Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dosen Pengampuh:
TAHUN AJARAN
2020/2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penelitian kita mengenal populasi dan sample. Sebagaimana yang kita ketahui
kedua hal itu berperan penting dalam suatu penelitian. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Hampir dalam seluruh penelitian, kebanyakan peneliti hanya menggunakan sampel dari
populasi untuk dipelajari dan diambil kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian, yang
sekaligus juga mewakili populasi yang ada. Oleh karena itu sampel yang diambil dari
populasi harus benar – benar representatif (mewakili). Semakin banyak perbedaan antara
populasi dengan sampel maka akan semakin besar pula resiko kesalahannya.
Hal ini bisa digambarkan ibarat 3 orang buta yang disuruh menyimpulkan karakteristik
seekor gajah, ketika orang buta yang satu memegang telinga gajah maka ia
menyimpulkan gajah itu seperti kipas, sedangkan orang buta kedua yang memegang
badan gajah, ia menyimpulkan gajah seperti tembok besar. Lalu, orang buta ketiga ia
menyimpulkan gajah itu kecil, karena ia memegang ekornya. begitulah gambaran hasil
jika kita salah memilih sampel dalam penelitian.
Untuk menghindari resiko - resiko di atas, kita harus bisa memilih sampel yang benar –
benar representatif, dan untuk mendapatkan itu kita harus berhati - hati dan menguasai
teknik- teknik yang tepat dalam menentukan sampel yang benar.
Maka dari itu, untuk membantu kita dalam melakukan penelitian khususnya ketika
pengambilan sampel, dalam makalah ini kami membahas tentang teknik pengambilan
sampel dan segala ruang lingkupnya, sehingga kita mengerti dan mampu memilih teknik-
teknik yang benar dalam pengambilan sampel.
B. Tujuan Penulisan
Menurut Kasjono & Yasril (2009, hlm. 34) ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat menggunakan metode pengambillan sampel acak terstratifikasi, yaitu:
1. Harus ada kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi
populasi ini dalam lapisan-lapisan. Kriteria untuk pembagian itu ialah variabel-
variabel yang menurut peneliti mempunyai hubungan yang erat dengan variabel-
variabel yang hendak diteliti. Misalnya tingkat penghasilan petani erat hubungannya
dengan luas tanah yang diusahakan. Jadi, dalam penelitian mengenai tingkat
penghasilan petani, populasi dapat distratifikasikan dalam lapisan-lapisan dengan
menggunakan luas tanah yang diusahakan sebagai kriteria.
2. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk
menstratifikasi.
3. Harus diketahui dengan tepat jumlah unit penelitian dari tiap strata dalam populasi itu.
Stratifikasi secara praktek lebih efektif ketika terdapat nilai – nilai ekstrim dalam
populasi yang dapat dibedakan ke dalam strata dengan maksud mengurangi
keragaman dalam strata. Pemisahan dugaan menjadi strata tersendiri dapat
dikombinasikan ke dalam dugaan akurat untuk keseluruhan populasi.
Stratifikasi juga memilih sampel secara cross section yang lebih baik dengan populasi
dari yang tidak berstrata.
2. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya di atas bahwa seorang peneliti membentuk
suatu kelompok berdasarkan tingkatan tingkatan tertentu dari kerangka sampel yang
tersedia. Apabila kerangka sampel tersebut belum menyediakan informasi ke dalam
strata maka peneliti harus membentuk sendiri kerangka sampel secara terpisah yang
sudah terisi tingkatan tingkatan sesuai kebutuhan penelitian.
Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2004), Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk
pengambilan sampel.
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota
populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Sampling pada suatu strata dapat pula dilakukan tidak. berdasarkan proporsi yg
sebenarnya dikarenakan jumal sub-katagori ttt. terlalu sedikit sampelnya atau sebaliknya,
maka sampling semacam itu dinamakan disproportionate stratified random sampling.
Misalkan kita ingin mengambil populasi di suatu fakultas yang terdiri atas:
Namun apabila hal tersebut diterapkan, maka besar kemungkinan utuk kelompok-
kelompok ttt proporsinya akan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dg proporsi populasi
yg sebenarnya. Oleh karena itu peneliti dpt menentukan proporsi sampel yg dianggap lebih
representatif, misalnya :
Sampel Daerah (Area Sampling) Sampling ini mencakup populasi yg tersebar di suatu
daerah, misalnya propinsi,kabupaten, kecamatan, bahkan mungkin negara. Peneliti dapat
menentukan secara acak daerah-daerah mana yang akan diteliti berdasarkan ciri-ciri ttt sesuai
dg keperluan peneliti. Cara mengacak daerah-daerah yg akan dijadikan sampel dpt dilakukan
dg memberi nomor daerah-daerah tsb lalu diundi.
Contoh lainnya
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak
seimbang yaitu :
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel. Sikap/perilaku skalanya interval missal 20-80
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda "=", "≠", "<",
">", "+", "-". Misal suhu: 30 +10 = 40 derajat.
Pengukuran Sikap
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi ssial adalah bagaimana
mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone,
Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan
Multidimensional Scaling.
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari
yang sangat unfavorabel hingga sangat fafovabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya
dengan memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajad
favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap
pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari
masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu
membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan
itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk
menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu
diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat setuju Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan
setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilaian
antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem.
Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari atem yang memiliki nilai skala
terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem
untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini
kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar
kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut.
Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap
seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada
suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah
Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap
isue. Penilai melakukanrating terjhadap aitem dalam tataran yang sama terhadap isue
tersebut.
Unobstrusive Measures.
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek
perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
Multidimensional Scaling.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan
pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini
kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang
valid terutama apbila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem.
Daftar pustaka
https://statmat.id/stratified-random-sampling-adalah/
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/POWER_POINT_METLIT/7.POPULASI_DAN_SAMPEL.pdf
http://samplingkuliah.blogspot.com/2017/01/stratified-random-sampling.html