Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

1. Definisi Keluarga
a) Menurut Jhonson dan Lenny (2010)
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga yang berarti
anggota dan kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan
b) Menurut Depkes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
c) Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yangtergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka
hidup bersama dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Nasrul Effendi, 1998)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1) Unit terkecil dari masyarakat.
2) Terdiri atas dua orang atau lebih.
3) Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
4) Hidup dalam satu rumah tangga.
5) Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
6) Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
7) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
8) Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan

2. Tipe-Tipe Keluarga
a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak.
b) Keluarga Besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

1
c) Keluarga bentukan kembali (dyadic family), yaitu keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
d) Orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak akibat perceraian atau kematian.
e) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
f) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone).
g) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarrital
heterosexual cohabiting family).
h) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).

3. Tugas Keluarga
Menurut Carter dan McGoldrick (dalam Friedman, 1998), tugas keluarga pada
perkembangan keluarga lansia meliputi:
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
c) Mempertahankan hubungan perkawinan.
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup).
Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling
penting dari keluarga dengan lansia. Meskipun mayoritas lansia memiliki rumah
sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah tersebut telah tua dan rusak dan
banyak yang terletak didaerah dengan tingkat kejahatan yang tinggi dimana lansia
kemungkinan besar menjadi korban kejahatan. Namun demikian, lansia yang tinggal
dirumahnya sendiri umumnya menyesuaikan diri lebih baik daripada yang tinggal
dirumah anak-anak mereka. Orang tua biasanya pindah ke rumah salah satu anak
mereka karena penurunan kesehatan atau status ekonomi.
Relokasi atau perpindahan merupakan pengalaman traumatik bagi lansia. Relokasi
tidak mempengaruhi semua lansia dengan cara yang sama. Dengan persiapan yang
memadai dan perencanaan yang hati-hati lingkungan baru dapat berpengaruh positif
terhadap lansia.
2
Tugas perkembangan kedua bagi keluarga lansia adalah penyesuaian terhadap
pendapatan yang menurun. Ketika pensiun, terjadi penurunan pendapatan secara
tajam, dan seiring dengna berlalunya tahun pendapatanpun semakin turun dan
semakin tidak memadai. Kaum lansia amat sangat bergantung pada keuntungan dan
aset pendapatan jaminan sosial. Karena sering munculnya masalah kesehatan jangka
panjang, pengeluaran kesehatan merupakan masalah finansial yang utama.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang merupakan tugas perkembangan
yang ketiga, menjadi penting dalam kebahagiaan keluarga. Perkawinan yang
dirasakan memuaskan biasanya mempunyai sejarah positif yang panjang dan
sebaliknya. Keinginan lansia dalam kegiatan seksual terus ada, bahkan meningkat
(Lobsenz, 1975).
Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan yang merupakan tugas
perkembangan keempat, secara umum merupakan tugas perkembangan yang paling
traumatis. Kehilangan pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga secara total.
Ini khususnya sulit dicapai karena kehilangan mengurangi sumber-sumber emosional
dan ekonomi yang diperlukan untuk menghadapi perubahan.
Tugas perkembangan yang kelima adalah pemeliharaan ikatan keluarga
antargenerasi. Meskipun ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari
hubungan sosial, keluarga tetap menjadi fokus interaksi sosial lansia dan sumber
utama dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari aktivitas sekitar, hubungan
dengan pasangan, anak-anak, cucu-cucu, dan saudara-saudaranya menjadi lebih
penting.
Karena orang menjadi tua, mereka harus memahami keberadaan mereka.
Berbicara tentang kehidupan masa lalu seseorang, yang disebut penelaahan kehidupan
atau life review merupakan aktivitas yang vital dan umum karena menggambarkan arti
sentral dari kehidupan. Aktivitas ini dipandang sebagai tugas perkembangan “tipe
kognitif” yang keenam. Hal penting dari aktivitas ini terletak pada fakta bahwa
penelaahan kehidupan memudahkan penyesuaian terhadap situasi-situasi yang sulit.
Lansia sangat peduli dengan kualitas hidup mereka dan berharap agar dapat hidup
terhormat dengan kemegahan dan penuh arti (Duvall, 1977).

3
4. Masalah Yang Muncul
Dalam Friedman (1998), faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan
kekuatan fisik, sumber-sumber finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian,
dan banyak kehilangan lainnya yang dialami oleh lansia menunjukkan adanya
kerentanan psikofisiologi dari lansia (Kelley, 1977). Oleh karena itu, terdapat
masalah-masalah kesehatan yang multiple. Pasangan atau individu lansia dalam
semua fase sakit kronis mulai dari fase akut hingga fase rehabilitasi sangat
membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara medis dan fungsi-
fungsi keperawatan adalah relevan. Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang
penting, khususnya bidang nutrisi, latihan, pencegahan cedera, penggunaan obat yang
aman, pemakaian pelayanan preventif, dan berhenti merokok.
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif, dan masalah psikologis adalah
masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik.
Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa pentingnya pasangan
menikah saling menolong satu sama lain. Defisiensi nutrisi pada lansia terjadi secara
luas dan menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan penuaan (lemah,
bingung, depresi, konstipasi, dan lain-lain).
Masalah yang berkaitan dengan perumahan, penghasilan yang cocok, rekreasi,
dan fasilitas perawatan kesehatan yang adekuat secara merugikan mempengaruhi
status kesehatan lansia. Kejadian seperti jatuh dan kecelakaan dirumah sangat banyak,
sehingga alat-alat dalam lingkungan yang aman merupakan kebutuhan yang penting.
Program-program pemerintah tidak secara adekuat menyediakan pensiunan yang
aman, seperti yang terlihat pada masalah-masalah yang menyangkut penggunaan panti
perawatan, dan fasilitas-fasilitas board and care jangka panjang.
Masalah penurunan fungsi sistem tubuh khususnya sistem kardiovaskuler
menjadi sangat penting karena mengingat dalam sistem kardiovaskuler terdapat organ
vital tubuh yakni jantung yang bertugas untuk memompa darah ke seluruh target
organ pada tubuh. Salah satu masalah yang sering muncul adalah masalah
peningkatan tekanan darah atau yang disebut hipertensi. Hipertensi sering ditemukan
pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas (Sri Rahayu, 2000)
Hipertensi yang tidak tekontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh
seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun
kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal.

4
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga khususnya lansia yang
menderita penyakit hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti:
1. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita
2. Ketidak patuhan diit rendah garam dan rendah lemak
3. Sumber daya keluarga kurang
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan berkurangnya
pendapatan. keluarga)

5. Prioritas Masalah
No. Prioritas Masalah
1. Risiko terjadi komplikasi akibat penyakit hipertensi
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. Resiko terjadi trauma
4. Hambatan interaksi sosial
5. Gangguan komunikasi efektif

6. Analisa data
No. Data Masalah Penyebab
1. DS: Keluarga mengatakan: Resiko terjadinya Ketidakmampuan
 Ibu M menderita hipertensi komplikasi akibat keluarga dalam
 Post stroke selama 4 tahun penyakit merawat dan

 Tidak pernah kontrol hipertensi pada mencegah terjadinya

tekanan darah keluarga Bpk. I komplikasi akibat

 Sendirian bila ditinggal terutama lansia peningkatan tekanan

bekerja Ibu M darah.

 Tidak patuh diit


 Tidak disediakan makanan
tersendiri untuk Ibu M
 Keluarga tidak sempat
meluangkan waktu untuk
mengantar berobat
DO:
 Ibu M berumur 78 th

5
 T: 260 / 130 mmHg
 N: 86 x/mnt
 S: 36° C
 Berjalan dengan alat bantu
tripot
 Ibu M terlihat mudah lelah
 Makanan yang tersedia di
meja makan terdapat ikan
asin

7. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Resiko terjadinya komplikasi akibat penyakit hipertensi pada keluarga Bpk. I terutama
lansia Ibu M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat dan
mencegah terjadinya komplikasi akibat peningkatan tekanan darah ditandai dengan:
DS: Keluarga mengatakan:
 Ibu M menderita hipertensi
 Post srtoke selama 4 tahun
 Tidak pernah kontrol tekanan darah
 Sendirian bila ditinggal bekerja
 Tidak patuh diit
 Tidak disediakan makanan tersendiri untuk Ibu M
 Keluarga tidak sempat meluangkan waktu untuk mengantar berobat
DO:
 Ibu M berumur 78 th
 T: 260 / 130 mmHg
 N: 86 x/mnt
 S: 36° C
 Berjalan dengan alat bantu tripot
 Ibu M terlihat mudah lelah
 Makanan yang tersedia di meja makan terdapat ikan asin

DAFTAR PUSTAKA

6
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas edisi II. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Eliopoulos, Charlotte. 2005. Gerontological Nursing. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Friedman, Marilyn, M. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Johnson dan Lenny. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahayu, Sri, dkk. 2000. Nutrisi Untuk Klien Hipertensi. Jakarta:

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta: EGC.

21
7

Anda mungkin juga menyukai