Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK KELOMPOK

STASE KEPERAWATAN GERONTIK


DI ALALAK SELATAN RT. 04

OLEH:
KELOMPOK 2A.3
1. Muhammad Kosim Albanjari, S.Kep
2. Yenni Noor Fahridha, S.Kep
3. Yurida, S.Kep
4. Raudatus Salehah, S.Kep
5. Mulyati Lestari, S.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS A


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. (Nies&Mc
Ewen,2007; Tamher & Noorkasiani, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi


penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa.
Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada
tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan
ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434
juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada
tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi (Departemen KesehatanRI, 2013; WHO, 2015).

Pada usia lansia yang merupakan masa akhir kehidupan manusia secara fisik
dan psikologis akan berubah. Fisik lansia yang berusia mulai 60 tahun
keatas akan terjadi degenasi pada fisiknya, organ dalam tubuh lansia akan
berubah dan akan mengganggu kinerja dari organ tersebut dalam fungsinya.
Berbagai penyakit akan muncul pada lansia apabila semasa hidupnya kurang
menjaga gaya hidup atau secara fisik fungsinya memang sudah berubah
secara usia.

Sehinga pada kesempatan ini kami melakukan pendataan pada lansia di


Alalak Selatan RT 04 untuk menentukan penyakit dan melakukan asuhan
keperawatan gerontik kelompok di daerah tersebut.

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui, memahami dan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada lansia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan gerontik
kelompok
b. Mampu merumuskan analisa data asuhan keperawatan gerontik
kelompok
c. Mampu menyusun prioritas masalah asuhan keperawatan gerontik
kelompok
d. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan gerontik
kelompok
e. Mampu menyusun Planing Of Action (POA) pada asuhan
keperawatan gerontik kelompok

1.3 Manfaat Kegiatan


1.3.1 Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan
gerontik sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia yang ada di
masyarakat.
1.3.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan gerontik
1.3.3 Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan
gerontik untuk meningkatkan mutu kesehatan lansia yang ada di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Menua
2.1.1 Definisi Lansia
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan
akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan
dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia
dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian
mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2012)

Lanjut usia adalah seseoranng yang mencapai usia 60 tahun ke atas,


baik pria maupun wanita. Menjadi tua merupakan proses alami yang
berarti seseorang telah memulai tahap-tahap kehudupannya, yaitu
neonates, toodler,pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa, dan lansia
(Padila, 2013).

2.1.2 Proses Menua


Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada
setiap makluk hidup (Fitri & M, 2016).
Menurut Laslet (Sudirman & Siti, 2011) menyatakan bahwa semua
makhluk hidup memilki siklus kehidupan menuju tua yang diawali
dengan proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak,
menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan usia lanjut adalah
masa yang tidak bisa dielakan bagi orang yang dikarunia umur
panjang.

2.1.3 Batasan Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Darmojo, 2012) batasan
lanjut usia meliputi :
 Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
 Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
 Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

2.1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
 Perubahan Organik
 Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.

 Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya

menghilang.

 Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.

 Jumlah lemak meningkat.

 Penggunaan oksigen menurun.

 Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.

 Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.

 Ekskresi hormon menurun.

 Aktivitas sensorik dan persepsi menurun.

 Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.

 Lumen arteri menebal.

2.1.5 Sistem Persarafan

Tanda:

 Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel

neuroglial.

 Penurunan syaraf dan serabut syaraf.

 Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim

 Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.

Gejala:

 Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,

parkinsonisme.

 Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat


 Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang

 Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan

menekukke depan

 Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala.

2.1.6 Sistem Pendengaran.

Tanda :

 Hilangnya neuron auditorius

 Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah

 Peningkatan serumen

 Angiosklerosis telinga

Gejala :

 Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,

penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)

 Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang

mengganggu, atau bila percakapan cepat.

 Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

2.1.7 Sistem Penglihatan

Tanda :

 Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut

 Penumpukan pigmen.

 Penurunan kecepatan gerakan mata.

 Atrofi otot silier.

 Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa


 Penurunan sekresi air mata.

Gejala :

 Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan

adaptasi terhadap terang/gelap

 Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan

 Peningkatan insiden glaucoma

 Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh

 Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet

 Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

2.1.8 Sistem Kardiovaskuler

Tanda :

 Atrofi serat otot yang melapisi endokardium

 Aterosklerosis pembuluh darah

 Peningkatan tekanan darah sistolik.

 Penurunan komplian ventrikel kiri.

 Penurunan jumlah sel pacemaker

 Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.

Gejala :

 Peningkatan tekanan darah

 Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4

terdengar

 Peningkatan aritmia

 Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi


 Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah

 Penurunan toleransi

2.1.9 Sistem Respirasi

Tanda :

 Penurunan elastisitas jaringan paru.

 Kalsifikasi dinding dada.

 Atrofi silia.

 Penurunan kekuatan otot pernafasan.

 Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).

Gejala :

 Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi

 Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis

 Peningkatan resiko aspirasi

 Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia

 Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

2.1.10 Sistem Gastrointestinal

Tanda :

 Penurunan ukuran hati.

 Penurunan tonus otot pada usus.

 Pengosongan esophagus makin lambat

 Penurunan sekresi asam lambung.

 Atrofi lapisan mukosa

Gejala :
 Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan

 Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan

melambat

 Penurunan penyerapan kalsium dan besi

 Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit

divertikuler

2.1.11 Sistem Reproduksi

Tanda :

 Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus

 Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi

 Penurunan hormone dan oosit.

 Involusi jaringan kelenjar mamae.

 Poliferasi jaringan stroma dan glandular

Gejala :

 kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus

 penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi

 penurunan elevasi testis

 hipertrofi prostat

 jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,

sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan

2.1.13 Sistem Perkemihan

Tanda :

 Penurunan masa ginjal


 Tidak ada glomerulus

 Penurunan jumlah nefron yang berfungsi

 Perubahan dinding pembuluh darah kecil

 Penurunan tonus otot kandung kemih

Gejala :

 Penurunan GFR

 Penurunan kemampuan penghematan natrium

 Peningkatan BUN

 Penurunan aliran darah ginjal

 Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin

residual

 Peningkatan urgensi

2.1.14 Sistem Endokrin

Tanda :

 Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,

aldosteron, hormone tiroid

 Penurunan termoregulasi

 Penurunan respons demam

 Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid

 Penurunan laju metabolic basal

Gejala :

 Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti

pembedahan
 Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu

 Penurunan respons insulin, toleransi glukosa

 Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik

 Penambahan berat badan

 Peningkatan insiden penyakit tiroid

2.1.15 Sistem Kulit Integumen

Tanda :

 Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis

 Pendataran papilla

 Atrofi kelenjar keringat

 Penurunan vaskularisasi

 Cross-link kolagen

 Tidak adanya lemak sub kutan

 Penurunan melanosit

 Penurunan poliferasi dan fibroblas

Gejala :

 Penipisan kulit dan rentan sekali robek

 Kekeringan dan pruritus

 Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh

 Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit

 Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan

menyebabkan timbulnya nyeri.

 Penyembuhan luka makin lama.


2.1.17 Sistem Muskuloskletal

Tanda :

 Penurunan massa otot

 Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat

 Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi

 Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast

Gejala :

 Penurunan kekuatan otot

 Penurunan densitas tulang

 Penurunan tinggi badan

 Nyeri dan kekakuan pada sendi

 Peningkatan risiko fraktur

 Perubahan cara berjalan dan postur

 Pemeriksaan Penunjang

2.1.18 Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang

perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan

kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui

adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :

 Pemerikasaan hematologi rutin

 Urin rutin

 Glukosa

 Profil lipid
 Alkalin pospat

 Fungsi hati

 Fungsi ginjal

 Fungsi tiroid

 Pemeriksaan feses rutin

2.1.19 Patofisiologi (pathway)

3 Menua
Proses

Usia 25-35 Usia 35-45 Usia > 45 produksi


penurunan hormone penurunan hormone hormone sudah
(testosterone growt berkurang hingga
hormone) akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang


tak sehat dan stress

Penyakit
Peningkatan radikal
degenerative (DM,
osteoporosis,
hipertensi, penyakit
Kerusakan sel-sel jantung koroner
DNA (sel-sel tubuh)

System dalam tubuh mulai terganggu


seperti : penglihatan menurun, rambut
beruban, stamina dan energy berkurang,
wanita (menopause), pria (andopause)
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia
Pengkajian Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis,
kognitif dan perilaku sosial pada lansia.
2.2.1 Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :

Sistem Temuan Normal

Integumen Warna kulit Pigmentasi

berbintik/bernoda diarea

yang terpajan sinar matahari,

pucat meskipun tidak

anemia

Kelembaban Kering, kondisi bersisik

Suhu Ekstremitas lebih dingin,

penurunan perspirasi

Tekstur Penurunan elastisitas,

kerutan, kondisi berlipat,

kendur

Distribusi Penurunan jumlah lemak

lemak pada ekstremitas,

peningkatan jumlah

diabdomen

Rambut Penipisan rambut

Kuku Penurunan laju

pertumbuhan
Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah

leher menajam, & angular

Mata Penurunan ketajaman

penglihatan, akomodasi,

adaptasi dalam gelap,

sensivitas terhadpa cahaya

Telinga Penurunan menbedakan

nada, berkurangnya reflek

ringan, pendengaran kurang

Mulut, Penurunan pengecapan,

faring aropi papilla ujung lateral

lidah

Leher Kelenjar tiroid nodular

Thoraxs & Peningkatan diameter

paru-paru antero-posterior,

peningkatan rigitas dada,

peningkatan RR dengan

penurunan ekspansi paru,

peningkatan resistensi jalan

nafas

Sistem Peningkatan sistolik,

Jantung & perubahan DJJ saat istirahat,

Vascular nadi perifer mudah


dipalpasi, ekstremitas bawah

dingin

Payudara Berkurangnnya jaringan

payudara, kondisi

menggantung dan

mengendur

Sistem Penurunan sekresi keljar

Pencernaan saliva, peristatik, enzim

digestif, konstppasi

Sistem Wanita Penurunan estrogen, ukuran

Reproduksi uterus, atropi vagina

Pria Penurunan testosteron,

jumlah sperma, testis

Sistem Penurunan filtrasi renal,

Perkemihan nokturia, penurunan

kapasitas kandung kemih,

inkontenensia

Wanita Inkontenensia urgensi &

stress, penurunan tonus otot

perineal

Pria Sering berkemih & retensi

urine.

Sistem Penurunan masa & kekuatan


muskoloskel otot, demineralisasi tulang,

etal pemendekan fosa karena

penyempitan rongga

intravertebral, penurunan

mobilitas sendi, rentang

gerak

Sistem Penurunan laju reflek,

Neurologi penurunan kemampuan

berespon terhadap stimulus

ganda, insomia, periode

tidur singkat

2.2.2 Pengkajian status fungsional :

Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara

mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk

menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.

Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek

tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini

merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian,

toileting, berpindah, kontinen dan makan.


Tingkat Kemandirian Lansia :

A: kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

mandi,berpakaian dan mandi

B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

satu dari fungsi tambahan

C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi dan satu fungsi tambahan

D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan

F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi, berpakaian, ke kamar kecil

G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

2.2.3 Perubahan Kognitif

Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat

kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan

tetapi perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama

penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata

(ebersole &hess, 1994)

2.2.3.1 Pengkajian status kognitif

a) SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)


Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan

intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori

dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori

jauh dan kemam[uan matematis.

b) MMSE (mini mental state exam)

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,

registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan

bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan

nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan

kognitif yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.

c) Inventaris Depresi Bec

Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap

yang behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan

menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala

2.2.4 Perubahan psikososial

Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada

penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa

perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.

2.2.4.1 Pengkajian Sosial

Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada

seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining

singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia

adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan


pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan

teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan

disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga

sedang.

