Sistem Kardiovaskular :
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut jantung
maksimal = 200 - umur)
4. Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
Sistem Kardiovaskular
Kepustakaan :
H.Wahyudi N. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik , Ed 3, Jakarta, EGC, 2015
PERUBAHAN FISIOLOGI GERIATRI
(KONSIDERASI ANESTESI)
8
Aspirasi pneumonia
merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada geriatri akibat
penurunan progresif sejalan
bertambahnya umur terhadap
reflek-reflek perlindungan jalan
nafas/ laring.
9
Pasien geriatri dengan penyakit paru
berat yang menjalani prosedur operasi
mayor pada abdomen sebaiknya tetap
terintubasi.
.. ?
10
Pada saat Atrofi pada kulit akan
memudahkan terjadinya trauma akibat
pemakaian plester, electrocautery pads,
dan electrode EKG.
11
PERUBAHAN FARMAKOLOGIS
Penurunan progresif massa otot dan
peningkatan lemak tubuh (terutama wanita) akan
menyebabkan penurunan jumlah total cairan
tubuh.
15
ANESTESI INHALASI
26
Manajemen preoperatif
27
MANAJEMEN INTRAOPERATIF
Teknik anestesi regional maupun
umum dapat menjadi pilihan pada
geriatri tergantung dari kondisi fungsi
sistem organ masing-masing pasien dan
jenis operasi yang akan dijalani.
Pemilihan obat-obatan juga harus
mempertimbangkan fungsi sistem organ
dan perubahan respon obat akibat
berubahnya farmakokinetik dan
farmakodinamik pada pasien
28
MANAJEMEN PASCAOPERATIF
.
Direkomendasikan ambulasi dini
untuk menurunkan resiko
terjadinya pneumonia dan
thrombosis vena dalam
Daftar Pustaka
Textbook “Clinical Anesthesiology”,
G.Edward Morgan, ed all, 2013.
29
ANESTESI DI LUAR KAMAR
BEDAH
Teknologi Prosedur
Anestesia diluar
Kamar Bedah
Pasien Biaya
01 Personil - Personil yang sesuai. Bantuan dari ahli anestesi lainnya mungkin tidak segera
tersedia dibandingkan pada kamar operasi dan pasiennya seringkali menantang seperti pasien
P penyakit kritis dan pediatrik.
E 02 Peralatan - Kemampuan pemantauan dan peralatan anestesia harus standar seperti yang
digunakan di kamar operasi. Pada kenyataanya, peralatan yang demikian tidak tersedia segera dan
R peralatan yang digunakan sering yang paling tua di rumah sakit . Walaupun demikian, peralatan
pemantauan harus memenuhi standar minimum yang ditetapkan.
T
03 Persiapan Pasien -
I Persiapan pasien mungkin tidak adekuat karena pasien dari ruang rawat dimana staf tidak familiar
dengan protokol pra operasi.
M
B 04 Asistensi - Seorang asisten ahli anestesi harus hadir, walaupun orang ini mungkin tidak
familiar dengan lingkungan. Oleh karena itu, ahli anestesia harus teliti dalam memeriksa mesin
A anestesia, khususnya karena mesin tersebut mungkin dilepas dan dipindahkan ketika tidak digunakan.
N
05 Komunikasi
G Komunikasi antara staf spesialis lainnya dan ahli anestesi mungkin tidak baik. Hal ini dapat
penyebabkan gagal dalam mengenali keinginan satu lainnya.
A
N 06 Pemulihan - Fasilitas pemulihan sering tidak ada. Ahli anestesi sendiri mugkin harus
memantau pemulihan pasien. Oleh karena itu, mereka harus familiar dengan lokasi peralatan
pemulihan termasuk suction, oksigen tambahan dan peralatan resusitasi.
Anestesi Rawat Jalan Anestesi Berbasis Kantor
Anestesia pada pasien rawat Anestesia berbasis kantor
jalan/ambulatori adalah merupakan pemberian anestesia
subspesialis anestesiologi yang di kantor praktisi yang memiliki
menghadapi perawatan ruangan prosedural yang
anestesia pra operasi, bergabung dalam rancangan.
intraoperatif, dan pasca operasi
pada pasien yang menjalani
Anestesia berbasis kantor
seringkali diberikan pada pasien
DEFINISI
prosedur elektif, pembedahan yang menjalani operasi kosmetik,
pada hari yang sama. Pasien yang selainituanestesia untuk
menjalani pembedahan rawat prosedur gigi juga rutin diberikan
jalan jarang memerlukan admisi dalam kondisi yang sama.
ke rumah sakit dan cukup bugar
untuk keluar dari fasilitas
pembedahan setelah prosedur
dilakukan.
Sumber: John F. Butterworth IV, David C. Mackey, John D. Wasnick. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill Medical; 2013.
PREOPERATIF
01 02 03 04
Anamnesa + Pemeriksaan fisik
ASA
Pemeriksaan Penunjang
Rencana Anestesia
EVALUASI PRAANESTESI
Sumber: Wendy L. Gross. Non-Operating Room Anesthesia. In: Ronald D. Miller, editor. Miller’s Anesthesia. 8th ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2015. p. 2646–72.
PREOPERATIF
Sumber: Eichhorn V, Henzler D, Murphy MF. Standardizing care and monitoring for anesthesia or procedural sedation delivered outside the operating room: Curr Opin Anaesthesiol. 2010 Aug;23(4):494–9.
01 Pulse Oksimeter 03 Tekanan Darah dan EKG
02 Kapnografi 04 Temperatur
PEMANTAUAN PASIEN
Sumber: Galvagno SM, Kodali B-S. Critical Monitoring Issues Outside the Operating Room. Anesthesiol Clin. 2009 Mar;27(1):141–56
(1) Pulse Oksimeter
• Untuk memastikan oksigenasi yang cukup
• Keterbatasan pada pasien: cat kuku yang gelap, hipovolemia, vasokontriksi perifer dll
PEMANTAUAN PASIEN
Sumber: Galvagno SM, Kodali B-S. Critical Monitoring Issues Outside the Operating Room. Anesthesiol Clin. 2009 Mar;27(1):141–56
(2) Kapnografi
• Mengindikasikan adanya eliminasi CO2 dari paru.
• Pemantauan ventilasi, sirkulasi dan metabolisme
pasien.
