Bukti
mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk orang tua tidak hanya
tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan
perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang
efektif antara perawat – pasien lanjut usia :
1) Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan perawat memberikan pelayanan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan pasien lansia.
2) Instruksi dan saran perawat akan lebih mungkin untuk ditaati.

Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik pada lansia
agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar
harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.


Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients and
                their physicians. Clin Geriatr Med
William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the
physician-older patient relationship: effective communication with vulnerable older
patients. Clin Interv Aging
Kushariyadi. 2010. Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : Salemba Medika
Indrawati. 2003. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai