Anda di halaman 1dari 4

Academic Encounter

Life in Society
Page 5 and 6

Pernikahan, keluarga dan suasana rumah

1. Keluarga Jaman Sekarang


Gambaran tradisional dari keluarga rata-rata di Amerika Serikat menunjukkkan Ibu merawat
dua anaknya dan rumah yang berada dipinggiran kota sedangkan ayah pergi bekerja.
Faktanya, keluarga-keluarga demikian jarang ada jaman sekarang, baik di Amerika Serikat
dan negara-negara lain. Sedangkan, bentuk- bentuk keluarga baru menjadi sangat umum.
- Keluarga dengan dua karir
Ketika keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, akan semakin jarang bagi istri
untuk tetap dirumah. Akhir-akhir ini di Amerika Serikat, ada peningkatan yang dahsyat
pada angka pernikahan dimana wanita yang bekerja – dari 32 persen di tahun 1960 hingga
62 persen di tahun 1998 (Lihat grafik 1.1)
Pekerjaan yang dilakukan oleh wanita-wanita yang sudah menikah ternyata telah
meningkatkan pemasukan keluarga, tetapi penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
ekonomi ini tidak serta merta membawa kebahagiaan. Saat suami membantu sepenuhnya
pekerjaan istri seperti bersih-bersih rumah dan mengasuh anak, pasangan tersebut
biasanya bahagia dalam pernikahan mereka (Cooper et al. 1986). Saat suami hanya
mengandalkan istrinya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah dan juga bekerja, akan
terjadi masalah(Skinner 1980).

Keluarga dengan orang tua single


Dengan peningkatan perceraian, akan ada kenaikan pada angka anak-anak yang tumbuh
di dalam keluarga yang hanya memiliki satu orang tua. Dari tahun 1970 sampai 1998,
perbandingan keluarga yang single parent di Amerika Serikat lebih dari dua kali lipat –
peningkatan dari 13 hingga 31 persen (Sensus Bureau Amerika Serikat 1998). Sebagian
besar keluarga yang seperti itu dikepalai oleh wanita. Diperkirakan lebih dari setengah
anak-anak dilahirkan jaman sekarang tinggal bersama ibunya hingga mencapai usia 18
tahun (Strong andDevault 1992; Sensus Bureau AS 1998).

- Keluarga tiri
Dikarenakan kenaikan yang tinggi pada angka perseraian dan menikah lagi, keluarga tiri
menjadi hal yang agak umum terjadi. Keluarga yang seperti ini berjumlah 7,3 juta dan
bertanggung jawab atas 16 persen pasangan yang telah menikah dan memiliki anak-anak
dibawah 18 tahun. Dikarenakan wanita menang dalam hal merawat anak-anak ( menjaga
dan membimbing) anak-anak dalam kasus perceraian, kebanyakan keluarga tiri terdiri
dari ibu kandun, anak kandung dan ayah tiri. Kebahagiaan keluarga tiri tergantung
seberapa pintarnya ayah tiri mencoba mengakrabkan diri dengan anaknya. Hal tersebut
dapat menjadi sulit bagi ayah tiri. Ayah tiri cenderung mempunyai kesulitan dalam
masalah mendisplinkan anak. Jika ayah tiri mengatakan kepada anak tiri laki-lakinya
yang berumur 12 tahun bahwa dia tidak boleh menonton sebuah movie R-rated, dia
mungkin menjawab: “Ayahku membiarkanku menonton acara tersebut. Ditambah itu
adalah TV ibuku. (Nodheimer 1990).
Konflik cenderung meliputi para remaja. Remaja-remaja mencoba untuk melanggar
atauran orang dewasa. Mereka mungkin menerima aturan pendisiplinan diri dengan cinta
dan rasa hormat, tapi mungkin sulit didapatkan bagi ayah tiri. Selamaberargumen, remaja-
remaja cenderung berteriak kepada ayah tirinya: “ Kamu bukan ayah kandungku!” Saat
kebanyakan keluarga aman dari masalah-masalah yang serius dengan anaknya, konflik di
keluarga tirimenjadi salah satualasan utama pernikahan kedua gagal dibandingkan
pernikahan pertama (Nordheimer 1990; Strong and Devault 1992).

Page 11 and 12

2. Gaya hidup pilihan


Joe dan Anna keduanya berumur 20an. Mereka bertemu dan jatuh cinta dua tahun yang lalu
dan segera setelahnya memutuskan untuk hidup bersama. Mereka berpikir mengenai
pernikahan tapi belum memiliki rencana untuk melakukan hal ini. Mereka berpikir mereka
ingin memiliki anak suatu hari nanti, namun ingin memastikan mereka merasa nyaman satu
sama lain sebagai pasangan sebelum melanjutkan ke jenjang berikutnya.
- Hidup bersama-sama
Banyak pasangan jaman sekarang seperti Joe dan Anna, memutuskan tinggal bersama
tanpa menikah. Jaman dulu, sangat sedikit pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan atau surat nikah. Saat ini, kumpul kebo terjadi di semua lapisan masyarakat
AS – maahsiswa, pekerja yang dewasa, pasangan muda, bahkan remaja berumur 16-17
tahunan. Ditahun 1970, angka pasangan yang tidak menikah dan kumpul kebo lebih dari
setengah jutaan. Di tahun 1998 hal tersebut melonjak melebihi 4 jutaan. (Sensus Bureau
AS 1999). Tren yang sama juga dialami di banyak negara lainnya.

- Tetap single
Lebih dari 20 tahunan terjadi kenaikan angka pada orang-orang yang masih single. Di
tahun 1998, kira-kira 25 persen rumah tangga di AS adalah keluarga dengan orang tua
tunggal. Dinegara lain angka statistikyang sama dapat terlihat. Di Australia misalnya kira-
kira 1 dari 12 orang tinggal melajang dan angka ini diharapkan meningkaat dua kali lipatl
lebih dari 20 tahunan ini. Kebanyakan orang-orang yang hidup melajang menunda
pernikahan sampai akhir 20an, tapi beberapa ada yang memutuskan hingga akhir 30an
dan 40an. Salah satu alasan mereka memutuskan belum memiliki pasangan karena
mereka belum menemukan orang yang tepat. Yang lain mengatakan pernikahan
memerlukan terlalu banyak komitmen dan tanggung jawab atau mereka lebih memilih
gaya hidup melajang.
Ada 2 alasan sosial utama peningkatan pada kondisi seseorang memutuskan untuk single.
Pertama, tuntutan masayarakat agar orang menikah tidak terlalu besar. Kedua, pilihan
orang yang memutuskan untuk tetap melajang membuat kehidupan menjadi lebih
membaik. Terutama untuk wanita. Saat pilihan pendidikan dan pekerjaan makin
bertambah, pernikahan bukanlah satu-satunya jalan bagi wanita untuk mendapatkan
keamanan finansial, dukungan emosional, tanggung jawab sosial dan lingkungan dan
perkerjaan yang bermakna.

- Hunian bersama
Kadang- kadang sekelompok orang yang tidak memiliki hubungan kekeluargaan, namun
berbagi idealisme dan ketertarikan yang sama, memutuskan untuk hidup bersama-sama
dalam 1 kelompok besar. Komunitas tipe ini, kadang- kadang disebut sebagai “kelompok
yang hidup bersama.” Anggota-anggotanya berbagi barang-barang mereka

Academic Encounter
Human Behavior
Page 5 and 6

1. Apa itu stress?


Istilah stress telah diartikan dalam berbagai pengertian. Kadang-kadang istilah ini digunakan
untuk stimulus dan kejadian-kejadian di lingkungan kita yang mendesak fisik dan emosional
kita, dan kadang-kadang istilah tersebut digunakan untuk reaksi emosional dan fisik kita.
Dalam pembahasan mengenai ini tentu akan membahas lingkungan dan pengalaman yang
menstimulus stress dan reaksi yang terjadi pada fisik serta emosi dikarenakan stress.
Banyak pengalaman-pengalaman yang dapat menjadi penyebab stress, meliputi bencana alam
seperti badai dan angin topan, perubahan besar dalam kehidupan seperti perceraian atau
kehilangan pekerjaan, dan masalah hidup yang menjengkelkan seperti mengantri di
supermarket saat kamu harus pergi ke suatu dalam waktu 10 menit. Segala hal-hal ini
umumnya mengganggu kebiasaan hidup kita. Saat kita menghadapi stress yang seperti itu.
Kita harus menjaga mental dan fisik kita sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.
Seberapa mumpuninya kita melakukan hal ini akan menentukan seberapa besar stress
menggerogoti kesehatan fisik dan mental kita.

Reaksi ke Penyebab Stress


Psikolog berkebangsaan Kanada Hans Seyle telah menjadi peneliti dan penulis yang paling
berpengaruh berkaitan tentang stress. Seyle mengemukakan bahwa manusia dan hewan-
hewan lainnya bereaksi terhadap stress dalam tiga tahapan, yang bersama-sama dikenal
dengan “General Adaption Syndrome”. Tahapan pertama, saat seseorang atau hewan awalnya
menyadari penyebab stress, ini disebut alarm reaction. Didalam tahapan ini, makhluk hidup
menjadi siaga dan sadar, dan ditenagai oleh epineprin. Setelah reaksi alarm menuju ketahapan
resisten, makhluk hidup mencoba beradaptasi dengan penyebab stress atau menghindarinya.
Jika usaha ini berhasil makhluk hidup akan kembali ke tahapan normal. Namun, jika makhluk
hidup gagal menyesuaikan diri terhadap stress, maka mereka akan kelelahan atau bisa
tumbang.
Seyle mengembangkan model “General Adaption Syndrome” yang merupakan hasil
penelitian yang dilakukan dengan tikus dan hewan- hewan lainnya. Pada tikus, penyebab
stress misalnya ekor yang kesakitan karena ditarik, menyebabkan reaksi stress yang sama.
Pada manusia, akan lebih sulit untuk mendeteksi stress apa yang terjadi pada orang tertentu di
waktu tertentu. Jika stimulus tertentu menjadikan stress tergantung pada penilaian subjektif
seseorang. Seberapa mengancam itu? Bagaimana saya dapat mengatasi masalah tersebut
dimasa lalu? Seberapa baiknya saya mengatasi masalah tersebut sekarang? Sebagai contoh,
bagi seseorang, di panggil untuk berbicara didepan kelas menimbulkan stress yang segera
menghasilkan alarm reaksi seperti jantung berdebar dan mulut kering. Bagi yang lain
berbicara didepan umum tidak begitu masalah sama sekali. Tapi menghadapi deadline untu
mengumpulkan paper menjadi sangat membuat stress. Pada manusia, lebih jauh lagi reaksi
khusus cenderung bervariasi, beberapa stress memberikan emosi ketakutan, beberapa marah
dan beberapa butuh bantuan dan depresi.

Anda mungkin juga menyukai