• Pemantauan CPR
- Hipoventilasi - Hiperventilasi
- Hipertiroid/badai tiroid - Hipotermia
- Hipertermia malignan - Emboli udara vena
- Demam/Sepsi - Emboli pulmonal
- Rebreathing - Penurunan curah jantung
- Keadaan hipermetabolisme lain - Hipoperfusi
PEMANTAUAN PASIEN
Sumber: Galvagno SM, Kodali B-S. Critical Monitoring Issues Outside the Operating Room. Anesthesiol Clin. 2009 Mar;27(1):141–56
(3) Tekanan Darah & EKG
• Tekanan Darah dapat diukur dengan osilometri non-invasif
• Iskemia dapat dideteksi saat sadapan elektrokardiografi (EKG) dipasang pada posisi
yang benar.
• Lead V5 dapat mendeteksi hingga 75% perubahan iskemia yang terlihat pada semua
12 lead.
• Kombinasi lead II, V2, V3, V4, dan V5, memiliki sensitivitas 100% untuk mendeteksi
iskemia intraoperatif.
PEMANTAUAN PASIEN
Sumber: Galvagno SM, Kodali B-S. Critical Monitoring Issues Outside the Operating Room. Anesthesiol Clin. 2009 Mar;27(1):141–56
(4) Temperatur
• Hipotermia perioperatif meningkatkan insiden
miokard yang merugikan, meningkatkan
kehilangan darah, dan infeksi luka.
• Suhu inti tubuh dapat diukur dari lokasi yang
dapat diakses seperti nasofaring, kandung
kemih, esofagus, atau rektum.
• Penurunan suhu intraoperatif terdiri dari 3 fase
PEMANTAUAN PASIEN
Sumber: Galvagno SM, Kodali B-S. Critical Monitoring Issues Outside the Operating Room. Anesthesiol Clin. 2009 Mar;27(1):141–56
Teknik Anestesi
01
Anestesia Umum (GA)
02
Monitored Anesthesia Care (MAC)
03
Anestesia regional (RA)
Sedasi minimal Sedasi Sedang Sedasi
Anestesia umum
(anxiolisis) (sedasi sadar) dalam/analgesia
Respon normal Respon bertujuan Respon bertujuan Tidak merespon
terhadap stimulasi terhadap terhadap stimulasi bahkan terhadap
Respon
verbal stimulasi verbal berulang atau nyeri stimulasi nyeri
atau taktil
Tidak terpengaruh Tidak diperlukan Mungkin diperlukan Intervensi sering
Jalan Napas
intervensi intervensi diperlukan
Tidak terpengaruh Adekuat Mungkin adekuat Sering tidak
Ventilasi spontan
adekuat
Fungsi Tidak terpengaruh Biasanya terjaga Biasanya terjaga Mungkin
Kardiovaskular terganggu
50-100 mcg/kg untuk agen 1-2 mcg/kg untuk sedasi 1-3 mcg/kg/jam
Fentanyl
tunggal GA
1-2 mg/kg 0,25-1 mg/kg untuk 1-2mg/kg/jam
Ketamine
sedasi
0,3-0,35 mg/kg untuk agen 10-20 mcg/kg 0,02-0,1 mg/kg/jam
Midazolam
tunggal GA
1,5-2,5 mg/kg untuk agen 0,25-0,5 mg/kg 25-200 mcg/kg/menit
Propofol
tunggal GA
0,5-1 mcg/kg 0,02-0,03 mcg/kg/menit
Remifentanyl
Sumber: Urman RD, Gross WL, Philip BK, editors. Anesthesia outside of the operating room. New York: Oxford University Press; 2011.
ANESTESI UMUM
• Teknik yang sering dipakai diluar kamar operasi
• Faktor pasien, prosedur dan ahli bedah
• TIVA merupakan pilihan yang populer
• Pemilihan obat yang tepat
• TIVA:
➢ Propofol: hipnotik
➢ Fentanil/Remifentanil: analgesik
• Bolus atau kontinyu
• Tidak memerlukan scavenging dan menurunkan PONV
ANESTESI REGIONAL
Pemulihan awal (Fase I), dari penghentian agen anestesia sampai pemulihan
reflex protektif dan fungsi motorik
Pemulihan intermediit (Fase II), ketika pasien mencapai kriteria untuk dikeluarkan
Prosedur
pemeriksaan untuk Anestesi, secara
mendeteksi luka, Penata Anestesi
umum berarti suatu
iritasi, polip atau adalah setiap orang
tindakan
kanker pada usus yang telah lulus
menghilangkan rasa
besar dan rektum, pendidikan bidang
sakit ketika
yaitu bagian paling kepenataan anestesi
melakukan
bawah usus besar atau Penata Anestesi
pembedahan dan
yang terhubung ke sesuai dengan
berbagai prosedur
anus. Prosedur ini ketentuan peraturan
lainnya yang
dilakukan dengan perundang-
menimbulkan rasa
terlebih dahulu undangan.
sakit pada tubuh
memberikan obat
bius kepada pasien.
BERBAGAI TINGKAT SEDASI YANG MUNGKIN DIPILIH
TIDAK ADA
Artinya tidak ada obat yang diberikan. Sangat sedikit orang yang
memilih opsi ini.
SEDASI RINGAN
Meskipun seseorang mengantuk, pasien masih dapat merespon
perintah verbal dan dapat merasakan nyeri. Tidak ada efek pada
pernapasan atau fungsi kardiovaskular.
SEDASI DALAM
Pasien akan berespons terhadap rangsangan nyeri yang berulang,
tetapi biasanya tanpa tujuan. Pernapasan mungkin terganggu, seperti
halnya fungsi kardiovaskular. Pasien tidak akan memiliki ingatan
tentang apa yang terjadi saat berada di bawah sedasi yang dalam
(amnesia).
ANESTESI UMUM
Dalam hal ini, pasien sama sekali tidak menanggapi rangsangan yang
menyakitkan. Pernapasan biasanya terganggu, dan dukungan saluran
udara dan ventilasi biasanya diperlukan. Fungsi kardiovaskular juga
dapat terganggu.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-
upcoming-colonoscopy
Tingkat anestesi yang direncanakan menentukan
siapa yang akan memberikan sedasi. Misalnya,
sedasi ringan atau sedang biasanya diberikan oleh
ahli gastroenterologi yang melakukan prosedur.
Sedasi dalam dan anestesi umum diberikan oleh
perawat anestesi atau ahli anestesi.
