Anda di halaman 1dari 9

EVIDENCE BASED MIDWIFERY

Disproportionate Stratified Random Sampling

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Aprilia Dwi Putri


2. Eka nuwitri
3. Rike utami

Dosen Pengampuh:

Suci Sholihat, M. Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN

2020/2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penelitian kita mengenal populasi dan sample. Sebagaimana yang kita ketahui
kedua hal itu berperan penting dalam suatu penelitian. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.

Hampir dalam seluruh penelitian, kebanyakan peneliti hanya menggunakan sampel dari
populasi untuk dipelajari dan diambil kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian, yang
sekaligus juga mewakili populasi yang ada. Oleh karena itu sampel yang diambil dari
populasi harus benar – benar representatif (mewakili). Semakin banyak perbedaan antara
populasi dengan sampel maka akan semakin besar pula resiko kesalahannya.

Hal ini bisa digambarkan ibarat 3 orang buta yang disuruh menyimpulkan karakteristik
seekor gajah, ketika orang buta yang satu memegang telinga gajah maka ia
menyimpulkan gajah itu seperti kipas, sedangkan orang buta kedua yang memegang
badan gajah, ia menyimpulkan gajah seperti tembok besar. Lalu, orang buta ketiga ia
menyimpulkan gajah itu kecil, karena ia memegang ekornya. begitulah gambaran hasil
jika kita salah memilih sampel dalam penelitian.

Untuk menghindari resiko - resiko di atas, kita harus bisa memilih sampel yang benar –
benar representatif, dan untuk mendapatkan itu kita harus berhati - hati dan menguasai
teknik- teknik yang tepat dalam menentukan sampel yang benar.

Maka dari itu, untuk membantu kita dalam melakukan penelitian khususnya ketika
pengambilan sampel, dalam makalah ini kami membahas tentang teknik pengambilan
sampel dan segala ruang lingkupnya, sehingga kita mengerti dan mampu memilih teknik-
teknik yang benar dalam pengambilan sampel.

B. Tujuan Penulisan

1 .Untuk mengetahui apa itu stratified random sampling

2 .Untuk mengetahui apa itu tehnik sampling

3 .Untuk mengetahui penelitian dari Disproportionate Stratified Random Sampling


PEMBAHASAN

A. Stratified random sampling 

Stratified random sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan


memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada elemen populasi. Elemen populasi dibagi
menjadi beberapa tingkatan (stratifikasi) berdasarkan karakter yang melekat padanya. Dalam
stratified random sampling elemen populasi dikelompokkan pada tingkatan-tingkatan tertentu
dengan tujuan pengambilan sampel akan merata pada seluruh tingkatan dan sampel mewakili
karakter seluruh elemen populasi yang heterogen.

B. Konsep Dasar Stratified Random Sampling

Pada umumnya populasi-populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian lebih


cenderung heterogen. Karena apabila diketahui karakter elemen populasi bersifat homogen
maka prosedur pengambilan sampel tidak perlu rumit, tidak perlu menggunakan teknik
sampel yang sulit dan ukuran sampel diambil pun cukup sedikit saja.

C. Syarat-syarat Stratified Random Sampling

Menurut Kasjono & Yasril (2009, hlm. 34) ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat menggunakan metode pengambillan sampel acak terstratifikasi, yaitu:

1. Harus ada kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi
populasi ini dalam lapisan-lapisan. Kriteria untuk pembagian itu ialah variabel-
variabel yang menurut peneliti mempunyai hubungan yang erat dengan variabel-
variabel yang hendak diteliti. Misalnya tingkat penghasilan petani erat hubungannya
dengan luas tanah yang diusahakan. Jadi, dalam penelitian mengenai tingkat
penghasilan petani, populasi dapat distratifikasikan dalam lapisan-lapisan dengan
menggunakan luas tanah yang diusahakan sebagai kriteria.
2. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk
menstratifikasi.
3. Harus diketahui dengan tepat jumlah unit penelitian dari tiap strata dalam populasi itu.

D. Langkah-langkah Stratified Random Sampling

Menurut Notoatmodjo (2005, hlm. 86) langkah-langkah yang


ditempuh dalam pengambilan sampel secara stratified meliputi.:

1. Menentukan populasi penelitian.


2. Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang menjadi anggota populasi.
3. Mengelompokkan unit anggota populasi yang mempunyai karakteristik umum yang
sama dalam suatu kelompok atau strata misalnya berdasarkan tingkat pendidikan.
4. Mengambil sebagian unit dari setiap strata untuk mewakili strata yang bersangkutan.
5. Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan dengan cara
random atau nonrandom
6. Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan berdasarkan
perimbangan (proporsional)

E. Kelebidan dan kekurangan tratified random sampling

1. Kelebihan metode stratified random sampling

Penggunaan stratifikasi memiliki banyak kegunaan. Beberapa prinsipnya adalah sebagai


berikut :

 Stratifikasi memberikan kemudahan administrasi. Suatu badan oragnisasi membentuk


survey dapat berdiri dalam kantor – kantor dengan bermacam – macam daerah
administrasi dengan penjelasan kepemilikan sah dengan maksud menjadikan
organisasi lebih baik dengan hasil pekerjaan yang lebih akurat.

 Stratifikasi dengan karakteristik alami membantu memperbaiki desain sampel.


Sebagai contoh , di area dan daerah survey terdapat banyak perbedaan tipe
permasalahan pengambilan sampel di daerah daratan, padang pasir, dan pegunungan
yang mempunyai perbedaan jarak tempuh sehingga hal ini akan menjadi lebih mudah
jika tiap – tiap area dipisahkan dalam suatu strata.

 Stratifikasi secara praktek lebih efektif ketika terdapat nilai – nilai ekstrim dalam
populasi yang dapat dibedakan ke dalam strata dengan maksud mengurangi
keragaman dalam strata. Pemisahan dugaan menjadi strata tersendiri dapat
dikombinasikan ke dalam dugaan akurat untuk keseluruhan populasi.

 Stratifikasi memberikan kemungkinan penggunaan desain sampel yang berbeda –


beda pada strata yang berbeda – beda. Pada kenyataannya di lapangan, informasi
mengenai stratifikasi tidak secara keseluruhan tersedia untuk setiap unit populasi.
Dalam kasus tersebut, keseluruhan populasi dibagi menjadi beberapa strata mengikuti
infomasi sebenarnya yang tersedia dan beberapa pengambilan sampel yang dapat
dipercaya dalam perencanaan pemilihan unit dalam strata  tersebut digunakan.

 Stratifikasi cukup mewakili keragaman kelompok dalam populasi yang memberikan


beberapa keterterikan atau efek yang besar.

 Stratifikasi juga memilih sampel secara cross section yang lebih baik dengan populasi
dari yang tidak berstrata.

 Stratifikasi memberikan keputusan yang tepat dalam memperkirakan karakteristik


suatu populasi. Untuk dapat mencapainya, populasi yang heterogen dibagi – bagi
menjadi beberapa populasi yang masing masing dalam strata adalah homogen. Jika
tiap – tiap strata homogen, menggambarkan pengukuran dalam strata tersebut dari
satu unit ke unit yang lain, estimasi yang lebih akurat diperoleh dengan menggunakan 
sampel yang relatif lebih besar.

2. Kelemahan metode stratified random sampling


1. Kerangka sampel yang dijadikan sebagai acuan pembentukan strata atau acuan
penarikan sampel seringkali tidak memuat informasi informasi yang dapat dijadikan
sebagai dasar Pembentukan suatu strata.Sehingga apabila dipaksakan membentuk
suatu strata dengan informasi yang tidak cukup lengkap maka dapat berdampak pada
tidak sesuainya strata yang dibentuk dengan tujuan penelitian. Alih-alih membentuk
suatu strata dengan elemen yang bersifat homogen justru dapat membentuk suatu
strata yang sangat heterogen.

2. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya di atas bahwa seorang peneliti membentuk
suatu kelompok berdasarkan tingkatan tingkatan tertentu dari kerangka sampel yang
tersedia. Apabila kerangka sampel tersebut belum menyediakan informasi ke dalam
strata maka peneliti harus membentuk sendiri kerangka sampel secara terpisah yang
sudah terisi tingkatan tingkatan sesuai kebutuhan penelitian.

3. Biaya operasional dapat membengkak apabila pembentukan strata bukan mengikuti


wilayah geografis melainkan mengikuti sifat atau karakter lain. Misalkan tingkatan
atau strata yang kita bentuk berdasarkan tingkatan pendidikan, meskipun dianggap
sebagai homogen dalam setiap strata namun populasi bisa tersebar di seluruh wilayah
atau area yang menjadi batas populasi katakanlah tersebar di dalam kota.

 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2004), Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk
pengambilan sampel.

1. Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota
populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.

 Sampel Acak Secara Tak Proporsional Menurut Stratifikasi (Disproportionate


Stratified Random Sampling).