A : Adaptation

P : Partnership

G :Growth

A :Affection

R : Resolve

2.2.4.2 Keamanan Rumah

Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk

menjamin tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia

pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :

1) Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari

2) Jalan bersih

3) Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat

4) Alas kaki stabil dan anti slip

5) Kain anti licin atau keset

6) Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi

2.2.5 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1.  Melaporkan secara perbal Kelemahan Intoleransi

adanya kelemahan atau Umum Aktivitas.


kelelahan.

 Penurunan kekuatan otot.

 ADL dibantu

2.  Postur tubuh tidak stabil Penurunan Kerusakan

selama melakukan kegiatan. kekuatan otot mobilitas fisik

 Keterbatasan ROM

 Perubahan gaya berjalan

(penurunan kecepatan

berjalan, kesulitan memulai

jalan, langkah sempit, kaki

diseret)

3.  Laporan secara verbal dan Angen injury Nyeri kronis

non verbal. biologis

 Perubahan pola tidur

 Nyeri libih dari 6 bulan

2.2.6 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umun.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan

otot

3. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injury biologis


2.2.7 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Kerusaka Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring
n keperawatan selama 1x24 jam vital sign
Mobilitas diharapkan mobilitas fisik dalam sebelum/sesu
Fisik rentan normal. dah latihan
berhubun Kriteria hasil : dan lihat
gan Indikator I E respon pasien
dengan R R saat latihan.
penuruna 2. Ajarkan klien
n 1. Keseimbangan tentang dan
kekuatan tubuh pantau
otot. 2. Posisi tubuh penggunaan
3. Gerakan otot alat bantu
4. Gerakan sendi mobilitas
5. Kemampuan 3. Ajarkan dan
berpindah bantu klien
6. Ambulasi: dalam proses
berjalan perpindahan
Keterangan : 4. Dampingi
1. Tidak mandiri dan bantu
2. Dibantu orang dan alat klien saat
3. Dibantu orang mobilisasi
4. Dibantu alat dan bantu
5. Mandiri penuh penuhi
kebutuhan
ADLs
Intolerans Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan
i aktivitas keperawatan selama 1x24 jam penyebab
berhubun diharapkan resiko injury (fisik) dapat toleransi
gan teratasi. aktivias.
dengan Kriteria Hasil : 2. Berikan
kelemaha Indikator I E periode
n umum. R R istirahat
1. Langkah berjalan. selama
2. Jarak berjalan. beraktivitas.
3. kuat. 3. Jika
4. Laporan ADL. memungkink
Keterangan: an tingkatkan
1. Keluhan ekstrim aktivitas
2. Keluhan berat secara
3. Keluhan sedang bertahap.
4. Keluhan ringan 4. Monitor dan
5. Tidak ada keluhan catat
kemampuan
untuk
mentoleransi
aktivitas.
Nyeri Setelah dilakukan tindakan PAIN
berhubun keperawatan selama 1x30 menit MANAGEME
gan diharapkan Nyeri Kronis klien NT:
dengan dapat teratasi. 1. Lakukan
agen pengkajian
injury Kriteria Hasil : nyeri secara
biologis Indikator I E komprehensif
R R termasuk
1. Melaporkan Lokasi,
adanya nyeri. Karakteristik,
2. Luas bagian Durasi,
tubuh yang Frekuensi,
terpengaruhi. Kualitas, dan
3. Frekuensi nyeri. Faktor
4. Pernyataan Presipitasi.
nyeri. 2. Observasi
5. Perubahan reaksi non
tekanan darah. verbal dari
6. Posisi tubuh ketidak
protektif. nyamanan.
Keterangan: 3. Gunakan
1. Kuat teknik
2. Berat komunikasi
3. Sedang terapeutik
4. Ringan untuk
5. Tidak ada mengetahui
pengalaman
nyeri klien.
4. Ajarkan
tentang
teknik non
farmakologi.
5. Evaluasi
keefektipan
control.
2.3 Konsep Terapi Modalitas Lansia
2.3.1 Pengertian Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang bagi lansia. Terapi modalitas adalah suatu
kegiatan dalam memberikan askep baik di Institusi pelayanan
maupun di masyarakat yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapi
modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat
dukungan yang tersedia (Maryam, dkk 2008). Pencapaian tujuan
terapi modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan
tingkat dukungan yang tersedia. Terapi ini merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia ( Anastasia,
2010 )
2.3.2 Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia
Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008):
a) Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
b) Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain
serta merubah perilaku yang dekstruktif dan maladaptif.
c) Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah.
d) Mengisi waktu luang bagi lansia.
e) Meningkatkan kesehatan lansia.
f) Meningkatkan produktivitas lansia.
g) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
2.3.3 Klasikiasi Terapi Modalitas Pada Lansia (Maryam Siti, dkk 2008):
a) Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia
b) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan
kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan
mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader, dan fasilitator.
c) Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
kebersamaan, gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d) Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang.
e) Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi
hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang
f) Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari
bahan yang telah disediakan.
g) Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.
h) Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan.
i) Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian,
dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan
pengajian, kebaktian, dan lain-lain.
j) Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diindentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggoa
keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan
demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa
kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi
keluarga seperti yang seharusnya.
k) Terapi Aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian
minyak alami yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka
yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma
efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit tertentu
baik fisik maupun psikologis.
2.3.4 Cara Mengaplikasikan Terapi Modalitas pada Lansia
a) Pokok bahasan : Terapi klien dengan rematik
Sub pokok bahasan : senam rematik
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Sasaran : Lansia dengan keluhan rematik
b) Tujuan
 Tujuan umum
Klien mampu melakukan senam rematik dengan baik
 Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan senam rematik secara mandiri
dan nyeri sendi berkurang setelah melakukan senam
rematik
c) Sasaran
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka sasaran
klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini
adalah klien dengan masalah nyeri sendi berjumlah 10 orang.
d) Metode
Metode yang digunakan demonstrasi dan redemonstrasi.
e) Strategi Pelaksanaan
f) Deskripsi struktur kelompok
 Leader dan Co Leader
- Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang
diharapkan
- Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan
peserta
- Memberikan motivasi kepada peserta
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta
 Fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memberikan stimulus atau motivasi pada peserta lain
untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan
peserta lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
 Observer
- Mengamati dan mencatat respon klien
- Mencatat jalannya aktivitas terapi
- Mengikuti proses evaluasi
 Peserta
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi
1) Langkah-langkah kegiatan
a. Fase Orientasi
 Waktu : 10 menit
 Salam terapeutik
 Kontrak
- Waktu : 45 menit
- tempat : Halaman
- topik : senam rematik
 tujuan aktivitas : melatih gerakan sendi para lansia agar
meminimalisasi sakit akibat nyeri sendi
 aturan main : setiap peserta harus memperhatikan, mengikuti
dan kemudian dapat mempraktekkan hal yang diajarkan

b. Fase Kerja
 Waktu : 20 menit
 Menjelaskan pentingnya senam rematik
 Menjelaskan cara-cara melakukan senam rematik
 Melatih pasien mempraktekkan senam rematik
 Berikanpujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan

c. Fase Terminasi
 Waktu : 15 menit
 Evaluasi
- Pemimpin TAK mengeksplorasi perasaan anggota
kelompok setelah mempraktekkan cara mandi. Contoh :
“bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan
hari ini ?”
- Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
- Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk
mencoba mempraktekkan kembali dalam kehidupan
sehari-hari.

d. Media dan Alat


 Media : Musik
 Alat : Sound, HP
e. Setting Tempat

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
: Sound / alat music
: Pohon
f. Organisasi Kelompok
 Leader :
 Co Leader :
 Fasilitator :
 Observer :
 Peserta :
g. Evaluasi dan Dokumentasi
 Bentuk form evaluasi
Evaluasi proses dilakukan oleh observer terhadap jalannya
acara dan kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan.
Evaluasi hasil ditentukan berdasarkan kriteria :
- Respons fisik dan verbal yang ditunjukkan oleh klien
yang menjadi peserta TAK
- Penilaian ulang respons klien akan penilaian diri dua
jam setelah kegiatan oleh observer dan fasilitator
 Pendokumentasian di masing-masing proses keperawatan
klien
- Klien mendengarkan dan memperhatikan secara
seksama dan antusias apa yang di sampaikan oleh
terapis
- Klien dapat mempraktekkan dengan benar apa yang
telah diajarkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
3.1 Data Demografi
3.1.1 Jumlah lansia
Jumlah lansia di Alalak Selatan RT.04 adalah 35 orang lansia