01 TIDAK ADA
Kolonoskopi tanpa penenang terkadang dilakukan sekitar sekali atau dua kali dalam
sebulan. Ini terjadi pada pasien yang tidak menginginkan sedasi apapun.
Keuntungan besar adalah pasien segera pulih setelah prosedur dan dapat langsung
bekerja atau mengemudi. Mereka tidak membutuhkan siapa pun untuk menemani
mereka pulang. Ini juga menghilangkan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
dengan segala bentuk anestesi.
Sementara prosedur itu sendiri dapat menyebabkan beberapa kram atau sakit perut
karena gas, jika prosedur ini tetap akan dilakukan, pastikan bahwa ahli
gastroenterologi memiliki pengalaman melakukan kolonoskopi tanpa penenang.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-upcoming-colonoscopy
Pro dan Kontra dari Berbagai Tingkat Sedasi untuk Kolonoskopi
02 SEDASI RINGAN
Ini jarang dilakukan. Karena banyak jenis obat-obatan diberikan, ada risiko komplikasi.
Selain itu, pasien perlu ditemani dan tidak boleh melakukan aktivitas rutin sampai
keesokan harinya. Tetapi karena obat penenangnya ringan, tidak ada efek pada rasa
sakit tetapi pasien dapat merasakan dan mengingat semua rangkaian prosedur.
Ini adalah salah satu bentuk sedasi yang paling umum digunakan. Obat-obatan yang
biasa diberikan seperti midazolam dan fentanyl – obat penenang ringan dan
pembunuh rasa sakit. Ini adalah kombinasi yang bagus dan aman, dan risikonya
biasanya menyebabkan amnesia, jika diberikan terlalu banyak. Untuk menghindarinya,
diberikan secara perlahan, dengan pemantauan yang tepat.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-upcoming-colonoscopy
Pro dan Kontra dari Berbagai Tingkat Sedasi untuk Kolonoskopi
05 ANESTESI UMUM
Ini hampir tidak pernah digunakan untuk kolonoskopi. Anestesi umum biasanya
disediakan untuk pasien dengan penyakit paru-paru parah, saluran udara tidak stabil,
dan prosedur yang sangat panjang.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-upcoming-colonoscopy
SEBELUM MENINJAU OPSI, ADA BEBERAPA HAL
PENTING YANG PERLU DIKETAHUI DAN DILAKUKAN
• Ahli gastroenterologi akan menentukan tingkat sedasi, tetapi pasien memiliki suara dalam keputusan itu.
• Saat menjadwalkan kolonoskopi, selalu tanyakan kepada dokter tingkat sedasi atau anestesi yang direncanakan.
• Usia, kondisi medis, dan kebiasaan kesehatan Anda dapat memengaruhi pilihan anestesi. Misalnya, pasien dengan
masalah jantung atau paru-paru, obesitas, atau kondisi apa pun yang memengaruhi jalan napas mungkin perlu
menghindari sedasi yang dalam.
• Tingkat sedasi yang Anda terima dan riwayat kesehatan Anda merupakan faktor dalam menentukan jenis profesional
medis apa yang harus memberikan sedasi selama prosedur Anda.
Sumber: https://www.asahq.org/madeforthismoment/preparing-for-surgery/procedures/colonoscopy/
THANK YOU
Askan
Gangguan kardiovaskuler
dr. M. Dwi Satriyanto, SpAn-TI, Subsp N.An(K), FIP, M.Kes.
1
2 Learning objective
Sistem limfa adalah sistem yang mengandung aliran limfa (getah bening) di dalam tubuh
Sistem peredaran limfa termasuk dalam peredaran terbuka karena cairan bisa keluar dari
limfa dan membasahi daerah di sekitarnya.
Fungsi sistem limfa
1. Mengembalikan kelebihan cairan.
2. Mengangkut lemak berupa emulsi dari usus ke sistem peredaran darah.
3. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfa ke sirkulasi darah.
4. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme.
5. Penghasil antibodi.
Komponen penyusun limfa tdd beberapa organ, yaitu.
1. Organ limfa, terdiri dari nodus limfa, tonsil, kelenjar timus, dan limpa.
2. Pembuluh limfa, dengan ciri-ciri berupa vena kecil, berdinding tipis, transparan, terbuka
di ujung-ujungnya, dan memiliki kapiler limfa.
3. Cairan limfa adalah cairan yg ada di jaringan yg mampu diserap ke dalam kapiler limfa.
5 Sistem Peredaran darah
Darah yang dipompa dari jantung dan dialirkan ke seluruh tubuh (kecuali
paru-paru) mengandung oksigen dan nutrisi
10 sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal atau sirkulasi paru merupakan sirkulasi darah dari jantung
menuju paru-paru dan sebaliknya.
Sirkulasi pulmoner dimulai ; katup pulmonal pada ventrikel kanan
Arteri pulmonal arteriole hingga akhirnya masuk kembali ke vena
pulmonal atrium kiri jantung.
Sirkulasi ini berlangsung saat darah yang mengandung karbon dioksida dari
sisa metabolisme tubuh kembali ke jantung melalui pembuluh vena besar
(vena cava).
11 sirkulasi pulmonal
12 gangguan ventilasi dan perfusi selama bedah
kardiotoraks
Ventilasi paru adalah proses masuk dan keluar udara dari atmosfer dengan udara
di alveolus paru.
Proses ventilasi paru;
Pertama adalah pengaturan inspirasi dan ekspirasi udara antara atmosfer dan
paru.
kedua respirasi eksternal (respirasi paru) adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara paru dan kapiler darah paru.
Perfusi adalah proses dimana darah deoksigenasi mengalir ke paru dan mengalami
reoksigenasi atau Pertukaran gas (O2 dan CO2) antara alveoli dan darah terjadi
melalui difusi yang menyebarkan O2 dari alveoli kedalam darah dan CO2 dari
darah ke alveoli. sirkulasi darah di dalam pembuluh kapiler paru.
Rangkaian pembuluh kapiler paru sangat padat, dimana terdapat 6 milyar kapiler
yang mengelilingi 3 juta alveoli paru.
13 gangguan ventilasi dan perfusi selama bedah
kardiotoraks
Ketidaksesuaian ventilasi perfusi atau defek V/Q adalah defek pada rasio
ventilasi/perfusi paru total (rasio V/Q).