Sampling pada suatu strata dapat pula dilakukan tidak. berdasarkan proporsi yg
sebenarnya dikarenakan jumal sub-katagori ttt. terlalu sedikit sampelnya atau sebaliknya,
maka sampling semacam itu dinamakan disproportionate stratified random sampling.

Misalkan kita ingin mengambil populasi di suatu fakultas yang terdiri atas:

a) Dekan dan pernah menjabat dekan

b) Pembantu dekan dan pernah menjabat pembantu dekan

c) Ketua jurusan dan pernah menjabat ketua jurusan

d) Ketua Prodi dan pernah menjabat ketua prodi


e) Seluruh dosen jurusan Kita dapat menentukan proporsi sampel utuk masing-masing
kelompok secara merata yaitu 20 %.

Namun apabila hal tersebut diterapkan, maka besar kemungkinan utuk kelompok-
kelompok ttt proporsinya akan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dg proporsi populasi
yg sebenarnya. Oleh karena itu peneliti dpt menentukan proporsi sampel yg dianggap lebih
representatif, misalnya :

a) Dekan dan pernah menjabat dekan 10%

b) Pembantu dekan dan pernah menjabat pembantu dekan 25%

c) Ketua jurusan dan pernah menjabat ketua jurusan 20%

d) Ketua Prodi dan pernah menjabat ketua prodi 25%

e) Seluruh dosen jurusan

Sampel Daerah (Area Sampling) Sampling ini mencakup populasi yg tersebar di suatu
daerah, misalnya propinsi,kabupaten, kecamatan, bahkan mungkin negara. Peneliti dapat
menentukan secara acak daerah-daerah mana yang akan diteliti berdasarkan ciri-ciri ttt sesuai
dg keperluan peneliti. Cara mengacak daerah-daerah yg akan dijadikan sampel dpt dilakukan
dg memberi nomor daerah-daerah tsb lalu diundi.

Contoh lainnya

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak
seimbang yaitu :

1. SMP    : 100 orang


2. SMA    : 700 orang
3. DIII     : 180 orang
4. S1        : 10 orang
5. S2        : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel. Sikap/perilaku skalanya interval missal 20-80

 Variabel Interval/ Skala Interval

Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan,


mengurutkan peringkatnya, tetapi kita juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran
perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh, suhu, yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau
Celcius, merupakan skala interval. Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi
daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu 30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu
20 derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat nilainya sama dengan perbedaan
suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain
kita bisa membedakan (mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa
perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat dibandingkan. Perbedaan
antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan
perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu
40 dan 50 derajat dua kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35.
Dengan demikian, selain sudah mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal,
tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematik, oleh karena batas-batas
variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka nolnya tidak absolut).

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda "=", "≠", "<",
">", "+", "-". Misal suhu: 30 +10 = 40 derajat.

Contoh Skala Interval lainnya:

 Tingkat kecerdasan (IQ)

 Beberapa indeks pengukuran tertentu

Pengukuran Sikap

Salah satu problem metodologi dasar  dalam psikologi ssial adalah bagaimana
mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone,
Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan
Multidimensional Scaling.  

Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)           

  Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari
yang sangat unfavorabel hingga  sangat fafovabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya
dengan memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajad
favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap
pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari
masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.            

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu
membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan
itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk
menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu
diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11.  Sangat tidak setuju    1 
2  3  4  5  6  7  8  9  10  11     Sangat setuju Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan
setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan  penilaian
antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem.
Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari atem yang memiliki nilai skala
terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem
untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini
kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar
kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut.           

Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap
seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada
suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah
Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap
isue. Penilai melakukanrating terjhadap aitem dalam tataran yang sama terhadap isue
tersebut.

 Skala Likert (Method of Summateds Ratings)           

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana


dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point
disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel.
Sedangkan aitem yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut,
Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta
melakukan egreement atau disegreemenn-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang
terdiri dari 5 point ( Sangat seuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju).
Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat
setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya,  untuk
aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak
setuju nilainya 5.  Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai
dengan skala interval sama (equal-interval scale).            

 Unobstrusive Measures.           

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek
perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.  

 Multidimensional Scaling.            

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan
pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini
kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang
valid terutama apbila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem.  
Daftar pustaka

https://statmat.id/stratified-random-sampling-adalah/

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/POWER_POINT_METLIT/7.POPULASI_DAN_SAMPEL.pdf

http://samplingkuliah.blogspot.com/2017/01/stratified-random-sampling.html

Anda mungkin juga menyukai