Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. (Nies&Mc Ewen,2007;
Tamher & Noorkasiani, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi


penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa.
Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada
tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada
hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta
orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada
tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi (Departemen KesehatanRI, 2013; WHO, 2015).

Pada usia lansia yang merupakan masa akhir kehidupan manusia secara fisik
dan psikologis akan berubah. Fisik lansia yang berusia mulai 60 tahun keatas
akan terjadi degenasi pada fisiknya, organ dalam tubuh lansia akan berubah
dan akan mengganggu kinerja dari organ tersebut dalam fungsinya. Berbagai
penyakit akan muncul pada lansia apabila semasa hidupnya kurang menjaga
gaya hidup atau secara fisik fungsinya memang sudah berubah secara usia.

Sehinga pada kesempatan ini kami melakukan pendataan pada lansia di


Alalak Selatan RT 04 untuk menentukan penyakit dan melakukan asuhan
keperawatan gerontik kelompok di daerah tersebut.

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui, memahami dan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada lansia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan gerontik
kelompok
b. Mampu merumuskan analisa data asuhan keperawatan gerontik
kelompok
c. Mampu menyusun prioritas masalah asuhan keperawatan gerontik
kelompok
d. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan gerontik kelompok
e. Mampu menyusun Planing Of Action (POA) pada asuhan
keperawatan gerontik kelompok

1.3 Manfaat Kegiatan


1.3.1 Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan
gerontik sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia yang ada di
masyarakat.
1.3.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan gerontik
1.3.3 Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan
gerontik untuk meningkatkan mutu kesehatan lansia yang ada di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Menua
2.1.1 Definisi Lansia
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan
akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa,
ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika
kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini,
dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima
keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan
diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2012)

Lanjut usia adalah seseoranng yang mencapai usia 60 tahun ke atas,


baik pria maupun wanita. Menjadi tua merupakan proses alami yang
berarti seseorang telah memulai tahap-tahap kehudupannya, yaitu
neonates, toodler,pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa, dan lansia
(Padila, 2013).

2.1.2 Proses Menua


Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada
setiap makluk hidup (Fitri & M, 2016).
Menurut Laslet (Sudirman & Siti, 2011) menyatakan bahwa semua
makhluk hidup memilki siklus kehidupan menuju tua yang diawali
dengan proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak,
menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan usia lanjut adalah masa
yang tidak bisa dielakan bagi orang yang dikarunia umur panjang.

2.1.3 Batasan Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Darmojo, 2012) batasan
lanjut usia meliputi :
 Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
 Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
 Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

2.1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
 Perubahan Organik

 Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.


 Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya

menghilang.

 Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.

 Jumlah lemak meningkat.

 Penggunaan oksigen menurun.

 Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.

 Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.

 Ekskresi hormon menurun.

 Aktivitas sensorik dan persepsi menurun.

 Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.

 Lumen arteri menebal.

2.1.5 Sistem Persarafan

Tanda:

 Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel

neuroglial.

 Penurunan syaraf dan serabut syaraf.

 Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim

 Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.

Gejala:

 Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,

parkinsonisme.

 Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat

 Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang


 Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan

menekukke depan

 Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala.

2.1.6 Sistem Pendengaran.

Tanda :

 Hilangnya neuron auditorius

 Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah

 Peningkatan serumen

 Angiosklerosis telinga

Gejala :

 Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,

penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)

 Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang

mengganggu, atau bila percakapan cepat.

 Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

2.1.7 Sistem Penglihatan

Tanda :

 Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut

 Penumpukan pigmen.

 Penurunan kecepatan gerakan mata.

 Atrofi otot silier.

 Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa

 Penurunan sekresi air mata.


Gejala :

 Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan

adaptasi terhadap terang/gelap

 Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan

 Peningkatan insiden glaucoma

 Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh

 Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet

 Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

2.1.8 Sistem Kardiovaskuler

Tanda :

 Atrofi serat otot yang melapisi endokardium

 Aterosklerosis pembuluh darah

 Peningkatan tekanan darah sistolik.

 Penurunan komplian ventrikel kiri.

 Penurunan jumlah sel pacemaker

 Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.

Gejala :

 Peningkatan tekanan darah

 Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar

 Peningkatan aritmia

 Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi

 Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah

 Penurunan toleransi
2.1.9 Sistem Respirasi

Tanda :

 Penurunan elastisitas jaringan paru.

 Kalsifikasi dinding dada.

 Atrofi silia.

 Penurunan kekuatan otot pernafasan.

 Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).

Gejala :

 Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi

 Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis

 Peningkatan resiko aspirasi

 Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia

 Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

2.1.10 Sistem Gastrointestinal

Tanda :

 Penurunan ukuran hati.

 Penurunan tonus otot pada usus.

 Pengosongan esophagus makin lambat

 Penurunan sekresi asam lambung.

 Atrofi lapisan mukosa

Gejala :

 Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan


 Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan

melambat

 Penurunan penyerapan kalsium dan besi

 Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit

divertikuler

2.1.11 Sistem Reproduksi

Tanda :

 Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus

 Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi

 Penurunan hormone dan oosit.

 Involusi jaringan kelenjar mamae.

 Poliferasi jaringan stroma dan glandular

Gejala :

 kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus

 penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi

 penurunan elevasi testis

 hipertrofi prostat

 jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga

pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan

2.1.13 Sistem Perkemihan

Tanda :

 Penurunan masa ginjal

 Tidak ada glomerulus


 Penurunan jumlah nefron yang berfungsi

 Perubahan dinding pembuluh darah kecil

 Penurunan tonus otot kandung kemih

Gejala :

 Penurunan GFR

 Penurunan kemampuan penghematan natrium

 Peningkatan BUN

 Penurunan aliran darah ginjal

 Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin

residual

 Peningkatan urgensi

2.1.14 Sistem Endokrin

Tanda :

 Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,

aldosteron, hormone tiroid

 Penurunan termoregulasi

 Penurunan respons demam

 Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid

 Penurunan laju metabolic basal

Gejala :

 Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti

pembedahan

 Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu


 Penurunan respons insulin, toleransi glukosa

 Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik

 Penambahan berat badan

 Peningkatan insiden penyakit tiroid

2.1.15 Sistem Kulit Integumen

Tanda :

 Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis

 Pendataran papilla

 Atrofi kelenjar keringat

 Penurunan vaskularisasi

 Cross-link kolagen

 Tidak adanya lemak sub kutan

 Penurunan melanosit

 Penurunan poliferasi dan fibroblas

Gejala :

 Penipisan kulit dan rentan sekali robek

 Kekeringan dan pruritus

 Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh

 Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit

 Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan

menyebabkan timbulnya nyeri.

 Penyembuhan luka makin lama.


2.1.17 Sistem Muskuloskletal

Tanda :

 Penurunan massa otot

 Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat

 Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi

 Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast

Gejala :

 Penurunan kekuatan otot

 Penurunan densitas tulang

 Penurunan tinggi badan

 Nyeri dan kekakuan pada sendi

 Peningkatan risiko fraktur

 Perubahan cara berjalan dan postur

 Pemeriksaan Penunjang

2.1.18 Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang

perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan

yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui adanya

gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :

 Pemerikasaan hematologi rutin

 Urin rutin

 Glukosa

 Profil lipid

 Alkalin pospat
 Fungsi hati

 Fungsi ginjal

 Fungsi tiroid

 Pemeriksaan feses rutin

2.1.19 Patofisiologi (pathway)

3 Menua
Proses

Usia 25-35 Usia 35-45 Usia > 45 produksi


penurunan hormone penurunan hormone hormone sudah
(testosterone growt berkurang hingga
hormone) akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang


tak sehat dan stress

Penyakit
Peningkatan radikal
degenerative (DM,
osteoporosis,
hipertensi, penyakit
Kerusakan sel-sel jantung koroner
DNA (sel-sel tubuh)

System dalam tubuh mulai terganggu


seperti : penglihatan menurun, rambut
beruban, stamina dan energy berkurang,
wanita (menopause), pria (andopause)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia


Pengkajian Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis,
kognitif dan perilaku sosial pada lansia.
2.2.1 Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :

Sistem Temuan Normal

Integumen Warna kulit Pigmentasi

berbintik/bernoda

diarea yang terpajan

sinar matahari, pucat

meskipun tidak anemia

Kelembaban Kering, kondisi bersisik

Suhu Ekstremitas lebih

dingin, penurunan

perspirasi

Tekstur Penurunan elastisitas,

kerutan, kondisi

berlipat, kendur

Distribusi lemak Penurunan jumlah

lemak pada ekstremitas,

peningkatan jumlah

diabdomen

Rambut Penipisan rambut

Kuku Penurunan laju

pertumbuhan
Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah

leher menajam, & angular

Mata Penurunan ketajaman

penglihatan,

akomodasi, adaptasi

dalam gelap, sensivitas

terhadpa cahaya

Telinga Penurunan menbedakan

nada, berkurangnya

reflek ringan,

pendengaran kurang

Mulut, Penurunan pengecapan,

faring aropi papilla ujung

lateral lidah

Leher Kelenjar tiroid nodular

Thoraxs & paru- Peningkatan diameter

paru antero-posterior,

peningkatan rigitas

dada, peningkatan RR

dengan penurunan

ekspansi paru,

peningkatan resistensi

jalan nafas
Sistem Jantung Peningkatan sistolik,

& Vascular perubahan DJJ saat

istirahat, nadi perifer

mudah dipalpasi,

ekstremitas bawah

dingin

Payudara Berkurangnnya

jaringan payudara,

kondisi menggantung

dan mengendur

Sistem Penurunan sekresi

Pencernaan keljar saliva, peristatik,

enzim digestif,

konstppasi

Sistem Wanita Penurunan estrogen,

Reproduksi ukuran uterus, atropi

vagina

Pria Penurunan testosteron,

jumlah sperma, testis

Sistem Penurunan filtrasi renal,

Perkemihan nokturia, penurunan

kapasitas kandung

kemih, inkontenensia
Wanita Inkontenensia urgensi

& stress, penurunan

tonus otot perineal

Pria Sering berkemih &

retensi urine.

Sistem Penurunan masa &

muskoloskeletal kekuatan otot,

demineralisasi tulang,

pemendekan fosa

karena penyempitan

rongga intravertebral,

penurunan mobilitas

sendi, rentang gerak

Sistem Penurunan laju reflek,

Neurologi penurunan kemampuan

berespon terhadap

stimulus ganda,

insomia, periode tidur

singkat

2.2.2 Pengkajian status fungsional :

Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara


mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk

menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.

Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek

tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang

kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian, toileting,

berpindah, kontinen dan makan.

Tingkat Kemandirian Lansia :

A: kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

mandi,berpakaian dan mandi

B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu

dari fungsi tambahan

C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi dan satu fungsi tambahan

D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan

F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali

mandi, berpakaian, ke kamar kecil

G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

2.2.3 Perubahan Kognitif


Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat

kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi

perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan

tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole

&hess, 1994)

2.2.3.1 Pengkajian status kognitif

a) SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)

Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan

intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori

dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori

jauh dan kemam[uan matematis.

b) MMSE (mini mental state exam)

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,

registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan

bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan

nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif

yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.

c) Inventaris Depresi Bec

Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap

yang behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan

menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala

2.2.4 Perubahan psikososial


Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada

penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa

perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.

2.2.4.1 Pengkajian Sosial

Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada

seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining

singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia

adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan

pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan

teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan

disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga

sedang.

A : Adaptation

P : Partnership

G :Growth

A :Affection

R : Resolve

2.2.4.2 Keamanan Rumah

Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk

menjamin tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada

resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :

1) Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari

2) Jalan bersih
3) Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat

4) Alas kaki stabil dan anti slip

5) Kain anti licin atau keset

6) Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi

2.2.5 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1.  Melaporkan secara perbal Kelemahan Intoleransi

adanya kelemahan atau Umum Aktivitas.

kelelahan.

 Penurunan kekuatan otot.

 ADL dibantu

2.  Postur tubuh tidak stabil Penurunan Kerusakan

selama melakukan kegiatan. kekuatan otot mobilitas fisik

 Keterbatasan ROM

 Perubahan gaya berjalan

(penurunan kecepatan

berjalan, kesulitan memulai

jalan, langkah sempit, kaki

diseret)

3.  Laporan secara verbal dan Angen injury Nyeri kronis

non verbal. biologis

 Perubahan pola tidur


 Nyeri libih dari 6 bulan

2.2.6 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umun.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

3. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injury biologis

2.2.7 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Kerusaka Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring
n keperawatan selama 1x24 jam vital sign
Mobilitas diharapkan mobilitas fisik dalam sebelum/sesu
Fisik rentan normal. dah latihan
berhubun Kriteria hasil : dan lihat
gan Indikator I E respon pasien
dengan R R saat latihan.
penuruna 2. Ajarkan klien
n 1. Keseimbangan tentang dan
kekuatan tubuh pantau
otot. 2. Posisi tubuh penggunaan
3. Gerakan otot alat bantu
4. Gerakan sendi mobilitas
5. Kemampuan 3. Ajarkan dan
berpindah bantu klien
6. Ambulasi: dalam proses
berjalan perpindahan
Keterangan : 4. Dampingi
1. Tidak mandiri dan bantu
2. Dibantu orang dan alat klien saat
3. Dibantu orang mobilisasi
4. Dibantu alat dan bantu
5. Mandiri penuh penuhi
kebutuhan
ADLs
Intolerans Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan
i aktivitas keperawatan selama 1x24 jam penyebab
berhubun diharapkan resiko injury (fisik) dapat toleransi
gan teratasi. aktivias.
dengan Kriteria Hasil : 2. Berikan
kelemaha Indikator I E periode
n umum. R R istirahat
1. Langkah berjalan. selama
2. Jarak berjalan. beraktivitas.
3. kuat. 3. Jika
4. Laporan ADL. memungkink
Keterangan: an tingkatkan
1. Keluhan ekstrim aktivitas
2. Keluhan berat secara
3. Keluhan sedang bertahap.
4. Keluhan ringan 4. Monitor dan
5. Tidak ada keluhan catat
kemampuan
untuk
mentoleransi
aktivitas.
Nyeri Setelah dilakukan tindakan PAIN
berhubun keperawatan selama 1x30 menit MANAGEME
gan diharapkan Nyeri Kronis klien NT:
dengan dapat teratasi. 1. Lakukan
agen pengkajian
injury Kriteria Hasil : nyeri secara
biologis Indikator I E komprehensif
R R termasuk
1. Melaporkan Lokasi,
adanya nyeri. Karakteristik,
2. Luas bagian Durasi,
tubuh yang Frekuensi,
terpengaruhi. Kualitas, dan
3. Frekuensi nyeri. Faktor
4. Pernyataan Presipitasi.
nyeri. 2. Observasi
5. Perubahan reaksi non
tekanan darah. verbal dari
6. Posisi tubuh ketidak
protektif. nyamanan.
Keterangan: 3. Gunakan
1. Kuat teknik
2. Berat komunikasi
3. Sedang terapeutik
4. Ringan untuk
5. Tidak ada mengetahui
pengalaman
nyeri klien.
4. Ajarkan
tentang
teknik non
farmakologi.
5. Evaluasi
keefektipan
control.

2.3 Konsep Terapi Modalitas Lansia


2.3.1 Pengertian Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia. Terapi modalitas adalah suatu kegiatan
dalam memberikan askep baik di Institusi pelayanan maupun di
masyarakat yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapi modalitas
tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia (Maryam, dkk 2008). Pencapaian tujuan terapi modalitas
tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia. Terapi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang bagi lansia ( Anastasia, 2010 )
2.3.2 Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia
Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008):
a) Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
b) Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain
serta merubah perilaku yang dekstruktif dan maladaptif.
c) Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
d) Mengisi waktu luang bagi lansia.
e) Meningkatkan kesehatan lansia.
f) Meningkatkan produktivitas lansia.
g) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
2.3.3 Klasikiasi Terapi Modalitas Pada Lansia (Maryam Siti, dkk 2008):
a) Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia
b) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan
kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan
mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader, dan fasilitator.
c) Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
kebersamaan, gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d) Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang.
e) Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi
hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang
f) Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari
bahan yang telah disediakan.
g) Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.
h) Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan.
i) Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian,
dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian,
kebaktian, dan lain-lain.
j) Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diindentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggoa
keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan
demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi
masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian
mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti
yang seharusnya.
k) Terapi Aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian
minyak alami yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka
yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma
efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit tertentu
baik fisik maupun psikologis.
2.3.4 Cara Mengaplikasikan Terapi Modalitas pada Lansia
a) Pokok bahasan : Terapi klien dengan rematik
Sub pokok bahasan : senam rematik
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Sasaran : Lansia dengan keluhan rematik
b) Tujuan
 Tujuan umum
Klien mampu melakukan senam rematik dengan baik
 Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan senam rematik secara mandiri
dan nyeri sendi berkurang setelah melakukan senam
rematik
c) Sasaran
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka sasaran
klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah
klien dengan masalah nyeri sendi berjumlah 10 orang.
d) Metode
Metode yang digunakan demonstrasi dan redemonstrasi.
e) Strategi Pelaksanaan
f) Deskripsi struktur kelompok
 Leader dan Co Leader
- Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang
diharapkan
- Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan
peserta
- Memberikan motivasi kepada peserta
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta
 Fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memberikan stimulus atau motivasi pada peserta lain
untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan
peserta lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
 Observer
- Mengamati dan mencatat respon klien
- Mencatat jalannya aktivitas terapi
- Mengikuti proses evaluasi
 Peserta
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi

1) Langkah-langkah kegiatan
a. Fase Orientasi
 Waktu : 10 menit
 Salam terapeutik
 Kontrak
- Waktu : 45 menit
- tempat : Halaman
- topik : senam rematik
 tujuan aktivitas : melatih gerakan sendi para lansia agar
meminimalisasi sakit akibat nyeri sendi
 aturan main : setiap peserta harus memperhatikan, mengikuti
dan kemudian dapat mempraktekkan hal yang diajarkan

b. Fase Kerja
 Waktu : 20 menit
 Menjelaskan pentingnya senam rematik
 Menjelaskan cara-cara melakukan senam rematik
 Melatih pasien mempraktekkan senam rematik
 Berikanpujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan

c. Fase Terminasi
 Waktu : 15 menit
 Evaluasi
- Pemimpin TAK mengeksplorasi perasaan anggota
kelompok setelah mempraktekkan cara mandi. Contoh :
“bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan hari
ini ?”
- Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
- Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk
mencoba mempraktekkan kembali dalam kehidupan
sehari-hari.

d. Media dan Alat


 Media : Musik
 Alat : Sound, HP

e. Setting Tempat

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
: Sound / alat music
: Pohon
f. Organisasi Kelompok
 Leader :
 Co Leader :
 Fasilitator :
 Observer :
 Peserta :
g. Evaluasi dan Dokumentasi
 Bentuk form evaluasi
Evaluasi proses dilakukan oleh observer terhadap jalannya
acara dan kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi
hasil ditentukan berdasarkan kriteria :
- Respons fisik dan verbal yang ditunjukkan oleh klien
yang menjadi peserta TAK
- Penilaian ulang respons klien akan penilaian diri dua jam
setelah kegiatan oleh observer dan fasilitator
 Pendokumentasian di masing-masing proses keperawatan
klien
- Klien mendengarkan dan memperhatikan secara
seksama dan antusias apa yang di sampaikan oleh terapis
- Klien dapat mempraktekkan dengan benar apa yang
telah diajarkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
3.1 Data Demografi
3.1.1 Jumlah lansia
Jumlah lansia di Alalak Selatan RT.04 adalah 35 orang lansia

3.1.2 Umur rata-rata


Usia Lansia Jumlah
Lansia (60-74 Tahun) 30 orang
Lansia Tua (75-90) 3 orang
Usia Sangat Tua (>90) 0 orang