Ini adalah kondisi di mana satu atau lebih area paru-paru menerima oksigen tetapi
tidak ada aliran darah, atau paru-paru menerima aliran darah tetapi tidak ada
oksigen.
Pada paru-paru yang sehat, laju ventilasi alveolar terhadap laju aliran darah paru
kira-kira sama; lebih tepatnya, karena paru-paru normal tidak cocok secara
sempurna, rasio V/Q paru-paru yang sehat kira-kira 0,8
14 Management Anestesi pada gangguan
sistem jantung, paru, mediastinum
15 Management Anestesi pada gangguan
sistem jantung, paru, mediastinum
Gambar 4
menunjukkan kondisi paru-paru pada
pasien yang terjaga dan dibius.
Ketika pasien dibius, paru-paru bagian atas
bergerak ke posisi di mana paru-paru
22 bagian bawah duduk pada kurva pada
pasien yang terjaga, dan paru-paru bagian
bawah bergerak ke bawah kurva melewati
titik infleksi.
Paru-paru telah bergeser ke bawah kurva
komplaince (gambar 4) dan paru-paru
yang independent menjadi lebih mudah
untuk ventilasi daripada paru-paru yang
dependent.
Ketika dada dibuka, paru-paru bagian atas
menjadi lebih mudah untuk ventilasi
karena tidak ada batasan oleh dinding
dada. Suplai darah masih sangat
ditentukan oleh gravitasi.
Ketidakcocokan (Mismacth) V / Q sekarang
terjadi. Ini bahkan lebih buruk ketika paru-
paru bagian atas runtuh karena tidak ada
ventilasi ke paru-paru itu, tetapi masih ada
perfusi.
23 Intubasi DLT tanpa bronchoscope
1. Masukkan ujung selang melalui kabel dan segera putar 90 derajat ke arah bronkus yang akan diintubasi.
2. Maju tabung sampai berhenti. (Tidak perlu gaya xs).
3. Kembangkan cuff trakea sampai tidak ada kebocoran & periksa ventilasi kedua paru (sama seperti
tabung lumen tunggal).
4. Jepit tube trakea & periksa apakah hanya sisi berlawanan dari dada yang bergerak dan ada udara yang
masuk. Ingatlah untuk membuka tutup di sisi yang dijepit agar udara dapat keluar dan paru-paru kolaps.
Anda akan merasakan 'wush' udara saat paru-paru kolaps. Pastikan klem Anda proksimal dengan tutup
yang terbuka atau Anda akan menjebak udara di dalam paru-paru.
5. Kembang cuff bronkial sampai tidak terdengar kebocoran melalui lumen trakea.
6. Ulangi 4. Dengan menjepit lumen bronkial, bukan trakea.
7. Nyalakan ventilator dan paru-paru kolaps untuk dioperasi. Pastikan Anda dapat mencapai volume tidal
yang masuk akal tanpa tekanan berlebihan dan capnograph trace tidak berubah dibandingkan dengan
ventilasi 2-paru.
Tip: Lebih mudah untuk memeriksa posisi tube saat ventilasi pasien secara manual karena Anda harus
mengatur waktu auskultasi dengan inspirasi, dan Anda juga perlu mengkompensasi kebocoran udara yang
besar saat Anda membuka tutup dan mengembang manset.
24
25 pemantuan hemodinamik invasif
pada bedah kardiotorasik
Hemodinamik / hemodinamika adalah dinamika dari aliran darah dalam sistem
peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi
parva (sirkulasi dalam paru paru)
Prinsip fisiologi dari hemodinamik adalah tentang pengaruh fungsi miokardial
serta pengaturan tekanan darah dan bagaimana keduanya menentukan daya guna
dari jantung serta cardiac output (Schumacher & Chernecky, 2010).
Pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakteristik fisiologis
vascular Perifier (Musbi 1198, dalam Jevon dan Ewens 2009). (Cardiac,
Vasculer, Cairan)
26 pemantuan hemodinamik invasif
pada bedah kardiotorasik
Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi
yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal
Pada pasien kritis Obat-obat, alat mekanik
Tujuan dari monitoring hemodinamik adalah :
untuk mengidentifikasi perubahan status hemodinamik secara dini sehingga
dapat dilakukan intervensi segera,
untuk evaluasi segera respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-
obatan dan dukungan mekanik, dan evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler
27 pemantuan hemodinamik invasif
pada bedah kardiotorasik
Sebagaimana diketahui bahwa penilaian hemodinamik dapat dilakukan secara
invasive dan non invasive
Pemantauan hemodinamik secara noninvasif terdiri dari beberapa komponen
antara lain tekanan darah, nadi, heart rate, pernapasan, indikator perfusi perifer,
produksi urin, saturasi oksigen, dan GCS (Katili, 2015).
Monitoring hemodinamik secara invasif melalui pembuluh vena dengan
menggunakan sistem tranduser tekanan, spt Arteri line di A.Radialis/Brachialis (TD,
Nadi), arteri pulmonal (mengetahui keadaan pembuluh darah pulmonal dan
ventrikel kiri), tekanan vena sentral (Cairan).
28 pemantuan hemodinamik invasif
pada bedah kardiotorasik
Arteri line
CVC
Scwhangan
Arteri Line
29
Swan-Ganz
30 Anaesthesia goals remain
for Cardiac surgery (adult – Child)
Jaga perhatian Anda sangat erat dan lakukan perhatian 100% setiap saat,
ingat hal buruk bisa terjadi dalam beberapa waktu.
31 Anaesthesia goals remain
for Cardiac surgery (adult – Child)
PERIOPERATIVE
PRE --- Previsit (Morbiditas)
DURANTE --- Monitoring Ketat
POST --- UPK – Monitoring, PONV, Analgetik
32 Anaesthesia goals remain
for Cardiac surgery (adult – Child)
1. Hemodinamik stabil
2. Cegah MI dengan mengoptimalkan suplai oksigen miokard dan mengurangi de-
mand oksigen
3. Monitor untuk iskemia
4. Mengobati iskemia atau infark jika berkembang
5. Normothermia
6. Menghindari anemia yang signifikan
33
34
35 Anestesi:
Belum dapat ditunjukkan bahwa satu bentuk anestesi jelas lebih baik daripada
yang lain.
Halotan, Enflurane, Isoflurane, narkotika dosis tinggi dan rendah, dan anestesi
berbasis propofol setara selama hemodinamik dikendalikan.
Induksi desfluran telah terbukti menyebabkan hipertensi pulmonal dan iskemia
miokard. Desflurane adalah satu-satunya anestesi yang tidak dianjurkan untuk
pasien dengan penyakit koroner yang diketahui.
Tidak ada Obat, Alat yang baik, tetapi Anestesi yang Cakap-Smart
36
Terimakasih
Clinical Anaesthesia EIGHTH EDITION EDITED BY Paul G. Barash, MD
37 KEY CONCEPTS
Komplikasi kardiovaskular diperkirakan mencapai 25% hingga 50% kematian setelah operasi
noncardiac.
Infark miokard perioperatif (MI), edema paru, gagal jantung sistolik dan diastolik, aritmia,
stroke, dan tromboemboli adalah diagnosis yang paling umum pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya.
Terlepas dari tingkat kontrol tekanan darah pra operasi, banyak pasien dengan hipertensi
menampilkan respons hipotensi yang ditekankan terhadap induksi anestesi, diikuti oleh
respons hipertensi yang berlebihan terhadap intubasi.
Pasien dengan penyakit arteri koroner yang luas, riwayat MI, atau disfungsi ventrikel
berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular yang merugikan.
Penarikan tiba-tiba obat antiangina perioperatif — terutama β-blocker — dapat memicu
peningkatan episode iskemik yang tiba-tiba dan rebound.
38 KEY CONCEPTS
Prioritas utama dalam mengelola pasien dengan penyakit jantung iskemik adalah
mempertahankan hubungan supply-demandmiokard yang menguntungkan.
Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah yang diotonomkan harus dikontrol dengan
anestesi umum atau blokade adrenergik yang lebih dalam, vasodilator, atau kombinasi dari
keduanya.
Pemantauan tekanan intraarterial masuk akal pada kebanyakan pasien dengan penyakit
arteri koroner berat dan faktor risiko jantung utama atau multipel yang menjalani prosedur
apa pun kecuali yang paling kecil.
Tekanan vena sentral (atau jarang arteri pulmonalis) dapat dipantau selama prosedur
berkepanjangan atau rumit yang melibatkan pergeseran cairan besar atau kehilangan
darah.
Tujuan hemodinamik utama dalam mengelola stenosis mitral adalah untuk
mempertahankan irama sinus (jika ada sebelum operasi) dan untuk menghindari takikardia,
peningkatan besar dalam curah jantung, dan hipovolemia dan kelebihan cairan dengan
pemberian cairan intravena yang bijaksana.
39 KEY CONCEPTS
.pengertian
Pencangkokan (transplantasi) adalah
pemindahan sel, jaringan maupun organ
hidup dari seorang (donor) kepada orang
lain (resipien) atau dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh lainnya (misalnya
pencangkokan kulit) dengan tujuan
mengembalikan fungsi yang telah hilang
(Soetjipto, 2010).
.
E. Pengidentifikasian Donor
1. Organ mayat potensial; yg sering korban trauma
or aneurisma cerebral.
2. Penentuan kematian: bds tdk berfungsinya
cardiopulmoner or fx otak
3. Peran perawat
- Identifikasi donor potensial
- Dukungan psikologis
- Advokat
- Dukungan hemodinamik
- Kolaboratif: ADH, Vasopresin
4. Peran Koordinator Transplantasi
F. Pengkajian Dan Penatalaksanaan
1. Perawatan FAse pra operasi
2. Anxietas, pengetahuan, status fisiologis
3. Px darah lengkap
4. EKG
5. Foto Rontgen
6. Dialisis
7. imunnosupresi
PROSEDUR PEMBEDAHAN
o Ginjal diletakkan
retroperitoneal di illiaka
o Anastomose
H. Perawatan Pasca Operasi
Pemantauan ketat di ruang Intensif
1. TD, N, rr, s, cvp
2. Tk kesadaran dan derajat nyeri
3. Jumlah line IV, catat tempat insersi, jenis cairan, kecep.
Tetesan
4. BAlutan abdomen--- drainase
5. Kateter: Letak, Aliran urin
6. NGt
7. Ukur Lingkar Abdomen
8. Pemeriksaan fungsi
9. Kebocoran urin
10. Keseimbangan cairan dan elektrolit
11. Pencegahan Infeksi
12. Tindakan pencegahan umum
13. Terapi Imunosupresi
I. Komplikasi
1. Penolakan ginjal transplantasi
a. hiperakut; beberapa menit sampai jam
b. Percepatan; bbrap hari sampai 1 minggu
c. Penolakan akut: 1 mgg post op
d. Penolakan kronik; penyimpangan fungsi ginjal
2. Infeksi
3. Komplikasi hematologik
4. Komplikasi Kardiovaskuler
5. Hipertensi
6. Stenosis arteri renal
PERUBAHAN FISIOLOGI GERIATRI
(KONSIDERASI ANESTESI)
Sri sulami S.Kep. MM
P2 ( Oktober 2017)
2
Aspirasi pneumonia
merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada geriatri akibat
penurunan progresif sejalan
bertambahnya umur terhadap
reflek-reflek perlindungan jalan
nafas/ laring.
3
Pasien geriatri dengan penyakit paru
berat yang menjalani prosedur operasi
mayor pada abdomen sebaiknya tetap
terintubasi.
.. ?
4
Pada saat Atrofi pada kulit akan
memudahkan terjadinya trauma akibat
pemakaian plester, electrocautery pads,
dan electrode EKG.
5
PERUBAHAN FARMAKOLOGIS
Penurunan progresif massa otot dan
peningkatan lemak tubuh (terutama wanita) akan
menyebabkan penurunan jumlah total cairan
tubuh.
9
ANESTESI INHALASI
20
Manajemen preoperatif
21
MANAJEMEN INTRAOPERATIF
Teknik anestesi regional maupun
umum dapat menjadi pilihan pada
geriatri tergantung dari kondisi fungsi
sistem organ masing-masing pasien dan
jenis operasi yang akan dijalani.
Pemilihan obat-obatan juga harus
mempertimbangkan fungsi sistem organ
dan perubahan respon obat akibat
berubahnya farmakokinetik dan
farmakodinamik pada pasien
22
MANAJEMEN PASCAOPERATIF
.