3.1.2 Umur rata-rata


Usia Lansia Jumlah Presentasi
Lansia (60-74 Tahun) 32 orang 91,43%
Lansia Tua (75-90) 3 orang 8,57%
Usia Sangat Tua 0 orang 0
(>90)

3.1.3 Status perkawinan


Status Perkawinan Jumlah Presentasi
Menikah 27 orang 77,14%
Cerai Mati 8 orang 22,86%

3.1.4 Agama
Rata-rata Agama pada lansia di daerah Alalak Selatan RT. 04 adalah
beragama Islam.

3.1.5 Pendidikan terakhir


Adapun pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh lansia adalah

Pendidikan Jumlah Persentasi


SD 22 orang 62,86%
Tidak Tamat Sekolah Dasar 7 orang 20%
Tidak Sekolah 5 orang 14,28%
SMA 1 orang 2,86%
3.2 Data Pengkajian Terfokus
3.2.1 Riwayat Kesehatan
3.2.1.1 Persentasi Keluhan Lansia
Keluhan Jumlah Persentasi
Nyeri 5 orang 14,28%
Pusing 15 orang 42,86%
Kelemahan pada 4 orang 11,43%
Ekstremitas
Penglihatan Menurun 20 orang 57,14%
Batuk dan Sesak 4 orang 11,42%

3.2.1.2 Persentasi penyakit lansia


Penyakt Jumlah Persentasi
Hipertensi 15 42,86%
Kolesterol 5 14,28%
Asam Urat 6 17,14%
DM 1 2,86%
Stroke 4 11,43%
Penyakit Saluran 4 11,43%
Pernafasan (Asma, TB
Paru, Batuk dan Flu)

3.2.2 Kebutuhan Fisiologis


Kebutuhan Tidak Persentasi Normal Persentasi
fisiologis normal
Pola makan 20 57,14% 15 42,86%
tidak teratur
Minum 30 85,71% 5 14,28%
Eliminasi 0 0% 35 100%
Kebersihan 30 85,71% 5 14,28%
diri
Kemandirian 25 71,43% 10 28,57%
Gangguan 20 57,14% 15 42,86%
penglihatan
Gangguan 15 42,86% 20 57,14%
pendengaran

3.2.3 Perilaku terhadap kesehatan


Perilaku terhadap
Ya Persentasi Tidak Persentasi
kesehatan
Merokok 10 28,57% 25 71,43%
Minum kopi 17 48,57% 18 51,43%
Alkohol 0 0% 35 100%
Konsumsi gula
16 45,71% 19 54,28%
garam berlebih

3.2.4 Nilai dan kepercayaan terhadap kesehtan


Nilai dan kepercayaan dari 35 lansia yang tinggal di Alalak Selatan
hanya 10 orang lansia yang pernah berobat ke pelayanan kesehatan
dan sisanya 25 orang lansia tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan ke pelayanan kesehatan sehingga pada saat pendataan
baru terdeteksi penyakit yang diderita oleh lansia.

3.2.5 Status mental dan kognitif


Dari 35 lansia status mental dan kognitifnya 31 orang baik hanya 4
orang saja yang mengalami kerusakan intelektual ringan.

3.2.6 Psikososial
Lansia yang tidak memiliki penyakit stroke atau kelemahan pada
ekstremitas masih mampu beraktivitas dan bersosialisasi dengan
warga sekitar sehingga resiko psikososial tidak terganggu.

3.2.7 Kegiatan spiritual


Dari 35 lansia beragama islam dan taat beribadah.

3.2.8 Interaksi sosial


Para lansia di daerah Alalak Selatan interaksi sosialnya masih baik
karena masih dapat beraktivitas dan bersosialisasi dengan
masyarakat misalnya pengajian yang dilakukan pada setiap hari
kamis dan sabtu sore, selain itu jika ada kegiatan lansia yang aktif
sering ikut serta dalam kegiatan kecuali lansia yang stroke atau
kelemahan pada ekstremitas.
3.3 Data Sub Sistem
3.3.1 Lingkungan Fisik
Keadaan lingkungan di daerah Alalak Selatan RT. 04 dapat
dikatakan cukup padat, dikarenakan daerah tersebut rumah
warga saling berdempetan satu sama lain dan berakibat
udara di daerah tersebut menjadi panas.
3.3.2 Sarana Sumber Air Bersih
Sumber Air Bersih Jumlah Persentasi
PDAM 20 57,14%
Sungai 15 42,86%

3.3.3 Sarana Pembuangan Sampah


Sarana pembuangan sampah yang ada di Alalak Selatan RT
04 masih belum memadai, dikarenakan tidak tersedianya
tempat pembangan sampah di daerah tersebut dan masih
ada warga yang membuang sampah sembarangan
contohnya membuang sampah di rumah-rumah kosong
yang tidak terpakai dan membuat udara dilingkungan
tersebut menjadi kurang bersih.
3.3.4 Sarana MCK
Semua lansia mempunyai MCK yang memadai.
3.3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sosial Lansia di
Komunitas
Para lansia wanita yang sehat dan mampu beraktivitas
masih mengikuti pengajian yang diadakan di Rt 04
sedangkan para lansia laki-laki yang sehat dan mampu
beraktivitas masih dapat berkumpul dalam kegiatan
masyarakat. Adapun sarana pelayanan kesehatan biasanya
para lansia berobat ke puskesmas alalak selatan atau bidan
desa daerah tersebut.
3.3.6 Sarana Komunitas
Para lansia berkomunikasi menggunakan bahasa Banjar.
3.3.7 Sarana Ekonomi bagi Lansia
Dari 35 orang lansia ada 1 orang yang bekerja sebagai
tukang pijat, 3 orang penjaga warung, 1 orang penjaga
malam, 1 pedagang ketupat, 19 orang bekerja sebagai
buruh lepas., dan 10 orang tidak bekerja bergantung pada
keluarga atau tetangga terdekat.
3.3.8 Sarana Rekreasi
Para lansia jarang melakukan rekreasi untuk menghibur
dirinya karena biaya yang tidak memungkinkan.
3.4 Analisis Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS :

3.5 Prioritas Masalah


3.6 Intervensi Keperawatan
3.7 POA
Dengan adanya berbagai macam masalah yang muncul dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka kelompok membuat
perencanaan untuk pemecahan masalah sesuai dengan prioritas masalah sebagai berikut :
PENANGGUNG
No MASALAH KEGIATAN SASARAN TEMPAT WAKTU
JAWAB
1 Ketidakefektifan 1. Pendidikan Lansia di Alalak Sabtu, 6 PENKES
pemeliharaan kesehatan tentang Alalak Selatan Selatan Juli 2019 1. Muhammad Kosim
kesehatan penanganan RT. 04 Albanjary
berhubungan dengan penyakit hipertensi Jam 09.00 2. Yenni Noor
kurangnya WITA Fahridha
penetahuan tentang 2. Melakukan terapi 3. Yurida
praktik kesehatan modalitas yaitu
dasar senam lansia untuk TERAPI MODALITAS
menurunkan
tekanan darah 1. Raudatus Saleha
tinggi pada 2. Mulyati Lestari
hipertensi

3.8 Rencana Tindak Lanjut


Pendidikan kesehatan dan terapi modalitas pada lansia
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Adanya
perubahan tersebut mengakibatkan lansia menjadi sakit.

Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan gerontik kelompok


a. Mampu merumuskan analisa data asuhan keperawatan gerontik
kelompok
b. Mampu menyusun prioritas masalah asuhan keperawatan gerontik
kelompok
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan gerontik
kelompok
d. Mampu menyusun Planing Of Action (POA) pada asuhan
keperawatan gerontik kelompok

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai