Anda di halaman 1dari 12

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Tempat Penelitian


4.1.1. Demografi tempat penelitian
Puskesmas Alalak Tengah termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan tepatnya
di Kelurahan Alalak Utara Kecamatan Banjarmasin Utara Jalan HKSN
Komplek AMD Permai RT.23 No.1 Telp (0511) 4313001.

Wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah terdiri dari dua kelurahan, yaitu
kelurahan Alalak Tengah dan kelurahan Alalak Utara.

Luas Wilayah :
Kelurahan Alalak Tengah : 1,15 km²
Kelurahan Alalak Utara : 3,03 km²

Batas Wilayah:
Sebelah Timur dengan Kelurahan Sei. Miai
Sebelah Utara dengan Sungai Barito dan Sungai Alalak
Sebelah Barat dengan Sungai Barito
Sebelah Selatan dengan Kelurahan Alalak Selatan, Kuin Utara, Pangeran

Jumlah Rukun Tetangga


Kelurahan Alalak Tengah : 26 RT
Kelurahan Alalak Utara : 47 RT

Transportasi dan sarana fisik jalan :


Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah dapat dicapai
dengan kendaraan roda dua.

Secara administrasi, wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah terdiri


dari 2 kelurahan dengan kondisi daerahnya (100%) rawa, dan suhu
udara berkisar (27oC) - (33oC).

55
56

Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Menurut data


Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin tahun 2016, penduduk
Kelurahan berjumlah 11.292 jiwa, terdiri laki-laki 5.727 jiwa dan
perempuan 5.565 jiwa dan Kelurahan Alalak Utara berjumlah 11.203
jiwa, terdiri laki-laki 5.627 jiwa dan perempuan 5.576 jiwa.

Penduduk Kelurahan Alalak Tengah Menurut Suku Bangsa penduduk


Kelurahan Alalak Tengah mayoritas suku bangsa Banjar sekitar 90,9% dan
kedua suku Bangsa Jawa 5,1% Adapun distribusi penduduk Kelurahan
Alalak Tengah Menurut Suku Bangsa dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Alalak Tengah Menurut Suku


Bangsa pada tahun 2016

No Nama Etnis Jumlah Persen


1 Banjar 10.645 90,9%
2 Jawa 600 5,2%
3 Madura 125 1.1%
4 Cina 9 0,01%
5 Lain –lain 320 2,8%
Jumlah 11.292 100%
57

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah tahun 2016 adalah
Jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2016
JumlahPenduduk
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
Kelurahan Alalak
1 4.915 4.835 9.750
Tengah
Kelurahan Alalak
2 12.306 12.135 24.441
Utara
Total 17.221 16.970 34.191

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Alalak


Tengah cukup bevariasi, sebagian besar adalah Buruh.
Berikut merupakan sarana fisik kesehatan dan ketenagaan yang
dimiliki Puskesmas Alalak Tengah

Tabel 2.2 Sarana Fisik Kesehatan di Puskesmas Alalak Tengah


No Sarana Jumlah
1 Puskesmas Induk 1 buah
2 Puskesmas Pembantu 1 buah
58

4.1.2. Visi dan misi tempat penelitian


4.1.2.1. Visi dan Misi Puskesmas Alalak Tengah
1. Visi Puskesmas Alalak Tengah adalah “Mewujudkan Pelayanan
Kesehatan Berkualitas Menuju Masyarakat Banjarmasin Sehat,
Mandiri dan Berkeadilan Pada Tahun 2022.

2. Misi
a. Mendorong kemandirian hidup sehat masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata , terjangkau, berkeadilan
c. Menggerakkkan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat.
d. Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal baik individu, keluarga dan
masyarakat.

4.2. Karakteristik Responden


4.2.1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Setelah dilakukan penelitian proporsi jumlah responden berdasarkan
umur dapat dilihat dari table berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


No Umur F %
1. < 40 tahun 4 13,3
2. 40 - 50 tahun 15 50
3. > 50 tahun 11 36,7
Total 30 100

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan


usia yang terbanyak adalah usia 40 - 50 tahun sebanyak 15 orang
(50%). Kemudian ditribusi responden usia >50 tahun sebanyak 11
59

orang (36,7%), dan yang terkecil adalah usia <40 tahun sebanyak 4
orang (13,3%).

4.2.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


Setelah dilakukan penelitian proporsi jumlah responden berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


No. Jenis Kelamin f %
1 Laki-laki 18 60
2 Perempuan 12 40
Total 30 100

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan


jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 18 orang
(60%). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (40%).

4.3. Analisa Data


4.3.1. Analisa univariat
4.3.1.1. Analisa ini untuk mendapatkan gambaran frekuensi variabel
tekanan darah sistol dan diastole.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi variabel tekanan darah sistol
dan diastole.

No Pre Sistol Pre Distol Post Sistol Post Distol


1
170 100 155 95
2
151 93 137 82
3
169 97 158 91
4
147 94 133 89
5
158 97 147 91
6
168 96 154 90
60

7
174 103 165 97
8
171 101 159 92
9
153 97 138 85
10
165 99 148 85
11
163 97 149 89
12
159 94 144 82
13
150 91 136 80
14
156 98 141 86
15
146 92 131 81
16
157 94 142 85
17
175 119 168 115
18
144 93 137 81
19
172 99 164 91
20
140 91 131 82
21
147 96 136 85
22
141 93 132 81
23
142 95 131 88
24
145 84 138 81
25
180 101 165 91
26
154 98 142 88
27
152 97 141 87
28
168 102 154 98
29
144 92 137 85
30
149 92 135 83

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas didapatkan distribusi frekuensi


dari 30 responden sebelum diberikan intervensi, nilai terendah
dan nilai tertinggi sistol adalah 140-180 mmHg dan distribusi
frekuensi diastol nilai terendah dan nilai tertinggi adalah 84-
119 mmHg. Setelah dilakukan intervensi didapatkan data
61

distribusi frekuensi sistol terendah dan tertinggi adalah 131-


168 mmHg dan distribusi frekuensi diastole nilai terendah dan
nilai tertinggi 80-115 mmHg.

4.3.2. Analisa bivariat


Pada analisis bivariat akan dijabarkan hasil uji analisis wilcoxon test
statistik antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu Massase
refleksi dengan penurunan Tekanan darah ditunjukan dengan p <
0,005. Selanjutnya untuk mengetahui apakah data penelitian
terdistribusi normal pada tekanan darah sebelum dan sesudah massase
refleksi, maka digunakan uji Shapiro-wilk test.
4.3.2.1 Hasil uji Normalitas pada sistol dan diastol pre dan post
Tabel 4.4 Uji Normalitas Penurunan Tekanan Darah pada klien
Hipertensi.
Kelompok Shapiro Wilk
Pre Sistol 0,093
Post Sistol 0,011
Pre Diastol 0,000
Post Diastol 0,000

Setelah dilakukan uji normalitas tidak semua data terdistribusi


normal. Hanya tekanan darah pre tes sistol yang berdistribusi
normal.
62

4.3.2.2 Hasil Uji wilcoxon test


Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Test Penurunan Tekanan
Darah(pre-post sistol- diastole) pada 30 responden.
Median (Minimum- Nilai p
maksimum) mmHg
Tekanan Darah Sistol : 157 (140-180) Sistol : 0,000
sebelum massase Diastol : 96,50 (84-119) Diastole:
Refleksi 0,000
Tekanan Darah Sistol : 144,93 (131-
sesudah Massase 168)
refleksi Diastol :87,87 (80-115)

Setelah dilakukan uji Wilcoxon signed rank test p-value


didapat pada pre-post sistol sebesar 0,000 atau p< 0,005. Dan
pre-post diastole didapatkan p-value sebesar 0,000 atau p<
0,005. Berarti ada pengaruh massase refleksi terhadap
penurunan tekanan darah dilihat dari p-value pada tekanan
darah sistol 0,000 dan tekanan darah diastole 0,000 yang
artinya p<0,05.

4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh terapi Massase Refleksi terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap
pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastis
pembuluh darah.Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatkan
volume darah atau penurunan elastisitas pembuluh darah (Ronny, dkk.,
2008; Maldani, 2015).

Tekanan darah diatur oleh serangkaian saraf otonom dan hormone


yang memonitori volume darah dalam sirkulasi, diameter pembulu
darah, dan kontraksi jantung. Setiap faktor ini secara intrinsik
63

berkaitan erat dengan pengaturan tekanan darah di dalam pembulu


darah. Nilai pembulu darah bergantung pada kekuatan kontraksi
jantung, diameter pembulu darah, dan volume darah didalam sirkulasi.

Massase refleksi/ pijat refleksi adalah pijat dengan melakukan


penekanan pada titik syaraf di kaki atau tangan untuk memberikan
rangsangan bioelekrik pada organ tubuh tertentu yang dapat
memeberikan perasaan rileks dan segar karena aliran darah dalam
tubuh menjadi lancar. Teori yang mendasari pijat refleksi adalah
adanya titik-titik refleks pada kaki, tangan dan kepala (khususnya
telinga) yang berhubungan dengan organ, kelenjar, dan bagian tertentu
lain dari tubuh (Trionggo, Ghofar, 2015).

Dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis Uji Wilcoxon test


yang dilakukan pada 30 orang responden yang dilakukan pengukuran
tekanan darah di dapatkan hasil Median (sistol-diastole) sebelum
massase refleksi sebesar Sistol : 157 (140-180), Diastol : 96,50 (84-
119) mmHg dan sesudah Massase Refleksi sebesar Sistol : 144,93
(131-168), Diastol :87,87 (80-115). Nilai p-value sistol = 0,000 dan
diastole = 0,000. Maka hasil nilai sistole p-value= 0.000 < α 0.05 dan
nilai diastole p-value=0.000 < α 0.05 yang berarti Ho ditolak, maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara
tekanan darah sistole dan diastole responden setelah diberikan massase
refleksi.

Perbedaan penurunan tekanan darah yang terjadi akibat pengaruh


Massase Refleksi di karenakan adanya efek relaksasi dari massase
refleksi pada responden. Penurunan tekanan darah diakibatkan oleh
teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf
otonom, apabila seseorang mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus
rileks maka akan muncul respon relaksasi. Hal ini sejalan dengan hasil
64

penelitian Wahyuni (2014) yang mengemukakan bahwa adanya efek


atau pengaruh pada tekanan darah yang telah diberikan massase pada
ekstremitas dengan aroma lavender yang dibuktikan dengan adanya
perbedaan antara tekanan darah sebelum dan setelah massase.

Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Nugroho (2012)


menyatakan bahwa pijat refleksi kaki dan hipnoterapi dapat
menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita
hipertensi didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan
tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diastol sebesar 8,42
mmHg.

Penelitian lain oleh Zunaidi, Nurhayati, dan Prihatin (2014) didapatkan


hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan darah sistol
sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa masase refleksi baik untuk menurunkan tekanan
darah.

Menurut pendapat Trionggo (2013) yang mengemukakan bahwa


manfaat tekanan pijat refleksi akan mengirim sinyal yang
menyeimbangkan sistem saraf atau melepaskan bahan kimia seperti
endorphin untuk mengurangi rasa sakit dan stress sehingga
menimbulkan atau mendorong rasa relaksasi serta melancarkan
sirkulasi darah.

Demikian pula pendapat Tarigan (2009) mengemukakan bahwa salah


satu terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah yaitu
terapi pijat (masase), apabila terapi tersebut dilakukan secara teratur
bisa menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar hormon kortisol
dan menurunkan kecemasan, sehingga akan berdampak pada
penurunan tekanan darah dan perbaikan fungsi tubuh. Dengan terapi
65

pijat (masase), daya tahan tubuh meningkat sehingga stamina tubuh


pun juga meningkat. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi
pijat yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon stress cortisol,
menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan darah
akan terus turun dan fungsi tubuh semakin membaik.

Prinsipnya, pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah


untuk memperlancar aliran energi didalam tubuh sehinga gangguan
penyakit hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir. Ketika
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh
ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat
ditekan (Dalimartha, 2008),

Berdasarkan pendapat Muttaqin (2009) mengemukakan bahwa tubuh


memiliki mekanisme regulasi (pengaturan) terhadap tekanan darah,
regulasi jantung berfungsi mengatur suplai darah secara aktif ke
jaringan. Pengaturan suplai darah dipengaruhi oleh fakto-faktor yaitu
curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer, dan volume/aliran
darah. Sehinnga dapat diartikan bahwa penekanan pada massase
refleksi mempengaruhi secara spontan regulasi jantung terutama
tekanan pembuluh darah perifer untuk merangsang pengeluaran
hormone endorphin yang menimbulkan efek relaksasi dalam
menurunkan tekanan darah.

4.5. Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan,
yaitu:
4.5.1. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan peneliti
sehingga dalam hal peneliti belum memiliki banyak pengalaman
mengenai penelitian.
66

4.5.2. keterbatasan selama melakukan penelitian ini adalah jauhnya jarak


dari satu rumah ke rumah yang lainnya.

4.6. Implikasi Keperawatan


4.6.1 Bagi perkembangan ilmu keperawatan terapi massase refleksi dapat
memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan dan dijadikan
sebagai bahan pembelajaran dan bahan praktek serta menjadi salah
satu terapi alternatif atau komplementer di komunitas dalam
penatalaksanaan hipertensi.
4.6.2 Bagi Puskesmas hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi
dan masukan bagi Puskesmas untuk dapat menggunakan hasil
penelitian ini sebagai salah satu terapi alternatif dalam pengobatan
hipertensi, serta dapat memperhatikan kembali cara penanganan
hipertensi.
4.6.3 Bagi masyarakat terutama responden sebaiknya menggunakan terapi
ini sebagai terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah
secara efisien dan efektif. Selain itu, masyarakat diharapkan mencoba
pengobatan alami sebagai pilihan pengobatan atau komplementer
dalam mengatasi hipertensi sebelum menggunakan obat-obat medis.

Anda mungkin juga menyukai