3.1.3 Status perkawinan


Status Perkawinan Jumlah
Menikah 27 orang
Cerai Mati 8 orang

3.1.4 Agama
Rata-rata Agama pada lansia di daerah Alalak Selatan RT. 04 adalah beragama
Islam.

3.1.5 Pendidikan terakhir


Adapun pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh lansia adalah

Pendidikan Jumlah
SD 22 orang
Tidak Tamat Sekolah Dasar 7 orang
Tidak Sekolah 5 orang
SMA 1 orang

3.2 Data Pengkajian Terfokus


3.2.1 Riwayat Kesehatan
3.2.1.1 Persentasi Keluhan Lansia
Keluhan Jumlah
Nyeri 5 orang
Pusing 15 orang
Kelemahan pada 4 orang
Ekstremitas
Penglihatan Menurun 20 orang
Batuk dan Sesak 4 orang

3.2.1.2 Persentasi penyakit lansia


Penyakt Jumlah
Hipertensi 15
Kolesterol 5
Asam Urat 6
DM 1
Stroke 4
Penyakit Saluran Pernafasan 4
(Asma, TB Paru, Batuk dan Flu)

3.2.2 Kebutuhan Fisiologis


Kebutuhan Tidak normal Normal Persentasi
fisiologis
Pola makan tidak 20 15
teratur
Minum 30 5
Eliminasi 0 35
Kebersihan diri 30 5
Kemandirian 25 10
Gangguan 20 15
penglihatan
Gangguan 15 20
pendengaran
3.2.3 Perilaku terhadap kesehatan
Perilaku terhadap Jumlah Persentasi
kesehatan
Merokok 10
Minum kopi 17
Alkohol 0
Konsumsi gula 16
garam berlebih

3.2.4 Nilai dan kepercayaan terhadap kesehtan


Nilai dan kepercayaan dari 35 lansia yang tinggal di Alalak Selatan
hanya 10 orang lansia yang pernah berobat ke pelayanan kesehatan
a dan sisanya 25 orang lansia tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan ke pelayanan kesehatan sehingga pada saat pendataan
baru terdeteksi penyakit yang diderita oleh lansia.

3.2.5 Status mental dan kognitif


Dari 35 lansia status mental dan kognitifnya 31 orang baik hanya 4
orang saja yang mengalami kerusakan intelektual ringan.

3.2.6 Psikososial
Lansia yang tidak memiliki penyakit stroke atau kelemahan pada
ekstremitas masih mampu beraktivitas dan bersosialisasi dengan
warga sekitar sehingga resiko psikososial tidak terganggu.

3.2.7 Kegiatan spiritual


Dari 35 lansia beragama islam dan taat beribadah.

3.2.8 Interaksi sosial


Para lansia di daerah Alalak Selatan interaksi sosialnya masih baik
karena masih dapat beraktivitas dan bersosialisasi dengan
masyarakat misalnya pengajian yang dilakukan pada setiap hari
kamis dan sabtu sore, selain itu jika ada kegiatan lansia yang aktif
sering ikut serta dalam kegiatan kecuali lansia yang stroke atau
kelemahan pada ekstremitas.

3.3 Data Sub Sistem


3.3.1 Lingkungan Fisik
Keadaan lingkungan di daerah Alalak Selatan RT. 04 dapat
dikatakan cukup padat, dikarenakan daerah tersebut rumah
warga saling berdempetan satu sama lain dan berakibat udara
di daerah tersebut menjadi panas.
3.3.2 Sarana Sumber Air Bersih
Sumber Air Bersih Jumlah
PDAM 20
Sungai 15

3.3.3 Sarana Pembuangan Sampah


Sarana pembuangan sampah yang ada di Alalak Selatan RT 04
masih belum memadai, dikarenakan tidak tersedianya
tempat pembangan sampah di daerah tersebut dan masih ada
warga yang membuang sampah sembarangan contohnya
membuang sampah di rumah-rumah kosong yang tidak
terpakai dan membuat udara dilingkungan tersebut menjadi
kurang bersih.
3.3.4 Sarana MCK
Semua lansia mempunyai MCK yang memadai.

3.3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sosial Lansia di


Komunitas
Para lansia wanita yang sehat dan mampu beraktivitas
masih mengikuti pengajian yang diadakan di Rt 04
sedangkan para lansia laki-laki yang sehat dan mampu
beraktivitas masih dapat berkumpul dalam kegiatan
masyarakat. Adapun sarana pelayanan kesehatan biasanya
para lansia berobat ke puskesmas alalak selatan atau bidan
desa daerah tersebut.

3.3.6 Sarana Komunitas


Para lansia berkomunikasi menggunakan bahasa Banjar.
3.3.7 Sarana Ekonomi bagi Lansia
Dari 35 orang lansia ada 1 orang yang bekerja sebagai
tukang pijat, 3 orang penjaga warung, 1 orang penjaga
malam, 1 pedagang ketupat, 19 orang bekerja sebagai
buruh lepas., dan 10 orang tidak bekerja bergantung pada
keluarga atau tetangga terdekat.

3.3.8 Sarana Rekreasi


Para lansia jarang melakukan rekreasi untuk menghibur
dirinya karena biaya yang tidak memungkinkan.
3.4 Analisis Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : Kurang pengetahuan Ketidakefektifan
- Para lansia tentang praktik Pemeliharaan
mengatakan tidak kesehatan dasar Kesehatan
membatasi untuk
makanan yang
dikonsumsi
- Para lansia
mengatakan jarang
pergi ke fasilitas
kesehatan
-

DO :
- Masalah kesehatan
paling banyak saat
pengkajian pada
lansia alalak selatan
RT 04 selama
pendataan ialah
kasus hipertensi ada
15 lansia yang
paling banyak
menderita
hipertensi

3.5 Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b/d kurang pengetahuan
tentang praktik kesehatan dasar
3.6 Intervensi Keperawatan
No Tujuan NOC NIC
1. Setelah dilakukan 1. Klien dan keluarga 1. Buat isi pendidikan
tindakan keperawatan dapat selalu kesehatan sesuai
diharapkan memantau tekanan dengan
pemeliharaan darah kemampuan
kesehatan jadi efektif 2. Klien dan keluarga kognitif,
dapat membatasi psikomotor, dan
asupan garam afektif pasien
3. Klien dan keluarga 2. Berikan informasi
dapat Berpartisipasi sesuai dengan
dalam olahraga tingkat
yang perkemabangan
direkomendasikan pasien.
4. Klien dan keluarga 3. Berikan informasi
dapat mengikuti diit dengan cara yang
tepat, seperti mulai
yang dari hal yang
direkomendasikan sederhana kepada
informasi yang
lebih kompleks,
dari informasi yang
diketahui terlebih
dahulu, dari
informasi yang
konkrit ke
informasi yang
abstrak.
4. Sesuaikan
informasi dengan
gaya hidup dan
rutinitas pasien,
sehingga dapat
dipatuhi pasien
5. Berikan umpan
balik selama proses
pendidikan
kesehatan
6. Ajarkan terapi
modalitas pada
lansia (senam
hipertensi lansia)
7. Anjurkan untuk cek
kesehatan ke
fasilitas pelayanan
kesehatan

3.7 POA

3.8 Rencana Tindak Lanjut


Pendidikan kesehatan dan terapi modalitas pada lansia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Adanya perubahan tersebut mengakibatkan lansia menjadi sakit. Para
lansia di alalak selatan RT 04 pada saat pengkajian banyak yang
mengalami hipertensi yaitu 15 orang lansia. Kemudian prioritas
masalah asuhan keperawatan gerontik dialak selatan RT 04 yaitu
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar, serta rencana
asuhan keperawatan gerontik yang dilakukan seperti pendidikan
kesehatan mengenai hipertensi dan terapi modalitas senam hipertensi
pada lansia.
4.2 Saran
Pada saat pembuatan laporan kelompok menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kelompok
mengharapkan kritik dan saran mengenai laporan yang sudah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai