Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Home Care
1. Defenisi Home Care
Di beberapa negara maju “home care”(perawatan dirumah) bukan merupaka
konsep yang bar,tapi telah di kembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859
yang dia namakan perawatan dirumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan
kerumah untuk mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “home care”adalah
1) Perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit
yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat
dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas
dimana pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan
dirumah.
2) Perawatan dirumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai
tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.
3) Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang keper
awatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada in
dividu dan keluargadi tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kema
ndirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
4) Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncana
kan, dikoordinasikan dan disedikan oleh pemberi pelayanan yang di organisir unt
uk memberi pelayanan dirumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanji
an kerja (kontak) (warola,1980 dalam pengembangan Model Praktik Mandiri Kep
erawatan dirumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes).
5) Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pe
layanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan ked
apa individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk mening
katkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingka
t kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang
direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur
berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc ewen (2001)
menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang
yang harus tinggal di rumah kerena kondisi kesehatannya.

Keperawatan di rumah berkembang dengan pesat didukung oleh faktor ekonomi


yaitu semakin tingginya biaya pelayanan di rumah sakit, keberhasilan sistem DRG
(diagnosis related group) dapat menekan lamanya waktu rawat, dan kemajuan
teknologi kesehatan dimana peralatan-peralatan yang semula dengan ukuran besar
yang biasa digunakan dirumah sakit sudah berkembang dalam bentuk yang lebih
sederhana dan mudah digunakan di rumah. Beberapa alasan mengapa keperawatan
kesehatan dirumah merupakan alterntive yang banyak diminati oleh masyarakat
antara lain: keperawatan dirumah dipersepsikan lebih hemat biaya, lingkungan
memberikan efek yang terapeutik, pemberdayaan keluarga dalam asuhan klien lebih
optimal, mengurangi lamanya waktu dirawat di rumah sakit, memberikan kesempatan
bagi kasus tertentu yang memerlukan rawat lama misalnya penyakit kronis atau kasus
terminal.

2. Tujuan Home Care


Tujuan umum dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan
akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal selama
mungkin yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan sedangkan
tujuan khusus dari pelayanan home care adalah meningkatkan upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, mengurangi frekuensi hospitalisasi,meningkatkan
efesiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran.

3. Manfaat Pelayanan Home Care


Berbagai keuntungan dari pelyanan home care bagi klien menurut setyawati
(2004) antara lain:
1) Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif.
2) Pelayanan keperawatan mandiri dapat diaplikasikan dengan dibawah naungan
legal dan etik keperawatan.
3) Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan puas
dengan asuhan keperawatan yang profesional.

4. Ruang Lingkup Home Care


Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care
adalah:
1) Pelayanan medis.
2) Pelayanan dalam asuhan keperawatan.
3) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik.
4) Pelayanan rehabilitasi medik dan keterapian fisik.
5) Pelayanan informasi dan rujukan.
6) Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan.
7) Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan.
8) Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial.

5. Standar Pelayanan Home Care


Standar keperawatan di negara Indonesia mengacu pada pelaksanaan proses kepeawat
an, diman standar keperawatan bagi perawat yang melakukan home caredapat menga
cu pada standar yang di buat oleh The American Nurses Association (ANA), (1986) d
alam Mubarak (2009). Standar tersebut adalah sebagi berikut:
1) Standar 1
Organisasi pelayanan kesehatan dirumah yakni seluruh pemberi pelayanan keseha
tan termasuk perawat, dokter, psikoterapis, terapis okupasi, terapis berbicara serta
pekerja sosial perlu diorganisasi dan diatur dengan sistem manajemen tertentu.
2) Standar 2
Teori yaitu perawat mengaplikasikan konsep dan teori sebagai dasar pengambilan
keputusan dan tugasnya.
3) Standar 3
Pengumpulan data yaitu perawat secara terus menerus mengumpulkan data dan m
encatat data dengan teliti, sistematis, dan komprehensif.
4) Standar 4
Diagnosis yaitu perawat menggunakan data hasil pengkajian untuk menentukan di
agnosis keperawatan.
5) Standar 5
Perencanaan yaitu perawat mengembangkan perencanaan keperawatan untuk men
capai tujuan. Rencana keperawatan didasarkan pada diagnosis keperawatan dan m
enggunakan tindakan-tindakan pencegahan, perawatan dan pemlihan.
6) Standar 6
Intervensi yaitu perawat dengan pedoman rencana perawat yang memberikan inte
rvensi untuk meningkatkan rasa nyaman, memulihkan, memperbaiki, dan mening
katkan kesehatan, mencegah kompikasi, serta meningkatkan hasil rehabilitasi.
7) Standar 7
Evaluasi adalah perawat mengevaluasi respon klien dan keluarga terhadapa interv
ensi perawatan secara berkelanjutan untuk menentukan kemajuan terhadap pencap
aian tujuan dan meriview data dasar, diagnosis keperaatan dan rencana keperawat
an.
8) Standar 8
Kesinambungan perawat yaitu perawat bertanggung jawab terdahap pemberian pe
rawatan yang tepat dan tidak terputus bagi klien, untuk itu digunakan rencana pul
ang, manajemen kasus, dan koordinasi dengan sumber-sumber di masyarakat.
9) Standar 9
Kolaborasi interdisiplin yaitu perawat memulai dan mempertahankan hubungan k
erjasama dengan pemberi pelayanan kesehatan yang tepat dan menjamin bahwa se
luruh upaya dapat melengkapi satu sama lainnya secara efektif.
10) Standar 10
Pengembangan profesional yakni perawat memiliki tanggungjawab untuk menge
mbangkan diri secara profesional dan membantu perawat lain mengembangkan si
kap profesional.
11) Standar 11
Riset yakni perawat berpartisipasi dalam berbagai riset dan berkontribusi dalam p
engembangan profesi dan ilmu dari pelayanan kesehatan di rumah.
12) Standar 12
Etik yakni perawat menggunakan standar yang dikembangkan oleh ANA sebagai
pedoman bagi pengambilan keputusan dalam praktek keperawatan.

6. Tahap Dalam Home Care


Menurut Smith (1995), aktifitas asuhan keperawatan home care terbagi atas bebe
rapa tahap, meliputi :
1) Tahap perkenalan : pada tahap ini, perawat hendaknya mempersiapkan diri sebel
um mengunjungi keluarga dan klien dengan mempelajari dengan seksama data-d
ata klien yang dibawa dari rumah sakit yang merawatnya dulu (discharge planin
g), mempersiapkan kelengkapan peralatan yang perlu dibawa berdasarkan kebutu
han perawatan yang harus dijalani klien. Pada tahap awal pertemuan, perawat har
us dapat memperkenalkan diri dengan jelas kepada klien dan keluarganya, menjel
askan tujuan kedatangan dan intervensi yang akan dilakukan pada klien. Sosialisa
si dengan klien dan keluarga tentang keadaan umum, lingkungan sosial dan kelua
rga saat dibutuhkan pada fase ini guna kelancaran proses home care yang akan di
jalani.
2) Tahap implementasi
a. Pengkajian
Pegkajian keperawatan dilakukan sebagai prosedur awal dari implementasi. P
engkajian dilakukan meliputi pengkajian fisik “head to toe”, pengkaian siste
m tubuh, pengkajian nutrisi, fungsi motorik dan sensorik, psikologis, juga jen
yamanan lingkungan klien serta kebutuhan kolaborasi tim medis.
b. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan prosedur keperawatan berdas
arkan hasil intervensi dan discharge planningyang ada, menetapkan masalah
dan menentukan kebutuhan pelayanan keperawatan serta melaksanakan tinda
kan keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pendidikan Kesehatan
Dibagian ini perawat hendaknya menjelaskan secara singkat dan sederhana ba
ik kepada klien maupun keluarga tentang prosedur-prosedur khusus yang har
us dijalankan, misalnya: memberikan obat, membantu memenuhi klien dan pe
rtolongan pertama dalam kedaan darurat.
3) Tahap terminasi
Sebelum mengakhiri kunjungan, perawat berkewajiban mengevaluasi rspon klien
dan kegiatan keperawatan bersama klien dan keluarganya serta tidak lupa membu
at kontrak kepada klien denga keluarga untuk kunjungan berikutnya.
4) Tahap aktivitas “post isit”
a. Komunikasi
Komunikasi perlu dilakukan perawat apalagi bila klien memerlukan penangan
an tenaga medis maupun non medis lainnya sehingga dengan segara perawat
dapat mengkoordinir pelayana untuk klien tersebut.
b. Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan dengan lengkap, konsisten dan akurat sesuai de
ngan kenyataan yang ada dilapangan. Pendokumentasian dapat digunakan seb
agai bahan laporan atas perkembangan dalam hal-hal yang telah ditempuh kli
en dari segi hukum, dokumentasi yang dapat melindungi hak-hak klien maup
un perawat itu sendiri

7. Bentuk Pelayanan Home Care


Berbagai bentuk pelayanan home care yang dapat dilakukan di rumah (Potter &
Perry. 2009). Tindakan tersebut antara lain:
1) Perawatan luka (penggantian perban steril, debridemen, irigasi, dan instrusksi
teknik perawatan luka kepada klien dan keluarga).
2) Tanda vital (memonitor tekanan darah dan instruksi pengukuran tanda vital
kepada klien dan keluarga).
3) Nutrisi (penilaian status gizi dan hidrasi).
4) Rehabilitasi (pelatihan rawat jalan, penggunaan alat bantu, instruksi teknik
transfer terhadap klien dan keluarga).
5) Pengobatan (memonitor kepatuhan, melakukan injeksi, instruksi informasi obat
terhadap klien dan keluarga, mempersiapkan obat, dan langkah yang diambil jika
ada efek samping).
6) Terapi intravena (penggunaan produk darah, analgesic, dan agen kemoterapi, serta
hidrasi jangka panjang, intruksi penggunaan alat intravena kepada klien dan
keluarga).

8. Pemberian Pelayanan Home Care


Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para profesional yang tergabung dala tim
home care. Menurut setyawati (2004) tim home care tersebut antara lain :
1) Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamnya adalah ners atau perawat
profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli gizi, ahli
radiologi, laboratorium, dan psikolog.
2) Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan rohaniawan atau
ahli agama.
3) Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai pembantu
yang menuggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas sehari-hari dari klien.
Kelompok ini bekerja dibawah pengawasan dan petunjuk dari perawat.

Sedangkan menurut Allender (1997) pemberi pelayanan dalam home health care
meliputi:

1) Pelayanan keperawatan dapat diberikan oleh registered nurse, perawat vokasional,


pembantu dalam home health yang disupervisi oleh perawat.
2) Suplemental therapiest meliputi terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasional, dan
terapi rekreasi.
3) Pelayanan pekerja sosial.
B. Konsep Tindakan Terapi Modalias (Relaksasi Otot Progresif)
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan
bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat
sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga,
teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).

1. Definisi Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi otot progresif merupakan teknik sistematis untuk mencapai keadaan
relaksasi dimana metode yang ditetapkan melalui metode progresif dengan tahap
berkesinambungan. Relaksasi otot progresif dapat dilakukan dengan cara
menegangkan dan melemaskan otot sehingga otot menjadi rilaks dan mengurangi
tingkat stres serta pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi Wardani (2015).
Relaksasi progresif adalah memusatkan suatu perhatian pada suatu aktivitas otot
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksai, untuk mendapat perasaan relaksasi (Townsend, 2010).
Relaksasi progresif merupakan kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dengan
angkaian kontraksi serta relaksasi otot (P. A. Potter & Perry, 2005). Relaksasi
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang memerlukan imajinasi dan sugesti
(Davis, 2008).
Menurut purwanto (2013), Teknik relaksasi otot prrogresif adalah memusatkan
perhatian pada suatu aaktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan rileks. Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis dan stimulus perilaku

2. Tujuan Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi (2011) bahwa tujuan dari relaksasi progresif adalah
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju metabolik
2) Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokus perhatian seperti relaks
4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
6) Mengatasi insomnia
7) Membangun emosi dari emosi negative

3. Manfaat Relaksasi Otot Progresif


Menurut (Davis, 2008) relaksasi progresif memberikan hasil yang memuaskan
dalam program terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan ansietas, memfalisitasi
tidur, depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan punggung,
menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan serta meningkatkan konsentrasi.
Target yang tepat dan jelas dalam memberikan relaksasi progresif pada keaadaan
yang memiliki respon ketegangan otot yang cukup tinggi dan membuat tidak nyaman
sehingga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.

4. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi
otot progresif, yaitu:

 Pada klien yang mengalami insomnia.


 Pada klien sering stres.
 Pada klien yang mengalami kecemasan.
 Pada klien yang mengalami depresi.

5. Prinsip Kerja Relaksasi Otot Progresif


Menurut McGuidan & Lehrer (2007), dalam melakukan relaksasi progresif hal
yang paling penting dikenali adalah ketegangan otot, ketika otot berkontraksi (tegang)
maka rangsangan akan disampaikan ke otak melalui jalur saraf afferent. Tenson
merupakan kontraksi dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan.
Relaksasi adalah pemanjangan dari serat otot tersebut yang dapat menghilangkan
sensasi ketegangan. Setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang,
kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks, ini merupakan sebuah prosedur
umum untuk mengidentifikasi lokalisasi, relaksasi dan merasakan perbedaan antara
keadaan tegang (tension) dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok
otot utama

6. Prosedur Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:
1) Persiapan Adapun Persiapan alat dan lingkungan yaitu kursi, bantal, serta
lingkungan yang tenang dan sunyi.
a. Memahami tujuan, manfaat, prosedur.
b. Memposisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
c. Anjurkan klien untuk melepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata,
jam, dan sepatu.
d. Melonggarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.

2) Prosedur Adapun prosedur dari tindakan teknik relaksasi otot progresif adalah
sebagai berikut :
a. Gerakan 1 ini ditujukan untuk melatih otot tangan.
 Dengan cara genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
 Kemudian buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
 Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
 Lakukan gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
 Kemudian lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
b. Gerakan 2 yaitu ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
 Dengan menekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
 Dan selanjutnya Jari-jari menghadap ke langit-langit.
c. Gerakan 3 yaitu ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian
atas pangkal lengan).
 Dengan cara menggengnggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
 Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
d. Gerakan 4 yaitu ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
 Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
 Memfokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
e. Gerakan 5 dan 6 ini ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
 Menggerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa kulitnya keriput.
 Lalu tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
f. Gerakan 7 yaitu ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan di sekitar otot rahang.
g. Gerakan 8 yaitu ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Dengan cara bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
h. Gerakan 9 yaitu ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
 Gerakan ini diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
 Lalu letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
 Kemudian tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
i. Gerakan 10 yaitu ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
 Dengan cara gerakan membawa kepala ke muka.
 Kemudian benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
j. Gerakan 11 yaitu ditujukan untuk melatih otot punggung
 Angkat tubuh dari sandaran kursi.
 Punggung dilengkungkan
 Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
 Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.
k. Gerakan 12 yaitu ditujukan untuk melemaskan otot dada.
 Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak
banyaknya.
 Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian
dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
 Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali
lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
l. Gerakan 13 yaitu ditujukan untuk melatih otot perut
 Tarik dengan kuat perut kedalam
 Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas.
 Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
o. Gerakan 14 sampai 15 yaitu ditujukan untuk melatih otot-otot kaki ( seperti
paha dan betis ).
 Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
 Kemudian lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehinggaa
ketegangan pindah ke betis.
 Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu lepas.
 Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
Dengan melakukan pemberian relaksasi otot progresif secara fisiologis
dapat menimbulkan efek rileks yang melibatkan saraf simpatis dalam system saraf
pusat. Fungsi salah satu saraf simpatis adalah menurunkan produksi hormone
adrenalis atau efinefrin (hormone stress) asumsi dasar lain pemilihan relaksasi
otot progresif selain mempengaruhi kerja system saraf simpatis dan saraf
parasimpatis adalah bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot-otot
ketika stress maka otot-otot pada beberapa bagian tubuh menjadi menegang
seperti otot, leher, punggung, dan lengan. Semakin melemasnya otot maka
mengurangi strukturasi ketegangan dan individu yang dalam kondisi rileks secara
otomatis dapat memudahkan proses terjadinya pengubahan pola pikirnya yang
tidak logika atau keyakinan yang rasional menjadi pola pikir yang rasional atau
keyakinan yang rasional, ( Subandi & Irma, 2015 ).

Anda mungkin juga menyukai