PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dinamika keluarga dan aspek aspek dalam dinamika keluarga.
2. Mengetahui macam macam krisis yang ada dalam keluarga hingga langkah langkah
dalam menghadapi krisis tersebut
3. Mengetahui perilaku masyarakat dalam menyikapi perilaku sehat dan sakit.
4. Mengetahui usaha masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Keluarga
2.1.1 Definisi Dinamika Keluarga
Dinamika keluarga adalah suatu interaksi atau hubungan pasien dengan anggota keluarga
dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan sekitarnya. Keluarga
diharapkan mampu memberikan dukungan dalam upaya kesembuhan pasien.
Dinamika keluarga juga merupakan interaksi (hubungan) antara individu dengan
lingkungan sehingga dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga
maupun kelompok sosial yang sama.
Dinamika Keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil
keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap
perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Keluarga tidak ubahnya seperti negara. Ada pimpinan, menteri, rakyat, kebijakan, dan
aturan. Layaknya negara, dinamika politik keluarga pun mesti dinamis. Karena dengan
begitulah, keluarga menjadi hidup, hangat, dan produktif.
Orang belajar banyak tentang berbagai hal melalui keluarga. Mulai masalah pendidikan,
hubungan sosial antar anggota keluarga, ekonomi, pertahanan, komunikasi, organisasi, dan
politik.
Tidak semua pimpinan keluarga peka dengan dinamika yang ada. Kadang terlalu tegang
menyikapi kesenjangan antara idealita dengan realita. Ketidakpekaan dan ketegangan inilah
yang sering membuat dinamika keluarga menjadi buruk. Para anggota keluarga menjadi ikut
kikuk, bungkam, dan takut. Sehingga komunikasi antar anggota keluarga juga tidak berjalan
dengan baik. Jadi, dinamika dalam keluarga adalah hal yang memang sudah seharusnya
terjadi. Yang diperlukan adalah rasa tenggang rasa, menerima masukan dan kemauan untuk
berubah.
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi Krisis Keluarga
Ada beberapa hal yang mempengaruhi reaksi-reaksi tersebut, antara lain:
Tingkat kedewasaan orang: yang berhubungan dengan keterampilannya mengatasi emosi dan
tekanan
Pemahaman tentang krisis itu sendiri: bagaimana seseorang melihat krisis
Pengalaman selama ini ketika menghadapi krisis: bagaimana keberhasilan atau kegagalannya
selama ini ketika menghadapi krisis, yang akan mempengaruhi baik keterampilannya maupun
kepercayaan dirinya.
Keterampilan dalam memecahkan masalah: yaitu kemampuan mencari jalan keluar dari
masalah yang sedang dihadapi
Adanya sumber daya yang mendukung: misalnya pelatihan, konseling, teman-teman, buku-
buku dll.
2.2.5 Langkah-langkah dalam menghadapi Krisis keluarga
Ada beberapa langkah yang secara umum dilakukan agar dapat menangani krisis dalam
keluarga secara maksimal. Langkah-langkah ini berlaku secara umum dan perlu diketahui
baik oleh mereka yang sedang mengalami krisis, maupun orang yang ingin menolong
keluarga yang sedang dilanda krisis. Langkah-langkah ini juga hanya bersifat panduan, dan
tidak harus terjadi secara berurutan. Langkah-langkah dalam menghadapi krisis keluarga
antara lain:
1. Pengakuan dan Pengenalan akan krisis
Penting bagi seluruh keluarga untuk secara bersama-sama mengetahui keberadaan krisis.
Sangat berat bagi anggota keluarga yang mau keluar dari krisis, tapi ada anggota lain yang
tidak peduli, tidak tahu, atau menyangkal keberadaan krisis. Keluarga juga perlu seobyektif
mungkin untuk mengenali apa sebenarnya yang menjadi sumber krisis tersebut. Dan bukan
untuk saling menyalahkan, namun lebih ke arah mencari sebab-sebab dari krisis tersebut.
2. Mencari dukungan
Keluarga juga serealistis mungkin mencari dukungan dari luar. Ada beberapa alasan
seseorang membutuhkan dukungan dari luar:
Kondisi krisis didefinisikan sebagai kondisi yang dialami yang tidak dapat ditangani dengan
cara-cara yang biasa dilakukan. Artinya memang ada masalah dalam mengatasi kondisi yang
terjadi karena ada sesuatu yang baru terjadi, dan mungkin membutuhkan orang lain untuk
bisa keluar dari situasi yang baru ini.
Keluarga yang sedang berada di dalam krisis, kemungkinan besar tidak bisa melihat secara
obyektif apa yang menjadi masalah maupun sumber masalah. Beberapa anggota keluarga
mungkin terlalu stress dan tegang untuk berpikir secara jernih. Beberapa yang lain mungkin
lebih terfokus dalam menyalahkan dan bukan mencari jalan keluar. Mungkin ada yang lebih
tertarik untuk menyelamatkan diri sendiri, dan mengabaikan kepentingan keluarga.
Karenanya penting agar ada orang luar yang dapat melihat situasi dengan lebih jernih.
Dukungan juga dibutuhkan karena kemungkinan seseorang yang sedang mengalami masalah
sedang menderita tekanan batin dan emosional yang besar. Mungkin akan membutuhkan
orang lain yang bisa menjadi tempat mencurahkan hati dan mengeluarkan uneg-uneg atau apa
yang dirasakan. Meskipun juga perlu berhati-hati untuk melibatkan orang luar dalam masalah
keluarga. Karena terkadang keberadaan orang luar justru malah menambah masalah. Atau
mereka sebenarnya tidak kompeten untuk membantu. Atau masalah yang terjadi terlalu
sensitif untuk diketahui oleh orang luar. Karena itulah penting bagi anggota keluarga untuk
memiliki komunitas yang aman, dan terlebih lagi mau berdoa bersama-sama untuk
menghadapi masalah.
Periksa hal-hal yang prinsipil atau dianggap prinsipil yang tidak boleh diganggu gugat.
Ketika masalah terjadi, sering ada rambu-rambu yang (menurut seseorang) tidak boleh
dilewati, atau ada juga kebiasaan (ritual) yang harus dilakukan. Misalnya ada kehamilan di
luar nikah, dan orang tua berprinsip : tidak boleh menikah dengan orang tidak seiman. Atau
ada masalah keuangan, dan ada yang berprinsip : tidak boleh rumah yang ditempati ini dijual,
karena ini warisan, dll. Sering hal-hal yang dianggap prinsipil akan menjadi sumber
pertengkaran di dalam menghadapi masalah. Penting bagi seseorang untuk merumuskan
mana yang prinsipil dan mana yang tidak.
Memiliki kebersamaan
Perlu ada kebersamaan dalam nilai, tujuan dan interaksi satu sama lain. Ini dibangun
dengan melakukan kegiatan bersama-sama: bermain bersama, belajar bersama.
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat
berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit,
apabila dalam keluarga tersebut salah satu anggota keluarganya ada yang sedang mengalami
masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan terpengaruhi. (Friedman, 1998).
b) Perilaku sakit
Respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
b. Faktor Eksternal
Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku
Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat
mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar
orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal
dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya
saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendiskusikannya dengan temannya masing-
masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny.B mungkin akan mengatakan itu
hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan.
Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit
sangat berbeda pada setiap individu, kelompok dan masyarakat. Persepsi masyarakat
terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan
perbedaan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang
disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit,
maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan,
Notoatmodjo (2007:206)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinamika keluarga adalah suatu interaksi atau hubungan pasien dengan anggota keluarga
dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan sekitarnya. Aspek
Dinamika keluarga : Tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri,
Tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan pikiran mereka,
Tiap keluarga memiliki aturan permainan, Tiap keluarga memiliki cara
dalam berhubungan dengan orang luar dan institusi di luar keluarga.
Krisis keluarga merupakan salah satu dampak negatif era globalisasi yang cenderung
sedang berkecamuk saat ini. Macam macam krisis dalam keluarga :
7. Krisis Keluarga karena perceraian
8. Krisis keluarga karena perselingkuhan
9. Krisis keluarga karena perkawinan antar agama
10. Krisis Keluarga Karena Perkawinan Antar Warga Negara
11. Krisis keluarga karena perkawinan Siri (di bawah tangan )
12. Krisis keluarga karena perkawinan mengalami penyimpangan seksual
Reaksi keluarga dalam menghadapi Krisis Keluarga : reaksi negatif yang umum dan
reaksi yang positif. Faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi Krisis
Keluarga : Tingkat kedewasaan, Pemahaman tentang krisis, Keterampilan dalam
memecahkan masalah, Adanya sumber daya yang mendukung. Ada beberapa langkah yang
secara umum dilakukan agar dapat menangani krisis dalam keluarga secara maksimal, yaitu :
Pengakuan dan Pengenalan akan krisis, Mencari dukungan, Melihat prioritas tindakan,
Mencari alternatif solusi atau pilihan-pilihan, Membuat perubahan secara fleksibel, Fokus
dalam memecahkan masalah, Membangun keluarga yang tahan krisis.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas, baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi menjadi tiga teori, yaitu : Faktor predisposisi
(Predisposing factors), Faktor pemungkin (Enabling factors), Faktor penguat (Reinforcing
factors). Menurut Becker,1979 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, diantaranya
adalah : Perilaku hidup sehat, Perilaku sakit dan Perilaku peran sakit.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya,mendefinisika dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya
penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan kesehatan.
Penyebab Perilaku Sakit Menurut Sri Kusmiyatidan Desmaniarti (1990), terdapat tujuh
perilaku orang sakit yang dapat diamati, yaitu: Fearfullness, Regresi, Egosentris, Terlalu
memperhatikan persoalan kecil, Perubahan persepsi terhadap orang lain dan Berkurangnya
minat. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit yaitu : Faktor Internal dan Faktor
Eksternal. Tahap-tahap Perilaku Sakit : Tahap I (Mengalami Gejala), Tahap II (Asumsi
Tentang Peran Sakit), Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan), Tahap IV (Peran
Klien Dependen) dan Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi). Dampak Sakit : Terhadap
Perilaku dan Emosi Klien, Terhadap Peran Keluarga, Terhadap Citra Tubuh, Terhadap
Konsep Diri, Terhadap Dinamika Keluarga.
Berikut adalah perilaku masyarakat dalam mencari yankes untuk mengobati sakit yang
dideritanya : Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action), Tindakan mengobati sendiri (self
treatment), Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy),
Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan
sejenisnya, termasuk ketukang-tukang jam, Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas
pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga, Mencari
pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private
medicine). ada tahap Penundaan masyarakat dalam mencari bantuan kesehatan, yaitu :
Appraisal delay, Illness delay , Utilization delay. Mereka pun mempunyai alasan untuk
berbagai tahap penundaan : Tidak adanya rasa sakit, Tidak mengetahui bahwa gejala itu
serius, Biaya pengobatan dan Kesibukan kerja.
DAFTAR PUSTAKA