Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik Keluarga Sehat

Karakteristik keluarga sehat digambarkan dalam cara yang beragam oleh beberapa
penulis buku terkenal. Sebagai contoh, Pratt (1976) menyebut keluarga sehat dengan "keluarga
yang kuat." Beavers (1977) dan Beavers serta Hampson (1993) menggambarkan keluarga sehat
sebagai "keluarga yang kompeten" atau "berfungsi secara optimal," sementara McCubbin dan
rekan (1999) dan Walsh (1998) menyebut keluarga yang berfungsi dengan baik dengan
"keluarga yang tangguh."

Keluarga yang berfungsi secara optimal menurut Beavers dan Hampson (1993) ditandai
dengan:

1. Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang tinggi dalam menghadapi


masalahnya secara terus-menerus. Mengungkapkan berbagai perasaan,. kepercayaan, dan
perbedaan mereka dengan jelas, terbuka, dan spontan.
2. Menghargai perasaan anggotanya.
3. Memotivasi otonomi anggotanya.
4. Mengharapkan anggota keluarga untuk ·memikul tanggung jawab pribadi terhadap
tindakan yang mereka lakukan.
5. Menunjukkan perilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sarna lain. Dalam
keluarga, orang tua merupakan pemimpin yang nyata dan saling memerhatikan.
Kepemimpinan keluarga bersifat setara dan berasal dari pernikahan/kedua orang tua.
Orang tua membentuk persatuan yang kuat sebagai orang tua dan menunjukkan cara
menghargai dan afeksil kedekatan bagi anak-anaknya. Keluarga memperlihatkan sikap
optimis dan merasa nyaman satu sarma . Jain (Beavers & Hampson, 1993).

Pratt (1976) serta McCubbin dan McCubbin (1993) menekankan pentingnya interaksi
keluarga dengan komunitas dalam memfasilitasi kesehatan keluarga tingkat tinggi. Menurut
McCubbin, McCubbin, Thompson, dan Thompson (1998), fungsi keluarga dibentuk kembali
dengan memasukkan sampai sejauh mana keluarga mampu beradaptasi terhadap lingkup sosial
tempat mereka tinggal. Yaitu, keluarga dianggap berfungsi dengan baik jika keluarga dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap budaya dan komunitas umum. Pratt (1976) juga
mengatakan bahwa keluarga yang kuat memiliki kontak yang aktif dan beragam dengan berbagai
kelompok dan organisasi lain, yaitu sebagai cara untuk meningkatkan, mendukung, dan
memenuhi minat serta kebutuhan anggota keluarganya.

Goldenberg dan Goldenberg (2000), seorang ahli terapi keluarga, menekankan bahwa
keluarga yang berfungsi dengan baik mendorong individu yang ada di dalam keluarga untuk
meraih potensi dirinya. Keluarga yang sehat memberikan kebebasan yang dibutuhkan anggota
keluarga untuk mengeksplorasi dan menemukan jati diri, sementara pada saat yang sama
memberikan perlindungan dan keamanan yang mereka butuhkan untuk meraih potensi dirinya.

Perubahan Sosial Yang Mempenggaruhi Keluarga

1) Kecenderungan Ekonomi
Kecenderungan ekonomi yang paling nyata saat ini adalah peningkatan biaya di
seluruh area kehidupan keluarga. Hal yang sarna juga terjadi pada biaya pelayanan
kesehatan (Brown, Ponce & Rice, 2001; Nelson & Roark, 1985), terutama memberatkan
bagi keluarga miskin, keluarga lansia (yang hidup pada masa sebelum terjadi inflasi
dolar) dan keluarga yang baru saja terbentuk.
Kecenderungan ekonomi utama lainnya adalah peningkatan kesenjangan antara
keluarga kaya dan miskin di Amerika Serikat. Antara tahun 1990 dan 2000, keluarga
yang berada menikmati peningkatan penghasilan, sementara keluarga yang sangat miskin
tetap berada pada kemiskinan relatif (Arax, Curti us, & Nelson, 2000).

2) Kemajuan Teknologi
Bahasan kemajuan teknologi mencakup ledakan ilmu pengetahuan (Toffler,
1970); peningkatan usia harapan hidup (Clark, 1984); polusi lingkungan (udara, air,
makanan, dan kebisingan) dan protes lingkungan; pemanfaatan tenaga nuklir, listrik, dan
otomatisasi (Clark, 1984); kemajuan keluarga berencana; dan revolusi di dalam dunia
bioteknologi (Isaacson, 2000).
Otomatisasi telah membuat perbedaan yang besar di rumah. Saat ini, kebanyakan
wanita bekerja dan harus membagi waktu mereka; sehingga otomatisasi telah
memungkinan wanita yang bekerja tidak banyak menghabiskan waktu dalam melakukan
pekerjaan rumah tangga. Keluarga berencana juga menunjukkan kemajuan teknologi
yang pesat. Dengan melakukan pengendalian reproduksi yang lebih baik, benar-benar
mengubah keluarga, khususnya siklus hidup keluarga. Wanita tidak lagi memiliki anak
dalam jumlah banyak, dan yang sama pentingnya, bersama anaknya dalam periode waktu
yang lebih singkat, sehingga membuat periode pengasuhan anak dalam kehidupan
keluarga menjadi lebih singkat. Saat ini, pasangan memiliki lebih banyak waktu luang
bersama sebelum mereka memiliki anak atau ketika anak-anak mereka telah mandiri
(Duvall, 1977; Teachman, Tedrow, & Crowder, 2001).

3) Kecenderungan Demografi
a. Percepatan pertumbuhan populasi.
Penduduk Amerika Serikat (AS) terus meningkat-hingga 89 juta jiwa dalam 35
tahun (1965-2000). Angka pertumbuhan penduduk saat ini telah meningkat dari tahun
1990 hingga 2000. Akan tetapi, pertumbuhan menjadi tidak seimbang. Populasi AS di
bagian Barat meningkat hingga 19% (U.S Bureau of the Census) jika dibandingkan
dengan populasi di seluruh negara negara AS yang meningkat 13%. Diperkirakan
bahwa pertumbuhan penduduk Amerika Serikat akan menurun, tetapi hal itu tidak
diperkirakan hingga abad ke-21. Jumlah populasi baby boomer (1945-1964) dan
banyaknya kedatangan imigran merupakan penyebab utama angka pertumbuhan yang
ada saat ini.
b. Populasi lansia
Populasi lansia mempunyai dampak yang sangat besar pada keluarga dan
pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, karena wanita rata-rata hidup 7 sampai 8 tahun
lebih lama dibadingkan dengan pria, rata-rata, sebagian besar lansia, terutama yang
berusia di atas 75 tahun adalah wanita yang hidup seorang diri dan miskin. Dalam
kaitannya dengan pelayanan kesehatan, terdapat lebih dari 13% penduduk Amerika
pada tahun 1995 berusia di atas 65 tahun dan (proporsi tersebut diharapkan meningkat
terus-menerus hingga 24% pada tahun 2050), pelayanan kesehatan nasional akan
mengalami tekanan yang hebat.
4) Kecenderungan Sosial Budaya
a. Perubahan komposisi ras dan etnik
Perubahan dramatis juga terjadi pada gambaran ras/etnik di Amerika Serikat. U.S
Bureau of the Census memperkirakan bahwa jumlah pertumbuhan penduduk Amerika
Serikat pada setengah abad ke depan dan seterusnya, lebih dari setengahnya
merupakan orang Latin dan Asia (U.S Bereau of the Census, 2000). Populasi orang
kulit putih non-Latin, yang saat ini sekitar 69%, akan menurun hingga 53% pada
tahun 2050. Menurut proyeksi sensus, orang Latin akan meningkat dari 11 menjadi
25%, Afrika Amerika dari 12 menjadi 14%, Asia/Kepulauan Pasifik dari 4 menjadi
8%, dan pribumi Amerika dari 0,8 menjadi 0,9%. Peningkatan angka pertumbuhan
pada orang Latin berhubungan dengan irnigrasi dan angka fertilitas yang lebih tinggi
(dua per tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang kulit putih non-Latin).
Peningkatan angka pertumbuhan yang sedikit pada orang Afrika Amerika
berhubungan dengan angka fertilitas yang agak tinggi, sedangkan tingkat
pertumbuhan orang Asia berhubungan dengan irnigrasi (Pew Health Professions
Commission, 1991; U.S Bureau of the Census 2000c).

5) Perubahan Keluarga
a. Penurunan ukuran rumah tangga.
Penurunan ukuran keluarga dan rumah tangga adalah kecenderungan demografi
jangka panjang yang utama. Bersamaan dengan hal itu, wanita juga mengalarni
periode pengasuhan anak yang lebih singkat, periode ini merujuk pada masa wanita
membesarkan anak-anak, mulai dari anak yang paling kecil hingga anak yang paling
tua. Penurunan ukuran keluarga yang terjadi belakangan ini mencerrninkan pengaruh
kumulatif dari penurunan fertilitas baru-baru ini dan peningkatan usia pada
pernikahan pertama serta kelahiran di luar pernikahan (Santi, 1987; Teachman;
Tedrow, & Crowder; . 2001).
b. Penundaan pernikahan dan penurunan angka pernikahan
Sejak pertengahan tahun 1950-an, penundaan pernikahan telah meningkat (sekitar
3 sampai 4 tahun dari rerata), karena lebih banyak anak muda yang sekolah lebih
lama, lebih banyak wanita yang bekerja, dan lebih banyak pasangan muda yang hidup
bersama tanpa menikah (Glick, 1994; Marshall, 1991). Sejak akhir Perang Dunia II,
terdapat penurunan tetap dalam pemikahan pertama, tetapi sejak pertengahan tahun
1990-an tingkat penurunan ini menjadi lebih besar (Teachman, Tedrow, & Crowder,
2001).
c. Angka perceraian yang tinggi
Karena pria lebih banyak menikah lagi setelah bercerai dibandingkan wanita,
banyak wanita yang bercerai hidup dalam kondisi kemiskinan atau hampir miskin
karena kondisi keuangan mereka yang tidak menguntungkan. Menonjolnya
perceraian no-fault (tidak ada kesalahan di kedua beJah pihak) makin merugikan
posisi keuangan wanita yang bercerai karena secara efektif mencabut bantuan legal
kewajiban jangka panjang suami untuk membantu ibu dari anak-anaknya (White,
1988).
d. Angka menikah lagi yang rendah
Terdapat penurunan yang tajam pada persentase wanita yang menikah lagi selelah
bercerai. Hal yang sama tidak berlaku bagi pria; yaitu angka plia rnenikah lagi lebih
tinggi jika dibandingkan dengan wanita. Sekitar 70% wanita kulit putih menikah lagi
pada usia 40 sampai 44 tahun, sementara 50 sampai 54% wanita Afrika Amerika dan
Hispanik, masing-masing, menikah lagi pada usia 40 sampai 44 tahun (Teachman,
Tedrow, & Crowder, 2001)
e. Peningkatan kelahiran pertama pada ibu berusia lanjut
Pesatnya peningkatan kelahiran anak pertama di kalangan ibu yang berusia lanjut
merupakan akibat beberapa kecenderungan demografi lainnya. Pertama, pernikahan
cenderung ditunda oleh sebagian besar generasi muda; kedua, terdapat penurunan
angka yang tajam dan kemudian stabil pada kelahiran anak pertama dari wanita
berusia 20-an, yang menyebabkan lebih banyak wanita tidak memiliki anak pada usia
30 tahun atau lebih. Selain itu, terdapat peningkatan tajam jumlah wanita berusia 25
sampai 39 tahun dari tahun 1970 hingga 1986
f. Peningkatan jumlah keluarga orang tua tunggal dan pengaturan tempat tinggal
Persentase anak-anak yang mengalarni perubahan dalam pengaturan tempat
tinggal semakin meningkat (sekitar 25%)-sebuah situasi yang menurut literatur
mengganggu kesejahteraan anak-anak. Perubahan ini mencakup sejumlah pengaturan
tempat tinggal yang berbeda, seperti tinggal bersamakedua orang tua, ayah/ibu dan
orang tua tiri, orang tua tunggal, dan lain sebagainya (Teachman, Tedrow, &
Crowder, 2001),
g. Perubahan norma gender
Hubungan gender didasarkan pada kekuasaan dan perbedaan kekuasaan masih
sebagian besar mengistimewakan pria. Namun, ketika seorang wanita mendapatkan
pendidikan, bekerja di luar rumah, dan berbagi tugas pengasuhan; kekuasaan wanita
dalam keluarga meningkat dan terjadi perubahan norma mengenai peran pria dan
wanita di dalam keluarga, Wanita juga menjadi lebih bebas untuk memilih gaya
hidupnya sendiri dan tipe keluarga yang mereka inginkan atau butuhkan dalam hidup
mereka.
h. Peningkatan jumlah pekerja wanita
Setelah Perang Dunia II, keikutsertaan wanita dalam angkatan kerja, terutama
wan ita yang sudah menikah, berkembang secara konstan, Wanita yang bekerja
memiliki efek ganda pada keluarga (Schraneveldt & Young, 1992). Di satu sisi,
memberikan standar kehidupan yang lebih tinggi bagi keluarga (banyak keluarga
tidak dapat bertahan tanpa kedua orang tua bekerja). Di sisi lain, hanya sedikit waktu
yang dihabiskan bersama dengan anggota keluarga. Terdapat sebuah kebutuhan besar
akan pembagian tanggung jawab pernikahan dalam keluarga, ,yang sering kali terjadi
hanya sebagian pihak
i. Peningkatan heterogenitas keluarga.
Tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa suatu masyarakat tersusun dari begitu
banyak keragarnan sikap, nilai, perilaku, dan gaya hidup. Perbedaan sosial, perilaku,
dan budaya ini tercerrnin dalam berbagai bentuk keluarga (Teach man, Tedrow, &
Crowder, 2001). Tidak lagi terdapat keluarga tipikal. Oleh karena itu, keluarga yang
memanfaatkan layanan kesehatan datang dari berbagai lapisan masyarakat dan
rnenggarnbarkan berbagai gaya hidup. Kebanyakan klien yang kita tangani tidak
termasuk golongan keluarga inti tradisional yang ideal tersebut. Penting bagi
profesional pelayanan kesehatan untuk mernahami dan menghargai banyaknya
berbagai bentuk keluarga, juga beberapa alasan keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai