Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH PADA

PASIEN OSTEOARTRITIS DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK


BANDAR LAMPUNG

Ringgo Alfarisi*)

ABSTRAK

Latar Belakang : Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang


berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Salah satu faktor resiko OA adalah berat
badan. Oleh karena itu untuk memantau status berat badan orang dewasa digunakan
indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan parameter yang paling
banyak digunakan dalam menentukan kriteria proporsi tubuh. Dengan indeks massa
tubuh diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan kurus, normal dan gemuk.
Kelebihan berat badan dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas
nyeri yang dirasakan pasien OA.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan intensitas nyeri berdasarkan indeks


massa tubuh pada pasien osteoartritis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Bandar Lampung
tahun 2017

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 61 pasien osteoartritis yang diambil dengan
tehnik Purpossive Sampling. Data diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi
badan untuk indeks massa tubuh dan wawancara kuesioner NRS untuk intensitas nyeri.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji Mann Whitney dengan
program SPSS.

Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney diperolen nilai p =
0,001 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri
antara kelompok responden dengan Indeks Massa Tubuh lebih dari rata-rata dan
kelompok responden dengan Indeks Massa Tubuh di bawah sama dengan rata-rata.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat intensitas nyeri berdsarkan indeks


massa tubuh pada pasien Osteoartritis di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2017

Kata kunci : Indeks massa tubuh (IMT), Intensitas nyeri, Osteoartritis

Latar Belakang pembentukan tulang baru pada


permukaan persendian.1 Osteoartritis
Osteoatritis (OA) adalah
merupakan penyakit sendi degeneratif
gangguan pada sendi yang bergerak.
yang berkaitan dengan kerusakan
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut
progresif lambat, tidak meradang, dan
dan pergelangan kaki paling sering
ditandai dengan adanya deteriorasi dan
terkena OA.2
abrasi rawan sendi dan adanya

*) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


Osteoartritis merupakan penyakit OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh
persendian yang kasusnya paling umum dunia dan mencapai 24 juta jiwa di
dijumpai secara global. Diketahui bahwa kawasan Asia Tenggara.
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 1, Januari 2018 1
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan osteoartritis lutut prevalensinya cukup
Amerika lebih besar dari pada prevalensi tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7%
di negara lainnya. The National Arthritis pada wanita. Prevalensi ini semakin
Data Workgroup (NADW) meningkat dengan bertambahnya usia.
memperkirakan penderita osteoartritis di Karena prevalensi yang cukup tinggi dan
Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 sifatnya yang kronik-progresif,
juta yang terjadi pada usia 18 tahun osteoartritis mempunyai dampak sosio-
keatas.3 Estimasi insiden osteoartritis di ekonomik yang besar, baik di negara
Australia lebih besar pada wanita maju maupun di negara berkembang. 2
dibandingkan pada laki-laki dari semua Dibawah usia 55 tahun, distribusi sendi
kelompok usia yaitu 2,95 tiap 1000 OA pada laki-laki dan perempuan sama ;
populasi dibanding 1,71 tiap 1000 pada orang yang berusia lebih tua, OA
populasi. Di Asia, China dan India panggul lebih sering pada laki-laki,
menduduki peringkat 2 teratas sebagai sedangkan OA sendi antarfalang dan
negara dengan epidemiologi osteoartritis pangkal jempol lebih sering pada
tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan perempuan. Demikian juga, bukti
8.145 jiwa yang menderita osteoartritis radiografi OA lutut, terutama OA lutut
lutut.4 simtomatik, tampaknya lebih sering
Prevalensi OA juga terus pada perempuan dari pada laki-laki.7
meningkat secara dramatis mengikuti Salah satu faktor resiko OA adalah
pertambahan usia penderita. Pekerja berat badan. Oleh karena itu untuk
yang banyak membebani sendi lutut memantau status berat badan orang
akan mempunyai risiko terserang dewasa digunakan indeks massa tubuh
osteoartritis lebih besar dibandingkan (IMT). Indeks massa tubuh merupakan
yang tidak banyak membebani lutut parameter yang paling banyak
selain itu olahraga yang mengalami digunakan dalam menentukan kriteria
trauma pada sendi seperti sepak bola, proporsi tubuh. Dengan indeks massa
basket dan voli juga dapat menyebabkan tubuh diketahui apakah berat badan
osteoarthritis. Di Indonesia seseorang dinyatakan kurus, normal dan
Osteoarthritis merupakan penyakit gemuk. Kelebihan berat badan dianggap
reumatik yang paling banyak ditemui sebagai salah satu faktor yang
dibandingkan kasus penyakit reumatik meningkatkan intensitas nyeri yang
lainnya. Berdasarkan data Badan dirasakan pasien OA.8
Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang Penderita OA dengan obesitas lebih
mengalami gangguan OA di Indonesia sering mengeluhkan nyeri pada sendi
tercatat 8,1% dari total penduduk. Di lutut dibandingkan dengan penderita
Jawa Tengah, kejadian penyakit OA yang tidak obesitas. Hal ini
sebesar 5,1% dari semua penduduk. menunjukkan bahwa berat badan
Provinsi Lampung memiliki angka berlebih mempengaruhi derajat nyeri
prevalensi penyakit sendi berdasarkan pada penderita OA lutut. Obesitas
diagnosis dokter atau tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor risiko OA
pada umur ≥15 tahun yaitu 11,5%.5 dan mempengaruhi densitas tulang
secara radiologis. Nyeri umumnya timbul
Hasil penelitian Kellgren dan secara perlahan-lahan, mula-mula sendi
Lawrence menyebutkan bahwa akan terasa kaku, kemudian timbul rasa
prevalensi terjadinya OA lutut adalah nyeri dan berkurang pada waktu
29,8% pada laki-laki dan 40,7% pada istirahat.9 Pasien OA biasanya mengeluh
perempuan.6 Di Indonesia, prevalensi nyeri pada waktu melakukan aktivitas
osteoartritis mencapai 5% pada usia atau jika ada pembebanan pada sendi
<40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, yang terkena. Pada derajat yang lebih
dan 65% pada usia >61 tahun. berat nyeri dapat dirasakan terus
Untuk menerus sehingga sangat mengganggu
mobilitas pasien.2 Seseorang dengan
nyeri OA akan terjadi disfungsi sendi dan
otot sehingga akan mengalami
keterbatasan gerak, penurunan
kekuatan dan keseimbangan otot.
Sekitar 18% mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam beraktifitas,
2 Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Jurnal Ilmu Kesehatan,Dan
Kedokteran Volume 5, Nomor
Kesehatan, 1, Januari
Volume 20181, Januari 2018
5, Nomor 10
kehilangan fungsi kapasitas kerja dan diperoleh dari pengukuran berat badan
penurunan kualitas hidup. dan tinggi badan untuk indeks massa
Berdasarkan latar belakang diatas, tubuh dan wawancara kuesioner NRS
peneliti tertarik untuk meneliti apakah untuk intensitas nyeri. Data yang
ada hubungan antara indeks massa diperoleh kemudian dianalisis
dengan intensitas nyeri pasien menggunakan uji d’somer dengan
osteoartritis di RSUD Dr.H.Abdul program SPSS
Moeloek Bandar Lampung tahun 2017.
Kriteria inklusi
Metode Penelitian
1. Pasien RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Jenis penelitian ini adalah analitik bandar lampung yang telah
dengan pendekatan cross sectional. didiagnosa mengalami osteoartritis
Dengan jumlah sampel sebanyak 61 2. Jenis kelamin laki-laki dan
pasien osteoartritis yang diambil dengan perempuan usia 45-74 tahun
tehnik Purpossive Sampling. Data 3. Bersedia menjadi responden
responden diambil pada rentang waktu 1
Agustus – 31 September 2017. Data Kriteria eksklusi

1. Pasien pasca fraktur


2. Pasien dengan luka bakar

Hasil Penelitian

Karakteritik responden penelitian


Tabel 4.1 Karakteristik pasien osteoartritis berdasarkan tingkat pendidikan di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode Agustus – September
tahun 2017

Karakteristik Frekuensi Persentase


(%)
SD 9 14,8
SMP 8 13,1
SMA 24 39,3
Diploma 11 18,0
Sarjana 9 14,8
Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik paling banyak adalah tamat SMA


responden penelitian berdasarkan sebanyak 24 orang (39,3%) serta paling
tingkat pendidikan dari 61 sampel sedikit adalah tamat SMP sebanyak 8
menunjukkan tingkat pendidikan pasien orang (13,1%).

Tabel 4.2 Karakteristik pasien osteoartritis berdasarkan pekerjaan di RSUD Dr.


H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode Agustus – September tahun 2017

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


Tidak bekerja (IRT) 18 29,5
PNS 11 18,0
Petani 11 18,0
Wiraswasta 14 23,0
Lain-lain (buruh,ustad) 7 11,5
Jumlah 61 100
Berdasarkan tabel 4.2 karakteristik responden penelitian berdasarkan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 1, Januari 2018 3


pekerjaan didapatkan kebanyakan orang (29,5%) serta paling sedikit
responden tidak bekerja sebanyak 18 bekerja sebagai buruh/ustad sebesar 7
orang (11,5%).

Analisis Univariat

Distribusi frekuensi berdasarkan usia


Table 4.3 Distribusi frekuensi usia pasien osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung periode Agustus – September tahun 2017

Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)

Middle age (45-59) 28 45,9


Oldery (60-74) 33 54,1

Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel 4.3 distribusi oldery usia 60-74 tahun sebanyak 33


frekuensi karakteristik usia yang orang (54,1%). Hasil analisis
dikategorikan menjadi dua kelompok menunjukan bahwa pasien OA paling
yaitu kelompok middle age usia 45 – 59 banyak termasuk pada kategori usia
tahun sebanyak 28 orang (45,9%) dan oldery 60-74 tahun.

Distribusi frekuensi jenis kelamin

Table 4.4 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien osteoartritis di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung periode Agustus – September tahun 2017

Jenis kelamin Frekuensi Persentase


(%)

Laki-laki 24 39,3
Perempuan 37 60,7

Jumlah 61 100
B berjeni
erdasarkan tabel 4.4 tentang distribusi s kelamin perempuan sebanyak 37
frekuensi jenis kelamin pasien orang (60,7%) dan sebagian kecil
osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24
Moeloek dari 61 sampel penelitian orang (39,3%).
sebagian besar pasien osteoartritis

Distribusi frekuensi indeks massa tubuh (IMT)

Table 4.5 Gambaran IMT pasien osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung periode agustus – september tahun 2017

Minimum Maksimum Rata-Rata Simpang Baku N

Indeks Massa Tubuh 22,2 35,3 27,85 3,9 61


Berdasarkan tabel 4.5 tentang adalah 35,3.
distribusi frekuensi IMT pasien
osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek dari 61 sampel penelitian
adalah 27,85, dimana Indeks Massa
Tubuh terkecil adalah 22,2 dan terbesar
4 Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Jurnal Ilmu Kesehatan,Dan
Kedokteran Volume 5, Nomor
Kesehatan, 1, Januari
Volume 20181, Januari 2018
5, Nomor 10
menunjukkan bahwa Indeks Massa responden (pasien osteoartritis)
Tubuh rata-rata dari keseluruhan

Table 4.6 Distribusi frekuensi IMT pasien osteoartritis berdasarkan rata-rata di


RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode agustus – september
tahun 2017

IMT Frekuensi Persentase


(%)

Kelompok A ( < Rata- rata ( < 27,85)) 36 59


Kelompok B (≥ Rata -rata (≥ 27,85)) 25 41

Jumlah 61 100

Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri


Tabel 4.7 Gambaran intensitas nyeri kelompok A pasien osteoartritis di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode Agustus – September tahun 2017

Minimum Maksimum Rata-Rata Simpang Baku N

Intensitas Nyeri 2 10 5,58 2,0 36


memiliki rata-rata intesnditas nyeri
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan sebesar 5,58, dengan nilai minimum
bahwa kelompok A pasien osteoartritis, sebesar 2, dan maksimum sebesar 10.

Tabel 4.8 Gambaran intensitas nyeri kelompok B pasien osteoartritis di RSUD


Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode Agustus – September tahun 2017

Minimum Maksimum Rata-Rata Simpang Baku N

Intensitas Nyeri 2 10 7,36 2,2 25

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan


bahwa kelompok B pasien osteoartritis
memiliki rata-rata intesnditas nyeri sebesar 7,36, dengan nilai minimum
sebesar 2, dan maksimum sebesar 10.

Analisis Bivariat

Perbedaan Intensitas Nyeri berdarakan Indeks Massa Tubuh pada Pasien


Osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 1, Januari 2018 5


Tabel 4.9 Uji Normalitas Intensitas Nyeri berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada
Pasien Osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode
agustus – september 2017

P value N

Intensitas Nyeri Kelompok A 0,002 36


Intensitas Nyeri Kelompok B 0,000 25

Kolmogorov-smirnov test

Dari tabel 4.9 diatas didapatkan normal (P value < 0,05) , sehingga uji
bahwa data Intensitas Nyeri pada statistik bivariat yang dipakai adalah
kelompok A dan B berdistribusi tidak uji Mann Whitney.

Tabel 4.10 Perbedaan Intensitas Nyeri berdarakan Indeks Massa Tubuh pada
Pasien Osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode
Agustus – September 2017

N P value

Intensitas Nyeri Kelompok A 36 0,001


Intensitas Nyeri Kelompok B 25

Mann-Whitney Test

Berdasarkan tabel 4.10 diatas


didapatkan nilai uji statistik Mann- signifikan intensitas nyeri berdasarkan
whitney adalah p = 0,001 (p < 0,05) IMT pada Pasien Osteoartritis di RSUD
yang berarti terdapat perbedaan yang Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
periode Agustus – September 2017.

Pembahasan

Analisis Univariat
Analisis distribusi frekuensi usia

Dari hasil analisis 61 responden tahun, hal ini disebabkan karena pada
penelitian ini menunjukan bahwa pasien orangtua volume air dari tulang muda
OA paling banyak rata-rata termasuk meningkat dan susunan protein tulang
pada kategori usia oldery 60-74 tahun mengalami degenerasi, kartilago mulai
sebanyak 33 orang (54,1%) serta paling melakukan degenerasi dengan
sedikit kelompok middle age usia 45 – mengelupas atau membentuk tulang
59 tahun sebanyak 28 orang (45,9%). muda yang kecil. Adanya kehilangan
Penelitian ini terbukti sesuai dengan total dari bantal kartilago antara tulang-
faktor resiko yang menyatakan bahwa tulang dan sendi-sendi dan penggunaan
prevalensi OA semakin meningkat berulang dari sendi-sendi yang terpakai
dengan bertambahnya usia. dari tahun ke tahun dapat membuat
Penelitian sejalan dengan teori bantalan tulang mengalami iritasi dan
yang di jelaskan oleh Setiati dkk2 pada meradang, menyebabkan nyeri dan
tahun 2014 bahwa prevalensi OA cukup pembengkakan sendi. Kehilangan
meningkat pada usia > 40 tahun dan bantalan tulang ini menyebabkan
semakin meningkat pada usia > 60
gesekan antar tulang, menjurus pada dikategorikan kedalam lima kelompok
nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. didapat hasil analisis yang menunjukkan
Hasil tidak sejalan dengan bahwa rata-rata pasien osteoartritis
penelitian oleh Handono dan Kusworini memiliki IMT tergolong obesitas. Hasil
pada tahun 2000 yang melaporkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bahwa prevalensi osteoartritis di Malang oleh Hart et al yang menjelaskan bahwa
pada usia dibawah 70 tahun cukup obesitas merupakan salah satu faktor
tinggi, yaitu 21,7% menyerang pada resiko terjadinya OA, hal ini disebabkan
usia antara 49-60 tahun.10 karena seseorang dengan beban yang
berlebih (obesitas) dapat membuat
Analisis distribusi frekuensi jenis sendi bekerja lebih berat.12
kelamin
Berdasarkan hasil analisis Analisis gambaran intensitas nyeri
distribusi frekuensi jenis kelamin pasien responden
osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul Berdasarkan analisis mengenai
Moeloek dari 61 sampel penelitian gambaran intensitas nyeri pasien
sebagian besar pasien osteoartritis osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul
berjenis kelamin perempuan sebanyak Moeloek dari 61 sampel penelitian yang
37 orang (60,7%) dan sebagian kecil dikategorikan kedalam lima kelompok
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 intensitas nyeri sesuai hasil kuisioner NRS
orang (39,3%). Penelitian ini terbukti didapat rata-rata semua responden
dengan literatur yang menyatakan mengalami intensitas nyeri dengan nilai
bahwa secara keseluruhan di bawah usia NRS > 1. Hasil analisis menunjukan
45 tahun frekuensi OA kurang lebih bahwa pasien osteoartritis dengan IMT
sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di lebih dari sama dengan rata-rata
atas 50 tahun (setelah menopause) (kelompok B) memiliki nilai NRS rata –
frekuensi OA lebih banyak pada wanita rata lebih besar dibandingkan kelompok
dari pada pria. Hal ini menunjukan A. Penelitian sejalan dengan literatur
adanya peran hormonal pada yang menyatkan bahwa peningkatan
pathogenesis OA.11 usia, kelebihan berat badan dianggap
Hasil sejalan dengan penelitian sebagai salah satu faktor yang
oleh Handono dan Kusworini pada tahun meningkatkan intensitas nyeri yang
2000 yang melaporkan bahwa prevalensi dirasakan pasien OA,8 karena pasien yang
OA di malang menunjukkan hasil bahwa datang berobat/kontrol pada saat
perempuan lebih banyak sebagai faktor penelitian berlangsung rata-rata berusia
resiko OA sebesar 15,5 % dari pada laki- tua dan memiliki IMT yang termasuk pada
laki sebesar 6,2% serta penelitian oleh keadaan berat badan lebih.
O’conor pada tahun 2007 yang Terjadinya nyeri pada pasien OA
menyatakan bahwa prevalensi dan melalui dua proses yaitu proses
insidensi pasien OA sebanyak 3 kali lipat degeneratif dan inflamasi. Pada proses
lebih sering terjadi pada perempuan degeneratif adanya kerusakan pada
daripada laki-laki. Namun penelitian matrik tulang rawan sendi. Tulang rawan
tidak sejalan dengan penelitian oleh yang berfungsi sebagai bantalan tulang
Nursyarifah, R.S pada tahun 2013 yang mengalami kerusakan sehingga terjadi
menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pergesekan antar otot, tulang dan
OA lebih sering pada laki-laki sebesar ligamen yang menimbulkan rasa kaku
15,5% daripada perempuan sebesar atau nyeri pada sendi. Keluhan nyeri
12.7%. hal ini disebabkan banyak faktor yang berasal dari proses inflamasi yang
karena faktor resiko terjadinya OA terjadi pada tulang rawan sendi, dimana
bukan hanya jenis kelamin.10 pada proses inflamasi terjadi pelepasan
zat-zat kimia seperti bradikinin, histamin,
serotonin, dan prostaglandin yang dapat
Analaisis gambaran IMT responden merangsang ujung-ujung saraf bebas
Berdasarkan analisis mengenai yang merupakan reseptor nyeri.
distribusi frekuensi IMT pasien Rangsangan ini kemudian dikirim ke
osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul sistem saraf pusat dan diterjemahkan
Moeloek dari 61 sampel penelitian yang menjadi sensasi nyeri.13
timbul osteofit yang selanjutnya akan
Analisis bivariat mengiritasi membrana synovial dimana
terdapat banyak reseptor-reseptor nyeri
Perbedaan Intensitas Nyeri dan akan menimbulkan hydrops. Adanya
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh penjepitan ujung-ujung saraf polimodal
pada Pasien Osteoartritis yang terdapat di sekitar sendi yang
Hasil analisis bivariat dari disebabkan oleh osteofit, pembengkakan
hubungan indeks massa tubuh dengan dan penebalan jaringan lunak di sekitar
intensitas nyeri pasien osteoartritis sendi maka akan menimbulkan nyeri.15
dilakukan dengan menggunakan uji Hasil penelitian sesuia juga
Mann-Whitney. Hasil penelitian ini dengan penelitian Eyler pada tahun 2003
diperoleh perbedaan yang signifikan yang menjelaskan bahwa populasi
intensitas nyeri berdasarkan IMT pada dengan berat badan lebih dan obesitas
Pasien Osteoartritis di RSUD Dr. H. mempunyai faktor risiko Osteoartritis
Abdul Moeloek Bandar Lampung periode lebih besar dibanding dengan populasi
Agustus – September 2017. dengan berat badan normal. Obesitas
. merupakan faktor risiko kuat bagi OA
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau pada jenis kelamin apapun,17 serta hasil
Body Mass Index (BMI) merupakan alat serupa pada penelitian bambang pada
atau cara yang sederhana untuk tahun 2003 yang menjelaskan bahwa
memantau status gizi orang dewasa, wanita obesitas memiliki faktor risiko 4-
khususnya yang berkaitan dengan 5 kali untuk terserang Osteoartritis
kekurangan dan kelebihan berat badan. 8 dibanding wanita yang kurus.18
Obesitas sering didefinisikan sebagai Studi lain dari peneliti kesehatan
kondisi abnormal karena kelebihan masyarakat University College London
lemak yang serius dalam jaringan menyimpulkan bahwa obesitas
adiposa sehingga mengganggu meningkatkan risiko terjadinya OA lutut
kesehatan. Perbedaan pada individu hingga empat kali banyaknya pada pria
yang mengalami obesitas tidak hanya dan tujuh kali pada wanita.
pada jumlah lemak yang berlebih, tapi Kemungkinan terjadinya OA pada salah
juga pada distribusi regional lemak di satu lutut pasien obese malah mencapai
dalam tubuh. Distribusi lemak dalam 5 kali lipat dibandingkan dengan pasien
tubuh disebabkan oleh berat badan yang yang Non Obese. Fakta tersebut
mengakibatkan resiko yang berkaitan menyimpulkan bahwa obesitas
dengan obesitas dan berbagai penyakit merupakan suatu faktor risiko terjadinya
yang terkait.14 OA, terutama pada sendi lutut.19 Sebuah
Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian di Kroasia menyebutkan
Thumboo8 yang menyatakan bahwa bahwa obesitas meningkatkan derajat
kelebihan berat badan dianggap sebagai kerusakan osteoartritis lutut yang dilihat
salah satu faktor meningkatnya dari gambaran radiologisnya. Hal ini
intensitas nyeri yang dirasakan pasien dikarenakan terjadinya peningkatan
OA karena berat badan berlebih bisa durasi beban sendi yang semakin
menimbulkan kerja bantalan sendi berat.20
meningkat, ketika berjalan beban berat Hasil berbeda dengan penelitian
badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 yang dilakukan Listiani pada tahun 2010
kali lipat berat badan.16 Maka bila di Semarang yang menghubungkan
proporsi berat badan lebih dari tinggi peningkatan IMT dengan derajat
badan (obesitas), kerja sendi pun akan osteoartritis lutut berdasarkan kriteria
semakin berat. Akibat pembebanan dan Kellgren dan Lawrence yang
beban kerja yang berlebihan pada sendi menunjukkan hasil tidak ada hubungan
lutut akan menyebabkan perubahan antara peningkatan IMT dengan
pada rawan sendi. Rawan sendi peningkatan derajat osteoartritis
mengalami perusakan, sehingga struktur berdasarkan pemeriksaan radiologis.21
sendi menjadi tidak beraturan dan
Kesimpulan Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad
H., Edisi 13, Jakarta:EGC
Berdasarkan uji statistik Mann-whitney
didapatkan bahwa terdapat perbedaan 8. Thumboo, J., Chew, L.H., dan
yang signifikan (P value <0,05) Lewin-Koh, S.C., 2002.
intensitas nyeri berdasarkan IMT pada Socioeconomic and psychosocial
Pasien Osteoartritis di RSUD Dr. H. factors influence pain or physical
Abdul Moeloek Bandar Lampung periode function in Asian patients with
Agustus – September 2017. knee or hip osteoarthritis. The
National Arthritis Foundation and
Nanyang Polytechnic, Singapore.
Didapat dari :
DAFTAR PUSTAKA http://ard.bmj.com/content/61/11
/1017.full
1. Price S.A. dan Wilson L.M. (2014).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
9. Mansjoer, A et al.,(2001). Kapita
Proses Penyakit (6th ed). Jakarta:
Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.
EGC, p:1380.
Jakarta : Media Aesculapius
2. Setiati S., Alwi I., Sudoyo A.W.,
10. Nursyarifah R.S.,Herlambang K.S.
Simadibrata M., Setiyohadi B.,
dan Tiyas M. (2013). Hubungan
Syam A.F. (2014). Buku Ajar Ilmu
Antara Obesitas dengan
Penyakit Dalam jilid III (6th ed).
Osteoartritis lutut di RSUP
Jakarta Pusat: InternaPublishing,
Dr.Kariadi Semarang periode
pp:3197-3208.
Oktober-desember 2011. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah
3. Murphy L., Helmick C.G., 2012.
1(2):80-85
The Impact of Osteoarthritis in the
United States: A Population-Health
11. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi
Perspective. American Journal of
I., Simadibrata M. dan Setiati S.
Nursing. Vol. 112: 3
(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid III (5th ed). Jakarta:
4. Amanda T.T. (2015). Hubungan
InternaPublishing, pp:2538-2548
Derajat nyeri dengan Kualitas
Hidup Pasien Osteoartritis di Poli
12. Helmi Z.N. (2012). Buku Ajar
Syaraf Rumah Sakit Umum Daerah
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta
DR Hardjono Ponorogo. Skripsi.
Selatan: Salemba Medika, pp:308-
Fakultas Kedokteran Universitas
311
Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
13. Putra I.B. (2014). Perbedaan
intensitas nyeri pada lansia dengan
5. Kemenkes RI. (2013). Riset
osteoartritis lutut yang diberikan
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
kompres air hangat dengan
2013. Badan Penelitan dan
kompres jahe merah. Skripsi.
Pengembangan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Kementrian Kesehatan RI
Udayana Denpasar.
6. Aldila Y. (2014). Hubungan Indeks
14. World Health Organization. 2004.
Massa Tubuh dengan Osteoarthritis
Obesity: Preventing and Managing
Lutut pada Ibu Rumah Tangga.
Global Epidemic, report WHO
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
consultation on obesity 1999.
Universitas Muhammadiyah
Singapore
Surakarta. Surakarta
15. Suriani S. Lesmana I. (2013).
7. Isselbacher dkk. 2012. Harrison
Latihan theraband lebih baik
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
menurunkan nyeri dari pada
latihan quadricep bench pada

18 Jurnal Ilmu Kedokteran


Jurnal IlmuDan Kesehatan,
Kedokteran DanVolume 5, Nomor
Kesehatan, 1, Januari
Volume 2018
5, Nomor 1, Januari 2018 19
osteoartritis genu. Jurnal
Fisioterapi Vol 13 No 1. P:47.

16. Haq I , E Murphy, Dacre J. (2003)


: Osteoartritis ; Postgrad Med J.
79:377-383

17. Eyler AA. 2003 Correlates of


Physical Activity : Who’s Active and
Who’s Not
?.Arthritis & Rheumatism Vol.49,
No.1, February 15

18. Bambang, Setiyohadi. (2003).


Osteoartritis Selayang Pandang.
Temu Ilmiah Reumatologi 2003.

19. Booth BL. 2006. OKU: Orthopaedic


Knowledge. Hip and Knee
Reconstruction: Osteoarthritis dan
Arthritis Inflamatoric. 3(16):23-30.

20. Grazio S, Balen D. 2009. Risk


factors and predictor of
osteoarthritis. Lijec vjesn.

21. Listiani S. 2010. Hubungan antara


Indeks Massa Tubuh dengan
derajat osteoarthritis lutut
menurut kriteria Kellgren dan
Lawrence. Fakultas Kedokteran
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai