Anda di halaman 1dari 5

PROSES PEMILIHAN SAMPLE

A. Cara Menentukan Sample Agar Memenuhi Syarat


Teknik (metode) penentuan sample yang ideal memiliki ciri-ciri dapat
memberikan gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan presisi,
sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dapat memberikan keterangan sebanyak
mungkin dengan biaya murah. Presisi merupakan standard error, Nilai rata-rata populasi
dikurangi nilai rata-rata sampel.
Dalam menentukan Besar sample perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi  completely
heterogeneous
2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian
3. Rencana analisis
4. Tenaga, biaya dan waktu
5. Besar populasi Jadi semakin besar sampel semakin tinggi tingkat tingkat presisi yang
di dapatkan
Syarat sampel:
Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel,
makin akurat sampel tersebut. Tolak ukur adanya“bias” atau kekeliruan adalah
populasi. Agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus
mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976). Presisi.
memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana
estimasi kita dengan karakteristik populasi. Presisi diukur oleh simpangan baku.
Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S)
dengan simpangan baku dari populasi (s), makin tinggi pula tingkat presisinya.

B. Beberapa Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)


1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Apabila setiap unsur dalam populasi mempunyai peluang atau probabilitas yang
sama untuk terambil sebagai unsur dalam sampel, maka sampling ini disebut
Sampling Acak Sederhana. Untuk populasi terhingga, sampling demikian dapat
dilakukan melalui undian, dan undian ini harus benar-benar acak. Untuk populasi tak
terhingga, sampel acak dapat diambil dari, misalnya, setiap cobaan, ketiga, kelima,
ketujuh, atau campuran diantara beberapa cara tersebut.

2. Sampling Berstrata (Stratified Sampling)


Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkat-tingkat atau
strata tertentu, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random.
Adanya strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.
Populasi dengan karakteristik seperti ini maka memerlukan teknik sampling berstrata.
Contoh: penelitian yang membedakan status ekonomi masyarakat, kepangkatan dalam
jabatan PNS, dsb.
Misalnya akan diteliti kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan. Apabila
kesimpulannya akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka sampel harus diambil
wakil mahasiswa dari semua tingkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, starata umur,
strata kelas, dan sebagainya, dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel
berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila peneliti berpendapat bahwa ada
perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan
tersebut mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan ciri antara
setiap tingkat yang ada, kita boleh menggunakan sampel random.
Ada kelompok ahli yang berpendapat bahwa penentuan strata penelitian harus
dilakukan secara hati-hati. Pemberian makna strata, kalau ternyata yang bersangkutan
tahu, dapat berakibat menyinggung perasaannya.

3. Sampling Cluster (Cluster Sampling)


Apabila populasi tersebut berada pada kelompok tertentu, maka teknik sampling
ini dapat digunakan. Contoh: Apabila akan dilakukan penelitian pendidikan jasmani
untuk siswa SLTP di kota Malang, Pertama kita ambil sampel sekolah berdasarkan
statusnya (negeri/swasta), Kedua dari setiap sekolah, diambil sampel muridnya, yang
banyaknya berbanding lurus dengan jumlah murid di sekolah tersebut (ditentukan
berdasarkan persentase).
4. Sampling Sistematik (Systematical Sampling)
Pengambilan sampel sistematik dilakukan dengan cara memilih angka tertentu
secara acak, sehingga digunakan sebagai angka patokan untuk menentukan sampel.
Contoh; sebuah populasi berjumlah 10.000, akan diambil sampel sebanyak 500 orang,
secara acak dipilih angka dari 1–20 untuk menentukan sampel secara sistematik.
Berdasarkan pengambilan secara acak muncul angka 12, maka secara sistematik
sampel penelitian yang dapat diambil adalah kelipatan 20, yang dimulai dari angka 12
(12, 32, 52, 72 dan seterusnya).

5. Sampling Kuota (Quota Sampling)


Pada umumnya digunakan untuk mengumpulkan pendapat. Pewawancara
mendapat tugas untuk mengumpulkan pendapat dari sejumlah sumber informasi,
berdasarkan jatah/bagian tertentu. Contoh: Jenis kelamin dengan jumlah tertentu,
pekerjaan tertentu, keahlian tertentu, dsb.
Teknik sampling kuota digunakan dengan berbagai pertimbangan. Penentuan
kuota sangat ditentukan oleh lembaga yang menjadi sponsor dalam penelitian
tersebut. Teknik pengambilan sampel ini yang penting diperhatikan adalah
terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.

6. Sampling Purposive (Purposive Sampling)


Teknik sampling purposif digunakan karena pertimbangan tertentu. Sebagai
contoh responden yang diteliti merupakan orang yang dinilai memiliki kredibilitas
dan ahli dalam bidangnya, sehingga dijadikan responden dalam penelitian. Dengan
teknik sampling ini, diharapkan pengambilan sampel benar-benar representatif.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil sabjek bukan didasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang
besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa peneliti bisa
menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi.
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
Contoh: Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa SD
terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani di Kota Malang. Dengan
mempertimbangkan tersedianya tenaga peneliti, waktu, dan dana, maka tidak
mungkin mengambil seluruh SD yang ada. Maka diambillah SD di wilayah
Kecamatan Blimbing, Kedungkandang dan Klojen sebagai sampel penelitian.

Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai
dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi.
Kelemahannya adalah bahwa peneliti tidak dapat menggunakan statistik parametrik
sebagai teknik analisis data, karena tidak memenuhi persyaratan random.
Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan
variabel yang diteliti.

7. Sampling Insidental
Dalam teknik sampling insidental ini peneliti memanfaatkan subjek-subjek yang
ada/tersedia sebatas yang ditemukan oleh peneliti tanpa rencana terlebih dulu
mengenai sampel yang diambil itu. Begitu anggota populasi ditemukan, anggota
populasi itulah yang diambil sebagai sampel.
Seorang peneliti yang ingin mengetahui kepemimpinan di perguruan tinggi dapat
menggunakan sembarang warga kampus (dosen dan staf administrasi) sebagai
sampel. Dengan teknik insidental itu, peneliti dapat memberlakukan setiap individu
warga kampus yang lewat atau yang bertemu dengan peneliti menjadi sampel. Pada
peneliti tidak ada pemikiran, misalnya, jumlah warga kampus itu, kategori warga
kampus itu, pengetahuan dan kesadaran warga kampus itu akan kepemimpinan, dan
lain-lain.
Penggunaan teknik acak insidental itu tentu saja memiliki kelemahan. Jaminan
representatifnya rendah, lebih-lebih dalam penelitian sosial. Akan tetapi, dalam
keadaan teknik yang lain tidak dapat diterapkan, teknik sampling insidental ini tetap
merupakan pilihan. Misalnya, penelitian tentang motivasi mahasiswi menggunakan
kaos oblong. Peneliti dapat menggunakan setiap mahasiswa yang ditemukan menjadi
sampel. Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan dua hal: reliabilitas dan
efisiensi. Sampel yang reliabel adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal
itu berarti bahwa makin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampel yang diperoleh
makin tinggi. Sebaliknya, makin besar kesalahan sampling, reliabilitas sampel makin
rendah. Dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria bahwa makin
rendah varian, reliabilitas sampel yang diperoleh makin tinggi.
Penggunaan tenaga, biaya, waktu, dan dukungan-dukungan logistik harus
dipertimbangkan. Dengan pertimbangan itulah efisiensi dikaitkan. Sebuah teknik
sampling dinyatakan efisien penggunaannya jika dapat dilaksanakan dengan tenaga,
biaya, waktu, dan dukungan-dukungan logistik yang dapat dihemat. Dari
pertimbangan biaya, sampling dikatakan efisien jika dapat dilaksanakan dengan biaya
yang serendah-rendahnya tanpa mengorbankan reliabilitas dan representatifnya
sampel.

Anda mungkin juga menyukai