Anda di halaman 1dari 34

PENDAHULUAN

Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah


pembentukan batu di dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak
peradaban manusia yang tua, karena ditemukan batu di antara tulang panggul
kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun. Mummi ini diperkirakan sekitar
7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu kandung kemih.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu
mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai
dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data
penyakit batu saluran kemih di berbagai negara dapat disimpulkan bahwa di negara
yang mulai berkembang terdapat banyak batu bagian bawah, terutama terdapat di
kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu yang
relative rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran
kemih bagian atas. Di Negara yang telah berkembang terdapat banyak batu saluran
kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu
penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika
selatan.
Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung
kemih yang ditemukan pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak
abad 18 menghilang sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara
berkembang penyakit batu kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat
ini, misalnya di Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan
secara endemik, maka penyakit batu kandung kemih ini disebut batu endemik atau
batu primer karena terbentuk langsung di dalam kandung kemih tanpa sebab yang
jelas.2

Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu
sekunder karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya
karena hipertropi prostate.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Saluran Kemih


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih)
(Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra
urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Gambar 2.l. Anatomi Saluran Kemih

1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji
kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis
dextra yang besar.

Gambar 2.2. Anatomi Ginjal

2. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau

racun,

mempertahankan

suasana

keseimbangan

cairan,

mempertahankan

keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

3. Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari: a) fascia (fascia renalis), b) jaringan lemak
perirenal, dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat
dengan erat pada permukaan luar ginjal.
4. Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla renalis
di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri
dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin.
Tahap pembentukan urin
c. Proses sekresi
5

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.

5. Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi
arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada
di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang masuk ke
gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen
gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
6. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
7. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding
ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke
dalam kandung kemih.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:

Gambar 2.3. Anatomi Ureter

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
8. Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Gambar 2.4. Anatomi Vesika Urinaria

9. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm,
terdiri dari:
a. Uretra pars prostatika
b. Uretra pars membranosa
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak di
sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi (Panahi, 2010).

Gambar 2.5. Anatomi Uretra

2.2. Urolithiasis
9

2.2.1. Definisi
Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah
pembentukan batu di dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak
peradaban manusia yang tua, karena ditemukan batu di antara tulang panggul
kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun. Mummi ini diperkirakan sekitar
7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu kandung kemih.

2.2.2. Etiologi Urolithiasis


1. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2. Faktor Ektrinsik meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) Iklim
dan temperatur
2. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
3. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih
4. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

2.2.3. Manifestasi Klinik Urolithiasis

10

a. Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.

1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan


peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal
2. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan
sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
3. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.

b. Batu di piala ginjal


1. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
2. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
3. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke
bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
4. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung
pancreas dan usus besar.
5. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
6. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
7. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.
8. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
urine.
2.2.4 Patofisiologi Urolithiasis

11

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan


urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin
yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil
dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan
rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan
batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal
dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang
dapat menyebabkan kematian.
2.2.5. Teori Terbentuknya Urolithiasis/Batu Ginjal

12

1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau
sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat
jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk
batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristalkristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan
memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif
Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium
adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal
(hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
13

2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak


dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan
sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat
dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber
dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli
ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam
jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan
bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah
ikatan dengan kalsium dengan oksalat

14

Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan
mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa
ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Gambar 2.6. Batu Struvit

15

Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet
tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH kurang
dari 6, volume urine kurang dari 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalium oksalat,
kalium fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut Fator terjadinya batu kalsium
adalah:
1. hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24
jam. Menurut Pak (1976) terdapat tiga macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri,
antara lain:
a. hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium
melalui usus.
b. hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal.
c. hiperkalsiuri resorbtif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang
yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor paratiroid.

16

2. Hiperoksaluri
3. hiperurikosuri
4. hipositraturia
5. hipomagnesiuria

2.2.6. Klasifikasi Urolithiasis


1. Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati
bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks,
sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu
kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi aliran
kemih atau infeksi.
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang
terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal
yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis
dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya
tidak memberikan kelainan fisik.

17

Gambar 2.7. Batu Ginjal

2. Batu Ureter
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan
batu ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik
yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah
dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu
kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih
untuk lewat.

18

Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa
nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter
sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi
dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan
gambaran infeksi umum.

Gambar 2.8. Batu Ureter


3. Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih,
maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai
dengan rasa nyeri. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik
penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit
tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan dapat keluar karena

19

letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri
menetap di suprapubik.

Gambar 2.9. Batu Vesica Urinaria

4. Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde
terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang
kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak
menyebabkan gangguan pasase air kemih.

20

5. Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria
yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat
yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa
navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes
dan terasa nyeri.
Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena
obstruksi urin.

2.2.7. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis,
laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi
jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat
radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga
jenis batu yang dihadapi. Yang radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat
murni.
Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang
istimewa tidak jarang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat
terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu sering ditambah dengan foto
pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP.
21

Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan


diberikan kastor oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses
yang menutupi daerah ginjal. Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum
dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi ginjal. Untuk mendapatkan keadaan
dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10 malam
sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak
diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan
lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat
dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray (Meglumine
Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin 60% atau
76%.
Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu
uji kepekaan. Dapat berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi
terhadap bahan kontras, pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.
Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat
diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film
bucky antero-posterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1
jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru
dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan dibuka, langsung dibuat foto dimana
diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus
tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam.
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan
terdapatnya defek pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada
daerah batu yang kosong.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi
lagi sehingga kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan
22

pielografi retrograde atau anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter


melalui sistokop pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan
kontras.
Tehnik

urografi

retrograde

memerlukan

prosedur

sistokopi.

Kateter

dimasukkan oleh seorang ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology
diperlukan, karena waktu memasukkan kontras, posisi pasien dapat dipantau
(dimonitor) dengan fluoroskopi atau televise. Udara dalam kateter dikeluarkan,
kemudian 25% bahan kontras yang mengandung jodium disuntikkan, dengan dosis 510 ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang
berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau intravasasi ke dalam
kumpulan saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi
bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik.
Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen.
Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang akan adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara
terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup
sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa
tergantung kepada radiolusen atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang
dan lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.

23

Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak.


Pemeriksaan dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang
ada di ginjal. Dapat bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta
morfologi batu.

2.2.8. Diagnosis Banding


Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya
distensi usus dan pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi
kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan
kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu
pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria
terjadi tanpa nyeri. Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat
menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat
rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai
dengan hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor ini jarang ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan
tumor kandung kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.

24

Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran


radiologiknya yang khas, yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi
pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan adanya keganasan, terutama bila
terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam
keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat.

2.2.9. Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis

a.Urinalisa:
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
PH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat),
alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urin 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat),
kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai
1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen.

b. Darah lengkap :
Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
25

d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2.2.10. Penatalaksanaan Urolithiasis

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyumbat yang lebih berat. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur :

1. Istirahat cukup
2. Perbanyak masukan cairan air putih
3. Diet rendah kalsium dan rendah garam
4. Disesuaikan jenis batu misal: Batu kalsium yang perlu dibatasi: ikan teri, bayam,
coklat, kacang, teh, strowberry. Batu asam urat yang perlu dibatasi: jeroan, otak,
makanan yang banyak mengandung purin
5. Medikamentosa:
a. Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksi
b. Hipositraturi: kalium sitrat
c. Hiperkalsiuri: tiazid
d. Batu sistin: D-penicillamine
6. Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar
7. ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan pada batu

26

berukuran < 2 cm sampai sebesar pasir sehingga dapat dikeluakan secara spontan.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah
diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
Aktivitas harian yang cukup
Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah purin, Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu
ginjal asam urat dan gout. Kadar purin makanan normal untuk pasien yang menderita
penyakit ini adalah 600-1000 mg/hari.
3. Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam, Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium
ginjal. Asupan makanan yang baik untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah
kalori, protein, zat besi, vitamin A, tiamin, dan vitamin C yang cukup dengan syarat
jumlah cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium untuk menurunkan kadar kalsium
dalam urine.
4. Diet Tinggi Sisa Asam, Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit
batu sistin dan asam urat. Komposisi makanan yang cukup kalori, protein, mineral,
dan vitamin. Nilai gizi yang harus diberikan adalah kalori sebanyak 2.006, protein 55
g, lemak 64 g, karbohidrat 317 g, kalsim 0,8 g, besi 19,3 g, vitamin A 12,912 SI,
tiamin 1,2 mg, dan vitamin C 299 mg.
Makanan yang boleh diberikan :
a. Sumber hidrat arang, nasi, makanan gelas sehari, roti 4 potong, kentang, ubi,
singkong, kue, dari tepung maizena, hunkwe, tapioca, agar-agar, selai, dan sirop.
b. Sumber protein hewani : daging, 50 gr atau telur 2 butir sehari dan susu
c. Lemak : minyak, mentega, dan margarine
27

d. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe, atau oncom 50
gr/hari
e. Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300 gr/hari.
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit
batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri
hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga pengeluaran batu dengan cara
apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui
bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan pada
saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka
batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu
dapat keluar sendiri.
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan
bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang
invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain
secara gelombang kejut.
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau
melarutkan batu. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik
yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk
batu ureter yang dapat diharapkan keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum
berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak
diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu.

28

2.2.11. Komplikasi

1. Sumbatan : akibat pecahan batu


2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.
a. Obstruksi urin dapat teerjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter,
yaitu ureter membengkak oleh urin. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi
pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis
yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat
menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidak
seimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidristatik interstisium. Obstruksi
yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kepiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jka
kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine, kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

2.2.12. Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu
yang ada dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat
berada di bagian yang sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit
29

mutlak harus dicegah adanya batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna.
Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka
tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diit dan pada
penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan alopurinol.
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat,
yaitu tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium
fosfat akan berada di atas daerah lewat jenuh.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling
sering ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal
kalsium oksalat tidak berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang
menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai
potensi jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air
kemih sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang
terpenting adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air
kemih sebagian berasal dari makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari
metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling banyak mengandung oksalat
adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara
yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat.

2.2.13. Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan
adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor

30

obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi Ginjal Pada pasien dengan batu
yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih
memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam saluran
kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu,
namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.

31

KESIMPULAN

Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu


terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
kristalisasi dalam urin. Secara epidemiologis terdapat dua factor yang mempengaruhi
terjadinya batu pada saluran kemih seseorang. Faktor-faktor ini adalah faktor
intrinsik, yang merupakan keadaan yang berasal dari tubuh seseorang, dan faktor
eksrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang
kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau
stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin
yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher,


1991
2. Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta,
1997
3. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar bedah, EGC, Jakarta, 1995
4. Huberty, lee., Management Expertis, American Board of Radoilogy,
http://www.infinityhealthcare.com/services product/radiology/radiology.html, 2003
5. Rasyad, Syahriar, dkk., Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1998
6. Brunner and Suddarths (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi 8
volume 2). Jakarta : EGC.
7. Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC.
8. Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
9. Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua,
Edisi ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

33

34

Anda mungkin juga menyukai