TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme
Sebanyak 80% hilang melalui gas yang dihembuskan, 20% melalui
metabolisme di hati. Metabolit berupa bromida dan asam
trifluoroasetat.
Indikasi Klinik
Halotan digunakan secara ekstensif dalam anestesia anak karena
ketidakmampuannya menginduksi inhalasi secara cepat dan status
asmatikus yang refraktur. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien
dengan penyakit intrakranial.
Efek samping/Toksisitas
6
2. Enflouran
Efek terhadap Sistem dalam Tubuh
A. Kardiovaskular
Depresi miokard bergantung pada dosis, vasodilator arterial, dan
sensitisasi ringan miokard terhadap katekolamin.
B. Respirasi
Depresi pernapasan bergantung pada dosis; hipoksia ablasia yang
disebabkan oleh bronkodilator.
C. Susunan Saraf Pusat
Dapat menimbulkan kejang pada kadar enfluran tinggi dengan
tekanan parsial CO2 (PCO2) menurun (hipokarbia); vasodilatasi
serebral dengan meningkatnya tekanan intrakranial.
D. Ginjal
Aliran darah ginjal dan GFR menurun.
Metabolisme
7
3. Isofluran
Efek terhadap Sistem dalam Tubuh
A. Kardiovaskular
Terjadi depresi miokard yang ringan dan bergantung pada dosis,
sedangkan curah jantung biasanya normal disebabkan sifat
vasodilatasinya, sensitisasi miokard minimal terhadap
katekolamin, dapat menyebabkan coronary steal oleh vasodilatasi
normal pada stenosis dengan aliran yang berlebihan.
B. Respirasi
Depresi respons terhadap CO2 bergantung pada dosis, hipoksia
ventilasi, bronkodilator, iritasi sedang pada jalan napas.
C. Ginjal
Glomerular Filtration Rate (GFR) dan aliran darah ginjal rendah
disebabkan tekanan arterial menengah yang menurun.
D. Susunan Saraf Pusat
Efek minimal pada otoregulasi serebral, konsumsi oksigen
metabolik serebral menurun, dan merupakan obat pilihan untuk
bedah saraf.
Metabolisme
8
4. Sevofluran
Sevofluran merupakan fluorokarbon dengan bau yang tidak begitu
menyengat, dan tidak begitu mengiritasi saluran napas, serta
absorpsinya cepat. Indikasi klinik: sebagai anestesi umum untuk
melewati stadium 2 dan untuk pemeliharaan umum
B. Anestesi Intravena1
Anestesi intravena (TIVA) merupakan teknik anastesi umum
dengan hanya menggunakan obat-obat anastesi yang dimasukkan lewat
jalur intravena. TIVA digunakan untuk ketiga trias anastesi yaitu
hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot..Kebanyakan obat-obat anastesi
intravena hanya mencakup 2 komponen anastesi, akan tetapi ketamin
mempunyai ketiga trias anastesi sehingga ketamin dianggap juga
sebagai agent anastesi yang lengkap.
9
Cara Pemberian
Cara pemberian TIVA :
1. Suntikan tunggal, untuk operasi singkat
2. Suntikan berulang sesuai dengan kebutuhan
3. Diteteskan lewat infuse
Kontraindikasi :
A. Alergi barbiturate
B. Status ashmatikus
C. Porphyria
D. Pericarditis konstriktiva
E. Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik
F. Syok
G. Anak usia < 4 th (depresi saluran pernapasan)
11
2. Golongan Benzodiazepin
Obat ini dapat dipakai sebagai trasqualiser, hipnotik, maupun sedatif.
Selain itu obat ini mempunyai efek antikonvulsi dan efek amnesia.
Obat-obat pada golongan ini sering digunakan sebagai :
A. Obat induksi
B. Hipnotik pada balance anastesi
C. Untuk tindakan kardioversi
D. Antikonvulsi
E. Sebagai sedasi pada anastesi regional, local atau tindakan
diagnostik
F. Mengurangi halusinasi pada pemakaian ketamine
G. Untuk premedikasi
Dosis :
2. Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan
anteretrogad amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya
1,5-3x diazepam. Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak
didapatkan nilai APGAR kurang dari 7 pada neonatus.
Dosis :
A. Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg
B. Sedasi : iv 0,5-5 mg
C. Induksi : iv 50-350 g/kgBB
3. Propofol
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih. Emulsi ini
terdiri dari gliserol, phospatid dari telur, sodium hidroksida, minyak
13
kedelai dan air. Obat ini sangat larut dalam lemak sehingga dapat
dengan mudah menembus blood brain barier dan didistribusikan di
otak. Propofol dimetabolisme d hepar dan ekskresikan lewat ginjal.
Penggunaanya untuk obat induksi, pemeliharaan anastesi, pengobatan
mual muntah dari kemoterapi.
Dosis :
A. Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg
B. Induksi : iv 2-2,5 mg/kgBB
C. Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infus 100-200 g/kgBB/menit,
anti emetik iv 10 mg
4. Ketamin
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya
menyebabkan pasien mengalami katalepsi, analgesic kuat, dan
amnesia, akan tetapi efek sedasinya ringan. Pemberian ketamin dapat
menyebakan mimpi buruk.
Dosis
A. Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg
BB, Po 5-6 mg/kgBB
B. Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kgBB
14
Kontraindkasi :
A. Hipertensi tak terkontrol
B. Hipertiroid
C. Eklampsia/ pre eklampsia
D. Gagal jantung
E. Unstable angina
F. Infark miokard
G. Aneurisma intracranial, thoraks dan abdomen
H. TIK tinggi
I. Perdarahan intraserebral
J. TIO tinggi
K. Trauma mata terbuka
5. Opioid
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan
dalam dosis tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskulet, sehingga
banyak digunakan untuk induks pada pasien jantung.
1. Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan
nyeri yang berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang
berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru.
Dosis :
A. Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal
10 20 mg setiap 4 jam
15
B. Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi : iv < 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi : 2-7 jam
2. Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai
suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark
miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk
menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute
pulmonary edema dan acute left ventricular failure.
Dosis
Kontraindikasi
16
B. Hipersensitivitas.
D. Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan
memperlama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut,
pada depresi sistem saraf pusat yg parah, anoreksia,
hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera
kepala,
A. Depresi pernapasan,
3. Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
A. Analgesic : iv/im 25-100 g
B. Induksi : iv 5-40 g/ kgBB
C. Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kgBB
D. Anastetik tunggal : iv 50-150 g/ kgBB
2.4 Appendisitis4
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran kanan bawah rongga abdomen, penyebab paling umum untuk
bedah abdomen darurat. Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi
di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan,
tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi
dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur.
18
Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis
adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman
flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis
akut.
Patofisiologi
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
dengan pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan dengan
asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari
apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini
kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada
permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang
19
Gejala klinis
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini
terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada
seluruh saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut.
Muntah atau rangsangan viseral akibat aktivasi n.vagus. Obstipasi karena
penderita takut untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul
komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara
37,5 -38,5 C. Tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita berjalan
membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila
terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada
apendikuler abses.
Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung.
Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit
tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Status lokalis
abdomen kuadran kanan bawah:
1. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
2. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah
saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.
20
Pemeriksaan Penunjang
21
Diagnosis Banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding, seperti:
1. Gastroenteritis
2. Demam Dengue
3. Kelainan ovulasi
4. Infeksi panggul
5. Kista ovarium terpuntir
6. Endometriosis ovarium eksterna
7. Urolithiasis
8. Kehamilan di luar kandungan (KET)
Tatalaksana
Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah
meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang penyebabnya
22
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks,
sekum, dan letak usus halus.
Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan,
obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat
menimbulkan kematian.
Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan
komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur
intraabdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi
luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja
eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium apendiks.
Prognosis
23