Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

POPULASI DAN SAMPEL

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat mendeskripsikan arti populasi,
dan mendeskripsikan pengertian sampel dengan kalimat sendiri. Menjelaskan perlunya
pengambilan sampel representatif.

B. Memilih Populasi atau Sampel


Populasi dan sampel dalam suatu penelitian mempunyai peranan sentral dan
menentukan. Kedua istilah itu merupakan suatu konsep yang mempunyai karakteristik dan
sifat-sifat tertentu. Populasi merupakan keseluruhan atribut; dapat berupa manusia, objek atau
kejadian yang menjadi fokus penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari objek,
manusia, atau kejadian yang mewakili populasi (Yusuf, 2015; Sugiyono, 2007; Setyosari,
2010; Azwar, 1999 ).
Populasi akan memberikan gambaran yang tepat tentang berbagai kejadian, namun
jumlah yang besar, daerah yang luas, variasi yang banyak akan membutuhkan biaya banyak
dan waktu yang lama. Populasi yang banyak dan luas dapat pula menimbulkan berbagai
kesalahan pada saat pengumpulan data karena kelelahan.jika dilihat dari sifat populasi dan
risiko yang ditimbulkan populasi tertentu, peneliti lebih baik mengumpulkan data dari sampel
daripada dari populasi. Dengan menggunakan sampel penelitian tidaklah menyimpang dari
hasil yang sebenarnya.
Betapapun baiknya perumusan masalah dan tepatnya penentuan variabel serta
penjabarannya ke dalam instrumen belumlah akan memberikan hasil yang optimal kalau
informsi yang dikumpulkan tidak bersumber dari sumber yang benar, dengan bukti yang
autentik dan dapat dipercaya, serta dengan jumlah yang representatif. Ini berarti, sampel yang
digunakan hendaklah benar dan tepat sesuai dengan karakteristik yang terdapat pada
populasi.sampel yang digunakan hendaklah mewakili populasi tersebut.

C. Teknik Menentukan Sampel


Di dalam pembicaraan mengenai teknik penentuan sampel perlu terlebih dahulu
dideskripsikan karakteristik utama populasi, yaitu bagaimana sifat-sifatnya, darimana, dan
jumlahnya. Di samping itu diberikan juga deskripsi tentang besar sampel yang akan diambil
dan teknik pengambilan yang dipakai, apakah secara acak, berdasarkan strata tertentu, dan
sebagainya sesuai dengan masalah yang diteliti.
Proses penelitian menjadi disederhanakan karena tidak setiap orang dalam suatu
populasi harus diamati/dikaji untuk mengumpulkan data sebelum membuat generalisasi
mengenai populasi tersebut. Oleh karena itu, peneliti akan mengumpulkan data dari
sebagian populasi atau disebut sampel. Jika sampel tersebut ditarik dengan benar,
maka hasil-hasil dari kajian terhadap sampel itu akan dengan tepat mewakili
populasi. Kajian dengan penarikan sampel sangat menghemat waktu dan dana yang
diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Sampel penelitian harus representatif, artinya
merupakan wakil yang baik dari populasi.
Sampel adalah sebagian dari populasi. Agar kesimpulan yang diambil dari suatu
penelitian mengandung kebenaran, maka sampel yang dipilih harus dapat
mewakili populasinya. Sampel juga harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang
sama, baik yang bersifat kodrat maupun yang bersifat bukan kodrat.
Agar sampel benar-benar representatif terhadap populasinya beberapa teknik sampling
berikut ini perlu diketahui. Pada dasarnya pola pengambilan sampel dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu: (1) Probability sampling (dengan randomisasi), (2) Non-probability
sampling.
1. Probability Sampling (dengan randomisasi)
Di antara teknik sampling yang melibatkan randomosasi ialah: (a) simple random
sampling (rambang lugas), (b) stratified random sampling, (c) proportional stratified
random sampling, (d) systematic random sampling, (e) cluster random sampling.
a. Simple Random Sampling atau Teknik Rambang Lugas
Suatu cara yang terkenal dalam memilih sampel yang representatif ialah dengan
randomisasi. Tiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Beberapa macam randomisasi adalah sebagai berikut
ini.
1) Cara Undian
Cara ini dilakukan seperti kalau mengadakan undian untuk menentukan siapa-
siapa yang mendapat hadiah.
2) Cara Ordinal
Cara ini dilkukan dengan menyusun subjek dalam suatu daftar dan diberi nomor
urut. Dari daftar tersebut diambil individu-individu yang bernomor gasal atau genap
atau yang bernomor kelipatan angkat tertentu, misalnya 2, 3, 4 dan seterusnya.
3) Randomisasi dengan tabel bilangan random
Dalam penelitian-penelitian banyak digunakan cara ini sebab prosedurnya sangat
sederhana dan dapat pula menghindarkan kemungkinan adanya penyelewengan.

b. Stratified random sampling


Teknik ini digunakan peneliti, apabila di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok
subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain tambpak adanya strata atau
tingkatan.
Misalnya:
Peneliti ingin mengadakan penelitian terhadap siswa-siswa suatu sekolah. Di sekolah
terdapat siswa kelas satu, dua, dan tiga yang menunjuk pada tingakatan kelas, sehingga
sampel penelitian harus diambil dari perwakilan kelas-kelas tersebut secara acak. Siswa kelas
tiga memang berstatus lebih tinggi dibandingkan siswa kelas dua. Demikian juga siswa kelas
dua berstatus lebih tinggai daripada siswa kelas satu.
Kesalahan yang lazim dilakukan oleh banyak peneliti adalah penerapan tentang
tingkatan.
Misalnya:
Perbedaan lokasi penduduk yaitu penduduk kota dan penduduk desa tidak dapat dipandang
sebagai perbedaan strata dengan menggunakan teknik berstrata pada waktu menentukan
wakil sampel. Anggota TNI/POLRI, Pegawai Negeri, dan Swasta juga tidak dapat dipandang
sebagai strata yang berbeda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkatan menunjuk pada kelompok,
tetapi kelompok belum tentu menunjuk pada tingkatan.

c. Proportional Stratified random sampling


Teknik pengambilan sampel ini digunakan untuk menyempurnakan penggunaan
teknik sampel berstrata. Ada kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap strata tidak
sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek
setiap strata ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-
masing strata.
Misalnya :
Siswa kelas satu sebanyak 360 orang, siswa kelas dua sebanyak 320 orang, dan siswa kelas
tiga sebanyak 400 orang, maka pengambilan sampel dapat ditentukan dengan persentase yaitu
tiap tingkatan diambil sebanyak 20%.

d. Systematic random sampling


Kadang-kadang suatu popolasi sudah demikian terstruktur sehingga dimungkinkan
untuk menarik sampel dengan menghitung setiap angka kelima, kesepuluh, atau keseratus
dari daftar populasi sampai jumlah sampel yang diperlukan tercapai. Prosedur ini dinamakan
penarikan sampel secara sistematik. Bilamana daftar populasi disusun secara random atau
mengikuti abjad, prosedur penarikan sampel sistematik dapat dipergunakan.
Ada beberapa keuntungan penggunaan sampel sistematik, yaitu: (1) menghemat
waktu kerja, (2) dapat dipergunakan untuk memilih kasus pada setiap strata.
Untuk menghindari terjadinya keadaan yang berpihak unsur pertama perlu ditetapkan
secara random, antara lain dengan menggunakan angka random.

e. Cluster random sampling


Teknik ini digunakan oleh peneliti apabila di dalam populasi terdapat kelompok-
kelompok yang mempunyai ciri sendiri-sendiri. Misalnya: siswa kelas satu sebuah SMU
terdiri atas siswa putra dan putri yang berasal dari keluarga petani, pedagang, anggota
TNI/Polri dan pegawai negeri. Kelompok-kelompok tersebut tidak meunjuk adanya strata
tingkatan bahwa siswa putra lebih tinggi statusnya dibandingkan siswa putri.

2. Non-Probability Sampling
Suatu cara pengambilan sampel disebut sebagai nonprobabilitas apabila besarnya
peluang anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui. Oleh karena itu,
teknik ini tidak melibatkan randomisasi.
Di antara teknik sampling yang tidak melibatkan randomisasi ialah: (a) purposive
sampling, (b) Quota sampling, (c) incidental sampling, dan (d) snow-ball sampling.
a. Purposive sampling
Pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti.
Peneliti dianggap ahli dan layak memberi pertimbangan untuk penentuan sampel yang
diperlukan. Sampling ini cocok untuk suatu studi kasus yang mempunyai
banyak aspek dari kasus tunggal yang representatif untuk diamati dan dianalisis.
Misalnya untuk menetapkan sikap rakyat terhadap suatu masalah
pendidikan, hanya diambil sampel subjek dari kota-kota besar, sedang, dan kecil
(didasarkan pada penyelidikan yang telah dilakukan) dengan menggunakan interviu atau
angket.

b. Quota sampling
Pada cara ini peneliti menentukan jumlah subjek yang akan diselidiki lebih dulu.
Tujuannya adalah untuk mengambil sampel sebanyak jumlah tertentu yang dianggap dapat
merefleksikan ciri populasi. Setelah quota ditentukan, penyelidikan baru dapat dilakukan.

D. Rangkuman
Penelitian populasi dikenakan jika subjek yang akan diteliti jumlahnya terbatas.
Istilah populasi merujuk pada keseluruhan kelompok dari mana sampel-sampel diambil.
Generalisasi dari sampel ke populasi jelas mengandung risiko tinggi, yaitu akan terdapat
kekeliruan. Makin tidak sama sampel dengan populasinya, makin besar kemungkinan
kekeliruan itu. Oleh karena itu teknik penentuan sampel menjadi sangat penting peranannya
dalam penelitian.
Istilah pengambilan sampel merujuk pada strategi yang memungkinkan peneliti untuk
mengambil sebagian populasi, dan menggunakannya sebagai dasar untuk membuat
kesimpulan tentang kelompok tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian adalah ingin
menggeneralisasikan tentang populasi yang didasarkan pada pengamatan terhadap sampel.

E. Latihan
Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Jelaskanlah keuntungan apabila peneliti menggunakan sampel dalam penelitian yang
dilakukan.
2. Sampel yang baik hendaklah mewakili populasi. Jelaskan maksud pernyataan tersebut.
3. Apakah yang dimaksud sampel acak?
4. Bagaimana menentukan sampel dengan menggunakan teknik sample random sampling?
5. Bagaimana menentukan sampel dengan menggunakan teknik systematic random
sampling?
DAFTAR RUJUKAN

Yusuf, A Muri. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenada Media Group.

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Waluyo, Herman J. 1994. Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.

Anda mungkin juga menyukai