Direkomendasikan ambulasi dini
untuk menurunkan resiko
terjadinya pneumonia dan
thrombosis vena dalam
23
WAHYU WAHDANA SKEP NS SH MM MKEP
STKA UBK BANDUNG
RS OTISTA KAB BANDUNG
Pasien pediatrik bukan pasien dewasa dalam ukuran
tubuh yang lebih kecil. Dalam dunia pediatrik sendiri
terdapat perbedaan golongan antara umur pasien dan
dijabarkan sebagai berikut
Premature < 37 minggu
Neonatus 0 -1 bulan
Infants 1 -6 bulan
Older Infants 6 bulan – 2 tahun
Toddler 2 – 5 tahun
Child 5 -12 tahun
Adolescences 12 – 18 tahun
Anatomi Jalan Napas
Terdapat beberapa perbedaan anatomi pada jaluran napas
anak-anak bila dibandingkan dengan orang dewasa4.
Perbedaan pertama adalah ukuran lidah anak-anak yang lebih
besar dibandingkan orofaring sehingga meningkatkan resiko
terjadinya obstruksi jalan napas dan kesulitan teknis lainnya
pada saat melakukan laringoskopi.
6 bulan 80-150 95 45
2 tahun 85-125 95 50
4 tahun 75-115 98 57
1. 7 hari 16-20
1 – 4 minggu 11-16
2 – 3 bulan 10-12
1 tahun 10-12
5 tahun 11-13
SISTEM ENDOKRIN
Neonatus memiliki cadangan glikogen yang sedikit
sehingga mereka rentan terhadap terjadinya
hypoglikemia, faktor resiko lain adalah bayi dari ibu
yang menderita diabetes, prematur, stress perinatal
dan sepsis. Untuk mengatasi hal tersebut maka bayi
dengan faktor resiko dapat diberi dextrose 5-
15mg/kg/menit
Sistem Hepatobilier
Pada Anak-anak maturitas fungsional hati
belum sepenuhnya terbentuk, sebagian besar enzim
untuk metabolisme obat sudah diproduksi namun
belum terstimulasi oleh obat tersebut. Seiring
pertumbuhan anak-anak kemampuan untuk
metabolisme obat akan meningkat secara drastis dan
menjadi siap dalam usia beberapa bulan , hal tersebut
disebabkan 2 hal, pertama adalah peningkatan aliran
darah ke hati sehingga lebih banyak obat masuk ke
dalam hati, dan sistem enzim yang diproduksi sudah
dapat distimulasi oleh obat tersebut.
Kadar albumin dan beberapa protein yang
dibutuhkan untuk berikatan dengan obat pada plasma
lebih rendah di anak-anak dibandingkan dewasa,
kondisi tersebut akan mengakibatkan lebih banyak obat
bebas beredar di sirkulasi karena tidak berikatan
dengan albumin, selain itu hyperbilirubinemia dapat
terjadi karena perpindahan bilirubin dari albumin yang
disebabkan oleh obat sehingga pasien menjadi ikterus3
Sistem Gastrointestinal
Fungsi koordinasi gerakan menelan dan
bernapas pada bayi serta fungsi LES (Lower esophageal
sphincter) belum sempurna sampai berusia 4-5 bulan
sehingga menyebabkan insidense refluks
gastroesophageal. Hal tersebut menimbulkan beberapa
pendapat untuk mempuasakan bayi sebelum operasi
namun kadar glukosa harus tetap diperhatikan ketat
karena bayi rentan terhadap terjadinya hipoglikemia
Sistem Thermoregulasi
Bayi dan anak-anak memiliki luas permukaan yang
lebih banyak dibandingkan dengan berat badan serta
lemak subkutis yang sedikit. Hal tersebut
mengakibatkan bayi lebih mudah mengeluarkan panas
baik secara radiasi (pengaruh terbesar) , konduksi ,
konveksi, dan evaporasi sehingga rentan mengalami
hipotermia.
Bayi memiliki jaringan lemak coklat yang dapat
digunakan sebagai kompensasi untuk menghasilkan
panas karena bayi berusia dibawah 3 bulan tidak dapat
menggigil. Suhu ruangan yang disarankan pada saat
operasi adalah 34°C untuk bayi prematur, 32°C untuk
neonatus, dan 28°C untuk remaja dan dewasa.
Hipotermia pada anak-anak dapat menyebabkan
depresi napas, acidosis, penurunan cardiac output,
meningkatkan durasi efek obat, menurunkan kadar
trombosit, dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi
Memindahkan Neonatus pada inkubator
Menggunakan pad pemanas
Menghangatkan ruangan operasi dengan suhu 26 – 30°C
Membatasi durasi waktu anak tanpa selimut
Menggunakan warmer pada fase pre-operasi
Menggunakan baby bonnet
Menutup ekstremitas bayi dengan selimut
Mengawasi suhu tubuh secara ketat
Menghangatkan dan melembabkan gas pernapasan
Anestesi pediatrik
Obat anestesi Inhalasi
Bayi dan anak-anak memiliki tingkat ventilasi alveolar yang lebih
tinggi serta koefisien distribusi gas-darah yang lebih rendah dari
orang dewasa sehingga menyebabkan penyerapan obat inhalasi
lebih cepat. Nilai MAC (Mean Alveolar Concentration) untuk
pasien anak sedikit lebih tinggi dari dewasa namun neonatus
membutuhkan MAC yang lebih rendah dari pasien dewasa, hal ini
disebabkan karena immaturitas otak, level progesterone residual
dari ibu, dan kadar endorphin yang tinggi sehingga ambang nyeri
meningkat. Ketika NO (Nitrous Oxide) ditambahkan kepada gas
anestesi lain, maka kadar MAC yang dibutuhkan akan berkurang
karena efek second gas exchange dengan nilai sebagai berikut ;
MAC sevoflurane berkurang 20-25% , halothane berkurang 60%,
isoflurane 40% , dan desflurane 25%.
Selain pengambilan, eliminasi obat anestesi pada
pasien pediatrik juga lebih cepat dibandingkan dengan
orang dewasa , hal ini disebabkan karena tingginya laju
napas dan cardiac output serta distribusi yang besar
kepada organ dengan vaskularisasi banyak, di sisi lain
hal ini menyebabkan mudahnya terjadi overdosis obat
anestesi pada pasien pediatrik13,14. Fungsi hati pasien
bayi belum sepenuhnya terbentuk sehingga hanya
sedikit obat yang dimetabolisme di sana sehingga
hepatitis yang disebabkan oleh halotan jarang pada
anak (1:200.000 anestesi)
Obat anestesi Intravena
Pasien neonatus memiliki proporsi cardiac output
yang mencapai otak yang lebih besar dibandingkan pasien
anak sehingga dosis untuk induksi lebih kecil. Salah satu
obat yang paling sering digunakan untuk anestesi intravena
adalah propofol walau penggunaan dibawah umur 3 tahun
belum direkomendasikan. Dalam pemberian obat anestesi
intravena perlu diketahui karena fungsi ginjal dan hati
belum sempurna maka interval dosis pemberian obat perlu
diperpanjang agar tidak terjadi toksisitas. Dosis untuk
anestesi intravena pada anak-anak harus disesuaikan karena
massa otot dan lemaknya berbeda dari orang dewasa.
Efek samping dari propofol yang dapat muncul
adalah bradikardi dan hipotensi dimana insidensi
bradikardia pada anak-anak 10-20% lebih tinggi
daripada orang dewasa, hal ini penting
dipertimbangkan karena pada pasien anak fungsi
baroreceptor belum sempurna sehingga pengaturan
cardiac output didominasi oleh peningkatan laju nadi.
Selain propofol terdapat beberapa kombinasi obat yang
dapat digunakan untuk anestesi intravena
Obat Intravena Dosis Inisial
Laju Infus
Prosedur
pemeriksaan untuk Anestesi, secara
mendeteksi luka, Penata Anestesi
umum berarti suatu
iritasi, polip atau adalah setiap orang
tindakan
kanker pada usus yang telah lulus
menghilangkan rasa
besar dan rektum, pendidikan bidang
sakit ketika
yaitu bagian paling kepenataan anestesi
melakukan
bawah usus besar atau Penata Anestesi
pembedahan dan
yang terhubung ke sesuai dengan
berbagai prosedur
anus. Prosedur ini ketentuan peraturan
lainnya yang
dilakukan dengan perundang-
menimbulkan rasa
terlebih dahulu undangan.
sakit pada tubuh
memberikan obat
bius kepada pasien.
BERBAGAI TINGKAT SEDASI YANG MUNGKIN DIPILIH
TIDAK ADA
Artinya tidak ada obat yang diberikan. Sangat sedikit orang yang
memilih opsi ini.
SEDASI RINGAN
Meskipun seseorang mengantuk, pasien masih dapat merespon
perintah verbal dan dapat merasakan nyeri. Tidak ada efek pada
pernapasan atau fungsi kardiovaskular.
SEDASI DALAM
Pasien akan berespons terhadap rangsangan nyeri yang berulang,
tetapi biasanya tanpa tujuan. Pernapasan mungkin terganggu, seperti
halnya fungsi kardiovaskular. Pasien tidak akan memiliki ingatan
tentang apa yang terjadi saat berada di bawah sedasi yang dalam
(amnesia).
ANESTESI UMUM
Dalam hal ini, pasien sama sekali tidak menanggapi rangsangan yang
menyakitkan. Pernapasan biasanya terganggu, dan dukungan saluran
udara dan ventilasi biasanya diperlukan. Fungsi kardiovaskular juga
dapat terganggu.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-
upcoming-colonoscopy
Tingkat anestesi yang direncanakan menentukan
siapa yang akan memberikan sedasi. Misalnya,
sedasi ringan atau sedang biasanya diberikan oleh
ahli gastroenterologi yang melakukan prosedur.
Sedasi dalam dan anestesi umum diberikan oleh
perawat anestesi atau ahli anestesi.
01 TIDAK ADA
Kolonoskopi tanpa penenang terkadang dilakukan sekitar sekali atau dua kali dalam
sebulan. Ini terjadi pada pasien yang tidak menginginkan sedasi apapun.
Keuntungan besar adalah pasien segera pulih setelah prosedur dan dapat langsung
bekerja atau mengemudi. Mereka tidak membutuhkan siapa pun untuk menemani
mereka pulang. Ini juga menghilangkan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
dengan segala bentuk anestesi.
Sementara prosedur itu sendiri dapat menyebabkan beberapa kram atau sakit perut
karena gas, jika prosedur ini tetap akan dilakukan, pastikan bahwa ahli
gastroenterologi memiliki pengalaman melakukan kolonoskopi tanpa penenang.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-upcoming-colonoscopy
Pro dan Kontra dari Berbagai Tingkat Sedasi untuk Kolonoskopi
02 SEDASI RINGAN
Ini jarang dilakukan. Karena banyak jenis obat-obatan diberikan, ada risiko komplikasi.
Selain itu, pasien perlu ditemani dan tidak boleh melakukan aktivitas rutin sampai
keesokan harinya. Tetapi karena obat penenangnya ringan, tidak ada efek pada rasa
sakit tetapi pasien dapat merasakan dan mengingat semua rangkaian prosedur.
Ini adalah salah satu bentuk sedasi yang paling umum digunakan. Obat-obatan yang
biasa diberikan seperti midazolam dan fentanyl – obat penenang ringan dan
pembunuh rasa sakit. Ini adalah kombinasi yang bagus dan aman, dan risikonya
biasanya menyebabkan amnesia, jika diberikan terlalu banyak. Untuk menghindarinya,
diberikan secara perlahan, dengan pemantauan yang tepat.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-upcoming-colonoscopy
Pro dan Kontra dari Berbagai Tingkat Sedasi untuk Kolonoskopi
05 ANESTESI UMUM
Ini hampir tidak pernah digunakan untuk kolonoskopi. Anestesi umum biasanya
disediakan untuk pasien dengan penyakit paru-paru parah, saluran udara tidak stabil,
dan prosedur yang sangat panjang.
Sumber: https://www.templehealth.org/about/blog/what-are-my-options-for-sedation-during-my-upcoming-colonoscopy
SEBELUM MENINJAU OPSI, ADA BEBERAPA HAL
PENTING YANG PERLU DIKETAHUI DAN DILAKUKAN
• Ahli gastroenterologi akan menentukan tingkat sedasi, tetapi pasien memiliki suara dalam keputusan itu.
• Saat menjadwalkan kolonoskopi, selalu tanyakan kepada dokter tingkat sedasi atau anestesi yang direncanakan.
• Usia, kondisi medis, dan kebiasaan kesehatan Anda dapat memengaruhi pilihan anestesi. Misalnya, pasien dengan
masalah jantung atau paru-paru, obesitas, atau kondisi apa pun yang memengaruhi jalan napas mungkin perlu
menghindari sedasi yang dalam.
• Tingkat sedasi yang Anda terima dan riwayat kesehatan Anda merupakan faktor dalam menentukan jenis profesional
medis apa yang harus memberikan sedasi selama prosedur Anda.
Sumber: https://www.asahq.org/madeforthismoment/preparing-for-surgery/procedures/colonoscopy/
THANK YOU
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PADA COLONOSCOPY
Kolonoskopi saat ini merupakan salah satu alat diagnostik dan teraupetik yang sangat
penting untuk menangani pasien-pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian bawah
(Wexner et al., 2006). Kolonoskopi menjadi metoda skriining yang paling efektif pada penyakit
kolon dan keganasan kolorektal, dengan alasan kolonoskopi dapat mendeteksi hampir semua lesi
kolorektal dan bila ketiga skrining tes lainnya ( fecal ocult blood test, flexible sigmoidoscopy dan
barium enema kontras ganda) memberikan hasil positif, semuanya harus diikuti tindakan
kolonoskopi sebagai diagnostik standar (Jang J.Y, et al 2014).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sidhu,et al mengenai audit pada semua tindakan
kolonoskopi di The Royal Liverpool University antara tahun 2005 sampai 2010 menemukan dari
8910 tindakan kolonoskopi, terdapat 693 kasus yang inkomplet (7,8%), dengan 58% kasusnya
wanita dan rata-rata umur 61 tahun. Dan inadekuatnya bowel preparasi menjadi alasan terbanyak
terjadinya kolonoskopi yang inkomplet, terhitung hampir 25% mengalami kegagalan dalam
tindakan kolonoskopi. Ketepatan diagnostik dan keamanan terapi pada kolonoskopi sangat
tergantung pada kualitas pembersihan kolon atau persiapan usus. Persiapan usus yang kurang telah
terbukti secara signifikan menghalangi kemampuan diagnostik kolonoskopi. Oleh karena itu
persiapan kebersihan usus yang baik merupakan persyaratan untuk suksesnya tindakan
kolonoskopi(Johson.D.A, et al 2014).
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada saluran cerna
bagian bawah yang efektif. Pemeriksaan kolonoskopi dilakukan dengan menggunakan scope
untuk mengetahui kelainan mulai dari rectum, usus besar, sampai dengan sekum, kelainan
yangpaling sering ditemui adalah adanya kanker usus, polip yang merupakan pra kanker,
perdarahan, infeksi, hemmoroid. Kolonoskopi merupakan salah satu teknik pemeriksaan yang
lebih unggul dibandingkan yang lain karena dapat mengetahui gambaran usus secara jelas
(Mclachlan, Clements, & Austoker, 2012)
Pada penelitian yang dilakukan Ismiwiranti (2020) mengungkapkan kecemasan pada
pasien beragam, pengalaman operasi arau riwayat terdahulu cukup membantu pasien dalam
mengelola kecemasan. Namun, ditemukan pula bahwa pasien yang pertama kali menjalani
kolonoskopi mampu mengelola kecemasannya juga. Kesiapan pasien secara psikologis adalah
faktor yang sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mengelola kecemasan yang dialami.
Persepsi yang positif melihat manfaat dari kolonoskopi membuat pasien mengesampingkan hal
yang kurang menyenangkan terkait tindakan.
Indikasi kolonoskopi bisa bersifat diagnostik ataupun terapeutik. Indikasi diagnostik
mencakup penapisan kanker kolon, evaluasi tanda dan gejala yang mengindikasikan kelainan
kolon atau ileum terminal, menilai respons terhadap pengobatan pada pasien dengan penyakit
kolon, serta mengevaluasi kelainan yang ditemukan pada pencitraan. Indikasi terapeutik mencakup
dilasi striktur, pemasangan stent, dekompresi kolon, dan pengangkatan benda asing. Kolonoskopi
elektif dilakukan pada kasus perdarahan gastrointestinal, fecal occult blood test (FOBT) positif,
perubahan pola buang air besar tanpa sebab yang jelas, anemia defisiensi besi, penurunan berat
badan pada lansia, nyeri abdomen persisten, dan gambaran abnormalitas struktural pada
pemeriksaan radiografi menggunakan barium enema. Indikasi terapeutik dari kolonoskopi antara
lain eksisi dan ablasi lesi, terapi lesi perdarahan, dilatasi stenosis ataupun striktur, ekstraksi benda
asing, dekompresi volvulus kolon atau megakolon, dan manajemen paliatif neoplasma.
Beberapa jenis anestesi yang dapat digunakan selama kolonoskopi adalah sebagai berikut:
1. Sedasi ringan: Ini adalah jenis anestesi yang paling umum digunakan untuk kolonoskopi.
Obat-obatan yang diberikan membuat pasien merasa mengantuk dan sedikit lupa akan apa
yang terjadi selama pemeriksaan. Pasien masih bisa bernapas sendiri, tetapi refleks batuk
dan muntah akan berkurang.
2. Anestesi umum: Jenis anestesi ini membutuhkan pemantauan dan dukungan pernapasan
yang lebih cermat, dan hanya digunakan jika diperlukan.
3. Anestesi epidural atau spinal: Jenis anestesi ini melibatkan pemberian obat bius ke ruang
sekitar sumsum tulang belakang. Ini memungkinkan bagian bawah tubuh menjadi mati rasa
dan nyaman selama pemeriksaan.
Mclachan, S.,Clements, A., Austoker, J. (2012). Patient Education and Conseling Patients Experinces and
Reported BArries to Colonoscopy in The Screening Context-A systematic Review of the Literatiure,
86,137-146
Wexner S.D, Beck D.E, Baron T.H, et al. (2006). A consensus document on bowel preparation before
colonoscopy: prepared by a task force from the American Society of Colon and Surgeons (ASCRS),
the American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE), and the Society of American
Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons (SAGES). Gastrointestinal Endoscopy. 63 (7): 894-909.
Ismiwiranti, R. (2020). Karakteritik Pasien Terkait Kecemasan Dalam Menjalani Prosedur Kolonoskopi.
Jurnal Ilmiah Keperawatan. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. DOI:
https://doi.org/10.33023/jikep.v6i1.443
Stauffer CM, Pfeifer C. Colonoscopy. [Updated 2021 Jul 31]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559274/