Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan bagian dari
keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu
suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti,
memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan
fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu
penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi
jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam
pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para
anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau keluar
meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa dimana orang
tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga
ini juga terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat sangat
berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada
keluarga.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa
pertengahan.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
b. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Pertengahan


A. Pengertian
Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60-65
tahun (Schaie & Willis,1996 dlm Psikologi Perkembangan). Dewasa Pertengahan adalah
masa – menyesuaikan diri & kesedaran bahawa ia bukan lagi muda & masa depannya tidak
lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yg tidak terhadapi, hasilnya membawa satu
masa krisis, (Craig, 1976). Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode
perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an tahun.
(Santrock, 1995)
Keluarga dewasa pertengahan merupakan salah satu tahap usia pertengahan bagi
orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki
usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun
kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahan merupakan sebuah keluarga
inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota
keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan
keturunannya.
Pasangan Postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah)
biasanya tidak terisolasi lagi saat ini, semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup
hingga menghabiskan seluruh masa hidupnya dan menghabiskan sebagian masa hidupnya
dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang
merupakan hal yang biasa(Troll, 1971, dalam Friedman, 1988, hal 130).
Dari definisi tentang keluarga usia dewasa pertengahan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa pertengahan adalah keluarga yang usianya 40-60
tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan didalam keluarga.

B. Karakteristik keluarga dewasa pertengahan


Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan
(seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan istri (lebih merata), dan
pada peran (diferensi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989, dalam
Friedman 1988, hal 130).
Pada tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-masalah penuaan,
hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa mereka gagal menjadi
membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan
kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus-siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa
studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun
tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie
dan Korman, 1989, dalam Friedman 1988, hal 130).

C. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan


Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang dapat terjadi
pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :
1. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang tidak teratur,
pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok,
berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan
preventif.
2. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang tua yang
berusian lanjut.
4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang
lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.

D. Tugas Perkembangan
Usia dewasa pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang tua
melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan yang “terperangkap”
yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda dan terperangkap antara dunia kerja dan
tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak
mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut.
Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998, hal 131) yang penting
pada fase ini adalah :
1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol
bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64 tahun. Meskipun dapat dianjurkan
sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya
terlalu terlambat untuk mengembalikan begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang
telah terjadi, seperti tekanan darah tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang
berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup mereka adalah
karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan bila seorang teman atau
anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan
bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara yang
efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan
pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke merupakan dua pertiga dari semua
penyebab kematian antara usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai penyebab kamatian urutan ke
empat.
2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orangtua lansia dan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam keluarga dan
meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini mendatangkan penghargaan
yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman , 1988, hal 131). Tugas perkembangan ini
memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa seperti sebuah keluarga dan
mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung
jawab sebagai orang tua selama 24 jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi
seorang kakek-nenek secara khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan
Matthews, 1982, dalam Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar
kepada anak dan cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam Friendman, 1988,
hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan dan membantu orang
tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar lain yang lebih tua. Delapan puluh
enam persen pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orang tua masih
hidup(hagestad, 1988, dalam Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung jawab memberi
perawatan bagi orang tua lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang
tidak asing. Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya
mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orang tua mereka yang berusia lanju, anak-anak,
dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif
dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-bertahun
dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai
sambutan kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan
untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orang tua.
Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman, 1988, hal 132) melukiskan tugas perkembangan
ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang
terjadi secara bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji
kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu sama lain yang
penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun dalam tahun-
tahun postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan, melainkan menimbulkan
“kebohongan”. Menurut Kerckhoff (1976, dalam Friedman, 1988, hal 132), para konselor
perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan
selama tahun-tahun pertengahan, seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena
kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri
sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan.
4. Memantapkan pengalaman nilai-nilai agama
5. Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
6. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi
pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
7. Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
8. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
9. Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas-tugas perkembangan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan atau harapan
sosio-kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita sejak dulu hingga kini tetap
memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus
mengenai hidup berkeluarga dalam masa dewasa pertengahan terdapat dua hal pokok yang
mendorong terciptanya hubungan hidup berkeluarga. Kebutuhan individu pada suatu pihak
dan tugas perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi
yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu jalinan
hubungan berkeluarga.

2.2 Konsep ASKEP


A. Pengkajian
1. Identitas umum keluarga : identitas KK, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga,
suku bangsa, agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan, status sosial
ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : tahap perkembangan keluarga saat ini,
tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga inti,
riwayat keluarga sebelumnya.
3. Lingkungan : karakteristik rumah (status rumah, perincian denah rumah, keadaan
rumah, kebiasaan keluarga dalam perawatan rumah, sistem pembuangan sampah,
sistem drainage air, penggunaan jamban, kondisi air, pengetahuan keluarga mengenai
masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan), karakteristik tetangga dan
komunitas RW (adat dan istiadat komunitas sekitar, pola pergaulan keluarga, persepsi
keluarga terhadap komunitas, pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan
yang berkaitan dengan komunitas), mobilitas geografis keluarga (alat transportasi di
daerah, alat transportasi yang biasa digunakan oleh keluarga), perkumpulan keluarga
dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
4. Struktur keluarga : pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur
peran, nilai dan norma budaya.
5. Fungsi keluarga : fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi perawatan kesehatan, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi religius, fungsi sosialisasi,
fungsi rekreasi.
6. Stress dan koping keluarga : stressor jangka pendek, stressor jangka panjang, respon
keluarga terhadap stressor, strategi koping, strategi adaptasi disfungsional.
7. Keadaan gizi keluarga
8. Harapan keluarga : terhadap masalah kesehatan, terhadap petugas kesehatan yang ada.
9. Pemeriksaan fisik : keadaan umum (TD, nadi, suhu, RR), kepala (rambut, mata,
hidung, telinga, mulut, gigi), leher, dada(paru, jantung), abdomen, genetalia,
ekstremitas atas dan bawah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadi konflik pada keluarga b.d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah komunikasi yang efektif.
2. Resiko kesepian b.d kurang mengetahui tugas perkembangan dewasa pertengahan.

C. Intervensi
1. DX. 1
Intervensi :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang komunikasi yang efektif dan tidak efektif.
b. Beri kesempatan keluarga bertanya.
c. Tanyakan kembali hal yang sudah dijelaskan.
d. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam penggunaan komunikasi
yang efektif.
e. Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar dan usaha keluarga.
2. DX. 2
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab keluarga merasa kesepian.
R/ : untuk memastikan faktor penyebab kesepian.
b. Beri informasi keluarga tentang tugas perkembangan.
R/ : agar klien memahami tentang tugas perkembangan.
c. Ajarkan klien cara-cara mengatasi kesepian.
R/ : agar klien mampu mengatasi kesepian secara wajar.
d. Ajak klien untuk mengevaluasi kembali.
R/ : untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesepian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga juga mempunyai
tahap perkembangan salah satunya kelurga dengan anak dewasa pertengahan. Kondisi
keluarga dewasa pertengahan berkisar antara 40-60 tahun dan anak terakhirnya telah
meninggalkan rumah atau sudah menikah. Tugas yang harus terpenuhi pada keluarga dengan
usia ini adalah mampu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua
lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
Peran perawat keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti pelayanan untuk mewujudkan
keluarga sehat serta membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan keseahatan
keluarga.
DAFTARPUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC


Setiawati, Santun. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media
M. Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
KEPERAWATAN KELUARGA
(ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA)

Disusun oleh kelompok 6

TINGKAT III A

1. RATNA WATI
2. SAEPUL BASIR
3. SAMSUL HARTA
4. SAMSIR IBNI BULDAN
5. SITI KHAIRUL WIDAD

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DINAS KESEHATAN

AKADEMI KEPERAWATAN

2012/2013

DAFTAR ISI
KATA PENGANATAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
2.1 Konsep keperawatan keluarga dengan kelurga dewasa pertengahan............ 2
A. Pengertian............................................................................................... 2
B. Karakteristik keluarga dewas pertengahan............................................. 2
C. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan...... 3
D. Tugas perkembangan............................................................................. 3
2.2 Konsep ASKEP............................................................................................. 6
A. Pengkajian.............................................................................................. 6
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 7
C. Intervensi................................................................................................ 7
BAB IV PENUTUP................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 9

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin-Nya

dan limpahan rahmat, taufik, hidayah_nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

waktu.

Kami sangat menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari

itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

sebagai acuan kami dalam penyusunan makalah-makalah berikutnya.

Harapan kami sebagai penyusun, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua

pihak dan memberikan pengetahuan yang benar dan tidak keliru.

Sakra, 01 Desember 2013

Penulis

Anda mungkin juga menyukai